Dosen Pengampuh:
Dosen Pengampuh
1. ARZERIN DERA
3. MIFTAHURROHMAN
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat dan
pertolongan-Nya penulis tidak akan bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu dan
tanpa kurang suatu apapun. Tidak lupa pula penulis haturkan shalawat dan salam
dalam penyelesaian makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan bak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan
saran yang membangun supaya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUl...................................................................................... . I
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja.......................................... 2
B. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja.................................. 4
C. Hambatan dari Penerapan K3..................................................................... 5
D. Kecelakaan Kerja........................................................................................ 5
E. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................. 7
F. Penyakit Akibat Kerja................................................................................ 11
G. Pelayanan dan Usaha Mencapai Keselamatan Kerja................................... 14
H. Alat Pelindung Diri..................................................................................... 16
I. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD) Bagi Petugas Tenaga Gizi........ 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan
dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh
pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan
nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan
teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja
dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan
keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan
psikologi.
sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor
manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi
1
standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang
dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan
kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang
nyata.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
2. Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
3. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas
dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
4. Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan
terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan.
Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara
umum.
5. Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
3
6. Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan kepada
7. Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan
Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan
fisik dari para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.
4
C. Hambatan dari Penerapan K3
a) Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat :
D. Kecelakaan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja bertalian dengan apa yang disebut dengan
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan kerja yang disebabkan karena faktor melakukan pekerjaan. (Suma’mur,
1981: 5). Kecelakaan kerja juga diartikan sebagai kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
atau suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan
proses aktivitas kerja. (Lalu Husni, 2003: 142). Kecelakaan kerja ini disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan
kecelakaan ini disebut sebagai bahaya kerja. Bahaya kerja ini bersifat potensial jika
faktor-faktor tersebut belum mendatangkan bahaya. Jika kecelakaan telah terjadi, maka
disebut sebagai bahaya nyata. (Suma’mur, 1981: 5). Lalu Husni secara lebih jauh
mengklasifikasikan ada empat faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu:
a. Faktor manusia, diantaranya kurangnya keterampilan atau pengetahuan tentang
b. Faktor material atau peralatannya, misalnya bahan yang seharusnya dibuat dari besi
dibuat dengan bahan lain yang lebih murah sehingga menyebabkan kecelakaan kerja.
5
Perbuatan bahaya, misalnya metode kerja yang salah, sikap kerja yang teledor serta
Kondisi/keadaan bahaya, misalnya lingkungan kerja yang tidak aman serta pekerjaan
yang membahayakan.
d. Faktor lingkungan kerja yang tidak sehat, misalnya kurangnya cahaya, ventilasi,
a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human act atau
human error).
kerja di Indonesia yang paling dominan. Para ahli belum dapat menemukan cara yang
benar-benar jitu untuk menghilangkan tidakan karyawan yang tidak aman tersebut.
tidak beroperasi dengan cara memindahkan, mengubah setting, atau memasangi kembali,
memakai peralatan yang tidak aman atau menggunakannya secara tidak aman,
menggunakan prosedur yang tidak aman saat mengisi, menempatkan, mencampur, dan
mengkombinasikan material, berada pada posisi tidak aman di bawah muatan yang
tergantung, menaikkan lift dengan cara yang tidak benar, pikiran kacau, tidak
Kecelakaan kerja tentunya akan membawa suatu akibat yang berupa kerugian.
Kerugian yang bersifat ekonomis misalnya kerusakan mesin, biaya perawatan dan
6
pengobatan korban, tunjangan kecelakaan, hilangnya waktu kerja, serta menurunnya mutu
produksi. Sedangkan kerugian yang bersifat non ekonomis adalah penderitaan korban yang
Suma’mur (1981: 5) secara lebih rinci menyebut akibat dari kecelakan kerja
dengan 5K yaitu:
a. Kerusakan
b. Kekacauan organisasi
e. Kematian
mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat proses atau bahan produksinya
mengukur praktik sistem manajemen K3. Perusahaan yang mendapat sertifikat sistem
7
manajemen K3 adalah perusahaan yang telah mematuhi sekurang-kurangnya 60 persen
kantor dinas tenaga kerja setempat. Namun, pada kenyataannya masih ada banyak
perusahaan dengan lebih dari 50 karyawan yang belum membentuk komite K3, dan
kalau pun sudah, komite tersebut sering kali tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.
mempekerjakan 10 karyawan atau lebih, atau membayar upah bulanan sebesar1 juta
rupiah atau lebih. Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas manfaat/
jaminan yang meliputi (i) biaya transportasi, (ii) biaya pemeriksaan dan perawatan medis,
8
dan/ atau perawatan di rumah sakit, (iii) biaya rehabilitasi, dan (iv) pembayaran tunai
yang berkaitan dengan K3 kecuali Konvensi ILO No 120/ 1964 tentang Higiene
(Komersial dan Perkantoran). Tetapi hingga tahun 2000, Indonesia sudah meratifikasi
seluruh Konvensi Dasar ILO tentang Hak Asasi Manusia yang semuanya berjumlah
delapan.
70% wilayahnya terdiri dari daerah pedesaan dan pertanian, Konvensi ILO yang terbaru,
yaitu Konvensi No. 184/ 2001 tentang Pertanian dan Rekomendasinya, dianggap
merupakan perangkat kebijakan yang bermanfaat. Tetapi secara luas Indonesia dipandang
tidak siap untuk meratifikasi Konvensi ini karena rendahnya tingkat kesadaran K3 di
antara pekerja pertanian. Tingkat pendidikan umum pekerja pertanian di Indonesia juga
rendah, rata-rata hanya 3 sampai 4 tahun di sekolah dasar (Markkanen, 2004 : 16)
4. Penegakan Hukum
kerja telah didesentralisasikan dan tanggung jawab untuk pengawasan tersebut telah
9
dilibatkan dalam pengawasan ketenagakerjaan secara nasional. Sekitar 400 pengawas
bawah Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Pusat ini dibagi menjadi (i) Seksi
Pelayanan Kesehatan Kerja, (ii) Seksi Kesehatan dan Lingkungan Kerja, dan (iii)
Unit Administrasi.
Pusat ini sudah menyusun Rencana Strategis Program Kesehatan Kerja untuk
Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan kebijakan Departemen Kesehatan saat
ini. Visi Indonesia Sehat 2010 dibentuk untuk mendorong pembangunan kesehatan
1982 sebagai badan tripartit untuk memberikan rekomendasi dan nasihat kepada
Pemerintah di tingkat nasional. Anggota Dewan ini terdiri dari semua instansi
pemerintah yang terkait dengan K3, wakil-wakil pengusaha dan pekerja dan
10
1998-2002, DK3N telah menyelenggarakan sekurangkurangnya 27 lokakarya dan
seminar mengenai berbagai subyek di sektor-sektor industri terkait. DK3N juga telah
Pada hakikatnya kita memang tidak akan menemukan konsep dan realita yang
berjalan bersamaan, begitu pula dengan implementasi dari K3 yang belum bisa
berjalan maksimal apabila belum ada komitmen yang tegas dari berbagai pihak baik
11
penyebab yang sudah diakui.
12
b. Golongan kimiawi
silikosis,asbestosis.
13
kecelakaan kerja, maka pencegahan penyakit akibat kerja diperlukan
14
2. Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.
Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan cedera yang
pernah terjadi, serta kerugian yang ditimbulkan, bersifat penting. Hal ini
merupakan indikator utama dalam menganalisis bahaya yang mungkin akan
terjadi di lingkungan kerja
3. Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.
Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka
ketahui di lingkungan kerja. Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk
menemukan ide atau gagasan yang bertujuan untuk mengeliminasi atau
mengontrol bahaya yang ada.
4. Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk Pekerjaan
Berbahaya.
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak dapat
diterima atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan yang paling
tinggi tingkat risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama dalam melakukan job
hazard analysis.
5. Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.
Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan
kerja dapat diminimalisir.
b. Risk Management
Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan
kerugian/kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan
program keselamatan dan penanganan hukum
c. Safety Engineer
Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu
mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya.
d. Ergonomika
15
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan
pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat dan
perkakas yang digunakan, serta lingkungan kerjanya.
Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan adalah:
1. Job Rotation
2. Personal protective equipment
3. Penggunaan poster/propaganda
4. Perilaku yang berhati-hati
pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi
pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak bahaya di tempat
kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, mekanik dan lainnya. Pemakaian alat
pelindung diri (APD) merupakan upaya untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan
kerja yang optimal. Penjamah makanan harus selalu menggunakan alat pelindung diri
(APD) yang tepat dan mengetahui pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD)
ketika sedang bekerja. Macam-macam alat pelindung diri (APD) meliputi penutup
apron atau celemek, dan alas kaki. alat pelindung diri (APD) yang sangat efektif terbuat
dari kain yang diolah atau bahan sintetis yang dapat menahan air, darah dan cairan lain
16
a. Penutup Kepala
Penutup kepala digunakan untuk mencegah kotoran dan rambut jatuh sebagai
sumber kontaminan untuk jatuh ke makanan. Penutup kepala wajib dipakai oleh
tenaga kerja di instalasi gizi pada saat pengolahan agar dapat mencegah dan
melindungi jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kotoran dari kepala
b. Sarung tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari
benda tajam atau goresan. Selain itu juga digunakan pada saat tangan kontak
dengan makanan agar makanan terhindar dari bakteri- bakteri yang ada di tangan
alat pelindung tangan yang ada di instalasi gizi adalah sarung tangan rumah tangga
1) Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun wool, untuk
2) Sarung tangan dari plastic yang digunakan untuk mengambil makanan atau
pada saat tangan kontak langsung dengan makanan. Sarung tangan ini
bersifat sekali pakai, sehingga setelah dipakai sarung tangan ini lagsung
dibuang.
3) Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari
c. Masker
Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar dari sewaktu penjamah
17
makanan berbicara, batuk,bersin dan mencegah kontaminasi dari hidung dan mulut
ke makanan.
d. Celemek
terkena kotor. Celemek yang digunakan harus bersih dan tidak boleh digunakan
sebagai lap tangan. Celemek hanya digunakan oleh penjamah makanan di ruang
e. Alas kaki
Alas kaki dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan benda tajam atau cairan
yang jatuh atau menetes ke kaki. Alas kaki terbuat dari bahan karet, tidak licin, dan
tidak terbuka pada bagian jari-jari. Jenis alas kaki yang harus ada di instalasi gizi
adalah:
a) Sepatu boot
Sepatu ini lebih disarankan untuk dipakai di instalasi gizi karena sepatu ini
b) Sandal
sepatu boot. Sandalyang digunakan tidak terbuka pada bagian jari-jari kakinya.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan
dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional
keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja.
Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja,
tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan
kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan
yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi
kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para
pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
19
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta : Internasional
Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and The Pacific Manila Philippines
Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.
Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan