Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN K3 DI LINGKUNGAN

PT. MANDIRI AKUR PRATAMA

(YOGYA GROUP)

Dosen Pengampu : Riandy Sholeh Setiawan, S.H, M.T

TIM PENYUSUN

Nama NIM
1. Ardi Setiawan 20041077
2. Putri Zahrotunnisa 20041078
3. Mohamad Idni Fitrio 20041087
4. Raykhan Reza Ramadhan 20041096
5. Hanif Syafiul Huda 20041098

Kelas : 3H

PRODI DIII TEKNIK KOMPUTER


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini berjudul “ PENERAPAN K3 DI LINGKUNGAN PT.
MANDIRI AKUR PRATAMA (YOGYA GROUP) “ yang menyangkut tentang
bidang k3.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun
hadapi, baik itu yang datang dari penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain
berkat bantuan dan kerjasama anggota kelompok. Dan juga pertolongan dari Allah
sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di suatu Industri , yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca khususnya mahasiswa dan mahasiswi Stikes Merangin.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi baiknya penulisan di masa yang akan datang

Tegal, 19 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 3
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Makalah .................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4


2.1 Gambaran Umum PT. Mandiri Akur Pratama ................................... 5
2.2 Analisis Data ............................................................................................ 7
2.3 Potensi Bahaya ........................................................................................ 8

2.4 Standar Keselamatan Kerja ................................................................. 10

2.5 Manfaat K3 di Lingkungan Perusahaan ............................................ 11

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12


3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 12
3.2 Saran ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak
diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja
tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan
dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan
pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah
capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan
dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan
fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan
kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang
ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor
fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di
Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005
Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura,
Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan
kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih
sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena
mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas
kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan
peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau

1
aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus
bersifat manusiawi atau bermartabat. Pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas. Begitu juga dengan laboratorium yang merupakan
sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitian ilmiah. Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib
dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana
dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi,
logistik, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak
akan bisa berjalan seperti apa adanya tanpa adanya intervensi dari
manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itu ahli
K3 sejak awal tahun 1980an berupaya meyakinkan semua pihak
khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan aspek K3 setara
dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya
berbagai konsep mengenai manajemen K3.
Menurut Kepmenaker 05 tahun 1996, Sistem Manajemen K3
adalah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan/desain, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan, bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang

2
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang
diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan
psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja
yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas
mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta
bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat di
rumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan k3 di PT Mandiri Akur Pratama?
2. Bagaimana optimalisasi k3 di gudang PT Mandiri Akur Pratama?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengertian, perpu, implementasi, program,
prinsip-prinsip penyusunan serta tujuan dari program k3.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian k3 (keselamatan dan kesehatan
kerja).
b. Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan k3.
c. Untuk mengetahui implementasi keselamatan dan kesehatan kerja.
d. Untuk mengetahui program k3.
e. Untuk mengetahui prinsip-prinsip penyusunan program k3.
f. Untuk mengetahui tujuan program k3 pada industri

3
1.4 Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari makalah ini yakni, sebagai berikut :
a. Bagi Penyusun (Mahasiswa)
Dapat menambah pengetahuan penyusun mengenai penyusunan
program keselamatan dan kesehatan kerja (k3) di suatu industri.

b. Bagi Perusahaan/Industri
Dengan meningkatkan program k3 bagi pekerja yang ada
diperusahaan atau industri akan merasa lebih aman dan nyaman saat
bekerja.

c. Bagi Pemerintah
Beberapa program yang dilaksanakan pemerintah dalam upaya
mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja diantaranya adalah
Kebijakan, Hukum, dan Peraturan serta penegakan hukum mengenai
program k3.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum PT. Mandiri Akur Pratama

Yogya Group adalah sebuah perusahaan ritel modern asli Indonesia. Yogya
Group merupakan perusahaan ritel dengan format Supermarket dan Department
Store. Gerai ini umumnya menjual berbagai produk makanan, minuman, dan
barang kebutuhan hidup lainnya. Lebih dari 200 produk makanan dan barang
kebutuhan hidup lainnya tersedia dengan harga bersaing, memenuhi kebutuhan
konsumen sehari-hari terutama bagi masyarakat Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
sekitarnya.
Toserba Yogya ini berawal dari sebuah toko batik di Jl. Ahmad Yani,
Kosambi, Kota Bandung, dengan luas toko sekitar 100 m 2 dan karyawan
berjumlah 8 orang. Toko batik yang diberi nama DJOKDJA ini didirikan dan
dikelola secara sederhana. Pada tahun 1972, dengan kerja keras, keuletan, dan
pandangan yang jauh kedepan maka dilakukanlah pembenahan. Usaha ini
dikelola dengan prinsip pelayanan yang berorientasi memenuhi keinginan dan
kebutuhan pelanggan, sehingga yang tadinya hanya toko batik berubah menjadi
toko kelontong yang menyediakan kebutuhan sehari-hari. Nama DJOKDJA tetap
dipertahankan, akan tetapi penulisannya diganti menjadi YOGYA. Seiring
dengan perkembangannya tanggal 28 Oktober 1982, bertepatan dengan hari
Sumpah Pemuda, dibuka cabang yang pertama yang berada di Jl. Sunda, Kota
Bandung, dengan luas toko 300 m 2 dengan 30 orang karyawan. Selanjutnya,
tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai hari lahir Toserba Yogya, yang setiap
tahun diperingati bersamaan dengan peringatan Sumpah Pemuda.
Saat ini Toserba Yogya telah berkembang menjadi sebuah jaringan usaha

5
yang menaungi beberapa unit bisnis seperti: Toserba Yogya, Toserba Griya,
Yomart minimarket, serta berbagai strategic business unit lain, namun tetap
berfokus pada bisnis ritel. Sekalipun tumbuh dan berkembang sebagai peritel
lokal dari daerah (Bandung), namun Yogya Group selalu menekankan tim kerja
untuk berorientasi ke masa depan mengikuti perkembangan zaman dan
kebutuhan para pelanggan yang dilayani.
Keberadaan Toserba Yogya diakui oleh Pemerintah Indonesia sebagai
salah satu perintis ritel modern di Indonesia. Hal itu ditandai dengan pemberian
APRINDO Awards yang diberikan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Republik Indonesia tanggal 16 Februari Hingga saat ini Yogya Group sudah
memiliki puluhan cabang yang dibuka bukan hanya di Kota Bandung tetapi juga
sudah meluas ke beberapa kota lainnya, seperti Sukabumi, Bogor, Jakarta,
Sumedang, Kuningan, Indramayu, Majalaya, Garut, dan Subang. Untuk di daerah
Bandung sendiri sudah ada kurang lebih 30 cabang Toserba Yogya, cabang
terbesar ada di Grand Yogya Kepatihan Bandung, dan cabang yang paling baru
adalah Toserba Yogya di daerah Bojongsoang, Bandung.
Seiring dengan berkembangnya perusahaan ritel ini, maka kebutuhan
pusat kendali untuk menyimpang barang-barang dan juga pusat kontrol keuangan
serta laju perpindahan barang menjadi sangat penting. Untuk itu diambillah kantor
pusat yang terletak di Jalan Sunda No. 83. Kantor ini mengurus semua keperluan
cabang perusahaan baik dalam dan luar kota. Dengan adanya kegiatan perusahaan
yang tersentralisasi, maka keseragaman dan sinergisme semua cabang menjadi
lebih terkendali. Meningkatnya omset setiap cabang dapat mempengaruhi omset
pusat sehingga stok inventory terus meningkat dari waktu ke waktu. Untuk
memenuhi keterbatasan ini, maka kantor pusat berpindah ke Jalan Soekarno Hatta
No.334, Bandung. Kantor ini menjadi satu dengan Pusat Distribusi, sedangkan
kantor di Jalan Sunda No.83 menjadi pusat dari personalia dan training karyawan
baru. Dengan kantor yang lebih besar, tenaga tim pendukung yang lebih ahli dan
berpengalaman serta teknologi yang terus mengikuti perkembangan jaman, Yogya
Group semakin berkembang dan semakin stabil. (Sumber: Wawancara langsung
dengan pihak Toserba Yogya Bojongsoang pada 30 September 2016 pukul WIB)

6
Gudang merupkan bagian penting dalam sebuah perusahaan. Warman
(2004) mendefinisikan gudang sebagai ruang untuk menyimpan barang,
sedangkan pergudangan adalah suatu aktifitas menyimpan barang. Gudang dan
pergudangan merupakan dua hal yang dapat mempengaruhi pendapatan
perusahaan. Sebagai contoh, pergudangan yang tidak baik dapat menyebabkan
adanya barang yang kadaluarsa, adanya barang yang hilang dan lain sebagainya.
Warman (2004) mengungkapkan bahwa pergudangan yang baik adalah
perdagangan yang memiliki sistem pelayanan yang baik. Sistem pelayanan yang
baik mencakup adanya jaminan keamanan hingga kemudahan akses informasi
keluar masuk.
PT Mandiri Akur Pratama (Yogya Group) yang bertempat Di dampyak Tegal
merupakan perusahaan yang bonafit.

2.2 Analisis Data

a. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) yang
mengatur tentang hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan,Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang hak asasi
manusia Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999.Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 100.Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Lembaran Negara republik Indonesia tahun 2003 nomor
39.Keputusan Presiden Republik Indonesia RI Nomor 22 tahun 1993. Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja/Peraturan Menteri
Tenaga Kerja RI Nomor 04/Men/1993 tentang Jaminan Kecelakaan
Kerja.Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4456.Bahan
hukum Primer selanjutnya disistematisasi (general)secara horizontal dengan
menggunakan prinsip penalaran hukum secara ekslusi yaitu sistem hukum
diindentifikasi oleh sejumlah peraturan Perundang-Undangan yaitu terhadap
Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran

7
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,dengan Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 100,dan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang sistem jaminan Sosial Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 4456 sehingga diperoleh asas Lex Spesiali derogat Legi
Genaralitidak terdapat antinomi. Dalam penelitian ini dilakukan interprestasi
hukum secara gramatikal yaitu dengan mengartikan suatu term hukum atau
sebagian kalimat menurut bahasa sehari-hari atau bahasa hukum,secara
sistematis yaitu titik tolak dari sistem aturan mengartikan suatu ketentuan hukum
dan teleologis dasar teori bertitik tolak pada tujuan terhadap norma.

b. Bahan Hukum Sekunder

Berupa bahan pustaka yang memberikan petunjuk maupun penjelasan


mengenai bahan hukum primer yang merupakan pendapat hukum primer yang
merupakan pendapat hukum yang diperoleh dari buku-buku,makalah, tabloid,
internet,yang bertujuan untuk mengetahui hak bagi kesehatan dan pendapat
hukum. Bahan hukum primer di deskripsikan ,kemudian diperoleh pengertian
yang menimbulkan adanya persamaan dan perbedaan,sehingga diperoleh suatu
pandangan tentang kesehatan yang seharusnya diberikan kepada pekerja yang
bekerja di PT Mandiri Akur Pratama.

c. Bahan Hukum Tersier

Berupa kamus-kamus tentang bahasa huku,bahasa Indonesia yang


digunakan untuk melengkapi analisis dan memberi petunjuk maupun penjelasan
digunakan untuk melengkapi analisis bahan primer dan sekunder.

2.3 Potensi Bahaya


 Tertabrak Forklift
Pada sebuah gudang yang mengoperasikan forklift untuk kegiatan angkat-angkut
nya, berpotensi terjadinya tabrakan antara sesama forklift maupun dengan pekerja
yang berjalan atau berada di area gudang. Oleh karenanya diperlukan pengaturan
lalu lintas yang rapi di dalam area gudang sehingga memperkecil potensi
terjadinya tabrakan atau kecelakaan. Demikian pula dengan operator Mesin

8
Forklift, harus mempunyai SIO (Surat Ijin Operasi) dan SIM (Surat Ijin
Mengemudi) dan mengikuti pelatihan pengoperasian Mesin Forklift sebelum
memulai pekerjaannya.
 Tertimpa Material / Barang
Pekerja berpotensi tertimpa material atau barang yang jatuh dari rak. Pengaturan
tata letak material/barang di atas rak gudang sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya peristiwa kecelakaan jenis ini.
 Terkilir / Keseleo
Pekerja di area gudang berpotensi terkilir / keseleo terutama saat mengangkat atau
membawa barang dalam proses angkat-angkut. Oleh karenanya diperlukan manual
lifting dan handling yang benar. Pelatihan lifting-Handling perlu diberikan
sebelum pekerja memulai pekerjaan. Dan ada kalanya diperlukan penyegaran
pelatihan secara berkala dalam jangka waktu tertentu.
 Terpeleset
Ada kalanya pekerja berpotensi terpeleset saat bekerja di area gudang.
Penyebabnya antara lain dikarenakan ada tumpahan (spil over) material cair
seperti air, atau juga tumpahan oli dari mesin forklift yang beroperasi di area
gudang. Oleh karena itu diperlukan prosedur Housekeeping (Kebersihan) yang
rutin dilakukan setiap hari.
 Jatuh Tersandung
Peletakan material atau barang, baik itu bahan baku maupun barang setengah jadi
dan jadi yang tidak pada tempatnya, berpotensi mengakibatkan pekerja jatuh
tersandung / tersungkur. Kejadian ini tidak boleh diremehkan, kadangkala bisa
berakibat fatal terutama saat pekerja dalam kondisi lemah / kurang sehat
staminanya.
 Keracunan
Pekerja berpotensi keracunan, terutama disebabkan oleh adanya bahan baku atau
material kimia yang bocor atau tumpah sehingga uapnya terhirup oleh pekerja
tersebut. Pengaturan tata letak material (Manual) dan juga MSDS (Material
Safety Data Sheet) perlu dipasang di dekat tempat penyimpanan material kimia
tersebut.

9
2. 4 Standar Keselamatan Kerja
Standar keselamatan kerja merupakan pengamanan sebagai tindakan
keselamatan kerja seperti:
1. Perlindungan badan yang meliputi seluruh badan.
2. Perlindungan mesin.
3. Pengamanan listrik yang harus dicek secara berkala.
4. Pengamanan ruangan, meliputi sistem alarm, alat pemadam kebakaran,
penerangan yang cukup, ventilasi yang baik dan jalur evakuasi khusus yang
memadai.
A. Alat Pelindung Diri (APD)
APD merupakan perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai
bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang
disekitarnya. Alat pelindung diri meliputi:

1. Alat Pelindung Kepala

 Safety Helmet atau helm pelindung untuk melindungi kepala dari benda-
benda yang dapat melukai kepala.
 Safety Goggles atau kacamata pengamanan untuk melindungi mata dari
paparan partikel yang melayang di udara, percikan benda kecil, benda panas
ataupun uap panas.
 Hearing Protection atau penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan
ataupun tekanan.
 Safety Mask atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan
saat berada di area yang kualitas udaranya tidak baik.
 Face Shield atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan
bahan kimia, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan
atau pukulan benda keras dan tajam.

10
2. Alat Pelindung Tubuh
 Apron atau celemek untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia
dan suhu panas.
 Safety Vest atau rompi keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kontak atau kecelakaan.
 Safety Clothing atau alat pelindung tubuh untuk melindungi dari hal-hal
yang membahayakan saat bekerja, mengurangi resiko terluka dan juga
digunakan sebagai identitas pekerja.
3. Alat Pelindung Anggota Tubuh
 Safety Gloves atau sarung tangan yang berfungsi melindungi jari-jari dan
tangan dari api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, bahan kimia, arus listrik,
bahan kimia, benturan, pukulan, dan goresan benda tajam.
 Safety Belt atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat
transportasi serta untuk membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.
 Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk
melindungi kaki dari benturan, tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam,
terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya
ataupun permukaan licin.

2.5 Manfaat K3 di Lingkungan Perusahaan

•>Meningkatkan dan memelihara derajat Kesehatan pekerja/buruh yang


setinggi- tingginya lbaik fisik, mental maupun social sehingga
memungkinkan dapat bekerja secara optimal.
•> Mencegah dan melindungi pekerja/buruh dari gangguan Kesehatan
yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.
•> Menyesuaikan pekerja/buruh dengan pekerjaannya.

•> Meningkatkan produktifitas kerja.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan
dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan
kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga
mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak
berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur
nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan
yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata.
Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan
dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan
dan keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi
semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu
sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan
mutu kehidupan dan produktivitas nasional.

3.2 Saran
Adapun saran antara lain sebagai berikut :
1. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja
lebih merasa aman dan nyaman.
2. Perusahaan harus lebih lagi mensosialisasikan program K3 untuk
meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3 yang
nantinya juga meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bab II,. http://www.repository.ipb.ac.id, diunduh 10 Mei 2019, Pukul 10.05 WIB.


Baseline Report: Worker Perspectives from the Factory and Beyond. 2012. ILO.
Ramli, Soehatman. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja,
OHSAS 18001. Dian Rakyat.
Reason, James. 2006. Managing the Risks of Organizational Accidents. Ashgate.
Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta :
Internasional Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and The
Pacific Manila Philippines.
Saksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.
Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:
Gunung Agung.
Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, &
Kesehatan Kerja. Sukabumi: Yudhistira.
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh
(terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf),diakses pada tanggal
11 Mei 2019, pukul 11:00 WIB.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan
Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html),
diakses pada tanggal 11 Mei 2019, pukul 11:30 WIB.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(http://anandasekarbumi.files.wordpress.com/2010/11/sap-9-msdm-10-
11.ppt), diakses pada tanggal 11 Mei 2019, pukul 12:00 WIB.
Anonim, 2013. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan
Hukum. Balikpapan: Program Studi Teknik Sipil.
Sekretariat Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, 2008.
Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I

Anda mungkin juga menyukai