Disusun
Oleh:
SAKINAH
NIM: 21182007
Dosen Pengampu:
Putri Raisa, S.Tr.KG. MDSC
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Kesimpulan....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering
tidak menduga akan mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri.
Banyak sekali masyarakat yang belum menyadari akan hal ini, termasuk di
Indonesia. Baik di lingkungan kerja (perusahaan, pabrik, atau kantor), di jalan
raya, tempat umum maupun di lingkungan rumah.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi pemerintahan. Sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Azmi,
2008).
Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan
yang mengakibatkan cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3
berupaya mempelajari fenomena kecelakaan, faktor penyebab, serta cara
efektif untuk mencegahnya. Upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia
masih menghadapi berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir
yang masih tradisional yang menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah,
sehingga masyarakat bersifat pasrah terhadap kecelakaan kerja yang menimpa
mereka (Ramli, 2010)..
B. Rumusan Masalah
Penulisan makalah mengenai keselamatan kerja dan kesehatan karyawan
ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang keselamatan kerja dan
kesehatan karyawan terkait dengan :
1
1. Untuk mengetahui Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Untuk mengetahui Alat Pelindung Diri (APD)
3. Untuk mengetahui Tanda-Tanda Peringatan yang harus terdapat di
lingkungan kerja
4. Untuk mengetahui Mencegah, Mengurangi dan Memadamkan Kebakaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja (Three Main Factor Theory)
Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory) Dari beberapa teori
tentang faktor penyebab kecelakaan yang ada, salah satunya yang sering
digunakan adalah teori tiga faktor utama (Three Main Factor Theory). Menurut
teori ini disebutkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan menjadi :
a. Faktor Manusia
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Masa kerja
4. Tingkat Pendidikan
5. Perilaku
6. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
7. Peraturan K3
b. Faktor Lingkungan
1. Kebisingan
2. Suhu Udara
3. Penerangan
4. Lantai licin
c. Faktor Peralatan
1. Kondisi mesin
2. Letak mesin
4
digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Perlengkapan pelindung diri termasuk semua pakaian dan
aksesories pekerjaan lain yang dirancang untuk menciptakan sebuah
penghalang terhadap bahaya tempat kerja. Penggunaan APD harus tetap di
kontrol oleh pihak yang bersangkutan, khususnya di sebuah tempat kerja.
Menurut Suma’mur (1992), alat pelindung diri adalah suatu alat
yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan kecelakaan kerja. Alat pelindung diri merupakan salah satu
cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah
sempurna untuk mencegah kecelakaan yang terjadi.
2. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)
Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain:
a. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa
(engineering) dan administrative tidak dapat dilakukan dengan
baik.
b. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
c. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD),
antara lain :
a. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
b. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
3. Persyaratan APD
Menurut Suma’ur (1992) persyaratan yang harus dipenuhi alat
pelindung diri :
a. Nyaman dipakai
b. Tidak mengganggu kerja
c. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya
5
C. Tanda-Tanda Peringatan yang harus terdapat di lingkungan kerja
Penggunaan papan penanda keselamatan yang benar di tempat kerja dapat:
a. Menggalakkan instruksi – instruksi dan aturan – aturan keselamatan
kerja
b. Memberikan informasi atas resiko dan tindakan pencegahan yang
harus di ambil
c. Terdapat tiga kelompok penenda keselamatan yang dapat digunakan
di tempat kerja :
d. Penanda keselamatan kerja digunakan untuk memberikan informasi
dalam kondisi kerja normal
e. Penanda peringatan bahaya di gunakan untuk mengidentifikasi
beberapa suptansi berbahaya dan perlu dimasukkan sebagai bagian
dari pelabelan subtansi-subtansi berbahaya.
f. Papan hazchem digunakan untuk memberikan peringatan dalam
kondisi darurat mengenai sifat subtansi-subtansi yang mungkin
terlibat dalam kebakaran atau kecelakaan di jalan raya. Untuk
kendaraan transportasi telah dilengkapi dengan sebuah kartu term
yang di pegang oleh pengemudi.
1. Tanda larangan
Tanda larangan menunjukkan semua perbuatan yang tidak boleh
dilakukan di dalam area atau wilayah yang terdapat tanda ini. Pada
umumnya tanda larangan ini memakai garis merah tebal yang menyilang
yang menunjukkan bahwa hal itu tidak boleh untuk dilakukan.
Contohnya ialah dilarang merokok di dalam tempat tersebut sebab
kondisi dari tempat tersebut mudah untuk terbakar. Ataupun larangan
untuk melakukan percakapan dengan memakai telepon genggam dan yang
lainnya.
2. Tanda Perintah
Tanda perintah merupakan tanda yang menunjukkan terhadap suatu
kondisi yang ada ataupun mesti ada oleh siapa pun yang berada di area
sekitar tanda perintah tersebut berada. Contohnya merupakan tanda
6
diharuskannya menggunakan sarung tangan (Safety Gloves) atau yang
lainnya.
3. Tanda bahaya
Tanda bahaya merupakan tanda yang menunjukkan keadaan
bahaya yang bisa terjadi di tempat tersebut. Sehingga mesti dilakukan
tindakan dalam menjaga tempat tersebut dari semua penyebab yang bisa
menyebabkan bahaya serta membahayakan semua pihak.
4. Tanda Keselamatan
Tanda keselamatan merupakan tanda yang menunjukkan kita mesti
mengutamakan keselamatan dalam bekerja.
5. Tanda api
Tanda api merupakan tanda yang menunjukkan bahwa terdapat api
di sekitar area tanda tersebut. Sehingga diperlukan perhatian ataupun
kehati-hatian yang maksimal terhadap setiap tindakan supaya tidak sampai
menyulut api.
Terdapat banyak sekali tanda api ini, semisal tanda api merah, api
putih dan api biru. Seluruhnya wajib untuk disadari keberadaannya supaya
tidak mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.
7
terutama jika api telah berkobar hebat dan menjulang ke angkasa, dengan
asap serta nyala yang hebat. Namun bagi professional pemadam
kebakaran, yang telah memahami teori dan konsep api, maka upaya
tersebut dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Prinsip dari
pemadaman kebakaran adalah memutus mata rantai segi tiga api, misalnya
dengan menghilangkan bahan bakar, membuang panas atau oksigen.
Memadamkan kebakaran atau mematikan api dapat dilakukan dengan
beberapa teknik atau pendekatan (Ramli, 2010).
a. Pemadaman dengan Pendingin
Teknik pendinginan (cooling) adalah teknik memadamkan
kebakaran dengan cara mendinginkan atau menurunkan temperatur uap
atau gas yang terbakar sampai kebawah temperature nyalanya. Cara ini
banyak dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran dengan menggunakan
semprotan air ke lokasi atau titik kebakaran sehingga api secara perlahan
dapat berkurang dan mati. Semprotan air yang disiramkan ke tengah api
akan mengakibatkan udara sekitar api mendingin. Sebagian panas akan
diserap oleh air yang kemudian berubah bentuk menjadi uap air yang akan
mendinginkan api (Ramli, 2010).
b. Pembatasan Oksigen
Untuk proses pembakaran, suatu bahan bakar membutuhkan
oksigen yang cukup misalnya kayu akan mulai menyala pada permukaan
bila kadar oksigen ,acetylene memerlukan oksigen dibawah 5%,
sedangkan gas dan uap hidrokarbon biasanya tidak akan terbakar bila
kadar oksigen di bawah 15%.
Sesuai dengan teori segitiga api, kebakaran dapat dihentikan
dengan menghilangkan atau mengurangi suplai oksigen, dengan
membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api dapat
padam, teknik ini dikenal dengan smothering.
c. Penghilang Bahan Bakar
Api secara alamiah akan mati dengan sendirinya jika bahan yang
dapat terbakar sudah habis. Atas dasar ini, api dapat dikurangi dengan
menghilangkan jumlah bahan yang terbakar. Teknik ini disebut starvation,
8
teknik starvation juga dapat dilakukan misalnya dengan menyemprotkan
bahan yang terbakar dengan busa sehingga suplai bahan bakar untuk
kelangsungan pembakaran terhenti atau berkurang sehingga api akan mati.
Api juga dapat dipadamkan dengan menjauhkan bahan yang terbakar ke
tempat yang aman (Ramli, 2010).
3. Media Pemadam Kebakaran
Ketepatan memilih media pemadaman merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan keberhasilan dalam melakukan pemadaman
kebakaran. Dengan ketepatan pemilihan media pemadam yang sesuai
terhadap kelas kebakaran tertentu, maka akan dapat dicapai pemadaman
kebakaran yang efektif dan efisien. Berikut penjelasan dari Modul
Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran, DikNas, 2003.
a. Media Pemadam Jenis Padat
1) Pasir dan tanah
2) Tepung Kimia
3) Tepung kimia biasa (regular)
4) Tepung kimia kering (khusus)
b. Media Pemadam Jenis Cair
1) Air
2) Busa
c. Media Pemadam Jenis Gas
4. Media Pemadam Jenis Cairan Mudah Terbakar
Media pemadam ini bekerja dengan cara memutuskan rantai reaksi
pembakaran dan mendesak udara atau memisahkan zat asam. Nama umum
media ini adalah Halon atau Halogenated Hyrocarbon, yaitu suatu ikatan
methan dan halogen (iodium, flour, chlor, brom).
Keunggulan pemadaman dengan halon adalah bersih dan daya
pemadamannya sangat tinggi dibandingkan dengan media pemadam lain.
Halon juga memiliki kelemahan yaitu tidak efektif untuk kebakaran di area
terbuka dan beracun.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan
bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Tujuan diadakannya manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja diantarannya ialah agar setiap pegawai mendapat
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, serta
psikologis dengan begitu para pekerja dapat melaksanakan aktivitas kerja
dengan penuh kegairahan disamping itu juga akan mampu meminimalirsir
adanya kerugian-kerugian dari dampak yang diakibatkan oleh kecelakaan
kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai
peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur masalah
kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang
mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja , tetapi masih banyak
pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan
kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
National Fire Protection Association (NFPA) 13, Installation of Sprinkler
Systems.USA, 1999.
National Fire Protection Association (NFPA) 72, National Fire Alarm Code.
USA,2002.
Ramli, Soehatman, “Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire
Manajement)”, Dian Rakyat, Jakarta, 2010
Ramli, Soehatman. Sistem Proteksi Kebakaran. FKM UI: Departemen K3,2005.
Randall S Schuler dan Susan E Jackson. (1999). Manajemen Sumber
DayaRemaja Rosda Karya, Bandung
Sari, Karla Juwita. Evaluasi sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran
pada Gedung Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia Kampus
Depok Tahun 2007. Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat
Peminatan K3. Depok. 2007.
Silalahi, Bennet & Silalahi, Rumondang. (1985). Seri Manajemen No. 112 :
Siswoyo. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Aktif dan Sarana Penyelamatan
Jiwa Di Gedung Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tahun 2007,
[Skripsi]. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Depok, 2007.
SNI 03-3989-2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Sprinkler
Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung.Jakarta.
Soemirat, Juli. 2000. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University
Press.
Suma’mur, 1992. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.
Toko Gunung Agung
Suma’mur. 1989. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung
Agung. Jakarta
Suma’mur. 2001. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : CV
Haji Masagung..
12