keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.[1] K3 juga
melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua
organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat
tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.[2] Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja)
meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan
untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu
kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi
dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja
Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
manusia bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami kecelakaan dalam bentuk cidera
atau luka. Dengan akal pikirannya mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan
serupa dan ia dapat mencegah kecelakaan secara preventif.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang
harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia.
Terdapat beberapa pengertian dan definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang
dapat diambil dari beberapa sumber, di antaranya ialah pengertian dan definisi K3
menurut Filosofi, Keilmuan serta menurut standar OHSAS 18001:2007.
Filosofi (Mangkunegara) :
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun
rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya
menuju masyarakat adil dan makmur.
Keilmuan :
Semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.
OHSAS 18001:2007 :
Semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja
tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat
kerja.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas
dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), mengartikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas
emosi secara umum.
Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga.
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja,
atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan
definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang
mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan
unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat.
Menurut(Silalahi, 1995) Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan
meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja
adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Pengusaha atau pemberi kerja di setiap tempat kerja memiliki kewajiban umum untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja dalam setiap aspek yang berhubungan
dengan pekerjaan mereka. Tujuan melakukan penilaian atau kajian risiko adalah untuk
memungkinkan pengusaha untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan pekerja.
Sementara tujuan penilaian risiko meliputi pencegahan risiko pekerjaan, dan hal ini harus
selalu menjadi tujuannya, meskipun tidak akan selalu dapat dicapai dalam prakteknya.
Ketika menghilangkan risiko tidak memungkinkan, setiap risiko tetap harus dikurangi dan
risiko residual dapat dikendalikan. Pada tahap selanjutnya, sebagai bagian dari program
peninjauan, risiko residual tersebut akan dikaji dan tidak menutup kemungkinan akan
terjadi penghapusan bagian dari resiko, mengingat pengetahuan dan teknologi baru, dapat
dipertimbangkan kembali.
Penilaian risiko harus terstruktur dan diterapkan sehingga dapat membantu pengusaha
untuk :
Kikir adalah suatu alat untuk mengikir benda kerja agar diperoleh permukaan yang rata
dan halus yang dilakukan dengan tangan. Kikir juga berfungsi pada pekerjaan penyayatan besi
untuk meratakan dan menghaluskan suatu bidang, membuat rata suatu bidang dan menyiku
antara bidang satu dengan bidang lainnya.
Kikir ini berguna untuk , menghaluskan atau meratakan suatu bidang cekung
Kikir bulat berguna untuk menghaluskan serta menambah diameter suatu lubang bulat
Tangkai kikir harus dipegang dengan tangan kanan dengan ibu jari berada di atas tangkai
kikir, sedangkan jari telunjuk mengikuti panjang tangkai kikir terlihat seperti gambar dibawah
ini :
Pemegangan Kikir
2. Gerakan badan dan ayunan kikir
Mengikir merupakan suatu pekerjaan yang sepenuhnya menggunakan anggota badan dan tenaga yang
cukup besar serta berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Kondisi ini tentunya perlu disertai dengan
kenyamanan kerja dalam artian antara gerakan badan, pengaturan tenaga dan perasaan dapat berjalan
secara serasi.
2. RAGUM (VISE)
Ragum adalah suatu alat penjepit untuk menjepit benda kerja yang akan dikikir,
dipahat,digergaji,di tap,di sney,dan lain lain.
Cara menggunakan Ragum adalah dengan memutar tangkai (handle) ragum, Maka mulut ragum
akan menjepit atau membuka/melepas benda kerja yang sedang dikerjakan. Bibir mulut ragum harus
dijaga jangan sampai rusak akibat terpahat,terkikir dan lain sebagainya.
3. Tangkai
Berdasarkan gerakannya ragum dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
a) Ragum biasa
Ragum ini digunakan untuk menjepit benda kerja yang bentuknya sederhana dan biasanya hanya
digunakan untuk mengefrais bidang datar saja.
b) Ragum berputar
Ragum ini digunakan untuk menjepit benda kerja yang harus membentuk sudut terhadap
spindle(poros putar ). Bentuk ragum ini sama dengan ragum biasa tetapi pada bagaian bawahnya terdapat
alas yang dapat diputar 360 derajat.
c) Ragum universal
Ragum ini mempunyai dua sumbu perputaran, sehingga dapat diatur letaknya secara datar dan tegak
3. SIkut harus berada diatas mulut ragum dan apabila lengan kita ayunkan,sikut jangan sampai
menyentuh bibir mulut ragum.
Bila kita menjepit benda kerja pada ragum, benda kerja yang keluar dari mulut
ragum janganlah terlalu tinggi, terrutama apabila bahan benda kerja itu terbuat dari logam tipis.Bila
memungkinkan perbandingan bahan yang keluar dari mulut ragum harus lebih kecil daripada bagian yang
terjepit.
Jangka bengkok sering digunakan karena mudah dalam penggunaannya (cara mengaturnya).
Hasil ukuran harus dikonversikan dengan alat ukur mistar, meteran, atau siku-siku.
Meja Perata ini berfungsi untuk menguji kerataan permukaan. Selain itu meja datar di gunakan
untuk meletakkan benda kerja serta alat-alat menggambar.
Biasanya meja perata (surface table) terbuat dari besi tuang, keramik atau batu granit. Alat ini
dipergunakan sebagai landasan untuk memukul atau meratakan benda kerja yang bengkok. Harus
diusahakan agar permukaan meja datar ini tidak rusak atau cacat, dan hasil lukisan atau pekerjaan yang
dikerjakan tetap baik.
Stempel digunakan untuk menandai/memberi identitas suatu produk/benda kerja yang terbuat
dari logam. Stampel ini juga dapat digunakan sebagai tanda kepemilikan masing – masing siswa.
Biasanya digunakan nomor induk atau nomor absen siswa yang bersangkutan.
Pada waktu memahat, mata harus tertuju pada mata pahat. Karena dengan melihat ke arah mata
pahat diharapkan sasaran pahatan dapat tercapai.
Cara menggunakan penitik yaitu pertama pegang penitik dengah tangan kiri, dan tempatkan
pada benda kerja. Penitik harus tegak lurus dengan banda kerja. Penitik dipukul dengan menggunakan
palu satu kali dengan pemukul yang ringan, serta periksa posisinya jika sudah tepat baru dipukul dengan
kuat agar didapatkan titik yang jelas, dengan syarat jangan terlalu keras.
Mistar baja adalah alat ukur yang terbuat dari baja tahan karat. Permukaan dan bagian sisinya
rata dan halus, di atasnya terdapat guratan-guratan ukuran, ada yang dalam satuan inchi, sentimeter dan
ada pula yang gabungan inchi dan sentimeter/milimeter.
Penggunaan
Penggunaan:
Height gauge digunakan untuk menggaris sebuah bidang dan mengukur tinggi atau tebal benda
kerja seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Bagian-bagian gergaji:
1. Bingkai
Terbuat dari pipa baja yang kuat dan kuku agar hasilnya lurus dan kuat bingkai yang dapat diatur
terbuat dari pipa baja yang oval. Bingkai ini dapat di pakai untuk macam macam gergaji
2. Tangkai
Digunakan untuk mengngencangkan daun gergaji, pada pemasangan mata gergaji perlu
diperhatikan arah matanya.
LANGKAH PENGGERGAJIAN
1. Membuat Alur
Tinggi mulut catok/ragum sama seperti pada waktu mengikir, bagian yang digergaji harus
sedekat mungkin dengan mulut catok/ragum. Pada permulaan menggergaji, tahan sisi gergaji dengan ibu
jari (Gambar 9.2 a). Namun untuk pemotongan yang dianggap presisi (Gambar 9.2 b), sebelum digergaji
benda kerja harus ditandai terlebih dahulu dengan kikir segitiga sebagai jalan awal penggergajian.
Gambar 92 Membuat alur (permulaan menggergaji) (a) (b).
2. Awal Penggergajian
Sebagai awal penggergajian kedudukan gergaji, menyudut ± 30º (Gambar 9.3), selanjutnya
gergajilah bagian sisi terlebih dahulu yang lambat laun sudutnya makin kecil. . Gambar 93., Sudut awal
penggergajian
Potonglah benda kerja pada bagian yang dekat dengan mulut catok/ragum.
12. PENYIKU
Penyiku adalah siku-siku yang digunakan untuk menyiku benda kerja. Siku-siku geser digunakan
untuk mengetahui kesikuan atau pembanding kesikuan sudut yang tidak membentuk 90 derajat
sedangkan siku-siku dipergunakan untuk mengetahui sudut yang dibentuk adalah tepat 90 derajat.
Siku-siku geser adalah bentuk lain siku-siku di mana salah satu sisi siku-sikunya dapat digeser,
jenis ini dipergunakan agar dapat menyesuaikan dengan bidang yang akan diperiksa kesikuannya.
PENGGUNAAN PENYIKU
Digunakan untuk membantu penggores dalam menggores benda kerja dan untuk mengetahui
sudut yang dibentuk adalah tepat 90 derajat pada benda kerja.
Ada tiga bahaya yang diakibatkan oleh listrik, yaitu kesetrum (sengatan listrik), panas atau kebakaran, dan
ledakan. Kesetrum atau sengatan listrik akan dirasakan jika arus listrik melalui tubuh kita. Biasanya arus akan
mulai dirasakan jika arus yang mengalir lebih dari 5 mA. Pada arus yang kecil, aliran arus hanya akan
mengakibatkan kesemutan atau kehilangan kemampuan untuk mengendalikan tangan. Pada arus yang besar,
arus listrik bisa membakar kulit dan daging kita. Yang paling bahaya adalah jika arus tersebut mengalir melalui
jantung atau otak. Perlu dicatat bahwa yang membahayakan adalah aliran arus listrik, bukan tegangan listrik.
Walaupun tegangannya tinggi, bisa saja tidak membahayakan asalkan arusnya sangat kecil.
Bahaya kedua adalah panas atau kebakaran. Panas muncul karena adanya aliran arus melalui suatu resistansi.
Besarnya panas sebanding dengan kwadrat arus, besarnya resistansi, dan waktu. Jika kita menggunakan kabel
yang terlalu kecil maka resistansinya besar sehingga kawat bisa mengalami pemanasan. Kawat yang panas bisa
menyebabkan terbakarnya isolasi kabel sehingga mengakibatkan terjadinya hubungsingkat. Kontak atau
sambungan tak sempurna juga bisa menyebabkan timbulnya panas yang membakar isolasi kabel. Menutup
lampu, menutup kipas angin, menutup layar komputer dengan bahan yang mudah terbakar juga
membahayakan.
Bahaya ketiga adalah ledakan. Saat terjadi hubungsingkat, arus listrik yang mengalir akan sangat besar. Arus
yang sangat besar bisa menyebabkan kenaikan temperatur yang sangat cepat sehingga menyebabkan naiknya
tekanan udara secara cepat. Untuk instalasi perumahan, bahaya ini mungkin tidak terlalu besar karena arus
hubungsingkat yang mungkin terjadi tidak terlalu besar.
Untuk mengurangi bahaya akibat penggunaan listrik, di Indonesia telah ada Peraturan Umum
Instalasi Listrik (PUIL). Di dalam PUIL, telah diatur bagaimana mengurangi risiko muculnya
tegangan sentuh yang membahayakan orang. Menurut peraturan, seharusnya semua instalasi
listrik harus mendapatkan sertifikat laik operasi (SLO) yang dikeluarkan oleh pihak yang
berwenang. Sayangnya, banyak sekali instalasi listrik tidak memiliki SLO. Kalaupun memiliki
SLO, seringkali kita melakukan perubahan instalasi tanpa melapor kepada pihak yang
berwenang. Tak jarang malah instalasi listrik diubah oleh orang yang bukan ahlinya.
Cara pertama untuk mengamankan instalasi listrik adalah dengan memasang pentanahan yang
baik. Pentanahan biasanya dilakukan dengan menanam batang tembaga sedalam tiga meter ke
tanah. Diusahakan tahanan pentanahan yang didapat kurang dari 25 Ohm. Jika penanaman
sedalam tiga meter masih menghasilkan tahanan yang tinggi, kita harus menanam lagi batang
tembaga lain dan menyambungkannya ke batang tembaga yang pertama. Jika tersedia, batang
pentanahan ini harus disambung dengan batang pentanahan penangkal petir. Setelah itu, kawat
netral yang datang dari PLN harus disambung ke batang atau elektroda pentanahan yang telah
dibuat. Setelah itu, semua bagian logam dari peralatan (yang pada keadaan normal tidak dialiri
arus) harus disambung ke elektroda pentanahan tersebut.
Tujuan utama dari pentanahan ini ada tiga. Pertama, menjamin bahwa tegangan titik netral relatif
terhadap tanah sama dengan atau mendekati nol. Kedua, menjamin bahwa semua bagian logam
peralatan tegangannya selalu mendekati nol sehingga aman jika tersentuh oleh tubuh kita.
Ketiga, jika terjadi hubung singkat antara kawat dengan bagian logam peralatan, arus listrik bisa
mengalir cukup besar sehingga bisa terdeteksi oleh pengaman sehingga bisa segera diputus.
Dengan pemutusan yang segera, pemanasan bisa dihindari sehingga mencegah terjadinya
kebakaran.
Selain harus dipasang oleh ahlinya, demi keamanan kita harus menggunakan peralatan listrik
yang sesuai standar. Ukuran kabel harus sesuai dengan kebutuhannya. Bahan isolasi yang
dipakai harus sesuai dengan peruntukannya. Kabel yang terlalu kecil bisa menyebabkan kabel
mengalami pemanasan lebih yang bisa menimbulkan kebakaran. Isolasi yang tidak sesuai akan
mudah sobek dan mudah terbakar jika kawat di dalam kabel mengalami pemanasan.
Pengaman atau MCB juga harus sesuai ukurannya dan benar pemasangannya. Gunakan stop
kontak yang sesuai dengan standar. Jangan melakukan pencabangan terlalu banyak di suatu titik.
Kontak yang tidak sempurna bisa menyebabkan terjadinya pemanasan dan membakar bahan
isolasi. Jangan pernah mencabut kontak tusuk (colokan) peralatan listrik dengan menarik
kabelnya. Idealnya, semua peralatan listrik yang beredar di Indonesia harus memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI). Dalam praktek, banyak sekali beredar peralatan yang tidak sesuai
standar. Banyak konsumen memilih peralatan hanya berdasarkan harga.
Kebiasaan Aman
Selain membiasakan hanya menggunakan peralatan standar yang dijamin keamanannya, hal-hal
berikut bisa mengurangi risiko bahaya listrik: 1. Jangan menggunakan pencukur listrik dan hair
dryer di kamar mandi. Yakinkan tangan dalam keadaan kering saat menggunakan peralatan
listrik; 2. Jangan memasang stop kontak di tempat yang mungkin basah; 3. Jangan mencolokan
banyak peralatan dalam suatu stop kontak atau pembagi; 4. Jangan mencabut kontak tusuk
dengan kabelnya; 5. Matikan listrik atau cabut stop kontaknya saat peralatan tidak digunakan; 6.
Jangan gantung pakaian pada lampu atau peralatan listrik lainnya; dan 7. Panggil ahlinya jika
curiga ada gangguan pada peralatan listrik.