Anda di halaman 1dari 18

Prak.

Kerja Mesin dan Las

K3 pada Mesin Gerinda

MUHAMMAD ARIF
444 19 038
1B

PROGRAM STUDI TEKNIK MEKATRONIKA


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
APRIL 2020

i|Page
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat, taufiq, serta hidayahnya sehingga makalah ini bisa selesai pada

waktunya.

            Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami

hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain

berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan Orang tua, Dosen pembimbing, dan Rekan –

rekan sekalian sehingga kendala - kendala yang kami hadapi dapat teratasi.

            Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas Ilmu tentang Kesehatan dan

Keselamatan Kerja dalam penggunaan Gerinda , yang kami sajikan berdasarkan

pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini disusun oleh

kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami sendiri maupun yang

datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah

akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun

terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi

terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Makassar, 17 April 2020

Penyusu

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

A. Keshatan dan keselamatan kerja........................................................................1

a) Keselamatan kerja..................................................................................1

b) Kesehatan kerja......................................................................................1

c) Keselamatan dan kesehatan...................................................................2

d) Tujuan selamat dan keselamatan kerja...................................................2

B. Analisi-analisi tentang kesehatan dan keselamatan dalam pengunaan mesin

gerinda...............................................................................................................2

a) Analisi keselamatan mengerinda / sefety for grinoiki...........................2

b) Penerapan 5r pada pengunaan mesin gerinda di laboratorioum dan bengkel

...............................................................................................................3

c) Analisi ergonomi....................................................................................9

d) Analisi sumber bahaya dan penanggannya............................................11

DAFTAR PUSTAKA
...............................................................................
14

ii | P a g e
iii | P a g e
A. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
a) Keselamatan Kerja
Keselamatan berasal dari bahasa inggris yaitu kata “Safety” dan biasanya
selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka
(accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada dasarnya keselamatan
sebagai suatu pendekatan keilmuan mauppun sebagai suatu pendekatan praktis
mempelajari faktor –faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan
berupaya untuk mengembangkan berbagai cara guna memperkecil resiko
terjadinya kecelakaan.
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu usaha
untuk mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan
kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian
terutama untuk para pekerja konstruksi. Agar kondisi ini tercapai di tempat kerja
maka diperlukan adanya keselamatan kerja

b) Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja berasal dari bahasa Inggris “Health”, yang tidak hanya
mengartikan tentang terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat
juga mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa
pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial
kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan
Menurut UU Pokok Kesehatan RI No.9 Tahun 1960, BAB I pasal 2,
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja
maupun penyakit umum.

c) Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan
kondisi pekerja.
Menurut Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan kerja
adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang
terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada
kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).
Pada intinya dapat diketahui bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perindungan dan keamanan

1|Page
diri dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional
terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan

d) Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat
diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa
keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat
didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah
keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi
kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan
atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi
ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu
kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau
tidak.
Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
B. ANALISI-ANALISI TENTANG KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA DALAM PENGUNAAN MESIN
GERINDA
a) ANALISI KESELAMATAN MENGGERINDA / SAFETY FOR
GRINDING
Topik : Safety
Menggerinda adalah suatu pekerjaan atau aktivitas yang paling sering dilakukan untuk
menyelesaikan pekerjaan konstruksi, fabrikasi dan pekerjaan lainnya, seperti:
- Menggerinda hasil pengelasaan - Menggerinda benda kerja yang akan dilas

2|Page
- Menggerinda alur untuk pengelasan belakang / back weld (notching)
- Menggerinda untuk menghilangkan korosi / karat
- Memotong material / benda kerja dengan gerinda potong (cutting wheel)
Akibat dari seringnya pekerjaan menggerinda, terkadang pekerja kurang
memperhatikan bahayabahaya dan hal-hal lain yang harus diterapkan dalam pengerjaan
dengan menggunakan gerinda tersebut. Baik itu yang berhubungan dengan proses
menggerinda maupun faktor alat yang layak digunakan untuk menjaga keselamatan
kerja. Banyak kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kesalahan penggunaan mesin
gerinda, dari kecelakaan ringan sampai dengan kecelakaan yang berat bahkan
meninggal (Fatality).
Untuk menghindari kecelakaan kerja yang disebabkan kesalahan penggunaan mesin
gerinda maka perlu diperhatikan beberapa hal sebelum melakukan pekerjaan
menggerinda, yaitu: 1. Gunakan alat pelindung diri / Personal Protective Equipment
(PPE) khusus selain PPE standar dengan tepat dan benar seperti, Masker, Safety
Glasses, Face Shield, Ear Plug, Gloves.
2. Pastikan kondisi mesin gerinda baik dan aman untuk digunakan, tidak ada kebocoran
arus pada bodi mesin dan kabel yang terhubung dengan mesin, kap pelindung / safety
guard pada mesin terpasang.
3. Pasang batu gerinda untuk ukuran yang dibutuhkan dengan memperhatikan batas
kecepatan maksimum / Maximum Operation Speed (MOS) yang tertera pada batu
gerinda dan pastikan MOS pada batu gerinda lebih besar dari kecepatan maksimum
mesin yang akan digunakan.( nb: kecepatan maksimum mesin tertera pada bodi mesin)
4. Perhatikan ketebalan batu gerinda yang sesuai untuk jenis pekerjaan yang akan
dilakukan, untuk menggerinda jangan menggunakan batu gerinda yang tipis yang
diperuntukan memotong.
5. Gunakan kunci yang tepat untuk mengencangkan pengunci batu gerinda.
6. Pastikan benda kerja yang akan dipotong atau digerinda dalam posisi yang tetap ,
supaya benda kerja tidak terpental ketika diberikan tekanan dari batu gerinda. Bila
perlu pergunakan penjepit / clamp (Kasus : plat yang akan di gerinda berukuran 25 cm
x 10 cm, ketebalan 1 ml, pada saat menggerinda posisi plat diletakkan di plat tipis dan
licin, sehingga pada saat digerinda plat selalu bergeser, pekerja menggunakan tangan
kiri untuk menahan plat tidak bergeser, tiba-tiba tangan kiri bergeser dan gerinda
merobek sarung tangan hingga melukai jari telunjuk pekerja), apa yang harus kita
lakukan? Untuk pencegahan, jangan sekali-kali meletakkan benda yang akan digerinda
di atas permukaan yang licin.
7. Pastikan lokasi kerja aman dari bahan mudah terbakar seperti, thinner, Grease, oil.
Hal-hal lain yang juga harus diperhatikan pada saat melakukan penggerindaan adalah:

3|Page
1. Posisi badan harus dalam posisi aman untuk melakukan pekerjaan.
2. Jangan memberikan tekanan yang berlebih terhadap batu gerinda untuk
menghindari pecahnya batu akibat tekanan yang dipaksakan.
3. Perkecil bagian batu gerinda yang kontak langsung dengan benda kerja / material
yang digerinda atau dipotong.
4. Pastikan socket kabel power dicabut dari supply power pada saat penggantian batu
gerinda. Dan jangan meninggalkan mesin gerinda dalam kondisi masih terhubung
dengan power supply.
Dengan memperhatikan hal-hal diatas maka resiko kecelakaan dari pekerjaan
menggerinda atau yang menggunakan mesin gerinda dapat diperkecil bahkan dihindari.
- Ketahui dulu, apa yang harus diselesaikan/dikerjakan (material yang akan digerinda)
- Ketahui dulu, apa keterbatasan material yang akan digerinda (ukuran, keadaan
permukaan, jenis, posisi yang akan digerinda)
- Ketahui dulu, apa keterbatasan mesin gerinda, apakah dalam keadaan baik atau
rusak, apakah ukuran kecil, sedang atau besar,apakah komponen-komponen
pendukungnya lengkap.
- Ketahui dulu, apa keterbatasan kita yang akan mengopersikannya, apakah dalam
kondisi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani atau sakit, kemampuan fisik,
pengetahuan dan pengalaman. Apa yang dilakukan pada saat gerinda sudah tidak
digunakan
- Pada saat akan mengoffkan mesin gerinda, jangan putuskan terlebih dahulu dari
sumber listrik, melainkan off kan dulu terlebih dahulu, kemudian cabut dari sumber
listrik.
- Pastikan peralatan tidak terhubung lagi ke bagian kelistrikan
- Jangan pernah mencabut ke tiga cabang dari steker - Jagalah kabel listrik mesin
gerinda dari panas, minyak dan ujung yang tajam
- Pastikan hubungan listrik dan tekan tombol off saat gerinda tidak digunakan, atau
sebelum diperbaiki, atau dibersihkan atau penggantian aksesoris.

b) Penerapan 5R pada penggunaan Mesin Gerinda di Laboratorium


dan Bengkel

4|Page
Gambar 38. Konsep Basic 5R/5S
Setiap perusahaan pasti mengharapkan suatu lingkungan kerja yang
selalu bersih, rapi, dan masing – masing orang mempunyai konsistensi dan
disiplin diri, sehingga mampu mendukung terciptanya tingkat efisiensi dan
produktifitas yang tinggi di perusahaan. Namun pada kenyataannya kondisi ini
sulit terjadi di setiap perusahaan. Banyak perusahaan yang seringkali mengeluh
begitu sulitnya dan banyak membuang waktu hanya untuk mencari data dan
atau sarana yang lupa penempatannya. Tidak hanya itu, seringkali kita kurang
nyaman dengan kondisi berkas kerja yang berantakan dan tidak jarang memicu
kondisi emosional kita.
Beberapa permasalahan tersebut diatas dapat kita atasi dengan
melakukan penerapan program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin),
yang merupakan adaptasi program 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan
Shitsuke) yang dikembangkan di Jepang dan sudah digunakan oleh banyak
negara di seluruh penjuru dunia. Ini merupakan suatu metode sederhana untuk
melakukan penataan dan pembersihan tempat kerja yang dikembangkan dan
diterapkan di Jepang.

a) Resik (Seiso)

Prinsip RESIK adalah membersihkan tempat/ lingkungan kerja, mesin/


peralatan dan barang-barang agar tidak terdapat debu dan kotoran. Yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Resik yaitu
1) Tersedianya alat pembersih secara memadai sesuai dengan obyeknya.
2) Standard ”bersih” yang harus dipahami secara seragam oleh semua
pekerja.
3) Pemberian sangsi yang tegas bagi yang tidak melaksanakannya.
Langkah untuk melakukan pelaksanaan Resik yaitu sebagai berikut:
1) Mensosialisasikan budaya bersih berkilau dan tanggung jawab masing-
masing.
2) Setiap orang bertangung jawab menjaga dan melaksanakan kebersihan.

5|Page
3) Membersihkan semua sudut ruangan, bahkan yang tidak diperhatikan
orang sekalipun.

4) Membersihkan Mesin Gerinda dan alat lain yang ada dibengkel, jangan
sampai ada debu dan kotoran seperti serbuk besi yang tertinggal di
Gerinda
5) Melakukan pemeriksaan dan mengoreksi kebersihan.
6) Membuat pembersihan dan pemeriksaan lebih mudah

b) Rapi (Seiton)

Prinsip RAPI adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya.


Kerapian adalah hal mengenai sebagaimana cepat kita meletakkan barang
dan mendapatkannya kembali pada saat diperlukan dengan mudah.
Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Kerapian yaitu :
1) Mengelompokan Mesin Gerinda sesuai dengan jenisnya, begitupun Alat
dan bahan penunjang lain yang ada di bengkel atau Laboratorium,
kemudian meyimpan dalam tempat khusus atau rak.
2) Meletakkan barang jangan terlalu jauh. Utamakan skala prioritas dan
fungsional.
3) Diarsipkan dalam suatu Inventaris bengkel maupun Laboratorium, dan
disertakan tanda penempatan atau keterangan penempatan untuk
mempermudah pencarian
4) Membuat papan pengumuman diletakan yang rapi dan strategis

Dalam pelaksanaanya kerapian dapat diperoleh dengan berbagai macam


cara antara lain adalah sebagai berikut:
1) Menentukan dulu tempat menyimpan barang,
Setelah memilah barang yang dibutuhkan dan yang tidak dibutuhkan
dibengkel, dapat dilakukukan penindakan untuk menyingkirkan barang
yang sudah tidak dibutuhkan dan menata ulang barang yang masih
dibutuhkan dalam berbagai kelompok sesuai dengan jenis dan fungsi
alat tersebut dengan menyesuaikan kondisi luas bengkel atau
Laboratorium. Dalam hal ini, Gerinda tangan dikelompokkan dengan
mesin-mesin kecil dan penggunaan menggunakan tangan seperti bor
tangan, dan lain sebagainya. Kemudian untuk jenis Gerinda Duduk dan
jenis Gerinda yang dalam ukuran besar lain dapat dikelompokkan
dengan jenis mesin-mesin besar seperti Mesin Frais, Mesin bubut, dan
sebagainya.
2) Menentukan bagaimana cara menyimpan barang

6|Page
Cara menyimpan barang dibengkel maupun laboratorium harus disertai
dengan pemberian identitas/spesifikasi barang.Penulisan Identitas harus
jelas, sehingga dari jarak 1 meter sudah dapat terbaca guna
meminimalisir dalam waktu pencarian barang. Dalam hal ini, mesin
Gerinda setelah dikelompokkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya,
kemudian diberikan Identitas seperti nama jenis Gerinda ditempat
pengelompokkan.
3) Menaati aturan penyimpanan
Untuk menjaga kerapian barang dan bengkel maupun laboratorium,
perlu diperhatikan ketika setelah selesai penggunaan barang misalnya
Gerinda harus diletakkan ditempat yang sesuai. Hal ini perlu kesadaran
pada diri semua pengguna bengkel atau laboratrium.

c) Ringkas (Seiri)

Prinsip RINGKAS adalah memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan


menyingkirkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja dalam hal ini yaitu
bengkel atau laboratorium. Dengan begitu dapat diketahui barang mana
yang tidak digunakan kemudian disingkirkan dan mana yang akan
disimpan. Serta bagaimana cara menyimpan yang baik sehingga mudah
diakses oleh pengguna.
Langkah yang dapat dilakukan untuk proses meringkas mesin Gerinda
yaitu:
1) Memeriksa keadaan fisik (bagian luar) dari mesin gerinda
2) Memeriksa kondisi mesin (bagian dalam) dari mesin gerinda yang ada
dibengkel atau laboratorium
3) Menetapkan kategori gerinda yang akan tetap digunakan, dan yang
akan disingkirkan dari bengkel atau laboratorium
4) Memberi label atau ciri identitas untuk gerinda yang akan tetap
digunakan dan yang sudah tidak digunakan
5) Menyiapkan tempat untuk menyimpan/ membuang gerinda sesuai
dengan keadaan dan label yang telah diberikan
6) Memindahkan gerinda yang masih dalam keadaan baik dan masih dapat
digunakan kedalam tempat yang telah disediakan. Serta menempatkan
gerinda yang sudah tidak akan digunkan kedalam tempat yang telah
ditentukan.

d) Rawat (Seiketsu)

Prinsip RAWATt adalah mempertahankan hasil yang telash dicapai pada


3R sebelumnya dengan membakukannya (standardisasi). Penerapan

7|Page
prinsip Rawat sangat diharuskan guna menjaga keadaan bengkel atau
laboratorium yang teratur, rapi, dan bersih.
Langkah dalam melakukan penerapan perawatan mesin gerinda yaitu :
1) Pemberian label identitas yang sesuai dengan jenis gerinda dan alat lain
yang ada dibengkel atau laboratorium. Penulisan label identitas harus
jelas
2) Penempatan dan penataan harus jelas dan sesuai agar mudah ditemukan
3) Membiasakan mengembalikan alat ketempat semula atau sesuai dengan
tempat yang telah disediakan setelah selesai penggunaan. Ketika
mengembalikan alat (dalam hal ini mesin gerinda) harus dalam keadaan
yang bersih, tanpa ada bekas kotoran maupun serbuk besi yang tersisa.
4) Membuat jadwal petugas pelaksana 5R atau minimal membuat jadwal
piket kebersihan bengkel atau laboratorium.
5) Menetapkan standar kebersihan, penataan, dan penempatan mesin
gerinda dan alat bengkel atau laboratorium lainnya.

e) Rajin (Shitsuke)

Prinsip RAJIN adalah terciptanya kebiasaan pribadi Mahasiswa untuk


menjaga dan meningkatkan apa yang sudah dicapai. Rajin di tempat kerja
berarti pengembangan kebiasaan positif di tempat kerja. Apa yang sudah
baik harus selalu dalam keadaan prima setiap saat. Prinsip Rajin di tempat
kerja adalah “LAKUKAN APA YANG HARUS DILAKUKAN DAN
JANGAN MELAKUKAN APA YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN”
Untuk membiasakan Rajin terkhusus dalam hal kerja praktek di bengkel
atau laboratorium, yang dapat dilakukan yaitu :
1) Membiasakan membersihkan bersama
Dalam kebersamaan dapat membuat kerja lebih cepat dan teratur,
misalnya ada yang bertugas merapikan alat (dalam hal ini gerinda)
ketempat yang sudah disediakan, ada yang bertugas membersihkan
bekas serbuk-serbuk besi dari hasil penggerindaan, mengumpulkan
hasil dari penggunaan gerinda, mengumpulkan kembali bahan sisa
praktek (Plat, besi, dan sebagainya) untuk dipakai dalam praktek
selanjutnya, dan tugas lainnya yang bertujuan untuk membersihkan
dan merapikan bengkel atau laboratorium.
2) Menanamkan Tanggung jawab individu
Selain bekerja sama, tanggung jawab individu juga tidak boleh
dilupakan, yaitu tanggung jawab untuk menjaga alat dengan
pemakaian yang sesuai dan menjaga lingkungan sekitar yaitu bengkel
atau laboratorium agar tetap terjaga bersih dan kerapiannya.
3) Melatih cepat tanggap darurat
Respon cepat tanggap sangatlah diperlukan dalam hal kerja praktek
dibengkel atau dilaboratorium, yang bertujuan untuk melatih jika

8|Page
kedepan akan berhadapan langsung dengan dunia kerja. Cepat tanggap
darurat tidak hanya tentang dalam urusan mengerjakan sesuatu
proyek, juga tentang cepat dalam menangani jika terjadi kecelakaan
kerja, maka harus cepat dalam memberikan penanganan pertolongan
pertama. Contohnya jika terjadi kecelakaan kerja yaitu tangan terkena
mesin Gerinda yang berputar dan mengakibatkan luka sobek, maka
yang dilakukan bukanlah panik, namun harus tetap tenang dan
memberikan pertolongan pertama.
4) Menerapkan manajemen ruangan umum
5) Mematuhi segala peraturan bengkel atau laboratorium
6) Menerapkan K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja) pada saat praktek
7) Mengintensifkan komunikasi

c) Analisis Ergonomi
Soedirman dan Suma’mur (2014: 141) menjelaskan bahwa Ergonomi berasal
dari kata-kata dalam bahasa yunani yaitu Ergos yang berarti kerja dan Nomos
yang berarti aturan atau hukum alam. Sehingga, ergonomi berarti aturan kerja
atau hokum kerja alami, yaitu aturan dalam bekerja agar mengeluarkan tenaga
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil sebesar-besarnya. Menurut Suma’mur,
ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis bersama-sama ilmu teknik dan
teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari
manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaatnya diukur dengan efisiensi,
produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja. Definisi teknis ergonomi sebagai
faktor-faktor manusia menurut International Ergonomics Association adalah
disiplin ilmu mengenai pengertian dan interaksi antara manusia dan elemen-
elemen dalam suatu sistem, dan profesi yang menerapkan teori, prinsip, data,
dan metode untuk mendesain dalam rangka mengoptimalisasi manusia dan hasil
kerja seluruh sistem. Ergonomi adalah ilmu untuk membuat sesuatu efisien,
sehingga ergonomi menjadikan sesuatu lebih nyaman dan efisien.
Ergonomi pada hakikatknya berarti ilmu tentang kerja, yaitu bagaimana
pekerjaan dilakukan dan bagaimana bekerja lebih baik, sehingga ergonomi
sangat berguna dalam desain pelayanan atau proses. Dengan demikian, ergonomi
membantu menentukan bagaimana digunakan, bagaimana memenuhi kebutuhan,
dan membuat nyaman serta efisien. Ergonomi berbicara mengenai desain system
terutama sistem kerja agar sesuai dengan atribut atau karakteristik manusia (to fit
the job to the man). Nyaman adalah salah satu dari aspek-aspek keefektifan
desain paling besar. Nyaman dalam human-machine interface dan aspek-aspek
mental dari produk atau pelayanan adalah mengenai desain ergonomis utama
yang muncul pertama. Lebih ergonomis berarti kualitas lebih baik yang berarti
juga lebih nyaman melakukan pekerjaan atau lebih nyaman denagn nilai dari
sesuatu. Efisien adalah membuat sesuatu mudah dikerjakan/ dilakukan atau
mengurangi upaya untuk melaksanakan sesuatu. Namun, ada beberapa bentuk
efisiensi yaitu:

9|Page
a) Mengurangi kekuatan yang diperlukan, sehingga sesuatu kegiatan atau
proses pelaksanaan menggunakan tenaga yang lebih sedikit secara fisik
b) Mengurangi jumlah langkah/ tahapan dalam suatu usaha agar lebih cepat
untuk menyelesaikannya
c) Mengurangi jumlah suku cadang dalam perbaikan sesuatu mesin/ alat.
d) Mengurangi jumlah latihan yang diperlukan, misalnya menjadikan tenaga
kerja lebih intuitif dan menjadikan lebih banyak orang yang berkualitas
melaksanakan tugas tanpa latihan.
Efisiensi dapat ditemui hampir disetiap tempat. Apabila sesuatu lebih mudah
dikerjakan, maka seseorang akan menyukainya. Apabila seseorang melakukan
lagi berarti lebih berguna. Dengan demikian, penyediaan suatu sarana ergonomis
adalah ukuran sebenarnya dari kualitas perancangan. Ergonomi adalah
perencanaan kerja yang tepat mengenai manusia, cara, dan alat kerja. Jadi,
ergonomi pada hakikatnya “how to fit the job to the man” dan “how to fit the
man to the job”. Penerapan ergonomi dalam kerja dapat mengurangi beban kerja.
Beban kerja dapat diukur dengan evaluasi sisiologi, evaluasi psikologi, atau
cara-cara tidak langsung. Selanjutnya, dianjurkan untuk memodifikasi beban
kerja dan beban kerja tambahan yang sesuai dengan kapasitas/ kemampuan
kerja, dengan tujuan untuk menjamin kesehatan tenaga kerja dan peningkatan
produktivitas.
Menurut Tarwaka, dkk (2004: 7) Secara umum tujuan dari penerapan
ergonomi adalah:
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2) Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial,mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
3) Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknism ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Adapun manfaat penerapan ergonomik adalah mencegah cidera,


meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kualitas kerja, serta mengurangi
kelelahan dan ketidaknyamanan dalam bekerja. Upaya penerapanya dapat
melalui penyesuaian ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan dan pengaturan suhu, cahaya, kelembaban, agar sesuai dengan
kebutuhan tubuh manusia.
Dalam buku buatan International Labour Office (ILO) (2010) disana terdapat
penjelaskan
bahwa terdapat 46 checkpoint/checklist yang dikelompokan menjadi 8 sub
bagian. Delapan sub bagian itu meliputi:
1. Penyimpanan dan Penanganan Bahan

10 | P a g e
2. Desain Tempat Kerja
3. Keamanan Mesin
4. Pengendalian Bahan Berbahaya
5. Penerangan
6. Fasilitas dan Pelayanan Kesejahteraan
7. Ruangan Tempat Kerja
8. Tata Kerja dan Organisasi
Adapun tujuan dalam penerapan ergonomi ini adalah :
1. Angka cedera dan kesakitan dalam melakukan pekerjaan tidak ada/
terkurangi
2. Biaya terhadap penanganan kecelakaan atau kesakitan menjadi berkurang
3. Kunjungan untuk berobat bisa berkurang
4. Tingkat absentisme/ketidak hadiran bisa berkurang
5. Produktivitas/Kualitas dan keselamatan kerja meningkat
6. Pekerja merasa nyaman dalam bekerja
7. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental.
8. Meningkatkan kesejahteraan sosial.
9. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis,
antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja.

d) Analisis Sumber Bahaya dan Penanggulangannya


A. Hazard
Merupakan suatu kondisi/ potensi yang dapat mengakibatkan kerugian
baik terhadap manusia, alat kerja, maupun lingkungan. Hazard (bahaya)
dapat didefinisikan sebagai potensi yang dapat menyebabkan kerusakan,
meliputi: material, kegiatan dan proses yang terjadi saat melakukan kerja
(Hughes and Faret, 2007: 3 dalam HSP-Team 2011).
Berdasarkan sumber bahaya, Hazard dibagi menjadi dua, yaitu :
Occupational Health Hazard (OHH) dan Occupational Safety Hazard
(OSH).
a. Occupational Health Hazard (OHH)
Merupakan potensi bahaya yang terjadi dilingkungan kerja dan
mengakibatkan terjadinya ganggunan kesehatan/ Penyakit Akibat Kerja
(PAK). Kelompok OHH terdiri dari :
 Physical Hazard, merupakan sumber bahaya yang berbentuk fisik
dan dapat terlihat oleh mata manusia. Contoh dalam penggunaan
mesin Gerinda yaitu :
- Bahaya Jatuh dan tertimpa mesin gerinda
- Bahaya Cahaya dari penggerindaan
- Terkena Arus Listrik yang berbahaya
- Dan lain sebagainya

11 | P a g e
 Chemical Hazard, merupakan sumber bahaya yang berasal dari
bahan kimia. Contoh Hazard ini dalam penggunaan mesin gerinda
yaitu Serbuk besi hasil dari penggerindaan yang bisa menjadi debu
diudara (airbon dust) yang merupakan suspensi partikel benda padat
diudara, yang dapat mengakibatkan masuk menembus paru-paru
dalam jangka waktu tertentu.
 Biological Hazard, merupakan sumber bahaya yang berasar dari
makhluk hidup (mikroorganisme) di lingkungan kerja yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Contoh Hazard ini dalam
penggunaan mesin gerinda yaitu ketika tertusuk bagian mata gerinda
atau bagian lain yang berkarat beresiko terkena tetanus yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani
 Ergonomic (Aspek Ergonomi), merupakan potensi bahaya yang
diakibatkan dari ketidaksuaian desain lingkungan kerja dengan
pekerja. Contoh dalam penggunaan mesin gerinda yaitu :
- Sikap kerja (Posisi duduk/ posisi kerja) yang salah
- Ukuran alat yang tidak sesuai dengan mesin gerinda yang
digunakan
- Desain tempat seperti posisi peletakan dan desain ruang
- Sistem kerja yang salah
- Dan lain sebagainya
B. Occupational Safety Hazard (OSH)
Merupakan Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja yang
mengakibatkan terjadinya incident, injury, cacat, gangguan proses,
kerusakan alat bagi pekerja maupun proses kerja. Kelompok OSH
terdiri dari :
 Mechanical Hazard, merupakan suatu ancaman yang berupa
gerakan dari suatu benda yang dapat mengakibatkan kerugian pada
manusia. Contoh Hazard ini dalam penggunaan mesin gerinda yaitu
ketika peletakan mesin gerinda tidak benar dan tidak sesuai, maka
mesin gerinda akan jatuh dan mengenai bagian kaki ataupun bagian
tubuh kita yang lain.
 Psychological Hazard, dapat terjadi ketika pekerja mengalami
masalah psikologi yang dibawa pada saat bekerja dan hal itu dapat
berakibat pada gangguan mental dan fisik pekerja. Misalnya pola
kerja yang tidak teratur, beban kerja yang melebihi batas, waktu
kerja diluar SOP yang sesuai, dll. Jika dibiarkan Hazard ini dapat
menimbulkan kecerobohan dan bahkan dapat mencelakai diri sendiri
serta oranglain.
 Environtment (Lingkungan), sangat penting ketika bekerja. Karena
kondisi lingkungan yang akan menjadi tempat tinggal alat, mulai dari
apa saja yang dapat mengganggu atau mencelakakan alat dan

12 | P a g e
pekerja. Sehingga dapat dilakukan pencegahan secara menyeluruh.
Faktor lingkungan ini sangat berkaitan dengan Analisis 5R/5S guna
menciptakan suasana pekerjaan yang nyaman dan berpacuan dengan
kesehatan dan keselamatan kerja.
 Observation (Pengamatan), pengamatan terhadap tingkat resiko dan
bahaya yang berdampak pada lingkungan kerja, peralatan,
pemesinan, maupun pekerja itu sendiri menggunakan analaisis
SWOT 5W + 1H (What, Where, When, Who, Why, How)
Analisis dengan menggunakan 5W + 1H :
- What : Apa yang harus dipersiapkan
sebelum
penggerindaan dimulai ?
- Where : Dimana seharusnya proses

Penggerindaan dilaksanakan ?
- When : Kapan waktu yang baik untuk

Proses Penggerindaan ?
- Who : Siapa yang seharusnya
melakukan
Proses penggerindaan ?
- Why : Mengapa harus melengkapi diri
dengan
APD (Alat Pelindung Diri) pada saat proses
penggerindaan ?
- How : Bagaimana langkah – langkah
yang baik dan
benar dalam proses penggerindaan ?
 Opportunity (Kesempatan), merupakan Analisis yang dilakukan
untuk mengetahui kemungkinan – kemungkinan apa saja yang akan
terjadi dengan pekerja dalam hal ini yaitu yang berkaitan dengan
pengoperasian alat yang digunakan. Baik yang berhubungan dengan
PAK (Penyakit Akibat Kerja) yang akan terjadi maupun KAK
(Kecelakaan Akibat Kerja). Hal itu semua guna membuat langkah –
langkah preventif untuk menanggulanginya.
 Occupational, merupakan faktor yang meliputi kondisi fisik dan
psikis pekerja, beban kerja yang diberikan sudah sesuaikah dengan
SOP (Standart Operasional Pekerja) dan hubungan sosial antar
pekerja.
 Solusi, merupakan bagaimana cara untuk menanggulangi dan
mengatasi berbagai bahaya yang kemungkinan terjadi ditempat kerja.
Solusi yan baik harus berpedoman pada SMART yang merupakan
dari Spesific (Masalahya apa dan penyelesaiannya apa), Measurable
(solusi yang diberikan selayaknya dapat dinilai), Action (dalam hal

13 | P a g e
pelaksanaan benar-benar menyelesaikan masalah bukan
menimbulkan masalah baru), Realistik (masalah dilapangan
diselesaikan dilapangan juga), Time (Proses pemberian solusi
dilakukan dengan sesingkat
mungkin).

DAFTAR PUSTAKA

HSP-Team. (2011). Pemahaman Tentang Bahaya (Hazard). Diakses dari

http://healthsafetyprotection.com/pemahaman-tentang-bahaya-hazard/, diakses

tanggal18 april 2020

International Labour Organization ( ILO ). 2013. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di

Tempat Kerja Sarana Untuk Produktivitas. Jakarta: ILO

AS/NZS 4801. (2001). Occupational Health And Safety Management Systems

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai