KERJA ( K3 )
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar Kesehtan Kerja (K3)
Dosen pengampu :
Imam Cahyo yumono, S.K.M., M.Si.
Disusun oleh :
Cindy Nabila Julitri (244021016)
Winda Rosa (244021019)
Wanda Panji Delisantono (244021001)
Alpin Aripin (244021017)
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah "Alat Pelindung Diri Dalam Kesehatan
Keselamatan Kerja" ini ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua anggota yang telah memberikan
bantuan dan sumbangan pemikiran, mulai dari persiapan sampai selesainya
penyusunan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya
dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekitarnya. Peraturan
APD dibuat oleh pemerintah sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan tentang
keselamatan kerja. Perusahaan atau pelaku usaha yang mempekerjakan pekerja atau pelaku usaha
yang mempekerjakan pekerja atau buruh memiliki kewajiban menyediakan APD di tempat kerja
sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. Selain itu, perusahaan harus
mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan
APD serta melaksanakan manajemen APD di tempat kerja. Adapun jenis-jenis alat pelindung
diri yang sesuai dengan SOP pekerja proyek, yaitu alat pelindung diri kepala (topi dan helm),
alat pelindung diri kaki (sepatu kerja atau safety shoes) dan rompi. Risiko yang dapat terjadi jika
pekerja tidak menggunakan APD sesuai SOP diatas adalah tertimpa material dari atas, tertusuk
benda tajam dan lainnya (Buntarto, 2015).
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha – usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan
lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun terkadang keadaan bahaya masih
belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Pihak manajemen perlu mengambil kebijakan untuk
melindungi pekerja itu dengan berbagai cara yaitu mengurangi sumber bahaya ataupun
menggunakan alat pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya,
pemakaian alat pelindung diri akan sangat sulit, karena sebagian pekerja menganggap bahwa alat
ini akan mengganggu pekerjaan (Anizar, 2012)
Menurut badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat sedikitnya ada
105.383 kasus kecelakaan kerja di Kabupaten Tangerang yang terjadi selama tahun 2014. Data
tersebut berdasarkan klaim program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) oleh peserta BPJS. Dari
105.383 kasus tersebut. Diantaranya mengalami cacat fungsi sebanyak 3.618 kasus, cacat
sebagian sebanyak 2.616 kasus, cacat total sebanyak 43 kasus dan meninggal dunia sebanyak
2.375 kasus (BPJS, 2015).Hasil penelitian dari (Ningsih, 2018) membuktikan adannya hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan APD. Hasil penelitian (Noviandry,
2013) bahwa ada hubungan antara sikap terhadap penggunaan APD. Hasil penelitian yang
dilakukan (Masri, 2016) bahwa ada hubungan antara masakerja dalam penggunaan APD.
Keselamatan, Kesehatan, Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3
adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
Tempat kerja merupakan tempat dimana setiap orang mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan diri sendiri maupun keluarga yang sebagian besar waktu pekerja dihabiskan di tempat
kerja. Setiap tempat kerja selalu terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat memengaruhi
kesehatan pekerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Tempat kerja yang
sehat akan mendukung pekerja untuk dapat bekerja secara optimal yang pada akhirnya akan
meningkatkan produktivitas. Sebaliknya tempat kerja yang tidak sehat dapat menurunkan derajat
kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. Namun pada faktanya masih ada
beberapa tempat atau lingkungan kerja yang belum memenuhi standar nasional keamanan K3,
faktor tersebut dapat berasal dari awal terbentuknya lingkungan tersebut atau faktor sementara
yang timbul pada saat proses keseharian dalam lingkungan kerja. Baik dari suara, zat-zat kimia,
udara, dan lain sebagainya.
Maka dari itu untuk menciptakan tempat kerja yang sehat maka semua potensi bahaya di tempat
kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman, memberikan kontribusi bagi
terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat serta proses produksi menjadi lancar serta
dapat menekan risiko kerugian dan
Berdasarkan pembahasan yang telah di uraikaan penulis tertarik untuk memperdalam Alat
pelindung diri dan Nilai Ambang Batas dalam Kesehatan keselamatan kerja.
B. Tujuan Penyusunan
C. Manfaat
PEMBAHASAN
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikanperlindungan terhadap bahaya-
bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Atau bisa juga disebut alat kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang disekelilingnya.APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi
tenaga kerjaapabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukandengan
baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha tersebut,namun sebagai usaha
akhir.
Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang
mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilihsecara hati-hati agar dapat memenuhi
beberapa ketentuan yang diperlukan.Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat
Pelindung Diri adalah :
1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yangspesifik atau
bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkanrasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.Suku cadangnya
harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya
9. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yangspesifik atau
bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja
12. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yangdikarenakan bentuk
dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalammenggunakannya.
14. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain:
1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administrativetidak dapat
dilakukan dengan baik.
• Alat Pelindung Kepala : Alat ini adalah kombiansi dari alat pelindungmata,pernapasan dan
mata contohnya Topi Pelindung/Pengaman (SafetyHelmet), Tutup Kepala, Hats/cap, Topi
pengaman.
• Alat Pelindung Telinga : Tutup Telinga (Ear muff ), Sumbat Telinga (Ear plugs).
o Topi pengaman : untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman daritegangan listrik
yang terbatas. Tahan terhadap tegangan listrik. Biasanyadigunakan oleh pemadam kebakaran.
o Sumbat Telinga (Ear plugs ) yang baik adalah menahan frekuensi Daya atenuasi(daya
lindung) : 25-30 dB, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya(komunikasi) tak terganggu.
o Tutup Telinga (Ear muff ) frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42 dB (35–45 dB)Untuk frekuensi
biasa 25-30 dB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikanantara tutup telinga dan sumbat
telinga sehingga dapat atenuasi yang lebihtinggi; tapi tak lebih dari 50 dB,karena hantaran suara
melalui tulang masih ada.
o Kekurangan oksigen
o Beberapa pekerjaan mekanikal di workshop dimana ada potensi cedera bilatidak menggunakan
sarung tangan (seperti benda yang masih panas, bendayang sisinya tajam dlsb.).
Pakaian Pelindung: digunakan untuk melindungi tubuh dari benda berbahaya,misal api, asap,
bakteri, zat-zat kimia, dsb.
• Safety Belt
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanyadigunakan pada pekerjaan
konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atauboiler.
o Tutup telinga (ear plugs) untuk bekerja di tempat dengan kebisingan melebihi85 dB.
o Sepatu boot karet (rubber boot) untuk semua pekerjaan di kebun yang dimulaidari survey
lahan, pembibitan, penanaman hingga panen.
1. Kekurangan
o Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai Alat pelindungdiri yang kurang
tepat
o Fungsi dari Alat Pelindung Diri ini hanya untuk menguragi akibat dari kondisiyang berpotensi
menimbulkan bahaya.
o Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filterdan penyerap
(cartridge).
o Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan administrasitidak berfungsi
dengan baik.
1. Cara memilih
o Alat Pelindung Diri yang sesuai standar serta sesuai dengan jenis pekerjaannyaharus selalu
digunakan selama mengerjakan tugas tersebut atau selama beradadi areal pekerjaan tersebut
dilaksanakan.
o Alat Pelindung Diri tidak dibutuhkan apabila sedang berada dalam kantor,ruang istirahat, atau
tempat-tempat yang tidak berhubungan denganpekerjaannya.
o Memeriksa Alat pelindung diri sebelum dipakai untuk mengetahui adanyakerusakan atau tidak
layak pakai.
o Memastikan Alat pelindung diri yang digunakan aman untuk keselamatan jikatidak sesuai
maka perlu diganti dengan yang baru.
o Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja yangkualitasnya tidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidakdibenarkan untuk dipergunakan
1. Helm kerja dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut carapenyimpanan,
kebersihan serta kondisinya oleh manajemen lini.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja yangkualitasnya tidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidakdibenarkan untuk dipergunakan (retak-retak,
bolong atau tanpa systemsuspensinya).
3.Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang memilikihelm kerja dan
telah mengikuti training.
2.Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan kacamata safety yangkualitasnya tidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidakdibenarkan untuk dipergunakan.
3. Penyimpanan masker harus terjamin sehingga terhindar dari debu, kondisiyang ekstrim
(terlalu panas atau terlalu dingin), kelembaban atau kemungkinantercemar bahan-bahan kimia
berbahaya.
4.Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang memilikikacamata safety
dan telah mengikuti training.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sepatu safety yang kualitasnyatidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkanuntuk dipergunakan.
3.Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang memilikisepatu safety
dan telah mengikuti training.
3.Kondisi dan kebersihan alat pelindung pernafasan menjadi tanggung jawabkaryawan yang
bersangkutan,
4.Kontrol terhadap kebersihan alat tersebut akan selalu dilakukan olehmanagemen lini.
• Sarung tangan
2.Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung tangan yang kualitasnyatidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkanuntuk dipergunakan.
3.Penyimpanan sarung tangan harus terjamin sehingga terhindar dari debu,kondisi yang ekstrim
(terlalu paas atau terlalu dingin), kelembaban ataukemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya.
1.eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher
3.paskan dengan erat pada wajah dan dibawah dagu sehingga melekat denganbaik
2.lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas
Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pasLangkah-langkah melepaskan
3.letakkan di wadah yang telah disediakan untuk di proses ulang atau dalamtempat limbah
infeksius
1. tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut ,lengan hingga bagianpergelangan tangan dan
selubungkan ke belakang punggung
2. lepas tali
3. tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja
5. lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telahdisediakan untuk
diproses ulang atau buang di tempat limbah infensius
1. buka pembungkus sarung tangan dengan hati hati pilih yang sesuai ukuran.
3. jari telunjuk dan ibu jari non dominan membuka lipatan sarung tangan bagianatas dan
masukkan tangan non dominan dengan posisi terlentang , masukkan jari secara pelan-pelan
4.untuk memakai sarung tangan sebelah kiri menggunakan 4jari tangan dominanmasukkan
dalam lipatan sarung tangan (bagian luar ) segera masukkan tangannon dominan secara perlahan
lahan
3. pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yangmasih memakai
sarung tangan
4. selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan dibawah sarungtangan yang
belum di lepas di pergelangan tangan
6.buang sarung tangan di tempat limbah infensius7. cuci tangan sesuai prosedur.
1. gunakan sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapakkaki , bisa
digunakan sepatu boot dari bahan kulit
3.harus selalu digunakan di dalam kamar operasi dan tidak boleh dipakai keluar,tidak dianjurkan
memakai sandal, sepatu, sepatu terbuka dan telanjang kaki.
1. Pekerja tidak mau memakai (Tidak sadar/tidak mengerti, Panas,Sesak,Tidak enak dipakai,
Tidak enak dipandang, Berat, Mengganggu pekerjaan, Tidak sesuai dengan bahaya yang ada,
Tidak ada sangsi, Atasan juga tidak memakai).
G. Pengertian NAB
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun
2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja Nilai
Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja
sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-
hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Selain itu, pengertian NAB adalah alternatif bahwa walau apapun yang terdapat dalam
lingkungan kerjanya, manusia merasa aman. Dalam perkataan lain, nilai ambang batas juga
diidentikkan dengan kadar maksimum yang diperkenankan. Kedua pengertian ini mempunyai
tujuan sama
H. MACAM – MACAM NAB
Nilai Ambang Batas yang ditentukan oleh kadar kontaminan (pencemar) yang dapat diterima
oleh tenaga kerja selama 8 jam kerja per hari atau 40 jam dalam seminggunya (selama hidupnya
dalam waktu kerja) tanpa mengakibatkan pengaruh buruk kepada kesehatan.
b) Kelompok kedua adalah TLV – Short Term Exposure Limit (TLV – STEL)
NIlai Ambang Batas – Batas Pajanan Waktu Pendek (NAB – BPWP) ialah Nilai Ambang Batas
ditentukan atas dasar kadar maksimum dari kontaminan yang tenaga kerja boleh (dapat) terpajan
secara berturutan (kontinu) dalam waktu yang pendek tanpa menderita :
Iritasi
Kerusakan jaringan kronis atau tidak dapat disembuhkan.
Pengaruh membius (narkose) yang dapat mengakibatkan kecelakaan serta gangguan –
gangguan yang dapat menurunkan effisiensi kerja.
Suatu BPWP (STEL) atau suatu batas pajanan (terhadap kadar maksimum bahan kimia) dalam
waktu pendek diartikan sebagai suatu pajanan selama 15 menit rata – rata waktu tertimbang
(standar waktu pajanan = 15 menit) yang tidak boleh dilampaui selama waktu hari kerja (8jam
kerja per hari). Pemajanan diatas TLV - TWA sampai TLV – STEL (harus tidak lebih dari 15
menit dan tidak terjadi lebih dari 4 kali (4 x 15 menit) setiap hari atau selama 60 menit dengan
pajanan yang berurutan.
Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang terdiri dari iklim kerja,
kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet. Berikut adalah Nilai
Ambang Batas Faktor-Faktor Fisika :
a)
Iklim Kerja
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan
panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang
diperkenankan.
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi :
ISSB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :
b) Kebisingan
Kebisingan dapat menyebabkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang pada
pendengaran. Untuk menanggulangi kebisingan di pabrik, beberapa Negara menetapkan Nilai
Ambang Batas (NAB) kebisingan. Nilai Ambang Batas kebisingan di tempat kerja adalah
intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus
tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Berikut ini adalah Nilai Ambang Batas yang
ditetapkan oleh Kementrian Tenaga Kerja No.13 Tahun 2011.
Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
c) Getaran
Untuk mengetahui pengaruh getaran terhadap kesehatan kerja, maka perlu diketahui nilai
ambang batas dari getaran ini. Cara untuk mengetahui nilai ambang batas dilakukan dengan
mengukur getaran yang ada kemudian dibandingkan dengan NAB yang diijinkan. NAB getaran
alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja
ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2) serta NAB getaran yang kontak langsung
maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar 0,5 meter per detik kuadrat
(m/det2). Berikut ini adalah tabel Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemajanan Lengan dan
Tangan.
Tabel
2.3
Nilai
d) Gelombang Mikro
Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas untuk Gelombang Mikro
Keterangan :
mW/cm2 : Mili Watt per senti meter persegi V/m : Volt per Meter
NAB radiasi sinar ultra ungu ditetapkan sebesar 0,0001 milliWatt per sentimeter persegi
(mW/cm2). Berikut adalah waktu pemaparan radiasi sinar Ultra Ungu yang diperkenankan.
Tabel
2.5
Nilai
NAB medan magnit statis untuk seluruh tubuh ditetapkan sebesar 2 Tesla. NAB medan magnit
statis untuk bagian anggota tubuh (kaki dan tangan) ditetapkan sebesar 600 milli tesla (mT).
Berikut adalah NAB Pemaparan Medan Magnit Statis yang diperkenankan.
Tabel 2.6.2 Nilai Ambang Batas untuk Medan Magnet frekuensi 1- 30Khz
g) Penerangan
Standar berdasarkan PMP NO. 7 / 1964 Untuk pekerjaaan membedakan barang-barang yang
agak kecil yang agak teliti paling sedikit 200 LUX ( ini yang di pakai dalam pengkuran
penerangan pada praktikum k3 tentang penerangan)
Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang meliputi bentuk
padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia. Faktor
kimia ini mencakup wujud yang bersifat partikel dan tidak bersifat partikel. Wujud yang bersifat
partikel yaitu debu, awan, kabut, uap logam, dan asap, sedangkan wujud yang tidak bersifat
partikel adalah gas dan uap.
Berikut adalah beberapa nilai ambang batas untuk faktor kimia seperti yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/X/2011 tahun 2011
tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja :
Nilai ambang batas pada mulanya ditujukan pada pekerja yang bekerja di perusahaan-perusahaan
misalnya perusahaan industri, dan perminyakan atau bahan kimia yaitu untuk menjamin
kesehatan dan keselamatan kerja selama mereka bekerja dalam pabrik. Sebagai pekerja yang
bekerja untuk puluhan tahun harus terjamin kesehatannya akibat kondisi udara dan lingkungan
kerjanya. Udara sekelilingnya haruslah memenuhi syarat kesehatan walaupun mengandung
bahan tertentu. Agar udara memenuhi syarat kesehatan maka konsentrasi bahan dalam
udara ditetapkan batasannya. Artinya konsentrasi bahan tersebut tidak mengakibatkan
penyakit atau kelainan selama delapan jam bekerja sehari atau 40 jam seminggu. Ini
menunjukkan bahwa di tempat kerja tidak mungkin bebas polusi udara.
Nilai ambang batas adalah alternatif bahwa walau apapun yang terdapat dalam lingkungan
kerjanya, manusia merasa aman. Dalam perkataan lain, nilai ambang batas juga diidentikkan
dengan kadar maksimum yang diperkenankan. Bahan-bahan dan peralatan kerja di satu pihak
mutlak diperlukan bagi pembangunan demi kesejahteraan dan kemajuan bangsa, namun di pihak
lain dapat memberikan akibat-akibat negative seperti gangguan keselamatan, kesehatan dan
kenyamanan kerja serta gangguan pencemaran lingkungan. Guna mengantisipasi dampak negatif
yang kemungkinan terjadi di lingkungan kerja perlu dilakukan upaya – upaya pengamanan guna
meningkatkan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Kedua pengertian
in mempunyai tujuan yang sama. Daya tahan manusia atau reaksi fisiologi manusia berbeda
terhadap bahan tertentu seperti misalnya reaksi suatu bangsa terhadap penyakit tertentu.
Di samping itu efek cuaca dan dan musim turut mempengaruhi konsentrasi sehingga antara satu
periode perlu mendapat perubahan. Untuk keadaan lain nilai ambang batas ini diambil secara
rata-rata. Seperti yang diketahui bahwa kegunaan dari nilai ambang batas adalah :
3) Menentukan subtitusi bahan proses produksi terhadap bahan yang lebih beracun dengan bahan
yang kurang beracun.
4) Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya penyakit dan hambatan-
hambatan efisiensi kerja akibat faktor kimiawi dengan bantuan pemeriksaan biologi.
Pasal 7 yang berisi : Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus
membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan
perundangan.
Pasal 8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat pelindung diri atau APD sangat penting dan diperlukan oleh pegawai, karyawan,
enginering, administratif atau siapapun yang memiliki risiko kecelakaan ataupun bahaya dalam
bekerja. Oleh karena itu APD harus benar-benar dipelajari dan dipahami baik dalam
penggunaannya ataupun pemeliharaannya agar APD bias berfungsi dengan baik. Berikut
pembahasan mengenai alat pelindung diri:
1. Alat perlindungan diri merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi risiko akibat
kecelakaan, bukan menghilangkan kecelakaan itu sendiri.
3. Alat perlindungan diri harus sesuai dengan jenis kegiatan dan tempat pekerjaan.
4. Alat perlindungan diri harus selalu dirawat agar dapat digunakan sesuai dengan ketentuan.
Dari berbagai macam ketatapan nilai ambang batas yang dijelaskan dapat diambil kesimpulan
bahwa batasan-batasan NAB faktor fisika maupun kimia ditetapkan berdasarkan lamanya waktu
pekerja saat terpapar faktor- faktor tersebut serta besarnya frekuensi paparan dari faktor fisika
maupun kimia tersebut. Batasan-Batasan ini diatur dalam perundang-undangan yang menyangkut
masalah ketenagakerjaan dan K3. Dalam perundang-undangan ketenagakerjaan dan K3
tercantum juga mengenai wewenang dan kewajiban pengurus perusahaan terhadap pekerjanya
serta kewajiban dan hak para pekerja untuk mendapatkan jamin keselamatan dan kesehatan kerja
dalam lingkungan pekerjaannya. Sehingga Peraturan/Standar/NAB K3 sangatlah diperlukan
demi terciptanya keberlangsungan produktivitas dalam lingkungan pekerjaan yang aman bagi
keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
B. Saran
2. Penyuluhan tentang alat pelindung diri kepada semua masyarakat agar dapat mengurangi
angka kecelakaan.
3. Penggunaan alat pelindung diri sebaiknya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja.
4. Pemantauan terhadap alat pelindung diri harus rutin dilakukan, agar dalam penggunaan lebih
optimal.
7. Di dalam suatu perusahaan harus ada seorang Ahli K3 yang mampu menciptakan segala
prosedur pekerjaan yang sesuai standar K3 serta mampu menentukan standar NAB suatu proses
pekerjaan secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-24160-BAB1.Image.Marked.pdf
(diaksez pada 22 Nopember 2022)
Kuswadji, Sudjoko. Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC Astronto, 2003. Ridley, John. Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Erlangga, 2006. Santosa, Gempur. Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja . Jakarta :
Soni. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan. Jakarta : Erlangga, 2006 Surat Edaran Menteri
Tenaga Kerja No. 01/MEN/ 1997