Anda di halaman 1dari 20

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,

keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.[1] K3 juga
melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua
organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat
tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.[2] Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja)
meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan
untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu
kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi
dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja

Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
manusia bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami kecelakaan dalam bentuk cidera
atau luka. Dengan akal pikirannya mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan
serupa dan ia dapat mencegah kecelakaan secara preventif.

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang
harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia.

Apa Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

Terdapat beberapa pengertian dan definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang
dapat diambil dari beberapa sumber, di antaranya ialah pengertian dan definisi K3
menurut Filosofi, Keilmuan serta menurut standar OHSAS 18001:2007.

Berikut adalah pengertian dan definisi K3 :

Filosofi (Mangkunegara) :

Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun
rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya
menuju masyarakat adil dan makmur.

Keilmuan :

Semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.

OHSAS 18001:2007 :

Semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja
tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat
kerja.

Pengertian dan definisi K3 Menurut Para Ahli :

Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas
dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.

Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), mengartikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja


menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas
emosi secara umum.

Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja


adalah:

a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:


1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

b) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:


1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan.

Pengertian/definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di atas merupakan


pengertian/definisi K3 yang secara umum digunakan dan diajarkan, namun di luar
referensi di atas masih banyak referensi mengenai pengertian/definisi K3 baik menurut
ILO, WHO, WHS, HSE ataupun OSHA namun tidak dimasukan dalam artikel ini.

Apa Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga.
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja,
atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan
definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang
mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan
unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat.

Menurut(Silalahi, 1995) Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan
meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja
adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Apa Tujuan dari Penilaian Risiko

Pengusaha atau pemberi kerja di setiap tempat kerja memiliki kewajiban umum untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja dalam setiap aspek yang berhubungan
dengan pekerjaan mereka. Tujuan melakukan penilaian atau kajian risiko adalah untuk
memungkinkan pengusaha untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan pekerja.

Langkah-langkah ini meliputi:

 pencegahan risiko kerja;


 memberikan informasi kepada pekerja;
 memberikan pelatihan kepada pekerja;
 menyediakan organisasi dan sarana untuk menerapkan langkah-langkah yang
diperlukan.

Sementara tujuan penilaian risiko meliputi pencegahan risiko pekerjaan, dan hal ini harus
selalu menjadi tujuannya, meskipun tidak akan selalu dapat dicapai dalam prakteknya.
Ketika menghilangkan risiko tidak memungkinkan, setiap risiko tetap harus dikurangi dan
risiko residual dapat dikendalikan. Pada tahap selanjutnya, sebagai bagian dari program
peninjauan, risiko residual tersebut akan dikaji dan tidak menutup kemungkinan akan
terjadi penghapusan bagian dari resiko, mengingat pengetahuan dan teknologi baru, dapat
dipertimbangkan kembali.

Penilaian risiko harus terstruktur dan diterapkan sehingga dapat membantu pengusaha
untuk :

 mengidentifikasi setiap bahaya yang diciptakan di tempat kerja dan mengevaluasi


risiko yang terkait dengan bahaya tersebut, untuk menentukan langkah-langkah apa
yang harus mereka ambil untuk melindungi keselamatan dan kesehatan karyawan
dan pekerja lain, dengan memperhatikan persyaratan legislatif;
 mengevaluasi risiko untuk membuat pilihan terbaik mengenai peralatan kerja,
bahan kimia atau bahan olahan yang digunakan, pengepasan dari tempat kerja, dan
organisasi kerja;
 memeriksa apakah langkah-langkah di tempat yang memadai;
 memprioritaskan tindakan jika langkah-langkah lebih lanjut ditemukan untuk
menjadi prioritas utama sebagai akibat dari penilaian;
 menunjukkan kepada diri mereka sendiri, pihak yang berwenang, pekerja dan
perwakilannya bahwa semua faktor yang berkaitan dengan pekerjaan telah
dipertimbangkan, dan bahwa informasi penilaian yang valid telah dibuat tentang
risiko dan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan;
 memastikan bahwa langkah-langkah pencegahan dan metode produksi, yang
dianggap perlu dan dilaksanakan setelah penilaian risiko, memberikan peningkatan
dalam perlindungan pekerja.

Alat-Alat Bengkel Kerja Bangku Mesin


1. KIKIR (FILE)

Kikir adalah suatu alat untuk mengikir benda kerja agar diperoleh permukaan yang rata
dan halus yang dilakukan dengan tangan. Kikir juga berfungsi pada pekerjaan penyayatan besi
untuk meratakan dan menghaluskan suatu bidang, membuat rata suatu bidang dan menyiku
antara bidang satu dengan bidang lainnya.

A.    Bagian-bagian utama kikir

B.    Jenis –jenis kikir serta kegunaanya / fungsinya


1. Kikir gepeng {plat}  
 Kikir ini berguna untuk meratakan  membuat bidang sejajar tegak lurus
kikir gepeng / plat

2. Kikir persegi empat {square}  


Kikir ini berguna untuk  membuat bidang rata agar siku,  antara bidang yang satu dengan yang
lain

Kikir persegi empat {square}

3. Kikir persegi tiga {triangle}  


Kikir ini berguna untuk meratakan  serta menghaluskan bidang yang berbentuk sudut 60
derajat, atau lebih besar (sering di gunakan untuk mengkikir mata gergaji)

  Kikir persegi tiga {triangle}

4. Kikir setengah bulat {half round}

Kikir ini berguna untuk , menghaluskan atau meratakan suatu bidang cekung

Kikir setengah bulat {half round}

5. Kikir bulat {round}

Kikir bulat berguna untuk menghaluskan serta menambah diameter  suatu lubang bulat
 

Kikir bulat {round}

C.    Pengelompokan kikir berdasarkan kode kekasaran gigi


Untuk dapat menghasilkan pengikiran yang maksimal, pemilihan kikir harus sesuai dengan jenis
pekerjaan dan hasil pengikiran yang dikehendaki.

Tabel Pengelompokan kikir berdasarkan kode kekasaran gigi dan penggunaannya

D.    Cara penggunaan kikir

1.      Pemegangan dan penekanan kikir

Tangkai kikir harus dipegang dengan tangan kanan dengan ibu jari berada di atas tangkai
kikir, sedangkan jari telunjuk mengikuti panjang tangkai kikir terlihat seperti gambar dibawah
ini :

Pemegangan Kikir

 
2.      Gerakan badan dan ayunan kikir 

gambar posisi kaki dan gerakan ayunan badan.

Mengikir merupakan suatu pekerjaan yang sepenuhnya menggunakan anggota badan dan tenaga yang
cukup besar serta berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Kondisi ini tentunya perlu disertai dengan
kenyamanan kerja dalam artian antara gerakan badan, pengaturan tenaga dan perasaan dapat berjalan
secara serasi.
2. RAGUM (VISE)

Ragum adalah suatu alat penjepit untuk menjepit benda kerja yang akan dikikir,
dipahat,digergaji,di tap,di sney,dan lain lain.
Cara menggunakan Ragum adalah dengan memutar tangkai (handle) ragum, Maka mulut ragum
akan menjepit atau membuka/melepas benda kerja yang sedang dikerjakan. Bibir mulut ragum harus
dijaga jangan sampai rusak akibat terpahat,terkikir dan lain sebagainya.

Dalam sebuah ragum terdapat bagian-bagian antara lain :

1.      Rahang gerak

2.      Rahang tetap

3.      Tangkai
Berdasarkan gerakannya ragum dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
a) Ragum biasa
             Ragum ini digunakan untuk menjepit benda kerja yang bentuknya sederhana dan biasanya hanya
digunakan untuk mengefrais bidang datar saja.

b) Ragum berputar
            Ragum ini digunakan untuk menjepit benda kerja yang harus membentuk sudut terhadap
spindle(poros putar ). Bentuk ragum ini sama dengan ragum biasa tetapi pada bagaian bawahnya terdapat
alas yang dapat diputar 360 derajat.

    

c) Ragum universal
    Ragum ini mempunyai dua sumbu perputaran, sehingga dapat diatur letaknya secara datar dan tegak

CARA PENGGUNAAN  RAGUM

Cara penggunaan Ragum yang benar,yaitu:

A.    Memilih tinggi ragum yang sesuai.

Cara memilih ragum yang sesuai dengan tinggi badan anda :


1.      Berdiri tegak di ragum.

2.      Tempelkan kepalan tangan pada dagu.

3.      SIkut harus berada diatas mulut ragum dan apabila lengan kita ayunkan,sikut jangan sampai
menyentuh bibir mulut ragum.

B.     Menjepit benda kerja pada ragum

Bila kita menjepit benda kerja pada ragum, benda kerja yang keluar dari mulut
ragum janganlah terlalu tinggi, terrutama apabila bahan benda kerja itu terbuat dari logam tipis.Bila
memungkinkan perbandingan bahan yang keluar dari mulut ragum harus lebih kecil daripada bagian yang
terjepit.

Contoh Penggunaan Ragum

Berikut contoh gambar pencekaman benda kerja pada ragum.


3.JANGKA (COMPASS)

A.    Jangka tusuk


Jangka tusuk mempunyai sepasang kaki berujung lancip. Bila dalam keadaan tertutup ke dua
ujung kaki tadi berimpit dan sama panjang. Jangka tusuk digunakan untuk menggambar lingkaran pada
benda kerja dan untuk memindahkan jarak dari alat ukur (atau benda satu) ke benda lain.

B.    Jangka bengkok (outside calipers)


Sepasang kaki jangka bengkok berbentuk melengkung dengan radius yang sama. Jangka
bengkok digunakan untuk mengukur diameter luar atau ukuran luar suatu benda. Alat ini terdiri dari
sepasang kaki bengkok, per penekan dan sebuah mur baut sebagai pengatur.

Jangka bengkok sering digunakan karena mudah dalam penggunaannya (cara mengaturnya).
Hasil ukuran harus dikonversikan dengan alat ukur mistar, meteran, atau siku-siku.
 

C.    Jangka kaki (inside calipers)


Fungsi jangka kaki adalah untuk mengukur diameter dalam (diameter lubang) atau lebar suatu
celah. Kakinya berbentuk lurus dengan ujung menonjol ke luar. Hasil pengukuran harus dikonversikan
dengan alat ukur mistar, meteran atau siku-siku.

   

4. MEJA PERATA (surface table)

Meja Perata ini berfungsi untuk menguji kerataan permukaan. Selain itu meja datar di gunakan
untuk meletakkan benda kerja serta alat-alat menggambar.
Biasanya meja perata (surface table) terbuat dari besi tuang, keramik atau batu granit. Alat ini
dipergunakan sebagai landasan untuk memukul atau meratakan benda kerja yang bengkok. Harus
diusahakan agar permukaan meja datar ini tidak rusak atau cacat, dan hasil lukisan atau pekerjaan yang
dikerjakan tetap baik.

5.  CAP (STAMP)


Stempel terbuat dari baja paduan yang tidak dikeraskan karena sifatnya harus ulet (tought) dan
cukup keras bisa mengalahkan benda yang distempel. Stampel adalah alat yang digunakan untuk
mencetak angka – angka atau huruf pada benda kerja.

Stempel digunakan untuk menandai/memberi identitas suatu produk/benda kerja yang terbuat
dari logam. Stampel ini juga dapat digunakan sebagai tanda kepemilikan masing – masing siswa.
Biasanya digunakan nomor induk atau nomor absen siswa yang bersangkutan.

1.      PAHAT (CISLE)


Pahat, adalah peralatan yang sangat penting dalam kerja bangku. Peralatan tersebut merupakan
peralatan pokok untuk membuat celah sambungan, melubangi dan membentuk benda kerja. Pahat untuk
membuat celah dan melubangi harus dipukul dengan palu. Bentuk ujung pahat disesuaikan dengan jenis
pekerjaan dan cara penggunaannya.

Pada waktu memahat, mata harus tertuju pada mata pahat. Karena dengan melihat ke arah mata
pahat diharapkan sasaran pahatan dapat tercapai.

1.      PENITIK (SCRIBER)


Penitik adalah alat yang digunakan untuk membuat lubang pada benda kerja. Penitik terbuat dari
bahan baja karbon tinggi yang dikeraskan. Sedangkan ujungnya runcing membentuk sudut 30° sampai
90°.

Cara menggunakan penitik yaitu pertama pegang penitik dengah tangan kiri, dan tempatkan
pada benda kerja. Penitik harus tegak lurus dengan banda kerja. Penitik dipukul dengan menggunakan
palu satu kali dengan pemukul yang ringan, serta periksa posisinya jika sudah tepat baru dipukul dengan
kuat agar didapatkan titik yang jelas, dengan syarat jangan terlalu keras.

1.      PENGGORES (SCRATCHER)


Penggores (alat gores) adalah suatu alat untuk menarik garis-garis gambar pada permukaan
benda kerja yang akan di kerjakan selanjutnya. Alat penggores ini terbuat dari bahan baja perkakas, di
mana bagian badannya dibuat kartel (gerigi) agar tidak lincin pada waktu di pegang. Salah satu atau
kedua ujungnya dibuat runcing membentuk sudut ±30°.
Cara Penggunaan:
Untuk mendapatkan garis lurus di atas benda kerja, penggores harus dimiringkan membentuk
sudut 20° sampai 25°. Dan tekan penggores pada benda kerja. Condongkan penggores kearah maju.
Untuk mendapatkan garis lurus ataupun sudut siku, maka kita juga perlu menggunakan alat bantu seperti
mistar baja ataupun penggaris siku.

1.      MISTAR BAJA (steel ruler)

Mistar baja adalah alat ukur yang terbuat dari baja tahan karat. Permukaan dan bagian sisinya
rata dan halus, di atasnya terdapat guratan-guratan ukuran, ada yang dalam satuan inchi, sentimeter dan
ada pula yang gabungan inchi dan sentimeter/milimeter.

Fungsi lain dari penggunaan mistar baja antara lain:

a.       mengukur lebar

b.      mengukur tebal serta,

c.       memeriksa kerataan suatu permukaan benda kerja.

Penggunaan

1.      HEIGHT GAUGE


Height gauge adalah sebuah alat pengukuran yang berfungsi mengukur tinggi benda terhadap
suatu bidang acuan atau bisa juga untuk memberikan tanda goresan secara berulang terhadap benda
kerja sebagai acuan dalam proses permesinan. Height gauge memiliki dua buah kolom berulir dimana
kepala pengukur bergerak naik turun akibat putaran ulir kasar dan halus yang digerakkan oleh pengukur.
Height Gauge digunakan untuk mengukur tinggi sekaligus menarik garis sejajar dan juga dapat untuk
memeriksa ukuran tinggi. Selain itu dengan penambahan probe dua arah, height gauge mampu
mengukur diameter luar dan dalam dari sebuah lubang dalam posisi horisontal.

Penggunaan:

Height gauge digunakan untuk menggaris sebuah bidang dan  mengukur tinggi atau tebal benda
kerja seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

11.      GERGAJI (HACKSAW)


Gergaji besi adalah alat untuk memotong benda kerja panjang dengan ukuran yang telah ditentukan.
Adapun bagian gergaji adalah :

Bagian-bagian gergaji:
1.      Bingkai

Terbuat dari pipa baja yang kuat dan kuku agar hasilnya lurus dan kuat bingkai yang dapat diatur
terbuat dari pipa baja yang oval. Bingkai ini dapat di pakai untuk macam macam gergaji

2.      Tangkai

Biasanya terbuat dari bahan yang logam yang lunak

3.      Pasak daun gergaji

Pasak ini dipasang pada kedua bingkainya

4.      Mur kupu – kupu

Digunakan untuk mengngencangkan daun gergaji, pada pemasangan mata gergaji perlu
diperhatikan arah matanya.

Pemeganan dan Penekanan Gergaji


Cara menggergaji hampir mirip dengan cara mengikir, yang berbeda adalah cara pemegangan.
Untuk pemotongan yang berat, tekanan gergaji cukup besar, namun untuk pemotongan yang
perlu lurus hasilnya, tekanan gergaji harus ringan.

LANGKAH PENGGERGAJIAN
1. Membuat Alur
Tinggi mulut catok/ragum sama seperti pada waktu mengikir, bagian yang digergaji harus
sedekat mungkin dengan mulut catok/ragum. Pada permulaan menggergaji, tahan sisi gergaji dengan ibu
jari (Gambar 9.2 a). Namun untuk pemotongan yang dianggap presisi (Gambar 9.2 b), sebelum digergaji
benda kerja harus ditandai terlebih dahulu dengan kikir segitiga sebagai jalan awal penggergajian.
Gambar 92 Membuat alur (permulaan menggergaji) (a) (b).

2. Awal Penggergajian
Sebagai awal penggergajian kedudukan gergaji, menyudut ± 30º (Gambar 9.3), selanjutnya
gergajilah bagian sisi terlebih dahulu yang lambat laun sudutnya makin kecil. . Gambar 93., Sudut awal
penggergajian

3. Pemotongan Benda Kerja

Potonglah benda kerja pada bagian yang dekat dengan mulut catok/ragum.
12. PENYIKU

Penyiku adalah siku-siku yang digunakan untuk menyiku benda kerja. Siku-siku geser digunakan
untuk mengetahui kesikuan atau pembanding kesikuan sudut yang tidak membentuk 90 derajat
sedangkan siku-siku dipergunakan untuk mengetahui sudut yang dibentuk adalah tepat 90 derajat.

Siku-siku geser adalah bentuk lain siku-siku di mana salah satu sisi siku-sikunya dapat digeser,
jenis ini dipergunakan agar dapat menyesuaikan dengan bidang yang akan diperiksa kesikuannya. 

PENGGUNAAN PENYIKU 

Digunakan untuk membantu penggores dalam menggores benda kerja dan untuk mengetahui
sudut yang dibentuk adalah tepat 90 derajat pada benda kerja.

Ada tiga bahaya yang diakibatkan oleh listrik, yaitu kesetrum (sengatan listrik), panas atau kebakaran, dan
ledakan. Kesetrum atau sengatan listrik akan dirasakan jika arus listrik melalui tubuh kita. Biasanya arus akan
mulai dirasakan jika arus yang mengalir lebih dari 5 mA. Pada arus yang kecil, aliran arus hanya akan
mengakibatkan kesemutan atau kehilangan kemampuan untuk mengendalikan tangan. Pada arus yang besar,
arus listrik bisa membakar kulit dan daging kita. Yang paling bahaya adalah jika arus tersebut mengalir melalui
jantung atau otak. Perlu dicatat bahwa yang membahayakan adalah aliran arus listrik, bukan tegangan listrik.
Walaupun tegangannya tinggi, bisa saja tidak membahayakan asalkan arusnya sangat kecil.

Bahaya kedua adalah panas atau kebakaran. Panas muncul karena adanya aliran arus melalui suatu resistansi.
Besarnya panas sebanding dengan kwadrat arus, besarnya resistansi, dan waktu. Jika kita menggunakan kabel
yang terlalu kecil maka resistansinya besar sehingga kawat bisa mengalami pemanasan. Kawat yang panas bisa
menyebabkan terbakarnya isolasi kabel sehingga mengakibatkan terjadinya hubungsingkat. Kontak atau
sambungan tak sempurna juga bisa menyebabkan timbulnya panas yang membakar isolasi kabel. Menutup
lampu, menutup kipas angin, menutup layar komputer dengan bahan yang mudah terbakar juga
membahayakan.

Bahaya ketiga adalah ledakan. Saat terjadi hubungsingkat, arus listrik yang mengalir akan sangat besar. Arus
yang sangat besar bisa menyebabkan kenaikan temperatur yang sangat cepat sehingga menyebabkan naiknya
tekanan udara secara cepat. Untuk instalasi perumahan, bahaya ini mungkin tidak terlalu besar karena arus
hubungsingkat yang mungkin terjadi tidak terlalu besar.

Untuk mengurangi bahaya akibat penggunaan listrik, di Indonesia telah ada Peraturan Umum
Instalasi Listrik (PUIL). Di dalam PUIL, telah diatur bagaimana mengurangi risiko muculnya
tegangan sentuh yang membahayakan orang. Menurut peraturan, seharusnya semua instalasi
listrik harus mendapatkan sertifikat laik operasi (SLO) yang dikeluarkan oleh pihak yang
berwenang. Sayangnya, banyak sekali instalasi listrik tidak memiliki SLO. Kalaupun memiliki
SLO, seringkali kita melakukan perubahan instalasi tanpa melapor kepada pihak yang
berwenang. Tak jarang malah instalasi listrik diubah oleh orang yang bukan ahlinya.

Cara pertama untuk mengamankan instalasi listrik adalah dengan memasang pentanahan yang
baik. Pentanahan biasanya dilakukan dengan menanam batang tembaga sedalam tiga meter ke
tanah. Diusahakan tahanan pentanahan yang didapat kurang dari 25 Ohm. Jika penanaman
sedalam tiga meter masih menghasilkan tahanan yang tinggi, kita harus menanam lagi batang
tembaga lain dan menyambungkannya ke batang tembaga yang pertama. Jika tersedia, batang
pentanahan ini harus disambung dengan batang pentanahan penangkal petir. Setelah itu, kawat
netral yang datang dari PLN harus disambung ke batang atau elektroda pentanahan yang telah
dibuat. Setelah itu, semua bagian logam dari peralatan (yang pada keadaan normal tidak dialiri
arus) harus disambung ke elektroda pentanahan tersebut.

Tujuan utama dari pentanahan ini ada tiga. Pertama, menjamin bahwa tegangan titik netral relatif
terhadap tanah sama dengan atau mendekati nol. Kedua, menjamin bahwa semua bagian logam
peralatan tegangannya selalu mendekati nol sehingga aman jika tersentuh oleh tubuh kita.
Ketiga, jika terjadi hubung singkat antara kawat dengan bagian logam peralatan, arus listrik bisa
mengalir cukup besar sehingga bisa terdeteksi oleh pengaman sehingga bisa segera diputus.
Dengan pemutusan yang segera, pemanasan bisa dihindari sehingga mencegah terjadinya
kebakaran.

Selain harus dipasang oleh ahlinya, demi keamanan kita harus menggunakan peralatan listrik
yang sesuai standar. Ukuran kabel harus sesuai dengan kebutuhannya. Bahan isolasi yang
dipakai harus sesuai dengan peruntukannya. Kabel yang terlalu kecil bisa menyebabkan kabel
mengalami pemanasan lebih yang bisa menimbulkan kebakaran. Isolasi yang tidak sesuai akan
mudah sobek dan mudah terbakar jika kawat di dalam kabel mengalami pemanasan.

Pengaman atau MCB juga harus sesuai ukurannya dan benar pemasangannya. Gunakan stop
kontak yang sesuai dengan standar. Jangan melakukan pencabangan terlalu banyak di suatu titik.
Kontak yang tidak sempurna bisa menyebabkan terjadinya pemanasan dan membakar bahan
isolasi. Jangan pernah mencabut kontak tusuk (colokan) peralatan listrik dengan menarik
kabelnya. Idealnya, semua peralatan listrik yang beredar di Indonesia harus memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI). Dalam praktek, banyak sekali beredar peralatan yang tidak sesuai
standar. Banyak konsumen memilih peralatan hanya berdasarkan harga.

Kebiasaan Aman

Selain membiasakan hanya menggunakan peralatan standar yang dijamin keamanannya, hal-hal
berikut bisa mengurangi risiko bahaya listrik: 1. Jangan menggunakan pencukur listrik dan hair
dryer di kamar mandi. Yakinkan tangan dalam keadaan kering saat menggunakan peralatan
listrik; 2. Jangan memasang stop kontak di tempat yang mungkin basah; 3. Jangan mencolokan
banyak peralatan dalam suatu stop kontak atau pembagi; 4. Jangan mencabut kontak tusuk
dengan kabelnya; 5. Matikan listrik atau cabut stop kontaknya saat peralatan tidak digunakan; 6.
Jangan gantung pakaian pada lampu atau peralatan listrik lainnya; dan 7. Panggil ahlinya jika
curiga ada gangguan pada peralatan listrik.

Anda mungkin juga menyukai