DISUSUN OLEH :
EBBY ABADI
TPT211033
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CORDOVA
TALIWANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah K3 Pertambangan yang berjudul “Keselamatan dan Lingkungan
Pertambangan ” ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………...…..
1.3 Tujuan…………………………………………………………………..
\
BAB I
PENDAHULUAN
Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3 dapat
ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tenang keselamatan kerja Selain K3, Lingkungan kerja juga merupakan hal
penting dalam meningkatkan kinerja karyawan saat bekerja. Ditinjau dari aspek
ekonomis, dengan menerapkan keselamatan kerja dan pengelolaan lingkungan ,
maka tingkat kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap
kecelakaan juga menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang, mencegah
kerusakan lingkungan yang dapat berdampak bagi keselamatan.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja
yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan
kerja.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau
buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi
permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan
di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan
sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang
dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang
ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja,
baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-
undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada
pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya
personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh
karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga
K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan
mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan
dengan baik.
2. 2 Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang
salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan
merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang
mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau
berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi
kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan
pabrik.
Penyebab dasar kecelakaan kerja :
1. Faktor Personil
1. Kelemahan Pengetahuan dan Skill
2. Kurang Motivasi
3. Problem Fisik
4. Faktor Pekerjaan
1. Standar kerja tidak cukup Memadai
2. Pemeliharaan tidak memadai
3. Pemakaian alat tidak benar
4. Kontrol pembelian tidak ketat
Penyebab Langsung kecelakaan kerja
1. Tindakan Tidak Aman
1. Mengoperasikan alat bukan wewenangnya
2. Mengoperasikan alat dg kecepatan tinggi
3. Posisi kerja yang salah
4. Perbaikan alat, pada saat alat beroperasi
5. Kondisi Tidak Aman
1. Tidak cukup pengaman alat
2. Tidak cukup tanda peringatan bahaya
3. Kebisingan/debu/gas di atas NAB
4. Housekeeping tidak baik
1. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya
belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran
bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30%
menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia.
Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja
untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat
lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar
masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan
tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut
masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
2. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 – 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan
kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan
tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan
kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik
(irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara
lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif
rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan
secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
4. pengelolaan sampah, bahan berbahaya dan beracun (B3), dan limbah B3.
Pelaksanaan kegiatan penting tersebut perlu diatur dalam sebuah sistem
manajemen pengelolaan dan pemantauan, termasuk aspek kepatuhan terhadap
izin/peraturan/ standar yang diperlukan untuk kegiatan tersebut. Terdapat 3
(tiga) aspek penting pengelolaan lingkungan yang saling bersinergi
selama operasi pertambangan berlangsung, yaitu: praktek, sistem
manajemen, dan perizinan.
Baku mutu lingkungan hidup yang dimaksud adalah baku mutu air, baku
mutu air limbah, baku mutu air laut, baku mutu udara ambien, baku mutu
emisi, baku mutu gangguan, dan baku mutu lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi (Pasal 20). Dari dua definisi
tersebut, terdapat ketentuan pidana bagi yang melanggarnya.
Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan. Beberapa izin
operasional yang wajib dimiliki oleh usaha pertambangan diantaranya
adalah:
1. Izin pembuangan air limbah kegiatan pertambangan.
8. Izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) jika usaha dilakukan di hutan
dengan status hutan produksi dan/atau hutan lindung.
9. dll
Keselamatan dan lingkungan adalah dua aspek yang sangat penting dalam
pengelolaan pertambangan. Upaya untuk menjaga keselamatan pekerja dan
melindungi lingkungan harus menjadi prioritas utama dalam setiap operasi
pertambanganPengelolaan lingkungan dalam sektor pertambangan merupakan
hal yang penting untuk mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem dan
kesehatan manusia. Berikut ini adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan
dalam pengelolaan lingkungan pertambangan:
Kecelakaan kerja tambang adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau
tidak dikehendaki yang benar-benar terjadi dan membuat cidera pekerja
tambang atau orang yang diizinkan di tambang oleh KTT sebagai akibat
kegiatan pertambangan pada jam kerja tambang dan pada wilayah
pertambangan.
Keselamatan dan lingkungan adalah dua aspek yang sangat penting dalam
pengelolaan pertambangan. Upaya untuk menjaga keselamatan pekerja dan
melindungi lingkungan harus menjadi prioritas utama dalam setiap operasi
pertambanganPengelolaan lingkungan dalam sektor pertambangan merupakan
hal yang penting untuk mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem dan
kesehatan manusia.
Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat
menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian.
B. Saran
keselamatan kerja dan lingkungan pertambangan sangat penting dalam
pembangunan lingkungan yang baik akan meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerjan. Oleh karena keselamatan kerja harus dikelola secara
maksimal untuk masyarakat khusunya masyarakat pekerja di pertambangan
tersebut guna meminimalisir segala kerugian yang dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA