Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


SEFETY DAN HEALTH

Disusun Oleh:
MUHAMMAD TAUVAN FAREZI
2110017211028
TEKNIK MESIN

DOSEN:
IQBAL, S.T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha Esa, dan
salawat beriringan salam tak luput pula kita haturkan kepada baginda kita
yakninya nabi Muhammad,SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah Teknik Mesin Fakultas Industri berjudul Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Namun penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan dalam pembahasan materi. Namun demikian penulis merasa
berbesar hati dan merasa bangga atas penyelesaian makalah ini. Semoga makalah
ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padang, Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
Latar Belakang.....................................................................................................4
Rumusan Masalah.............................................................................................5
Tujuan...............................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Karyawan......................................................7
A. Peran Manajemen Dalam Keselamatan Kerja dan Kesehatan Karyawan.....8
B. Dasar Hukum Keselamatan Kerja dan Kesehatan Karyawan.......................8
C. Penyebab Kecelakaan dalam Lingkungan Kerja..........................................9
D. Pencegahan Penyebab Kecelakaan Kerja...................................................10
E. Bahaya Kesehatan di Tempat Kerja dan Penanggulangannya....................12
F. Keamanan Kerja dan Manajemen Risiko....................................................16
a. Keamanan Kerja......................................................................................16
b. Manajemen Risiko...................................................................................16
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................17
Kesimpulan.........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik adalah


program yang terpadu untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari pada
lingkungan pekerjaan dimana seseorang bekerja. Kasus kecelakaan yang
terjadi di Indonesia meningkat setiap tahunnya yaitu mencapai 93.000
kasus.(www.bpjsketenagakerjaan.go.id). Menurut data Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2013 di
Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari
akibat kecelakaan kerja. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan
Negara Eropa hanya sebanyak dua orang meninggal dua per hari karena
kecelakaan kerja. Sementara menurut data Internasional Labor
Organization (ILO),di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus
kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal
yaitu kematian dan cacat seumur hidup.(Suara Pembaharuan 2014)
Faktor penyebab kecelakaan karena adanya keterbatasan fasilitas
keselamatan kerja dan juga karena kelemahan pemahaman faktor-faktor
prinsip yang perlu diterapkan perusahaan. Makna keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) adalah memandang setiap karyawan di perusahaan
memiliki hak atas perlindungan kehidupan kerja yang nyaman dan
ketenangan dalam melaksankan pekerjaan. Makna K3 ini belum
sepenuhnya dipahami baik oleh pihak manajemen maupun karyawan.
Usaha yang harus ditanamkan adalah kesadaran jiwa bahwa keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) merupakan bentuk kebutuhan. K3 atau OHS
adalah kondisi yang harus diwujudkan di tempat kerja dengan segala daya
upaya berdasarkan ilmu pengetahuan dan pemikiran mendalam guna
melindungi tenaga kerja, manusia serta karya dan budayanya melalui
penerapan teknologi pencegahan kecelakaan yang dilaksanakan secara
konsisten sesuai dengan peraturan perundangan dan standar yang berlaku.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan ketenagakerjaan. K3 merupakan hak dasar dari setiap tenaga

4
kerja yang ruang lingkupnya telah berkembang sampai pada keselamatan
dan kesehatan kerja. Persyaratan K3 terkait dengan masalah tenaga kerja
dan hak asasi manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah
satu aspek dalam perlindungan ketenaga kerja. Dalam jangka panjang
masyarakat industry diharapkan memiliki budaya K3 yang cirinya adalah
menerapkan ketentuan dan standar K3 secara konsisten, maka potensi
tehnologi dapat dimanfaatkan dengan aman dan efesien Kondisi Global
dan ketatnya persaingan disegala bidang industry
usaha sangat berpengaruh pada stabilitas usaha dan memberikan
aspek perlindungan pada masalah ketenagakerjaan terutama keselamatan
dan kesehatan kerja pada industry manufaktur, Industri mesin dan
mekanik, Industri perkapalan dan lain sebagainya. Salah satu tantangan
terbesar adalah sumber daya manusia dimana sumberdaya manusia ini
yang akan bekerja, memasuki dunia kerja dan sudah bekerja diberbagai
sektor industry. Untuk itu perlu dilakukan berbagai usaha yang nyata
untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia,
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Karyawan?
2. Apa saja teori/dasar hukum yang digunakan untuk memperkuat
mengenai Keselamatan dan Kesehatan Karyawan?
3. Apa penjelasan dari inspeksi dan surat panggilan berdasarkan OHSA?
4. Apa saja tanggung jawab dan hak para pengusaha dan karyawan
mengenai Keamanan dan Kesehatan Karyawan?
5. Apa saja penyebab kecelakaan kerja?
6. Bagaimana cara mencegah kecelakaan kerja?
7. Apa saja resiko-resiko yang terjadi ditempat kerja ?
3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Keamanan dan Kesehatan Karyawan
2. Mengetahui teori/dasar hukum yang digunakan untuk memperkuat
mengenai Keselamatan dan Kesehatan Karyawan
3. Mengetahui pengertian dari inspeksi dan surat panggilan
berdasarkan OHSA

5
4. Mengetahui tanggung jawab dan hak para pengusaha dan karyawan
mengenai Keamanan dan Kesehatan Karyawan
5. Mengetahui penyebab kecelakaan kerja
6. Mengetahui cara mencegah kecelakaan kerja
7. Mengetahui berbagai resiko yang terjadi ditempat kerja

6
BAB II

PEMBAHASAN

1. Keselamatan Kerja dan Kesehatan Karyawan


Menurut International Civil Aviation Organization keselamatan
kerja adalah suatu keadaan dimana rasa sakit ataupun kerusakan properti
dapat diminalisir, dan memiliki tingkat rendah dalam identifikasi bahaya.
Menurut (Suma'mur, 2001) keselamatan kerja berarti suatu rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja. Sedangkan menurut (Simanjutak, 1994)
keselamatan kerja meupakan sebuah kondisi keselamatan yang terbebas
dari resiko kecelakaan dan kerusakan yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
Sedangkan kesehatan karyawan merupakan penjaminan tenaga
kerja, manusia, hasil karya dan budaya atas keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani untuk menuju masyarakat yang adil dan
makmur (Mangkunegara, 2002). Kesehatan kerja juga merujuk pada
kondisi kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja (Randal S Schuler, 1997).
Penting bagi perusahaan untuk menjaga keselamatan kerja dan
kesehatan karyawan mereka karena akan berdampak pada alasan moral,
hukum dan ekonomi. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk
sempurna yang telah diciptakan di dunia, maka sudah seharusnya
mendapatkan perlakuan yang terhormat sekalipun didalam organisasi atau
perusahaan. Pemerintah juga telah menetapkan UU terkait dengan
ketenagakerjaan sebagai jaminan bagi tiap pekerja jika terjadi
permasalahan terkait dengan pekerjaan. Faktor ekonomi juga menjadi
pertimbangan mengapa perusahaan perlu memperhatikan keselamatan dan
kesehatan karyawan karena jika terjadi sebuah kecelakaan kerja didalam
lingkungan kerja maka perusahaan pasti akan mengeluarkan biaya yang
tidak sedikit.

7
A. Peran Manajemen Dalam Keselamatan Kerja dan Kesehatan
Karyawan
Keselamatan kerja berarti mengurangi kondisi yang menyebabkan
kecelakaan dan tindakan yang menyebabkan kecelakaan itu sendiri karena
kecelakaan kerja dapat terjadi secara tiba-tiba. Oleh karena itu diperluhkan
manajemen yang serius untuk menangani masalah keselamatan kerja dan
kesehatan karyawan ini.
Pada dasarnya keselamatan kerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor dari manusia itu sendiri dan faktor lingkungan. Manajemen
berperan aktif dalam mengetahui bagaimana kondisi terkait saat ini
mengenai keselamatan kerja dan kesehatan yang dapat dilakukan dengan
pengumpulan data melalui pendekatan kualitatif. Hal ini dapat dilakukan
oleh pimpinan puncak sebagai pemberi kerja yang harus memiliki
komitmen atas kebijakan keselamatan kerja bagi karyawannya melalui
observasi sehingga tidak mengabaikan keselamatan kerja, fasilitas para
karyawan.
B. Dasar Hukum Keselamatan Kerja dan Kesehatan Karyawan
Undang Undang keselamatan dan kesehatan kerja tahun 1970
(Occupational Safety and Health Act of 1970) merupakan hukum yang
telah disahkan oleh kongres pada tahun 1970 yang dimaksudkan untuk
menjamin sejauh mungkin setiap wanita ataupun pria mendapatkan
kondisi kerja yang aman dan sehat ketika bekerja di negara ini dan itu
berguna untuk melindungi sumber daya manusia itu sendiri.
Dalam Undang-Undang tercipta Administrasi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Occupational Safety and Health Administration) atau
OSHA yang merupakan badan yang diciptakan oleh Departemen Tenaga
Kerja yang bertujuan untuk menjalankan undang-undang dan menetapkan
standar keselamatan dan kesehatan kerja dan itu diterapkan pada semua
para pekerja di Amerika Serikat.
Jaminan atas keselamatan kerja dan kesehatan karyawan juga
terdapat dalam Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 pasal 86 ayat satu
juga menyatakan bahwa setiap pekerja dan buruh mempunyai hak
memperoleh perlindungan atas keselamatan kerja dan kesehatan, moral

8
dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat.
pada uu nomor 14 tahun 1969 pasal 9 juga menyatakan hal yang sama.
sedangkan pada uu nomor 3 tahun 1992 ditambahkan bahwa terdapat
jaminan atas kecelakaan kerja yang meliputi biaya pengangkutan, biaya
pemeriksaan pengobatan dan/atau perawatan, biaya rehabilitasi, santunan
berupa uang yang meliputi : santunan sementara tidak mampu bekerja,
santunan cacat sebagian untuk selamanya, santunan cacat total untuk
selamanya baik fisik maupun mental dan santunan kematian.
OSHA mewajibkan para pemberi kerja melaporkan apa bila terjadi
luka-luka kerja yang memerluhkan perawatan medis. OSHA juga
menegakkan standar melalui inspeksi surat pemanggilan yang biasanya
tidak diumumkan langsung. Inspeksi yang dilakukan oleh OSHA tidak
bisa dilakukan jika tanpa surat izin dan persetujuan pemberi kerja. Saat ini
OSHA berfokus pada penegakan yang adil dan efektif dengan pendekatan
“yang terburuk lebih dahulu” dalam menetapkan prioritasnya terkait
dengan tingkat tinggi rendahnya risiko, kecelakaan katastrofis atau
kecelaakaan fatal, keluhan karyawan, inspeksi industri berbahaya, bahaya
yang medekat serta inspeksi tindak lanjut. Menurut OSHA pelanggaran
yang sering terjadi pada lima area pelanggaran yang meliputi perancah,
perlindungan jatuh, komunikasi berbahaya, lockout/tagout (pemutusan
arus listrik) dan masalah pernafasan.
Jadi sudah merupakan tanggung jawab pemberi kerja di bawah
Occupational Safety and Healt Act untuk bertanggung jawab dalam
memberikan tempat kerja yang bebas dari bahaya yang diketahui untuk
memenuhi hal para karyawan.
C. Penyebab Kecelakaan dalam Lingkungan Kerja
Penyebab mendasar kecelakaan di tempat kerja biasanya kejadian
kebetulan, kondisi tidak aman, dan tindakan karyawan yang tidak aman.
Kejadian kebetulan merupakan kejadian yang tidak diprediksi sebelumnya
akan terjadi seperti ketika ada seorang karyawan sedang berjalan dan tiba-
tiba dahan pohon diatasnya terjatuh.
Manajemen lebih berfokus kepada kondisi tidak aman dan tindakan
yang tidak aman. Kondisi tidak aman merupakan sebuah kondisi mekanis

9
dan fisik yang menyebabkan kecelakaan. kondisi ini merupakan penyebab
utama kecelakaan yang dipengaruhi oleh perlengkapan yang tidak
terlindungi dengan baik, perlengkapan cacat, lalainya prosedur bahahya
disekitar mesin atau perlengkapan, penyimpanan tidak aman (muatan
berlebih), ventilasi yang tidak semestinya dan cahaya yang tidak
semestinya seperti pencahayaan kurang atau cahaya yang menyilaukan.
Sedangkan penyebab tindakan tidak aman dapat dikaitkan dengan
perilaku karyawan ditempat kerja melalui ciri spesifik yang menjadikan
mereka rentan mengalami kecelakaan seperti orang-orang yang impulsif,
pencari sensasi, sangat ekstrovert, dan kurang hati-hati atau ceroboh.
D. Pencegahan Penyebab Kecelakaan Kerja
Dalam pencegahan penyebab kecelakaan kerja yang disebabkan
oleh kondisi tidak aman dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan
menghilangkan kondisi tidak aman. Manajer sumber daya manusia dan
manajer puncak harus bertanggung jawab untuk pengidentifikasian kondisi
tidak aman. Harus diketahui dimana saja zona yang memilki bahaya
tinggi. Seperti pada perusahaan industri, sepertiga dari total kecelakaan
industri terjadi di sekitar truck forklift, gerobak tangan, dan area
penanganan pengangkatan yang biasanya kecelakaan serius terjadi karena
mesin atau gergaji besi atau kayu, mesin transimi seperti gir, puli dan roda
gila.
Untuk mengurangi volume kecelakaan kerja yang tinggi, jadwal
kerja dan kelelahan juga harus diperhatikan. Psikologi tempat kerja juga
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena beberapa kondisi
psikologis juga dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Sedangkan untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang
dikarenakan oleh kondisi tidak aman dapat dilakukan dengan mendesain
pekerjaan yang ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya
fisik yang dapat dilakukan oleh teknisi keselamatan dengan menggunakan
alat-alat terkomputerisasi untuk mendesain perlengkapan yang lebih aman.
Designsafe dapat dijadikan sebuah contoh yang dapat membantu
mengotomatiskan analisis bahaya, penilaian risiko, dan identifikasi opsi
keselamatan kerja. Designsafe juga membantu perancang keselamatan

10
kerja untuk memilih perangkat pengendali keselamatan kerja yang paling
sesuai untuk menjaga pekerjaan tetap aman.
Mengurangi kondisi tidak aman untuk karyawan merupakakn lini
pertahanan pertama pemberi kerja dalam pencegahan kecelakaan. pemberi
kerja juga harus memperhatikan lingkungan yang aman dan sehat untuk
para pekerjanya terutama jika terdapat pekerja yang rentan seperti pekerja
usia muda, imigran, lanjut usia, dan wanita.
Penyedia kerja dapat melakukan penyaringan untuk mengurangi
tindakan tidak aman dengan mengidentifikasi ciri-ciri yang dapat
memprediksi kecelakaan. dengan menggunakan ERI (Employee
Reliability Index) penyedia kerja dapat mengukur dimensi reliabilitas yang
meliputi kematangan emosional, hati nurani, dan kinerja yang aman. Bisa
juga dilakukan tes simulasi kerja, yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur pelamar dengan mensimulasikan aktivitas kerja yang menuntut
secara fisik dan tes kapabilitas fisik yang mengukur kekuatan dan gerakan
otot. Selain melalui penyaringan, penyedia kerja juga dapat mengurangi
tindakan tidak aman melalui pelatihan keselamatan kerja. Pelatihan
keselamatan kerja ini penting dilakukan untuk mengurangi kecelakaan
karena dengan pelatihan para karyawan dapat menerima pengetahuan baru
atau tambahan pengetahuan dan keterampilan yang dapat berguna untuk
para pekerja. Beberapa cara lain untuk mengurangi tindakan tidak aman
a. Mengurangi tindakan tidak aman dengan menumbuhkan kultur
keselamatan kerja
b. Mengurangi tindakan tidak aman dengan menciptakan lingkungan
suportif
c. Mengurangi tindakan tidak aman dengan menetapkan kebijakan
keselamatan
d. Mengurangi tindakan tidak aman dengan menetapkan sasaran
pengendalian kerugian spesifik
e. Mengurangi tindakan tidak aman melalui program berbasis perilaku
dan kesadaran keselamatan kerja
f. Mengurangi tindakan tidak aman melalui partisipasi karyawan

11
g. Mengurangi tindakan tidak aman dengan melakukan audit dan
inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja.
E. Bahaya Kesehatan di Tempat Kerja dan Penanggulangannya
Berbagai macam bahaya kesehatan ditempat kerja menjadi
permasalahan bagi perusahaan. Paparan bahaya ditempat kerja umumnya
meliputi bahan kimia dan bahan berbahaya lainnya, temperatur yang
ekstren, bahaya biologis yang termasuk didalamnya bahaya yang terjadi
secara alamiyah, dan bahaya ergonomis.
a. Bahan Kimia Dan Higiene Industri
Higiene industri merupakan pengelolahan bahaya yang melibatkan
pengenalan, evaluasi, dan pengendalian. Pemberi kerja dan petugas
kesehatan harus bekerja sama mengenali paparan bahaya yang akan
terjadi pada karyawannya.
b. Paparan Asbeston Di Tempat Kerja Dan Kualitas Udara
Paparan asbeston merupakan sumber potensi utama penyakit
pernafasan yang berhubungan dengan pekerjaan dan dapat terjadi pada
karyawan di dalam lingkungan kerja. Upaya-upaya masih terus
dilakukan perusahaan untuk membersihkan bangunan-bangunan tua
dari zat asbeston. OSHA telah menentukana bahwa zat asbeston yang
boleh terdapat setiap sentimeter kubik adalah 0,1 serat.
c. Alkoholisme Dan Penyalahgunaan Zat Adiktif
Penyalahgunaan ini merupakan permasalah yang dianggap sering
terjadi di tempat kerja. Dalam meminimalisir banyaknya karyawan
yang melakukan penyalahgunaan ini pemberi kerja dapat melakukan
pengetesan secara formal pada kandidat kerja. Perusahaan juga perlu
mencanangkan program bebas obat-obatan di tempat kerja yang
meliputi kebijakan tempat kerja bebas obat-obatan, pelatihan penyelia,
edukasi karyawan, bantuan karyawan, serta pengetesan obat-obatan.
d. Stres, Kejenuhan, Depresi
Permasalahan alkoholisme dan penyalahgunaan zat adiktif terkadang
tidak terlepas dari adanya stres dan depresi. Terdapat berbagai faktor di
tempat kerja yang dapat menimbulkan stres seperti jadwal kerja, irama
kerja, keamanan pekerja, rute menuju dan kembali dari tempat kerja,

12
kebisingan tempat kerja, pengawasan yang buruk serta diikuti dengan
jumlah dan sifat pelanggan atau klien. Faktor pribadi juga dapat
menjadi salah satu pengaruh pembentuk stres ditempat kerja. Stres ini
meliputi kegelisahan, depresi, kemarahan, penyakit kardiovaskular,
sakit kepala, kecelakaan, hingga alzheimer.
a. Stres
Untuk mengurangi stres disfungsional dapat dilakukan dengan
pertolongan secara akal sehat dengan cukup tidur atau dengan
pertolongan umpan balik dan meditasi. Terdapat beberapa cara
untuk mengurangi stres kerja yang dituliskan oleh Dr. Karl
Albrecht dalam bukunya Stess and the Manager yaitu dapat
dilakukan dengan membangun hubungan yang menyenangkan,
memuaskan, dan kooperatif dengan rekan kerja dan karyawan,
tidak mengambil pekerjaan lebih dari yang mampu dilakukan,
membangun hubungan yang efektif dan suportif dengan atasan,
negosiasi tentang tenggang waktu dengan atasan jika dirasa
proyek terlalu berat, carilah waktu untuk relaksasi di setiap
harinya, berjalan jalan rileks sekitar kantor untuk mengurangi
kepenatan, temukan cara untuk mengurangi kebisingan yang
tidak perlu, batasi interupsi, usahakan tidak menunda untuk
menyelesaikan masalah yang tidak disukai, yang terakhir
adalah pastikan mendapat tidur yang berkualitas.
b. Kejenuhan
Kejenuhan berarti terkurasnya secara total sumber daya fisik
dan mental yang dikarenakan usaha/kegiatan yang berlebihan
untuk menjangkau sasaran terkait pekerjaan.
Untuk mengurangi kejenuhan dalam lingkungan kerja, Dr.
Herbert Freudenberger dalam bukunya How to Beat the Hight
Cost of Success menyarankah bahwa mengurangi kejenuhan
dapat dimulai dari mengubah pola dengan menyeimbangkan
kehidupan, jadwalkan secara berkala diri untuk melakukan
instropeksi saat sedang terbebas dari rutinitas harian, pastikan

13
sasaran yang telah ditetapkan apakah terlaksanakan, dan
tetaplah menjadi pribadi yang aktif.
c. Depresi
Depresi karyawan merupakan permasalahan serius dalam
lingkungan kerja. Orang-orang yang memiliki depresi
cenderung mempunyai catatan keselamatan kerja yang buruk.
Depresi dapat dilihat dari tanda-tanda yang meliputi suasana
hati sedih, gelisah, kosong yang terus menerus, tidur terlalu
sedikit, nafsu makan menurun, hilangnya ketertarikan pada
aktivitas yang dulunya disenangi, mudah marah, dan mulai
kesulitan untuk berkomunikasi.
Untuk mengurangi masalah depresi ini sebaiknya pemberi kerja
dapat melatih penyelia lebih peka lagi terkait dengan mengenali
tanda-tanda depresi yang terjadi pada karyawannya serta
menyediakan layanan dukungan untuk membantu karyawan
dalam penggunaan program bantuan karyawan yang terdapat di
perusahaan.
d, Permasalahan Ergonomika Terkait Komputer

Untuk mengurangi dampak Ergonomika atau desain dari antar-muka


pekerja-perlengkapan sebaiknya karyawan diberikan waktu istirahat 3
sampai 5 menit setiap 20-40 menit saat mereka sedang bekerja di
komputer, berikan desain stasiun yang fleksibelitasnya maksimum,
kurangi cahaya yang menyilaukan dengan perangkat, lakukan tes
penglihatan lengkap pada karyawan sebelum penempatan untuk
menghindari ketegangan penglihatan, perhatikan tata letak layar yang
sebaiknya setara atau sedikit dibawah ketinggian mata dengan jarak
18-30 ich dari mata, penggunaan meja yang diusahan bisa membaut
pergelangnan tangan memiliki ketinggian yang sama dengan siku
ditambah dengan penopang ringan seperti bantal yang dapat digunakan
di pergelangan tangan, dan pastikan letak kaki mendatar di lantai atau
penopang kaki
e. Kelainan Gerakan Repetitif

14
Kelainan ini termasuk kelainan seperti sidrom lorong karpal, atau
tendonitis yang diakibatkan dari terlalu banyak repetisi tanpa jeda dari
suatu aktivitas atau gerakan. Dalam hal ini, pemberi kerja dapat
mengurangi masalah tersebut dengan memberikan program untuk
membantu pekerja menyesuaikan kecepatan kerja mereka.
f. Penyakit Menular
Untuk mencegah adanya penyakit menular masuk pada lingkungan
kerja, pemberi kerja dapat memantau secara ketat peringatan
perjalanan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers
for Disease Control and Prevention), memberikan penyaringan medis
harian untuk karyawan yang dirasa pulang dari area terinfeksi,
menghindari kontak dengan karyawan atau pengunjung yang pernah
mempunyai kontak dengan individu yang diduga tertular,
menyarankan karyawan sebaiknya berada dirumah jika sedang
mengalami demam atau sakit gejala sistem pernafasan, mengatur
waktu istirahat secara bergantian.
g. Larangan Merokok
Merokok merupakan permasalahan kesehatan dan biaya yang serius
bagi pemberi kerja karena biaya yang ditimbulkan lebih tinggi
dibanding dengan asuransi kecelakaan dan kebakaran, serta
meningkatnya absen karyawan sehingga berkurangnya produktivitas.
Beberapa pemberi kerja yang umumnya melarang karyawan merokok
dalam ruangan, terkadang membuatkan area kecil diluar ruangan untuk
menghindari diskriminasi terhadap perokok. Karena da abeberapa
negara bagian yang melarang diskriminasi terhadap kaum perokok.
Tetapi ada beberapa perusahaan yang memilih melakukan pendekatan
lebih keras untuk para karyawan yang merokok mulai dari pemberi
peringatan keras hingga pemecatan.

15
F. Keamanan Kerja dan Manajemen Risiko
a. Keamanan Kerja
Keamanan di tempat kerja berhubungan dengan melindungi
karyawan dari risiko keamanan internal dan eksternal seperti tindak
kriminal oleh pelaku dari luar dan ancaman terorisme. Keamanan kerja
harus menangani tugas seperti pembentukan fungsi keamanan formal,
melindungi kekayaan intelektual perusahaan, mengembangkan rencana
manajemen krisis, membentuk prosedur pencegahan pencurian dan
penipuan, pencegahan kekerasan di tempat kerja dan memasang sistem
keamanan fasilitas.
b. Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan proses untuk menilai paparan
terhadap khilangan dalam operasi dan menentukan cara terbaik untuk
menghapuskan, mengelola, atau mengurangi risiko dari dampak
negatif peristiwa yang dapat merugikan bisnis. Risiko spesifik yang
ada meliputi risiko bencana alam, risiko finansial, risiko pada sistem
komputer perusahaan. Dalam mengelola risiko spesifik, pemberi kerja
harus mengetahui dimana kelas risiko itu berada. Beberapa risiko lain
yang terkait dengan manajemen risiko yaitu risiko modal manusia
yang berada pada tingkat teringgi yang didalamnya termasuk risiko
keselamatan kerja dan risiko perserikatan serta risiko dari rencana
penyusunan staf, risiko internal yang dapat dicegah, risiko strategi
yang merupakan bentuk risiko yang diterima oleh manajer atas
pelaksanaan strategi yang mereka lakukan, dan yang terakhir adalah
risiko eksternal yang datang dari luar perusahaan meliputi bencana
alam, bencana politik, terorisme, dan pergantian ekonomi secara tiba-
tiba.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik
fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan. Tujuan diadakannya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
diantarannya ialah agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, serta psikologis dengan begitu para
pekerja dapat melaksanakan aktivitas kerja dengan penuh kegairahan disamping
itu juga akan mampu meminimalirsir adanya kerugian-kerugian dari dampak yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting
dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan
perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur masalah kesehatan dan
keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja , tetapi masih banyak pula perusahaan yang tidak
memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi
kecelakaan kerja.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hati Wahyu Sinta. 2015. Analisis keselamatan dan kesehatan (K3) . Jurnal ilmiah
politeknik Negeri Batam.

Mustofa Ahmad, Marbun Jamminuddin. 2019. Kewajiban kontraktor terhadap


keselamatan dan kesehatan kerja (K3) . Jurnal PT Angkasa Putra II
Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Kualanamu.

http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/ancaman-kecelakaan-kerja-
di-indonesia-masih tinggi/43132 (diakses pada tanggal 25 oktober 2022)

www.bpjsketenagakerjaan.go.id (diakses pada tanggal 25 oktober 2022)

18

Anda mungkin juga menyukai