Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

RISIKO, KESELAMATAN DAN KECELAKAAN

Disusun oleh :
Kelompok 5

1. ANGGI DWI KARTIKA 3F/02 1531410144


2. DWI LAILATUL AZKIYAH 3F/08 1531410067
3. LATIFATUL QOLBI 3F/16 1531410117
4. M. DZULFAHMI ALI FIKRI 3F/17 1531410072

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018
DAFTAR ISI

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................4

2.1 Pengertian Resiko Keselamatan dan Kecelakaan Kerja............................4

2.2 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kecelakaan Kerja............................4

2.3 Faktor Utama Penyebab Kecelakaan.........................................................5

2.4 Jenis-jenis Kecelakaan Kerja...................................................................11

2.5 Potensi Bahaya dan Risiko Keselamatan dan Kecelakaan Kerja............12

2.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja................................................................14

2.7 Penanggulangan Kecelakaan kerja..........................................................15

2.8 Implementasi Hukum untuk Kecelakaan dan Keselamatan Kerja yang


Ada di Indonesia................................................................................................16

2.9 Program yang Dilaksanakan Pemerintah dalam Upaya Meminimalisir


Kecelakaan dan Keselamatan Kerja...................................................................17

2.10 study kasus kecelakaan kerja yang ada di dunia Industri khususnya di
Indonesia ditinjau dari analisa K3......................................................................21

BAB 3 KESIMPULAN..........................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resiko, keselamatan dan kecelakaan kerja merupakan suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani.
Dengan adanya resiko, keselamatan dan kecelakaankerja maka para pihak
diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan
dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang
mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja
yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah,
sehingga tidak mudah lelah.
Keselamatan dan kecelakaan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan
menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kecelakaan kerja,
diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat
kecelakaan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kecelakaan kerja
diharapkan dapat menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang
tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam Keselamatan dan Kecelakaankerja tidak
terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai Keselamatan dan Kecelakaankerja telah
diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan.
Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi Keselamatan dan
Kecelakaankerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak
perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kecelakaan kerja.
Begitu banyak berita kecelakaankerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah
ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan Keselamatan dan
Kecelakaankerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berintikan
manajemen risiko. Aspek K3 timbul karena adanya risiko yang harus dikelola dan
sebaliknya jika tidak ada bahaya, artinya tidak ada risiko sehingga manajemen K3
tidak diperlukan. Kepmenaker No 05/1996 memberlakukan Sistem Manajemen

1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan secara internasional berlaku
OHSAS 18001:2007 yang menempatkan manajemen risiko menjadi salah satu
elemen penting. Manajemen risiko itu sendiri terdiri dari Perencanaan Identifikasi
Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko, biasanya disebut dengan HIRARC
(Hazard Identification, Risk Assessment And Risk Control). Manajemen risiko ini
dilakukan untuk mengelola risiko agar tidak terjadinya kecelakaan atau kejadian
yang tidak diinginkan melalui proses identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendaliannya.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan risiko, keselamatan dan kecelakaan kerja?
2. Apa tujuan penerapan keselamatan dan kecelakaan kerja?
3. Apa faktor – faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja?
4. Apa saja jenis kecelakaan kerja?
5. Apa potensi bahaya dan risiko terhadap keselamatan dan kecelakaan
kerja?
6. Bagaimana cara mencegegah terjadinya kecelakaan kerja?
7. Bagaimana cara menanggulangi kecelakaan kerja?
8. Apa implementasi hukum untuk kecelakaan dan keselamatan kerja yang
ada di Indonesia?
9. Apa saja program yang dilaksanakan pemerintah dalam upaya
meminimalisir kecelakaan dan keselamatan kerja
10. Bagaimana study kasus kecelakaan kerja yang ada di dunia Industri
khususnya di Indonesia ditinjau dari analisa K3?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian risiko, keselamatan dan kecelakaan kerja
2. Mengetahui tujuan penerapan keselamatan dan kecelakaan kerja
3. Menjelaskan kaktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja
4. Mengetahui jenis kecelakaan kerja
5. Mengetahui potensi bahaya dan risiko terhadap keselamatan dan
kecelakaan kerja
6. Mengetahui cara mencegegah terjadinya kecelakaan kerja
7. Mengetahui cara menanggulangi kecelakaan kerja

2
8. Mengetahui implementasi hukum untuk kecelakaan dan keselamatan
kerja yang ada di Indonesia
9. Mengetahui program yang dilaksanakan pemerintah dalam upaya
meminimalisir kecelakaan dan keselamatan kerja
10. Menjelaskan study kasus kecelakaan kerja yang ada di dunia Industri
khususnya di Indonesia ditinjau dari analisa K3

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian risiko, keselamatan,
dan kecelakaan Kerja.
2. 1.1 Pengertian Risiko Kerja
Risiko kerja adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi
akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.

2. 1.2 Pengertian Keselamatan Kerja


Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait
dengan pekerjaan. Kecelakaan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental
dan stabilitas emosi secara umum. Sehingga keselamatan kerja adalah segala
upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakann saat melakukan
pekerjaan. Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kecelakaan dan keselamatan
kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi
pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik
atau tempat kerja tersebut. Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada
intinya dapat ditarik kesimpulan bahwa kecelakaan dan keselamatan kerja adalah
suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perindungan dan keamanan dari resiko
kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai kecelakaan dan
keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan fisik dari para
pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.

2.2 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kecelakaan Kerja


Tujuan utama dalam penerapan keselamatan dan kecelakaan kerja
berdasarkan Undang – undang No.1 tahun 1970 mengenai keselamatan kerja:

4
1. Melindungi dan menanggung keselamatan setiap tenaga kerja dan oaring
lain di tempat kerja
2. Menanggung setiap sumber produksi daoat dipakai dengan cara aman
dan efektif
3. Tingkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional

Tujuan Keselamatan dan Kecelakaan Kerja secara umum:


1. Melindungi pekerja dan orang lain ditempat kerja,
2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan
efesien,
3. Menjamin proses produksi berjalan lancar,
4. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat,
5. Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakin akibat bekerja.

Menurut Mangkunegara tujuan dari keselamatan dan kecelakaan kerja


adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kecelakaan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan
seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kecelakaan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kecelakaan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.3 Faktor Utama Penyebab Kecelakaan


Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

2.3.1 Faktor Manusia


Hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja disebabkan
oleh faktor manusia meliputi:
a. Umur

5
Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi
fisik, mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja
juga diatur oleh Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang tanggal 6
Januari 1951 No.1 Pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:48). Karyawan muda
umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat
bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung absensi, dan turnover-nya
rendah (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:54). Umum mengetahui bahwa beberapa
kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi,
menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Sebaliknya mereka lebih berhati-
hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari akan bahaya dari pada tenaga
kerja usia muda. Efek menjadi tua terhadap terjadinya kecelakaan masih terus
ditelaah. Namun begitu terdapat kecenderungan bahwa beberapa jenis
kecelakaan kerja seperti terjatuh lebih sering terjadi pada tenaga kerja usia 30
tahun atau lebih dari pada tenaga kerja berusia sedang atau muda. 22 Juga
angka beratnya kecelakaan rata-rata lebih meningkat mengikuti pertambahan
usia ( Suma’mur PK., 1989:305 ).

b. Jenis Kelamin.
Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian
kerja secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya
paparan yang diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula.
Kasus wanita lebih banyak daripada pria (Juli Soemirat, 2000:57). Secara
anatomis, fisiologis, dan psikologis tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan
sehingga dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian dalam beban dan kebijakan
kerja, diantaranya yaitu hamil dan haid. Dua peristiwa alami wanita itu
memerlukan penyesuaian kebijakan yang khusus.

c. Masa Kerja.
Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja
bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif
maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin
lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan
tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin
lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya

6
terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton atau berulang-ulang. Masa
kerja dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1. Masa Kerja baru : < 6 tahun 2. Masa
Kerja sedang : 6 – 10 tahun 3. Masa Kerja lama : < 10 tahun (MA. Tulus,
1992:121).

d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Penggunaan alat pelindung diri yaitu penggunaan seperangkat alat
yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh
tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara
sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat
keparahan yang mungkin terjadi. Penggunaan alat pelindung diri dapat
mencegah kecelakaan kerja sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan
praktek pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri.

e. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan,
sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia
hidup, proses sosial yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan
yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia
dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimal (Achmad Munib, dkk., 2004:33).
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka mereka cenderung untuk menghindari
potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

f. Perilaku
Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang
mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan
dan praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata
lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh
dibandingkan dengan mesin-mesin atau karena ketidakpedulian karyawan.
Pada satu waktu, pekerja yang tidak puas dengan pekerjaannya dianggap

7
memiliki tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Namun demikian, asumsi
ini telah dipertanyakan selama beberapa tahun terakhir. Meskipun kepribadian,
sikap karyawan, dan karakteristik individual karyawan tampaknya
berpengaruh pada kecelakaan kerja, namun hubungan sebab akibat masih sulit
dipastikan.

g. Pelatihan Keselamatan dan Kecelakaan Kerja


Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan
yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah
pelatihan keselamatan dan kecelakaan kerja. Timbulnya kecelakaan bekerja
biasanya sebagai akibat atas kelalaian tenaga kerja atau perusahaan. Adapun
kerusakan-kerusakan yang timbul, misalnya kerusakan mesin atau kerusakan
produk, sering tidak diharapkan perusahaan maupun tenaga kerja. Namun
tidak mudah menghindari kemungkinan timbulnya risiko kecelakaan dan
kerusakan. Apabila sering timbul hal tersebut, tindakan yang paling tepat dan
harus dilakukakan manajemen tenaga kerja adalah melakukan pelatihan.
Penyelenggaraan pelatihan dimaksudkan agar pemeliharaan terhadap alat-alat
kerja dapat ditingkatkan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah
mengurangi timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan, dan peningkatan
pemeliharaan terhadap alat-alat kerja.

h. Peraturan K3
Peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang mewajibkan
mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan
dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri,
tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan
perawatan medis. Ada tidaknya peraturan K3 sangat berpengaruh dengan
kejadian kecelakaan kerja. Untuk itu, sebaiknya peraturan dibuat dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk mencegah dan mengurangi
terjadinya kecelakaan.

8
2.3.2 Faktor Lingkungan
Hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja disebabkan
oleh faktor lingkungan meliputi:
a. Kebisingan
Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan . Kebisingan pada
tenaga kerja dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu
komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi konsentrasi, menurunkan
daya dengar dan tuli akibat kebisingan. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja, Intensitas kebisingan yang dianjurkan adalah 85 dBA
untuk 8 jam kerja.

b. Suhu Udara
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja
manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar
24°C- 27°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan
kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunkan
prestasi kerja pekerja, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi
dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak,
mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk
dirangsang.
Sedangkan menurut Grandjean dkondisi panas sekeliling yang berlebih
akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan
meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Hal ini akan menurunkan daya
kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan panas dengan jumlah yang sangat
sedikit.

c. Penerangan
Penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang
menerangi benda-benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda
atau alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini
penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi.
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang
dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu. Penerangan

9
adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik
pekerja. Beberapa penyelidikan mengenai hubungan antara produksi dan
penerangan telah memperlihatkan bahwa penerangan yang cukup dan diatur
sesuai dengan jenis pekerjaan yang harus dilakukan secara tidak langsung
dapat mengurangi banyaknya kecelakaan. Faktor penerangan yang berperan
pada kecelakaan antara lain kilauan cahaya langsung pantulan benda
mengkilap dan bayang-bayang gelap (ILO, 1989:101). Selain itu pencahayaan
yang kurang memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata. Kelelahan
mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan
mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyebabkan
kecelakaan (Depnaker RI, 1996:45).

d. Lantai Licin
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan
air dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228). Karena
lantai licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi besar
terhadap terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset.

2.3.3 Faktor Peralatan


Hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja disebabkan
oleh faktor peralatan meliputi:
a. Kondisi Mesin
Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat
ditingkatkan. Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan pekerjaan
dapat lebih berarti. Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera diantisipasi
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. 2.1.7.3.2 Ketersediaan alat
pengaman mesin Mesin dan alat mekanik terutama diamankan dengan
pemasangan pagar dan perlengkapan pengamanan mesin ata disebut
pengaman mesin. Dapat ditekannya angka kecelakaan kerja oleh mesin adalah
akibat dari secara meluasnya dipergunakan pengaman tersebut. Penerapan
tersebut adalah pencerminan kewajiban perundang-undangan, pengertian dari
pihak yang bersangkutan, dan sebagainya.

10
b. Letak Mesin
Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan mesin.
Fungsi manusia dalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian produksi
adalah sebagai pengendali jalannya mesin tersebut. Mesin dan alat diatur
sehingga cukup aman dan efisien untuk melakukan pekerjaan dan mudah
(AM. Sugeng Budiono, 2003:65). Termasuk juga dalam tata letak dalam
menempatkan posisi mesin. Semakin jauh letak mesin dengan pekerja, maka
potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan akan lebih kecil. Sehingga
dapat mengurangi jumlah kecelakaan yang mungkin terjadi.

2.3.4 Faktor Sumber Bahaya


1. Perbutan bahaya, misalnya metode kerja yang salah sikap kerja yang
teledor serta tidak memakai alat pelindung diri.
2. Kondisi/ keadaan bahaya, misalnya lingkungan kerja yang tidak aman
serta pekerjaan yang membahayakan.

2.4 Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja


Macam–macam kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis menurut Thomas (1989) yaitu:
a. Terbentur (struck by)
Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tertabrak atau tertimpa
sesuatu yang bergerak atau bahan kimia.
Contohnya: terkena pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing misal
material.

b. Jatuh dari Ketinggian (fall from above)


Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke
tingkat yang lebih rendah.
Contohnya: jatuh dari tangga atau atap.

c. Jatuh pada Ketinggian yang Sama (fall at ground level)


Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa tergelincir,
tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.

d. Pekerjaan yang Terlalu Berat (over-exertion or strain)

11
Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan
pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang
dilakukan di luar batas kemampuan.

e. Terkena Aliran Listrik (electrical contact)


Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan anggota
badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.

f. Terbakar (burn)
Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami kontak
dengan percikan, bunga api, atau dengan zat kima yang panas.

2.5 Potensi Bahaya dan Risiko Keselamatan dan Kecelakaan Kerja


Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kecelakaan kerja
adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh
pekerjaan. Oleh karena itu perlu melihat penyebab dan dampak yang
ditimbulkannya.
 Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang
berakibat pada kerugian.
 Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan
peluang terjadinya kejadian tersebut.
 Mustahil untuk mengetahui semua bahaya yang ada. Beberapa hal yang
tampak jelas berbahaya, seperti bekerja dengan menggunakan tangga yang
tidak stabil atau penanganan bahan kimia bersifat asam.

Seperti diketahui, potensi bahaya keselamatan dan kecelakaan kerja dapat


berupa berbagai bentuk. Terlebih lagi, masing-masing risiko bisa menjadi tinggi
atau rendah, tergantung pada tingkat peluang bahaya yang ada.
Risiko yang ditimbulkan dapat berupa berbagai konsekuensi dan dapat
dibagi menjadi empat kategori besar.

Tabel 2.1. Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Didasarkan


pada Dampak Korban

12
Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
Potensi bahaya yang Potensi bahaya Risiko terhadap Potensi bahaya
menimbulkan risiko yang menimbulkan kesejahteraan yang
dampa Potensi bahaya risiko langsung atau kesehatan menimbulkan
yang menimbulkan risiko pada keselamatan sehari-hari risiko pribadi
langsung pada dan psikologis
keselamatan kerja jangka
panjang pada kesehatan
 Bahaya faktor kimia  Kebakaran  Air Minum  Pelecehan,
 Listrik  Toilet dan
(debu, uap logam, uap) termasuk
 Potensi bahaya
fasilitas
Bahaya faktor biologi intimidasi dan
Mekanikal (tidak mencuci
(penyakit dan gangguan pelecehan
adanya pelindung  Ruang makan
oleh virus, bakteri, seksual
mesin) atau Kantin  Terinfeksi
binatang dsb.)  Housekeeping  P3K di tempat
 Bahaya faktor fisik HIV/AIDS
(perawatan buruk kerja  Kekerasan di
(bising, penerangan,  Transportasi
pada peralatan) tempat kerja
getaran, iklim kerja,
 Stress
jatuh)  Narkoba di
 Cara bekerja dan bahaya
tempat kerja
faktor ergonomis (posisi
bangku kerja, pekerjaan
berulang- ulang, jam
kerja yang lama)
 Potensi bahaya
lingkungan yang
disebabkan oleh polusi
pada perusahaan di
masyarakat

2.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja


Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan :
2.6.1 Pengamatan Risiko Bahaya di Tempat Kerja

13
Pengamatan risiko bahaya di tempat kerja merupakan basis informasi yang
berhubungan dengan banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan yang terjadi
ditempat kerja.
Ada 2 ( dua ) tipe data untuk mengamati risiko bahaya di tempat kerja:
a. Pengukuran risiko kecelakaan, yaitu mengkalkulasi frekwensi kecelakaan
dan mencatat tingkat jenis kecelakaan yang terjadi sehingga dapat
mengetahui hari kerja yang hilang atau kejadian fatal pada setiap pekerja.
b. Penilaian risiko bahaya, yaitu mengindikasikan sumber pencemaraan, faktor
bahaya yang menyebabkan kecelakaan, tingkat kerusakaan dan kecelakaan
yang terjadi. Misalnya bekerja di ketinggian dengan risiko terjatuh dan luka
yang diderita pekerja atau bekerja di pemotongan dengan risiko terpotong
karena kontak dengan benda tajam dan lain-lain.

2.6.2 Pelaksanaan SOP Secara Benar di Tempat Kerja


Standar Opersional Prosedur adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi
dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai instruksi yang tercantum dalam
SOP, perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan kegagalan proses produksi,
kerusakaan peralatan dan kecelakaan.
2.6.3 Pengendalian Faktor Bahaya di Tempat Kerja
Sumber pencemaran dan faktor bahaya di tempat kerja sangat ditentukan
oleh proses produksi yang ada, teknik/metode yang di pakai, produk yang
dihasilkan dan peralatan yang digunakan. Dengan mengukur tingkat risiko bahaya
yang akan terjadi, maka dapat diperkirakan pengendalian yang mungkin dapat
mengurangi risiko bahaya kecelakaan.
Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan :
a. Eliminasi dan Substitusi, yaitu mengurangi pencemaran atau risiko bahaya
yang terjadi akibat proses produksi, mengganti bahan berbahaya yang
digunakan dalam proses produksi dengan bahan yang kurang berbahaya.
b. Engineering Control, yaitu memisahkan pekerja dengan faktor bahaya
yang ada di tempat kerja, membuat peredam untuk mengisolasi mesin
supaya tingkat kebisingannya berkurang, memasang pagar pengaman
mesin agar pekerja tidak kontak langsung dengan mesin, pemasangan
ventilasi dan lain-lain.

14
c. Administrative control, yaitu pengaturan secara administrative untuk
melindungi pekerja, misalnya penempatan pekerja sesuai dengan
kemampuan dan keahliannya, pengaturan shift kerja, penyediaan alat
pelindung diri yang sesuai dan lain-lain.

2.6.4 Peningkatan Pengetahuan Tenaga Kerja terhadap


Keselamatan Kerja
Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang harus
dilindungi, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan perlu
memberikan pengetahuan kepada tenaga kerja tentang pentingnya pelaksanaan
keselamatan kerja saat melakukan aktivitas kerja agar mereka dapat melaksanakan
budaya keselamatan kerja di tempat kerja. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja
dapat dilakukan dengan memberi pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada awal bekerja dan secara berkala untuk penyegaran dan peningkatan
wawasan. Pelatihan ini dapat membantu tenaga kerja untuk melindungi dirinya
sendiri dari faktor bahaya yang ada ditempat kerjanya.

2.6.5 Pemasanngan Peringatan Bahaya Kecelakaan di Tempat Kerja


Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui di tempat kerja, pada kondisi
tertentu tenaga kerja atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor bahaya yang
ada ditempat kerja, untuk menghindari terjadinya kecelakaan maka perlu dipasang
rambu-rambu peringatan berupa papan peringatan, poster, batas area aman dan
lain sebagainya.

2.7 Penanggulangan Kecelakaan Kerja


Selain upaya pencegahan juga perlu disediakan sarana untuk menanggulangi
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yaitu :
2.7.1 Penyediaan P3K
Peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan yang mungkin
terjadi di tempat kerja untuk mengantisipasi kondisi korban menjadi lebih parah
apabila terjadi kecelakaan, peralatan tersebut harus tersedia di tempat kerja dan
mudah dijangkau, petugas yang bertanggung jawab melaksanakan P3K harus
kompeten dan selalu siap apabila terjadi kecelakaan di tempat kerja.

2.7.2 Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Tanggap Darurat

15
Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa kita sadari
seperti terkena bahan kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi
pada kulit/mata atau terjadinya kebakaran, untuk menanggulangi keadaan
tersebut perencanaan dan penyediaan perlatan / perlengkapan tanggap darurat di
tempat kerja sangat diperlukan seperti pemadam kebakaran, hidran, peralatan
emergency shower, eye shower dengan penyediaan air yang cukup, semua
peralatan ini harus mudah dijangkau.

2.8 Implementasi Hukum Untuk Kecelakaan dan Keselamatan Kerja Yang


Ada Di Indonesia
Adapun Implementasi hukum untuk kecelakaan dan keselamatan kerja
yang ada di Indonesia yaitu:
Menurut UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menjelaskan tentang pentingnya perlindungan terhadap keselamatan dan
Kecelakaanpekerja. Undang-Undang tersebut berawal dari UU Nomor 1 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja. UU Nomor 1 Tahun 1970 tersebut
menjelaskan pentingnya keselamatan kerja baik itu di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air, dan di udara di wilayah Republik Indonesia.
Implementasinya diberlakukan di tempat kerja yang menggunakan peralatan
berbahaya, bahan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya), pekerjaan konstruksi,
perawatan bangunan, pertamanan dan berbagai sektor pekerjaan lainnya yang
diidentifikasi memiliki sumber bahaya. Undang-undang tersebut juga mengatur
syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk teknis dan aparat yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Menurut Permenaker PER.05 / MEN / 1996 Bab I, salah satu upaya
dalam mengimplementasikan Kecelakaan dan keselamatan kerja adalah SMK3
(Sistem Manajemen Kecelakaan dan Keselamatan Kerja). SMK3 meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan

16
Kecelakaankerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
SMK3 merupakan upaya integrative yang harus dilakukan, tidak hanya
dilakukan oleh pihak manajemen tetapi juga para pekerja yang terlibat
langsung dengan pekerjaan.

2.9 Program yang Dilaksanakan Pemerintah dalam Upaya Meminimalisir


Kecelakaan dan Keselamatan Kerja
Selain Implementasi diatas, adapun beberapa program yang dilaksanakan
pemerintah dalam upaya meminimalisir kecelakaan dan keselamatan kerja
diantaranya adalah :
2.9.1 Kebijakan, Hukum dan Peraturan
a. UU Kecelakaan dan Keselamatan Kerja
Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang ekstensif,
sebagaimana terlihat pada daftar peraturan perundang-undangan K3
yang terdapat dalam Lampiran II. Undang-undang K3 yang terutama
di Indonesia adalah Undang- Undang No. 1/ 1970 tentang
Keselamatan Kerja. Undang-undang ini meliputi semua tempat kerja
dan menekankan pentingnya upaya atau tindakan pencegahan primer.
Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang
Kecelakaanmemberikan ketentuan mengenai Kecelakaankerja dalam
Pasal 23 yang menyebutkan bahwa Kecelakaankerja dilaksanakan
supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi Kecelakaanyang
baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan
supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka
sesuai dengan program perlindungan tenaga kerja.
b. Sistem Managemen Kecelakaan dan Keselamatan Kerja
Di antara negara-negara Asia, Indonesia termasuk negara yang
telah memberlakukan undang-undang yang paling komprehensif
(lengkap) tentang sistem manajemen K3 khususnya bagi perusahaan-
perusahaan yang berisiko tinggi. Peraturan tersebut (Pasal 87 UU no
13 Tahun 2003) menyebutkan bahwa “setiap perusahaan yang

17
mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat proses atau
bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan
kecelakaankerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran dan
penyakit akibat kerja diwajibkan menerapkan dan melaksanakan
sistem manajemen K3.
Audit K3 secara sistematis, yang dianjurkan Pemerintah,
diperlukan untuk mengukur praktik sistem manajemen K3.
Perusahaan yang mendapat sertifikat sistem manajemen K3 adalah
perusahaan yang telah mematuhi sekurang-kurangnya 60 persen dari
12 elemen utama, atau 166 kriteria.
c. Panitia Pembinaan K3 (P2K3)
Menurut Topobroto (Markkanen, 2004 : 15), Pembentukan
Panitia Pembina K3 dimaksudkan untuk memperbaiki upaya
penegakan ketentuan-ketentuan K3 dan pelaksanaannya di
perusahaan-perusahaan. Semua perusahaan yang mempekerjakan
lebih dari 50 karyawan diwajibkan mempunyai komite K3 dan
mendaftarkannya pada kantor dinas tenaga kerja setempat. Namun,
pada kenyataannya masih ada banyak perusahaan dengan lebih dari
50 karyawan yang belum membentuk komite K3, dan kalau pun
sudah, komite tersebut sering kali tidak berfungsi sebagaimana
seharusnya.
d. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Berdasarkan Undang-Undang No 3/ 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, Pemerintah mendirikan perseroan terbatas PT
JAMSOSTEK. Undang-undang tersebut mengatur jaminan yang
berkaitan dengan :
1. kecelakaankerja [JKK],
2. hari tua [JHT],
3. kematian [JK], dan
4. perawatan Kecelakaan[JPK].
Keikutsertaan wajib dalam Jamsostek berlaku bagi pengusaha
yang mempekerjakan 10 karyawan atau lebih, atau membayar upah

18
bulanan sebesar1 juta rupiah atau lebih. Pekerja yang mengalami
kecelakaankerja berhak atas manfaat/ jaminan yang meliputi (i) biaya
transportasi, (ii) biaya pemeriksaan dan perawatan medis, dan/ atau
perawatan di rumah sakit, (iii) biaya rehabilitasi, dan (iv)
pembayaran tunai untuk cacat atau santunan kematian.
e. Konvensi-Konvensi ILO yang Berkaitan dengan K3
Pada tahun 2003, Indonesia masih belum meratifikasi
Konvensikonvensi ILO yang berkaitan dengan K3 kecuali Konvensi
ILO No 120/ 1964 tentang Higiene (Komersial dan Perkantoran).
Tetapi hingga tahun 2000, Indonesia sudah meratifikasi seluruh
Konvensi Dasar ILO tentang Hak Asasi Manusia yang semuanya
berjumlah delapan.
Karena Indonesia mayoritas masih merupakan negara agraris
dengan sekitar 70% wilayahnya terdiri dari daerah pedesaan dan
pertanian, Konvensi ILO yang terbaru, yaitu Konvensi No. 184/
2001 tentang Pertanian dan Rekomendasinya, dianggap merupakan
perangkat kebijakan yang bermanfaat. Tetapi secara luas Indonesia
dipandang tidak siap untuk meratifikasi Konvensi ini karena
rendahnya tingkat kesadaran K3 di antara pekerja pertanian. Tingkat
pendidikan umum pekerja pertanian di Indonesia juga rendah, rata-
rata hanya 3 sampai 4 tahun di sekolah dasar (Markkanen, 2004 :
16).

2.9.2 Penegakan Hukum


Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan peraturan hukum terkait
K3 kemudian membentuk lembaga-lembaga penunjang diantaranya :
a. Direktorat Pengawasan Norma K3 di DEPNAKERTRANS
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pengawasan/
inspeksi keselamatan kerja telah didesentralisasikan dan tanggung
jawab untuk pengawasan tersebut telah dialihkan ke pemerintah
provinsi sejak tahun 1984. Di Direktorat Jenderal Pengawasan

19
Ketenagakerjaan DEPNAKERTRANS, sekitar 1,400 pengawas
dilibatkan dalam pengawasan ketenagakerjaan secara nasional.
Sekitar 400 pengawas ketenagakerjaan memenuhi kualifikasi untuk
melakukan pengawasan K3 di bawah yurisdiksi Direktorat
Pengawasan Norma K3 (PNKK).
b. Pusat KecelakaanKerja Departemen Kecelakaan
Pelayanan Kecelakaankerja adalah tanggung jawab Pusat
KecelakaanKerja di bawah Sekretariat Jenderal Departemen
Kecelakaan. Pusat ini dibagi menjadi (i) Seksi Pelayanan
KecelakaanKerja, (ii) Seksi Kecelakaan dan Lingkungan Kerja, dan
(iii) Unit Administrasi. Pusat ini sudah menyusun Rencana Strategis
Program KecelakaanKerja untuk melaksanakan upaya nasional. K3
merupakan salah satu program dalam mencapai Visi Indonesia Sehat
2010, yang merupakan kebijakan Departemen Kecelakaansaat ini.
Visi Indonesia Sehat 2010 dibentuk untuk mendorong pembangunan
Kecelakaannasional, meningkatkan pelayanan Kecelakaanyang
merata dan terjangkau untuk perorangan, keluarga, dan masyarakat.
c. Dewan Tripartit National Keselamatan dan Kecelakaan
Kerja (DK3N)
Dewan K3 Nasional (DK3N) dibentuk oleh
DEPNAKERTRANS pada tahun 1982 sebagai badan tripartit untuk
memberikan rekomendasi dan nasihat kepada Pemerintah di tingkat
nasional. Anggota Dewan ini terdiri dari semua instansi pemerintah
yang terkait dengan K3, wakil-wakil pengusaha dan pekerja dan
organisasi profesi. Tugasnya adalah mengumpulkan dan menganalisa
data K3 di tingkat nasional dan provinsi, membantu
DEPNAKERTRANS dalam membimbing dan mengawasi dewan-
dewan K3 provinsi, melakukan kegiatan-kegiatan penelitian, dan
menyelenggarakan program-program pelatihan dan pendidikan.
Selama periode 1998-2002, DK3N telah menyelenggarakan
sekurangkurangnya 27 lokakarya dan seminar mengenai berbagai
subyek di sektor-sektor industri terkait. DK3N juga telah

20
menerbitkan sejumlah buku dan majalah triwulan. Pada hakikatnya
kita memang tidak akan menemukan konsep dan realita yang
berjalan bersamaan, begitu pula dengan implementasi dari K3 yang
belum bisa berjalan maksimal apabila belum ada komitmen yang
tegas dari berbagai pihak baik pmerintah, pengusaha dan lembaga
terkait lainnya dalam melaksanakan K3.

2.10 Study Kasus Kecelakaan Kerja yang Ada Di Dunia Industri


Khususnya di Indonesia Ditinjau dari Analisa K3
Dalam dunia industri tentu saja tidak dapat dihindari adanya kasus-kasus
kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia, teknis, ataupun
prosedur.
2.10.1 Contoh Study Kasus 1
Empat Pekerja di Pabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas
Cilacap–Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma
Pala Usaha Sukses, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah
tersiram air panas didalam tangki. Satu pekerja lainnya selamat namun mengalami
luka parah. Diduga kecelakaanini akibat operator kran tidak tahu masih ada orang
di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi insiden ini.
Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang
ada di komplek Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00
WIB. Musibah bermula saat 5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki
gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba kran yang berada di atas dan mengarah
kedalam tangki mengeluarkan air panas yang diperkirakan mencapai 400 derajat
Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya tewas seketika dengan
kondisi mengenaskan karena panasnya uap.
Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto,
Jumono, Puji Sutrisno dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi
Purwanto berhasil menyelamatkan diri, namun mengalami luka parah.
Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke
dalam tangki setelah tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik.
Diduga operator kran tidak mengetahui jika pekerjaan didalam tangki tersebut

21
belum selesai. Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait
kecelakaankerja tersebut, karena semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha
Sukses berusaha menghindar saat ditemui wartawan. Sementara polisi juga belum
mau memberikan keterangan atas musibah tersebut. (Nanang Anna Nur/Sup).
2.10.2 Analisa Kasus 1
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar
kecelakaankerja adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada
operator kran. Menanggapi kecelakaanyang telah menewaskan empat orang
tersebut, seharusnya sang operator kran bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu
dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula krsital tersebut telah kosong
serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaankerja tersebut
tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan
alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaankerja.
Kemudian penyebab kecelakaanyang lain adalah kurangnya pengawasan
manajemen dalam bidang Kecelakaan, keselamatan, dan keamanan pada
perusahaan tersebut. Sistem manajemen yang baik seharusnya lebih ketat
pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki risiko yang besar
untuk menghasilkan loss atau kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang bisa
dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat tersebut
sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar
tidak ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan
di sana, maka pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana
apabila di dalam tangki masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah
lampu yang menyala yang mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat
orang atau benda asing.
Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan
investigasi kecelakaan, inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaankerja.
Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk meningkatkan manajemen dari Kecelakaan,
keamanan serta keselamatan pada perusahaan tersebut, menentukan tindakan
pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada kecelakaantersebut.
Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi kejadian
kecelakaankerja tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut.

22
Perusahaan tidak akan dapat mengambil pelajaran melalui kecelakaanini. Ini
berarti kecelakaansemacam ini masih memiliki kemungkinan yang cukup besar
untuk kembali terjadi, baik pada perusahaan yang sama maupun pada perusahaan
sejenisnya.
2.10.3 Contoh Kasus 2
Kecelakaan di Freeport, truk tambang gilas mobil berisi 9 orang
Kecelakaan kerja yang terjadi di lokasi jalan Tambang Terbuka Grasberg
PT Freeport Indonesia hingga kini masih terus diselidiki. Dalam kejadian itu, tiga
pekerja meregang nyawa. Direktur Teknik Minerba Kementerian ESDM Bambang
Susigit menjelaskan, pihaknya baru menerima laporan peristiwa tersebut pukul
06.20 WIB. "Karena perbedaan waktu, di sana sedang pukul 07.20 WIT," ujar
Bambang kepada wartawan di kantornya, Senin (29/9).
Saat itu Bambang mendapatkan penjelasan, kendaraan ringan operasional
jenis Toyota yang bermuatan 9 karyawan berikut sopir dilindas satu unit Haul
Truck (Truk Tambang HT) yang mempunyai ketinggian ban setinggi 2,2 meter.
Mobil itu tengah bergegas untuk memulai pekerjaan tambangnya. Di sisi kiri
perempatan jalan, melintas Haul Truck yang rupanya hendak memutar arah.
"Mobil kecil itu membawa 9 karyawan yang bertugas untuk maintenance terhadap
fasilitas pompa,” tuturnya. "Di dalam aturannya kalau berpapasan dengan
kendaraan berat, mobil kecil harus berhenti dan mendahulukan mobil besar
bermuatan,” jelasnya.
Bambang menerangkan, mobil kecil itu sudah berhenti di persimpangan
perempatan. Namun truk besar berbelok terlalu sempit. Kecelakaan pun tak
terhindarkan, mobil kecil tersebut terlindas. “Begitu sadar melindas, truk yang
besar langsing berhenti. Ini yang sedang dicari tahu kenapa berbeloknya terlalu
sempit,” ucap Bambang. Bambang menambahkan, jalur yang ditempuh korban
merupakan jalur yang landai. "Inilah yang sedang diperiksa," tandasnya.
2.10.4 Analisa kasus
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan terjadi yaitu, kecerobohan
sopir dari Haul Truck yang berbelok terlalu sempit. Apabila ditinjau dari sisi lain,
penyebab kecelakaan ini juga terjadi karena kurangnya koordinasi / komunikasi
antar 2 belah pihak. Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab

23
dasar kecelakaan kerja adalah human error. Seharusnya sopir harus jeli dalam
melihat medan yang mau ditempuh, dan Sebaiknya salah satu mobil saat
berpapasan membunyikan bel agar tahu kalau ada kendaraan didepan, bisa saja si
sopir itu mengantuk atau lagi.
2.10.5 Contoh Kasus 3
Kecelakaan Kerja di Pabrik Pengolahan Daging Oregon Menewaskan 1
Orang
Seorang pria berusia 41 tahun bekerja sebagai cleaning service di pabrik
penggilingan daging. Pria tersebut bernama Gugu Affalus. Pada sabtu malam
ketika pria tersebut ingin membersihkan alat penggiling daging dikarenakan suatu
hal. Kemungkinan penyebab pria tersebut ingin membersihkan alat penggiling
daging karena mesin mengalami penyumbatan. Ketika pria tersebut
membersihkan alat penggiling daging, dia terjatuh kedalam mesin penggiling
daging tersebut. Hal ini menyebabkan pria tersebut meninggal.
2.10.6 Analisa Kasus 3
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar
kecelakaankerja adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada
cleaning service mesin penggiling daging. Menanggapi kecelakaanyang telah
menewaskan satu orang tersebut, seharusnya sang cleaning service bersikap lebih
hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa mesin penggiling
daging tersebut tidak dalam keadaan beroperasi atau menyala. Seharusnya
cleaning service mesin penggiling daging lebih memperhatikan SOP yang ada.

2.10.7 Contoh Kasus 4


Kesetrum, Dua Pekerja Bangunan Tewas
Purwokerto, CyberNews. Dua orang pekerja bangunan tewas kesetrum
saat sedang bekerja memindahkan batu bata di bangunan lantai dua yang ada di Jl
HM Bachroen, Purwokerto Wetan, Purwokerto Timur, Kamis (17/3) pagi sekitar
pukul 08.05.
Kedua korban adalah Tasiran alias Ilud (25) warga Desa Karangnanas,
Kecamatan Sokraja, dan Suwarno (30) asal Desa Banteran, Kecamatan Sumbang,
Banyumas. Keduanya merupakan buruh yang ikut kerja pada proyek bangunan

24
gudang untuk pakan ternak milik Hendi yang beralamat di Jl Martadireja,
Purwokerto.
Menurut Supriyatno (40), salah seorang pengawas bangunan, sekitar pukul
08.00, Ilud kerja melangsir (memindah) batu bata. Dia berada di lantai dua
bangunan gudang yang ada di bagian depan. Tugasnya adalah menerima batu bata
yang dilempar dari bawah. Setelah terkumpul, oleh Ilud dipindahkan ke tempat
tukang batu yang sedang memasang batu bata di tangga menuju lantai dua.
"Saat membawa batu bata menuju ke tukang batu, ia melewati kabel listrik
PLN yang ada di atas bagunan lantai dua. Karena posisi kawat rendah, kepalanya
menyentuh kawat listrik. Secara reflek, tangan kanannya justru memegang kawat
listrik," kata saksi Supriyatno.
Melihat kejadian itu, Suwarno yang berada paling dekat, bermaksud
memberikan pertolongan dengan memegang tanan kiri Ilud. Namun yang terjadi,
Suwarno pun ikut kesetrum juga. Dalam waktu lima menit, kedua pekerja
bangunan itu langsung jatuh terkulai ke dasar bangunan lantai dua berupa
lembaran seng dan besi yang akan dicor.
Melihat kejadian itu, belasan pekerja bangunan yang saat itu sedang ada di
lantai dua dan bagian bawah ketakutan dan berhamburan keluar sambil teriak ada
orang kesetrum. Mereka tak berani dekat-dekat karena takut. Begitu mandor
datang, kedua korban pun langsung diturunkan dan dibawa ke RS Sinar Kasih
Purwokerto.

Wakapolsek yang ada di lokasi kejadian bersama petugas identifikasi Polres


Banyumas mengecek ketinggian kawat listrik yang tepat ada di bagian atas
bangunan lantai dua yang sedang dikerjakan. Kawat listrik yang membentang arah
selatan-utara itu ketinggian dari lantai dasar bangunan lantai dua bagian depan
hanya sekitar 140 cm.
Sementara pekerja yang sedang menggarap lantau dua, seperti korban Ilud,
tinggi badannya sekitar 160 cm. Saat membawa batu bata dia harus membungkuk
ketika melewati kawat listrik.

25
"Jarak lantai dasar bangunan yang sedang digarap dengan kawat listrik yang
lebih rendah dari tinggi orang saat berdiri sangat membahayakan para pekerja.
Warga yang ada di samping bangunan gudang sudah pernah ada yang
mengingatkan jaraknya terlalu dekat dengan kawat. Tetapi peringatan itu tak
diperhatikan," kata dia. ( Sigit Oediarto / CN26 / JBSM /Suara Merdeka)
2.10.8 Analisa Kasus 4
Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan tersebut yaitu dikarenakan
kelalaian dari pekerja yang tidak mengetahui letak kabel listrik. Letak kabel listrik
PLN yang tidak strategis oleh karena itu sebaiknya kabel tersebut diberi pelindung
atau pengaman. Posisi kawat rendah sehingga kepala korban langsung mengenai
kawat listrik tersebut. Kasus ini terjadi karena kurangnya pelatihan K3 pada
pekerja sehingga para pekerja tidak mengetahui tentang masalah-masalah jika
mengahadapi kecelakaan. Oleh karena itu, seharusnya pihak perusahaan
memberikan pelatihan K3 kepada para pekerjanya. Seharusnya perusahaan juga
memberikan dan mewajibkan pekerjanya untuk menggunakan alat pelindung diri.
Seharusnya perusahaan memberi tanda peringatan/ bahaya di sekitar kabel
tersebut.
2.10.9 Solusi Mengatasi Kecelakaan Kerja
Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau
mengurangi resiko dari adanya kecelakaankerja. Salah satunya adalah pengusaha
membentuk Panitia Pembina Kecelakaan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun
program keselamatan kerja.
Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa
alternatif pencegahan selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat
berupa:
a. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki
standarisasi yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan,
konstruksi, alat-alat pelindung diri, monitoring perlatan dan sebagainya.
b. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan
perusahaan yang berkaitan dengan Kecelakaan dan keselamatan kerja dapat
dipatuhi.

26
c. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan
yang berbahaya, pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya.
Berilah tanda-tanda peringatan beracun atau berbahaya pada alat-alat tersebut
dan letakkan di tempat yang aman.
d. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaanserta pemberian diklat tentang
Kecelakaan dan keselamatan kerja pada karyawan.
e. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam
asuransi. (Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).

BAB 3
KESIMPULAN

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa


Kecelakaan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untukmmenciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko, kesehatan dan
kecelakaan memiliki bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi resiko, kecelakaan dan

27
keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga
mental, psikologis dan emosional.
Resiko, kecelakaan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai
peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur masalah kecelakaan
dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai
kecelakaan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang
mempengaruhi kecelakaan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kecelakaan kerja sehingga banyak terjadi
kecelakaankerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kecelakaan dan
keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak.
Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan dan
produktivitas nasional.
.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Klasifikasi Kecelakaan Kerja Menurut Jenis Kecelakaan.


(Online), (http://www.safetyshoe.com/klasifikasi-kecelakaan-kerja-
menurut-jenis-kecelakaan), diakses 2 Mei 2018.

Dwi, R. K., Bambang. S. 2017. Pengaruh Keselamatan Dan KecelakaanKerja


Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Bagian
Produksi Pt. Surya Asbes Cement Group Malang). Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB)|Vol. 44 No.1 Maret 2017, (Online),
(https://media.neliti.com/media/publications/87770-ID-pengaruh-
keselamatan-dan-Kecelakaan-kerja.pdf), diakses 13 Maret 2018.

28
Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Idda, Mahfiroh. 2013. Kesetrum, Dua Pekerja Bangunan Tewas. (Online),


(http://iddamahfiroh.blogspot.co.id/2013/04/analisa-kasus-kecelakaan-
kerja-k3.html), diakses 5 Mei 2018.

Markkanen, Pia K. 2004. Kecelakaan dan Keselamatan Kerja di Indonesia.


Jakarta : Internasional Labour Organisation Sub Regional South-East
Asia and The Pacific Manila Philippines.

Prasetyo, Agung. 2013. Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan. (Online),


(http://dsedayu18.blogspot.co.id/2013/01/pencegahan-dan-
penanggulangan-kecelakaan.html), diakses 2 Mei 2018.

Saksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.

Soleh. 2009. Implementasi K3 di Indonesia, (Online),


(http://solehpunya.wordpress.com/2009/02/03/implementasi-k3-di-
indonesia/), diakses 13 Maret 2018.

Sudarmanta, Agus. 2007. Pengaruh Program Keselamatan dan KecelakaanKerja


terhadap Prestasi Karyawan pada Perusahaan Industri Kulit Surya
Magetan, (Online), (http://digilib.umm.ac.id/gdl php), diakses 13 Maret
2018.

Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:


Gunung Agung. Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur
Keamanan, Keselamatan, & KecelakaanKerja. Sukabumi: Yudhistira.

Umaroh, Ummi. 2009. KecelakaanKerja di Perusahaan.(Online),


(http://sarisolo.multiply.com/journal/item/35/kecelakaan_kerja_di_perus
ahaan), diakses 13 Maret 2018.

29

Anda mungkin juga menyukai