Anda di halaman 1dari 35

ALAT PELINDUNG DIRI DALAM KESEHATAN KESELAMATAN

KERJA ( K3 )

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar Kesehtan Kerja (K3)

Dosen pengampu :
Imam Cahyo yumono, S.K.M., M.Si.

Disusun oleh :
Cindy Nabila Julitri (244021016)
Winda Rosa (244021019)
Wanda Panji Delisantono (244021001)
Alpin Aripin (244021017)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPSDMI
GARUT
2022
Kata pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah "Alat Pelindung Diri Dalam Kesehatan
Keselamatan Kerja" ini ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua anggota yang telah memberikan
bantuan dan sumbangan pemikiran, mulai dari persiapan sampai selesainya
penyusunan makalah ini.

penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaauntuk
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Garut, 20 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya
dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekitarnya. Peraturan
APD dibuat oleh pemerintah sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan tentang
keselamatan kerja. Perusahaan atau pelaku usaha yang mempekerjakan pekerja atau pelaku usaha
yang mempekerjakan pekerja atau buruh memiliki kewajiban menyediakan APD di tempat kerja
sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. Selain itu, perusahaan harus
mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan
APD serta melaksanakan manajemen APD di tempat kerja. Adapun jenis-jenis alat pelindung
diri yang sesuai dengan SOP pekerja proyek, yaitu alat pelindung diri kepala (topi dan helm),
alat pelindung diri kaki (sepatu kerja atau safety shoes) dan rompi. Risiko yang dapat terjadi jika
pekerja tidak menggunakan APD sesuai SOP diatas adalah tertimpa material dari atas, tertusuk
benda tajam dan lainnya (Buntarto, 2015).

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha – usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan
lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun terkadang keadaan bahaya masih
belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Pihak manajemen perlu mengambil kebijakan untuk
melindungi pekerja itu dengan berbagai cara yaitu mengurangi sumber bahaya ataupun
menggunakan alat pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya,
pemakaian alat pelindung diri akan sangat sulit, karena sebagian pekerja menganggap bahwa alat
ini akan mengganggu pekerjaan (Anizar, 2012)

Menurut badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat sedikitnya ada
105.383 kasus kecelakaan kerja di Kabupaten Tangerang yang terjadi selama tahun 2014. Data
tersebut berdasarkan klaim program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) oleh peserta BPJS. Dari
105.383 kasus tersebut. Diantaranya mengalami cacat fungsi sebanyak 3.618 kasus, cacat
sebagian sebanyak 2.616 kasus, cacat total sebanyak 43 kasus dan meninggal dunia sebanyak
2.375 kasus (BPJS, 2015).Hasil penelitian dari (Ningsih, 2018) membuktikan adannya hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan APD. Hasil penelitian (Noviandry,
2013) bahwa ada hubungan antara sikap terhadap penggunaan APD. Hasil penelitian yang
dilakukan (Masri, 2016) bahwa ada hubungan antara masakerja dalam penggunaan APD.

Keselamatan, Kesehatan, Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3
adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.

Tempat kerja merupakan tempat dimana setiap orang mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan diri sendiri maupun keluarga yang sebagian besar waktu pekerja dihabiskan di tempat
kerja. Setiap tempat kerja selalu terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat memengaruhi
kesehatan pekerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Tempat kerja yang
sehat akan mendukung pekerja untuk dapat bekerja secara optimal yang pada akhirnya akan
meningkatkan produktivitas. Sebaliknya tempat kerja yang tidak sehat dapat menurunkan derajat
kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. Namun pada faktanya masih ada
beberapa tempat atau lingkungan kerja yang belum memenuhi standar nasional keamanan K3,
faktor tersebut dapat berasal dari awal terbentuknya lingkungan tersebut atau faktor sementara
yang timbul pada saat proses keseharian dalam lingkungan kerja. Baik dari suara, zat-zat kimia,
udara, dan lain sebagainya.

Maka dari itu untuk menciptakan tempat kerja yang sehat maka semua potensi bahaya di tempat
kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman, memberikan kontribusi bagi
terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat serta proses produksi menjadi lancar serta
dapat menekan risiko kerugian dan

meningkatan produktivitas pekerja.

Berdasarkan pembahasan yang telah di uraikaan penulis tertarik untuk memperdalam Alat
pelindung diri dan Nilai Ambang Batas dalam Kesehatan keselamatan kerja.

B. Tujuan Penyusunan

Adapun penyusunan makalah ini bertujuan untuk:


1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Alat Pelindung Diri (APD).
2. Untuk mengetahui apa manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)bagi kegiatan
manusia.
3. Untuk mengetahui jenis jenis Alat Pelindung Diri (APD).
4. Mengetahui pengertian nilai ambang batas Keselamatan, Kesehatan, Kerja.
5. Mengetahui macam-macam nilai ambang batas dalam Keselamatan, Kesehatan, Kerja.
6. Mengetahui batasan-batasan nilai ambang batas dalam Keselamatan, Kesehatan, Kerja.
7. Mengetahui alasan atau latar belakang dibutuhkannya nilai ambang batas dalam
Keselamatan, Kesehatan, Kerja.
8. Mengetahui undang-undang atau perundang-undangan yang mengatur tentang
ketenagakerjaan dalam Keselamatan, Kesehatan, Kerja.

C. Manfaat

1. Memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada pembaca khususnya pekerja


untuk terus memakai APD dalam berkerja.
2. Menambah wawasan kepa tim pembuat makalah dalam pengaplikasian bidang keilmuan
kesehatan, keselamatan ,kerja (k3).
3. Sebagai bahan informasi yang dapat di jadikan peringatan kepada pembaca agar selalu
memperhatika tingkat keselamat dan kesehatan dalam berkerja.
4. Memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada pembaca khususnya pekerja
agar lebih mengetahui batasan nilai-nilai standar keamanan bagi kesehatannya.
5. Memberikan informasi kepada pembaca khususnya pekerja agar selalu menjaga
kesehatannya dalam lingkungan kerja dan aktivitasnya.
6. Menambah wawasan kepada tim pembuat makalah dalam aplikasi bidang keilmuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
7. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan peringatan kepada pembaca agar selalu
memperhatikan tingkat keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikanperlindungan terhadap bahaya-
bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Atau bisa juga disebut alat kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang disekelilingnya.APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi
tenaga kerjaapabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukandengan
baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha tersebut,namun sebagai usaha
akhir.

Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang
mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilihsecara hati-hati agar dapat memenuhi
beberapa ketentuan yang diperlukan.Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat
Pelindung Diri adalah :
1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yangspesifik atau
bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkanrasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

4. Bentuknya harus cukup menarik.

5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.

6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yangdikarenakan bentuk


dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalammenggunakannya.

7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.

8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.Suku cadangnya
harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya

9. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yangspesifik atau
bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja

10. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

11. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.

12. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yangdikarenakan bentuk
dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalammenggunakannya.

13. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.

14. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

B. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)

Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain:

1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administrativetidak dapat
dilakukan dengan baik.

2. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.


3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antaralain :

1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinanadanya potensi


bahaya/kecelakaan kerja.

2. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.

3. Jenis-jenis Alat Perlindungan Diri (APD)

Alat Pelindung Diri di bagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1. APD bagian kepala meliputi :

• Alat Pelindung Kepala : Alat ini adalah kombiansi dari alat pelindungmata,pernapasan dan
mata contohnya Topi Pelindung/Pengaman (SafetyHelmet), Tutup Kepala, Hats/cap, Topi
pengaman.

• Alat Pelindung Kepala Bagian Atas : Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet),

• Alat Pelindung Muka : Safety Glasses, Face Shields, Goggles.

• Alat Pelindung Pengliahatan : Kaca Mata

• Alat Pelindung Telinga : Tutup Telinga (Ear muff ), Sumbat Telinga (Ear plugs).

• Alat Pelindung Pernafasan : Masker, Respirator.

2. APD bagian badan meliputi :

Alat Pelindung Seluruh Badan : jas laboratorium

• Alat Pelindung Badan Bagian Muka : Apron

• Alat pelindung bagian dada : Rompi pelindung

3. APD bagian anggota badan meliputi :

• Alat Pelindung Tangan : Sarung Tangan (Safety Gloves).

• Alat Pelindung Kaki : sepatu bot.


C. Kegunaan

• Alat Pelindung Kepala

o Alat Pelindung Kepala Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet) : Melindungikepala dari


benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena aruslistrik.

o Tutup Kepala : Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap,panas/dingin.

o Hats/cap : Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-mesinberputar.

o Topi pengaman : untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman daritegangan listrik
yang terbatas. Tahan terhadap tegangan listrik. Biasanyadigunakan oleh pemadam kebakaran.

• Alat Pelindung Muka Dan MataMelindungi muka dan mata dari:

• Lemparan benda-benda kecil.

• Lemparan benda-benda panas

• Pengaruh cahay• Alat Pelindung Telinga

o Sumbat Telinga (Ear plugs ) yang baik adalah menahan frekuensi Daya atenuasi(daya
lindung) : 25-30 dB, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya(komunikasi) tak terganggu.

o Tutup Telinga (Ear muff ) frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42 dB (35–45 dB)Untuk frekuensi
biasa 25-30 dB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikanantara tutup telinga dan sumbat
telinga sehingga dapat atenuasi yang lebihtinggi; tapi tak lebih dari 50 dB,karena hantaran suara
melalui tulang masih ada.

• Alat Pelindung Pernafasan

o Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti:

o Kekurangan oksigen

o Pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam)

o Pencemaran oleh gas atau uap

• Alat Pelindung Tangan


• Sarung Tangan (Gloves) Jenis pekerjaan yang membutuhkan sarung tangan :

o Pengelasan/ pemotongan (bahan kulit)

o Bekerja dengan bahan kimia (bahan karet)

o Beberapa pekerjaan mekanikal di workshop dimana ada potensi cedera bilatidak menggunakan
sarung tangan (seperti benda yang masih panas, bendayang sisinya tajam dlsb.).

o Beberapa pekerjaan perawatan.

• Alat Pelindung Kaki

o Untuk mencegah tusukan

o Untuk mencegah tergelincir

o Tahan terhadap bahaya listrik

• Alat Pelindung Badan

Pakaian Pelindung: digunakan untuk melindungi tubuh dari benda berbahaya,misal api, asap,
bakteri, zat-zat kimia, dsb.

• Safety Belt

Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanyadigunakan pada pekerjaan
konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atauboiler.

• Alat pelindung diri untuk tugas khusus

o Apron untuk bekerja dengan bahan kimia ataupun pekerjaan pengelasan.

o Full body harness untuk bekerja di ketinggian melebihi 1,24 meter.

o Tutup telinga (ear plugs) untuk bekerja di tempat dengan kebisingan melebihi85 dB.

o Sepatu boot karet (rubber boot) untuk semua pekerjaan di kebun yang dimulaidari survey
lahan, pembibitan, penanaman hingga panen.

D.Kekurangan dan Kelebihan Alat Pelindung Diri

1. Kekurangan
o Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai Alat pelindungdiri yang kurang
tepat

o Fungsi dari Alat Pelindung Diri ini hanya untuk menguragi akibat dari kondisiyang berpotensi
menimbulkan bahaya.

o Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan

o Cara pemakaian Alat Pelindung Diri yang salah,

o Alat Pelindung Diri tak memenuhi persyaratan standar)

o Alat Pelindung Diri yang sangat sensitive terhadap perubahan tertentu.

o Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filterdan penyerap
(cartridge).

o Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit,bila dipakai berganti-ganti.2. Kelebihan

o Mengurangi resiko akibat kecelakan

o Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan

o Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan administrasitidak berfungsi
dengan baik.

o Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.

3. Cara Memilih dan Merawat Alat Pelindung Diri

1. Cara memilih

o Sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai.

o Alat Pelindung Diri yang sesuai standar serta sesuai dengan jenis pekerjaannyaharus selalu
digunakan selama mengerjakan tugas tersebut atau selama beradadi areal pekerjaan tersebut
dilaksanakan.

o Alat Pelindung Diri tidak dibutuhkan apabila sedang berada dalam kantor,ruang istirahat, atau
tempat-tempat yang tidak berhubungan denganpekerjaannya.

o Melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang dipakai.


2. Cara merawat

o Meletakkan Alat pelindung diri pada tempatnya setelah selesai digunakan.

o Melakukan pembersihan secara berkala.

o Memeriksa Alat pelindung diri sebelum dipakai untuk mengetahui adanyakerusakan atau tidak
layak pakai.

o Memastikan Alat pelindung diri yang digunakan aman untuk keselamatan jikatidak sesuai
maka perlu diganti dengan yang baru.

o Dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut carapenyimpanan, kebersihan


serta kondisinya

o Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja yangkualitasnya tidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidakdibenarkan untuk dipergunakan

o Secara spesifik sebagai berikut

• Helm Safety/ Helm Kerja (Hard hat)

1. Helm kerja dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut carapenyimpanan,
kebersihan serta kondisinya oleh manajemen lini.

2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja yangkualitasnya tidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidakdibenarkan untuk dipergunakan (retak-retak,
bolong atau tanpa systemsuspensinya).

3.Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang memilikihelm kerja dan
telah mengikuti training.

• Kacamata Safety (Safety Glasses)

1. Kacamata safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yangmenyangkut cara


penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh manajemenlini.

2.Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan kacamata safety yangkualitasnya tidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidakdibenarkan untuk dipergunakan.
3. Penyimpanan masker harus terjamin sehingga terhindar dari debu, kondisiyang ekstrim
(terlalu panas atau terlalu dingin), kelembaban atau kemungkinantercemar bahan-bahan kimia
berbahaya.

4.Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang memilikikacamata safety
dan telah mengikuti training.

• Sepatu Safety (Safety Shoes)

1. Sepatu safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkutcara


penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh manajemen lini.

2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sepatu safety yang kualitasnyatidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkanuntuk dipergunakan.

3.Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang memilikisepatu safety
dan telah mengikuti training.

Masker/ Perlindungan Pernafasan (Mask/ Respiratory Protection)

1. Pelindung pernafasan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yangmenyangkut cara


penyimpanan, kebersihan serta kondisinya.

2.Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat pelindung pernafasan yangkualitasnya


tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidakdibenarkan untuk dipergunakan.

3.Kondisi dan kebersihan alat pelindung pernafasan menjadi tanggung jawabkaryawan yang
bersangkutan,

4.Kontrol terhadap kebersihan alat tersebut akan selalu dilakukan olehmanagemen lini.

• Sarung tangan

1.Sarung tangan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkutcara


penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh manajemen lini.

2.Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung tangan yang kualitasnyatidak sesuai
persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak dibenarkanuntuk dipergunakan.
3.Penyimpanan sarung tangan harus terjamin sehingga terhindar dari debu,kondisi yang ekstrim
(terlalu paas atau terlalu dingin), kelembaban ataukemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya.

E. Prosedur Kerja Pemasangan dan pelepasan.

• Masker Langkah-langkah pemasangan

1.eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher

2.paskan klip dari logam fleksibel pada batang hidung

3.paskan dengan erat pada wajah dan dibawah dagu sehingga melekat denganbaik

4. periksa ulang pengepasan masker Langka langkah melepaskan masker

1.jangan di sentuh bagian depan masker karena telah terkontaminas

2.lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas

3.buang ke tempat limbah infeksius

• Kaca Mata Pelindung

Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pasLangkah-langkah melepaskan

1. bagian luar kaca mata atau pelindung wajah telah terkontaminasi

2. saat melepaskannya pegang karet atau gagang kacamata

3.letakkan di wadah yang telah disediakan untuk di proses ulang atau dalamtempat limbah
infeksius

• Pemakaian gaun atau apronLangkah-langkah pemasangan

1. tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut ,lengan hingga bagianpergelangan tangan dan
selubungkan ke belakang punggung

2. ikat di pakai di bagian belakang leher dan pinggang, Langkah-langkah pelepasan

1.bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi

2. lepas tali
3. tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja

4. balik gaun pelindung

5. lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telahdisediakan untuk
diproses ulang atau buang di tempat limbah infensius

• Pemakaian sarung tanganLangkah langkah pemasangan

1. buka pembungkus sarung tangan dengan hati hati pilih yang sesuai ukuran.

2. jika harus mempertahankan prinsip-prinsip steril hindarkan sarung tanganterkontaminasi


obyek tidak steril.

3. jari telunjuk dan ibu jari non dominan membuka lipatan sarung tangan bagianatas dan
masukkan tangan non dominan dengan posisi terlentang , masukkan jari secara pelan-pelan

4.untuk memakai sarung tangan sebelah kiri menggunakan 4jari tangan dominanmasukkan
dalam lipatan sarung tangan (bagian luar ) segera masukkan tangannon dominan secara perlahan
lahan

• Langkah-langkah melepaskan sarung tangan

1. ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan terkontaminasi

2.pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya,lepaskan

3. pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yangmasih memakai
sarung tangan

4. selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan dibawah sarungtangan yang
belum di lepas di pergelangan tangan

5. lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama

6.buang sarung tangan di tempat limbah infensius7. cuci tangan sesuai prosedur.

• Pemakaian penutup kepala

Langkah-langkah pemasangan dan pelepasan

1.pakailah pelindung kepala sesuai ukuran sehingga menutup semua rambut


2.lepaskan pelindung kepala dan langsung di buang ke tempat sampah

• Pemakaian pelindung kaki, Langkah-langkah

1. gunakan sepatu karet atau plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapakkaki , bisa
digunakan sepatu boot dari bahan kulit

2. sepatu harus selalu bersih

3.harus selalu digunakan di dalam kamar operasi dan tidak boleh dipakai keluar,tidak dianjurkan
memakai sandal, sepatu, sepatu terbuka dan telanjang kaki.

F. Masalah Pemakaian APD

1. Pekerja tidak mau memakai (Tidak sadar/tidak mengerti, Panas,Sesak,Tidak enak dipakai,
Tidak enak dipandang, Berat, Mengganggu pekerjaan, Tidak sesuai dengan bahaya yang ada,
Tidak ada sangsi, Atasan juga tidak memakai).

2. Tidak disediakan oleh perusahaan (Ketidakmengertian, Pura-pura tidak mengerti, Alasan


bahaya, Dianggap sia-sia).

3. Pengadaan oleh perusahaan (Tidak sesuai dengan bahaya yang ada.

Asal beli (terutama memilih yang murah).

G. Pengertian NAB

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun
2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja Nilai
Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja
sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-
hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Selain itu, pengertian NAB adalah alternatif bahwa walau apapun yang terdapat dalam
lingkungan kerjanya, manusia merasa aman. Dalam perkataan lain, nilai ambang batas juga
diidentikkan dengan kadar maksimum yang diperkenankan. Kedua pengertian ini mempunyai
tujuan sama
H. MACAM – MACAM NAB

ACGIH (American Conference of Govermental Industrial Hygienist) telah menetapkan suatu


standar untuk bahan – bahan kimia di udara lingkungan tempat kerja yang disebut Threshold
Limit Value atau disingkat TLV (yang diterjemahkan sebagai Nilai Ambang Batas atau NAB).
Sesungguhnya TLV untuk bahan – bahan kimia di udara yang ditetapkan oleh ACGIH ini ada
lebih dari satu TLV yang dapat digunakan untuk suatu situasi yang khusus dan TLV atau NAB
untuk bahan – bahan kimia di udara lingkungan tempat kerja dapat dikelompokkan dalam 3
jenis, ialah :

a) Kelompok pertama adalah TLV – Time Weighted Average (TLV-TWA)

Nilai Ambang Batas yang ditentukan oleh kadar kontaminan (pencemar) yang dapat diterima
oleh tenaga kerja selama 8 jam kerja per hari atau 40 jam dalam seminggunya (selama hidupnya
dalam waktu kerja) tanpa mengakibatkan pengaruh buruk kepada kesehatan.

b) Kelompok kedua adalah TLV – Short Term Exposure Limit (TLV – STEL)

NIlai Ambang Batas – Batas Pajanan Waktu Pendek (NAB – BPWP) ialah Nilai Ambang Batas
ditentukan atas dasar kadar maksimum dari kontaminan yang tenaga kerja boleh (dapat) terpajan
secara berturutan (kontinu) dalam waktu yang pendek tanpa menderita :

 Iritasi
 Kerusakan jaringan kronis atau tidak dapat disembuhkan.
 Pengaruh membius (narkose) yang dapat mengakibatkan kecelakaan serta gangguan –
gangguan yang dapat menurunkan effisiensi kerja.

Suatu BPWP (STEL) atau suatu batas pajanan (terhadap kadar maksimum bahan kimia) dalam
waktu pendek diartikan sebagai suatu pajanan selama 15 menit rata – rata waktu tertimbang
(standar waktu pajanan = 15 menit) yang tidak boleh dilampaui selama waktu hari kerja (8jam
kerja per hari). Pemajanan diatas TLV - TWA sampai TLV – STEL (harus tidak lebih dari 15
menit dan tidak terjadi lebih dari 4 kali (4 x 15 menit) setiap hari atau selama 60 menit dengan
pajanan yang berurutan.

c) Kelompok ketiga adalah TLV – Ceiling Value (TLV – C)


NAB kadar tertinggi yang diperkenankan atau NAB – KTD yang ditentukan atas dasar suatu
kadar tertinggi yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap selama tenaga kerja
melakukan pekerjaan.

I. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika yang terdiri dari iklim kerja,
kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet. Berikut adalah Nilai
Ambang Batas Faktor-Faktor Fisika :

a)

Iklim Kerja

Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan
panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang
diperkenankan.

Tabel a. standart nilai ambang batas pada iklim kerja

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi :

ISSB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :

ISSB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola Catatan :


 Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo kal ori/jam.
 Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350
Kilo kalori/jam.
 Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari 500
Kilo kalori/jam.

b) Kebisingan

Kebisingan dapat menyebabkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang pada
pendengaran. Untuk menanggulangi kebisingan di pabrik, beberapa Negara menetapkan Nilai
Ambang Batas (NAB) kebisingan. Nilai Ambang Batas kebisingan di tempat kerja adalah

intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus
tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Berikut ini adalah Nilai Ambang Batas yang
ditetapkan oleh Kementrian Tenaga Kerja No.13 Tahun 2011.

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas untuk Kebisingan

Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
c) Getaran

Untuk mengetahui pengaruh getaran terhadap kesehatan kerja, maka perlu diketahui nilai
ambang batas dari getaran ini. Cara untuk mengetahui nilai ambang batas dilakukan dengan
mengukur getaran yang ada kemudian dibandingkan dengan NAB yang diijinkan. NAB getaran
alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja

ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2) serta NAB getaran yang kontak langsung
maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar 0,5 meter per detik kuadrat
(m/det2). Berikut ini adalah tabel Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemajanan Lengan dan
Tangan.
Tabel
2.3
Nilai

Ambang Batas untuk Getaran

Catatan : 1 Gravitasi = 9,81 m/det2

d) Gelombang Mikro
Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas untuk Gelombang Mikro

Keterangan :

kHz : Kilo Hertz

MHz : Mega Hertz

GHz : Giga Hertz

F : Frekuensi dalam MHz

mW/cm2 : Mili Watt per senti meter persegi V/m : Volt per Meter

A/m : Amper per Meter

e. Sinar Ultra Ungu

NAB radiasi sinar ultra ungu ditetapkan sebesar 0,0001 milliWatt per sentimeter persegi
(mW/cm2). Berikut adalah waktu pemaparan radiasi sinar Ultra Ungu yang diperkenankan.
Tabel
2.5
Nilai

Ambang Batas untuk Sinar Ultra Ungu


f. Medan Magnet

NAB medan magnit statis untuk seluruh tubuh ditetapkan sebesar 2 Tesla. NAB medan magnit
statis untuk bagian anggota tubuh (kaki dan tangan) ditetapkan sebesar 600 milli tesla (mT).
Berikut adalah NAB Pemaparan Medan Magnit Statis yang diperkenankan.

Tabel 2.6. Nilai Ambang Batas untuk Medan Magnet

Keterangan; f adalah frekuensi dalam Hz

Tabel 2.6.2 Nilai Ambang Batas untuk Medan Magnet frekuensi 1- 30Khz

g) Penerangan
Standar berdasarkan PMP NO. 7 / 1964 Untuk pekerjaaan membedakan barang-barang yang
agak kecil yang agak teliti paling sedikit 200 LUX ( ini yang di pakai dalam pengkuran
penerangan pada praktikum k3 tentang penerangan)

 selain itu untuk penerangan darurat paling sedikit 5 lux.


 halaman dan jalan di perusahaan paling sedikit 20 lux.
 pekerjaaan yang membedakan barang kasar paling sedikit 50 lux.
 pekerjaan membedakan barang-barang kecil sepintas lalu paling sedikit 100 lux.
 pekerjaaan yang membedakan yang teliti dari bang yang kecil dan halus paling sedikit
300 lux.
 perbedaan membedakan barang halus dengan kontras sedang dan dalam waktu lama
antara 500-1000 lux.
 pekerjan yang membedakan barang sangat halus dengan kontras yang sangat kurang
untukwaktu lama paling sedikit 1000 lux
I. Nilai Ambang Batas Faktor Kimia

Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang meliputi bentuk
padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia. Faktor
kimia ini mencakup wujud yang bersifat partikel dan tidak bersifat partikel. Wujud yang bersifat
partikel yaitu debu, awan, kabut, uap logam, dan asap, sedangkan wujud yang tidak bersifat
partikel adalah gas dan uap.

Berikut adalah beberapa nilai ambang batas untuk faktor kimia seperti yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/X/2011 tahun 2011
tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja :

Tabel 2.7 nilai ambang


batas untuk faktor kimia
J. Latar Belakang diperlukannya NAB

Nilai ambang batas pada mulanya ditujukan pada pekerja yang bekerja di perusahaan-perusahaan
misalnya perusahaan industri, dan perminyakan atau bahan kimia yaitu untuk menjamin
kesehatan dan keselamatan kerja selama mereka bekerja dalam pabrik. Sebagai pekerja yang
bekerja untuk puluhan tahun harus terjamin kesehatannya akibat kondisi udara dan lingkungan
kerjanya. Udara sekelilingnya haruslah memenuhi syarat kesehatan walaupun mengandung
bahan tertentu. Agar udara memenuhi syarat kesehatan maka konsentrasi bahan dalam
udara ditetapkan batasannya. Artinya konsentrasi bahan tersebut tidak mengakibatkan
penyakit atau kelainan selama delapan jam bekerja sehari atau 40 jam seminggu. Ini
menunjukkan bahwa di tempat kerja tidak mungkin bebas polusi udara.

Nilai ambang batas adalah alternatif bahwa walau apapun yang terdapat dalam lingkungan
kerjanya, manusia merasa aman. Dalam perkataan lain, nilai ambang batas juga diidentikkan
dengan kadar maksimum yang diperkenankan. Bahan-bahan dan peralatan kerja di satu pihak
mutlak diperlukan bagi pembangunan demi kesejahteraan dan kemajuan bangsa, namun di pihak
lain dapat memberikan akibat-akibat negative seperti gangguan keselamatan, kesehatan dan
kenyamanan kerja serta gangguan pencemaran lingkungan. Guna mengantisipasi dampak negatif
yang kemungkinan terjadi di lingkungan kerja perlu dilakukan upaya – upaya pengamanan guna
meningkatkan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Kedua pengertian
in mempunyai tujuan yang sama. Daya tahan manusia atau reaksi fisiologi manusia berbeda
terhadap bahan tertentu seperti misalnya reaksi suatu bangsa terhadap penyakit tertentu.

Di samping itu efek cuaca dan dan musim turut mempengaruhi konsentrasi sehingga antara satu
periode perlu mendapat perubahan. Untuk keadaan lain nilai ambang batas ini diambil secara
rata-rata. Seperti yang diketahui bahwa kegunaan dari nilai ambang batas adalah :

1) Sebagai kadar standar untuk pertandingan

2) Sebagai pedoman untuk perencanaan proses produksi dan perencanaan teknologi


pengendalian bahaya-bahaya di lingkungan kerja.

3) Menentukan subtitusi bahan proses produksi terhadap bahan yang lebih beracun dengan bahan
yang kurang beracun.
4) Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya penyakit dan hambatan-
hambatan efisiensi kerja akibat faktor kimiawi dengan bantuan pemeriksaan biologi.

K. Perundang – undangan ketenagakerjaan K3

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

1. Bab I memuat Pasal 1 tentang istilah-istilah mengenai ketenagakerjaan yang berisi


pengertian tentang :
 Ayat 1 pengertian Tempat kerja
 Ayat 2 pengertian Pengurus
 Ayat 3 pengertian Pengusaha
 Ayat 4 pengertian Direktur
 Ayat 5 pengertian Pegawai Pengawas
 Ayat 6 pengertian Ahli Keselamatan Kerja
2. Bab II memuat Pasal 2 memuat Ruang Lingkup K3 dengan :
 Ayat 1 : keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia
 Ayat 2 : cakupan dari Ayat 1 meliputi aktivitas ketenaga kerjaan
 Ayat 3 : Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-
ruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau
kesehatan yang bekerja dan atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat
dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).
3. Bab III memuat Pasal 3
 Ayat 1 : tujuan ditetapkannya syarat-syarat keselamatan kerja
 Ayat 2 : isi Ayat 1 dapat dirubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik
dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.
 Pasal 4 memuat penjelasan mengenai Pasal 3 terkait bahan konstruksi dan
keselamatannya
4. Bab IV memuat Pasal 5
 Ayat 1 : wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan
kerja
 Ayat 2 : wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan
kerja diatur dalam perundang-undangan
Pasal 6
 Ayat 1 : permohonan banding atas keputusan direktur
 Ayat 2 : tata cara permohonan banding ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja
 Ayat 3 : keputusan panitia banding

Pasal 7 yang berisi : Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus
membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan
perundangan.

Pasal 8

 Ayat 1 : kewajiban pengurus untuk memeriksakan kesehatan


pekerjanya
 Ayat 2 : pemeriksaan kesehatan secara berkala oleh dokter yang sudah ditunjuk oleh
Direktur
 Ayat 3 : Norma pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.
5. Bab V memuat Pasal 9
 Ayat 1 : kewajiban pengurus kepada tenaga kerjanya
 Ayat 2 : pengurus dapat memperkejakan tenaga kerja yang memahami ayat 1
 Ayat 3 : kewajiban menyelenggarakan pembinaan bagi tenaga kerja
 Ayat 4 : kewajiban pengurus untuk memenuhi syarat dan ketentuan- ketentuan yang
berlaku
6. Bab VI memuat Pasal 10
 Ayat 1 : wewenang Menteri Tenaga Kerja untuk membertuk Panitia Pembina
Keselamatan
 Ayat 2 : susunan Panitia Pembina Keselamatan ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja
7. Bab VII memuat Pasal 11
 Ayat 1 : kewajiban pengurus dalam melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam
tempat kerja
 Ayat 2 : tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan diatur dalam perundangan
8. Bab VIII Pasal 12 memuat hak dan atau kewajiban tenaga kerja yaitu :
a) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
keselamatan kerja;
b) Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
d) Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
e) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan dan keselamatan
kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam
hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggung jawabkan.
9. Bab IX Pasal 13 memuat Kewajiban memasuki tempat kerja
10. Bab X Pasal 14 memuat Kewajiban Pengurus
11. Bab XI Pasal 15 yang memuat ketentuan lebih lanjut serta sanksi yang telah ditetapkan

Pasal 16 yang memuat kewajiban pengusaha untuk memenuhi ketentuan perundang-


undangan

Pasal 17 yang memuat penegasan ketentuan perundang-undangan Pasal 18 penutup


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alat pelindung diri atau APD sangat penting dan diperlukan oleh pegawai, karyawan,
enginering, administratif atau siapapun yang memiliki risiko kecelakaan ataupun bahaya dalam
bekerja. Oleh karena itu APD harus benar-benar dipelajari dan dipahami baik dalam
penggunaannya ataupun pemeliharaannya agar APD bias berfungsi dengan baik. Berikut
pembahasan mengenai alat pelindung diri:

1. Alat perlindungan diri merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi risiko akibat
kecelakaan, bukan menghilangkan kecelakaan itu sendiri.

2. Alat perlindungan diri dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat.

3. Alat perlindungan diri harus sesuai dengan jenis kegiatan dan tempat pekerjaan.

4. Alat perlindungan diri harus selalu dirawat agar dapat digunakan sesuai dengan ketentuan.

Berdasarkan pembahasan tentang Peraturan/Standar/NAB K3 maka dapat disimpulkan bahwa


NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang
waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari
atau 40 jam seminggu (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011). Sehingga para pekerja dapat diupayakan keamanan dan
keselamatannya di lingkungan kerja dengan adanya pemberlakuan NAB tersebut.
NAB untuk bahan – bahan kimia di udara lingkungan tempat kerja dapat dikelompokkan dalam 3
jenis, yaitu : TLV – Time Weighted Average (TLV-TWA) , TLV – Short Term Exposure Limit
(TLV – STEL) , dan TLV – Ceiling Value (TLV – C).

Dari berbagai macam ketatapan nilai ambang batas yang dijelaskan dapat diambil kesimpulan
bahwa batasan-batasan NAB faktor fisika maupun kimia ditetapkan berdasarkan lamanya waktu
pekerja saat terpapar faktor- faktor tersebut serta besarnya frekuensi paparan dari faktor fisika
maupun kimia tersebut. Batasan-Batasan ini diatur dalam perundang-undangan yang menyangkut
masalah ketenagakerjaan dan K3. Dalam perundang-undangan ketenagakerjaan dan K3
tercantum juga mengenai wewenang dan kewajiban pengurus perusahaan terhadap pekerjanya
serta kewajiban dan hak para pekerja untuk mendapatkan jamin keselamatan dan kesehatan kerja
dalam lingkungan pekerjaannya. Sehingga Peraturan/Standar/NAB K3 sangatlah diperlukan
demi terciptanya keberlangsungan produktivitas dalam lingkungan pekerjaan yang aman bagi
keselamatan dan kesehatan pekerjanya.

B. Saran

1. Setiap pekerja sebaiknya menggunakan alat pelindung diri.

2. Penyuluhan tentang alat pelindung diri kepada semua masyarakat agar dapat mengurangi
angka kecelakaan.

3. Penggunaan alat pelindung diri sebaiknya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja.

4. Pemantauan terhadap alat pelindung diri harus rutin dilakukan, agar dalam penggunaan lebih
optimal.

5. Peraturan Perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan serta NAB K3 sangat disarankan


penerapannya di dalam suatu perusahaan dan berbagai macam pekerjaan yang ada di masyarakat.
6. Pengurus suatu perusahaan harus memahami wewenang dan kewajibannya terhadap pekerja
begitupun para pekerja harus memahami kewajiban serta haknya untuk mendapatkan jaminan
keselamatan dan kesehatan dalam bekerja.

7. Di dalam suatu perusahaan harus ada seorang Ahli K3 yang mampu menciptakan segala
prosedur pekerjaan yang sesuai standar K3 serta mampu menentukan standar NAB suatu proses
pekerjaan secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/368216344/Makalah-Alat-Perlindungan-Diri ( diakses pada


22 November 2022)

https://eprints.umm.ac.id/41262/2/BAB%20I.pdf (diakes pada 22 November 2022)

https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-24160-BAB1.Image.Marked.pdf
(diaksez pada 22 Nopember 2022)

https://doc.lalacomputer.com/makalah-alat-pelindung-diri-apd/ (diakses pada 22 November


2022)

Anonim. Himpunan Peraturan Perundangan K3. http://damkar.depok.go.id/wp


content/uploads/2013/10/Himpunan-Peraturan-Perundangan-K3.pdf (diakses pada 28 September
2016).

Kuswadji, Sudjoko. Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC Astronto, 2003. Ridley, John. Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Erlangga, 2006. Santosa, Gempur. Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja . Jakarta :

Prestasi Pustaka, 2004.

Soni. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan. Jakarta : Erlangga, 2006 Surat Edaran Menteri
Tenaga Kerja No. 01/MEN/ 1997

Anda mungkin juga menyukai