Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH K3

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

DOSEN PENGAJAR

Luqman Hakim, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH

Rafi Rizky Dwiartanto

POLITEKNIK NEGERI MALANG

TEKNIK ELEKTRO

SISTEM KELISTRIKAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kesehatan daKeselamatan
Kerja” ini meskipun sangat sederhana dalam pembuatannya.

Saya ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak yang telah


membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, terutama untuk

Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai
salah satu rujukan maupun pedoman, serta menambah wawasan dan pengalaman bagi
para pembaca

Sebagai penulis, saya mengaku bahwasanya masih banyak kekurangan yang


terkandung di didalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati saya
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi lebih
memperbaiki makalah ini. Terima Kasih.

Malang, 7 Desember 2019

Penulis

Page | 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….……..2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………..4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………5

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….……..5

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………5

1.4 Metode Penyusunan……………………………………………………5

1.5 Manfaat Penulisan……………………………………………………..5

BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………….6

2.1 Pengertian K3………………………………………………………….6

2.2 Dasar Pemberlakuan…………………………………………………..7

2.3 Tujuan Program K3……………………………………………………9

2.4 Penyebab Kecelakaan Kerja…………………………………………..9

2.5 Teori Tiga Faktor Utama……………………………………………...10

2.6 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja……………………………………12

2.7 Sumber-Sumber Bahaya Kecelakaan Kerja…………………………..13

2.8 Alat Perlindungan Diri (APD)………………………………………..14

2.8.1 Definisi Alat Pelindung Diri (APD)…………………………..14

2.8.2 Tujuan Dan Manfaat Alat Pelindung Diri……………………..15

2.8.3 Persyaratan APD……………………………………………….15

Page | 2
2.8.4 Jenis dan Fungsi APD………………………………………….15

2.8.5 Cara Merawat APD…………………………………………….17

2.9 Usaha Mencapai Keselamatan Kerja………………………………...18

BAB 3 PENUTUPAN…………………………………………………………..20

3.1 Kesimpulan………………………………………………………...20

3.2 Saran……………………………………………………………….20

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………21

Page | 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Di dalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering tidak


menduga akan mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyak sekali
masyarakat yang belum menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik di
lingkungan kerja (perusahaan, pabrik, atau kantor), di jalan raya, tempat umum
maupun di lingkungan rumah.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang


memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari
bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi pemerintahan. Sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif (Azmi, 2008).

Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang


mengakibatkan cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3 berupaya
mempelajari fenomena kecelakaan, faktor penyebab, serta cara efektif untuk
mencegahnya. Upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia masih menghadapi
berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir yang masih tradisional
yang menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah, sehingga masyarakat bersifat
pasrah terhadap kecelakaan kerja yang menimpa mereka (Ramli, 2010)

Page | 4
1.2. Rumusan Masalah

Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan


untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan kesehatan kerja
(K3). Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1.      Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?


2.      Apa yang menjadi dasar pemberlakuan kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) di

Indonesia?
3.      Apa fokus dan tujuan dari program kesehatan dan keselamatan kerja?
4.      Apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan?
5. Apa saja jenis-jenis bahaya kerja?
6. Apa yang dimaksud dengan APD?
7.      Apa saja usaha untuk mencapai keselamatan kerja?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui hal-hal mengenai K3


2. Dapat mengetahui penyebab serta akibat kecelakaan kerja
3. Dapat mengetahui tujuan adanya K3
4. Dapat mengetahui jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja
3. Dapat mengetahui APD serta macam-macamnya
4. Dapat mengetahui cara untuk mencapai keselamatan kerja

1.4. Metode Penyusunan

Jenis metode yang saya lakukan menggunakan “Metode Pustaka”, dilakukan dengan
mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat,
baik buku maupun informasi di internet

1.5. Manfaat Penulisan

1. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber


2. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
3. Memperoleh kepuasan intelektual
4. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
5. Menambah wawasan mahasiswa mengenai K3

Page | 5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1.   Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari


luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.

Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari


kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja
yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat
membuat stres emosi atau gangguan fisik.

Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:

a)      Menurut Mangkunegara (2002), Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

b)      Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha


untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

c)      Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan


yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi
pekerja .

d)     Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk


pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental
dan stabilitas emosi secara umum.

e)      Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

Page | 6
f)       Menurut Jackson (1999), Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan
oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres, maupun karena kecelakaan.
Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja secara material,
selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman, sehingga
secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih produktif

2.2.     Dasar Pemberlakuan

Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun Undang-


Undang Tentang Kecelakaan Tahun  1947 Nomor  33, yang dinyatakan berlaku pada
tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang
Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan  tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948),
yang merupakan bukti tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam
perusahaan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan
bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut
bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan
kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan
baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini,
tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif  dalam hal ini agar dapat tercapai
kesejahteraan bersama.

Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan


hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan
pijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana K3 harus
diterapkan.

Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan


kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :

a.      Mencegah dan mengurangi kecelakaan.


b.      Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c.       Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d.      Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya.


e.       Memberi pertolongan pada kecelakaan.

Page | 7
f.       Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g.      Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan
getaran.
h.      Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i.       Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j.       Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k.      Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l.       Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m.     Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
n.      Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang.
o.      Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p.      Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q.      Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r.       Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

          

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1


Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh
berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

a)      Keselamatan dan kesehatan kerja


b)      Moral dan kesusilaan
c)      Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.

Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan


pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal   diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja.” (ayat 2), “Perlindungan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.” (ayat 3). Dalam Pasal 87  juga dijelaskan bahwa
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen.

Page | 8
2.3.    Tujuan Program K3

Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim


yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan
dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh
pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut
Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program  keselamatan dan kesehatan
kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah:

1.      Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan
2.      Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
3.      Menghemat biaya premi asuransi
4.      Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada karyawannya

2.4.    Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja,


yaitu:

1.      Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang


diperhitungkan keamanannya.
b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

2.      Pengaturan Udara

a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

3.      Pengaturan Penerangan

a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.


b) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

Page | 9
4.      Pemakaian Peralatan Kerja

a) Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.


b) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.

5.      Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

a) Stamina pegawai yang tidak stabil.


b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap
pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam
penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko
bahaya.

2.5 Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory)

Dari beberapa teori tentang faktor penyebab kecelakaan yang ada, salah


satunya yang sering digunakan adalah teori tiga faktor utama (Three Main Factor
Theory). Menurut teori ini disebutkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja.Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan menjadi :

A. Faktor Manusia

1. Umur

Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik,mental,


kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga diaturoleh
Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang tanggal 6 Januari 1951 No.1Pasal
1 (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:48). Karyawan muda umumnya mempunyaifisik
yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab,
cenderung absensi, dan turnover-nya rendah (Malayu S. P. Hasibuan,2003:54).
Umum mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan,pendengaran
dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih.2.

2. Jenis Kelamin

 Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerjasecara
sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan

Page | 10
yangditerima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita
lebihbanyak daripada pria (Juli Soemirat, 2000:57).3.

3. Masa kerja

Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerjadisuatu
tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun
negatif.Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa
kerjapersonal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya,
akanmemberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan
timbulkebiasaan pada tenaga kerja.4.

4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-


bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni
orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (Achmad
Munib, dkk., 2004:33).5. 

5. Perilaku

 Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang mempengaruhi


tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan praktik kerja yang
aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih banyak persoalan yang
disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan dengan mesin-mesin atau karena
ketidakpedulian karyawan. Pada satu waktu, pekerja yang tidakpuas dengan
pekerjaannya dianggap memiliki tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi.

6. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar


untukmemperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang
berlakudalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih
mengutamakanpraktek daripada teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja. Timbulnya kecelakaan bekerja biasanya sebagai
akibat atas kelalaian tenaga kerja atau perusahaan.

Page | 11
7. Peraturan K3

 Peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang mewajibkan mengenai


kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan,
pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugaspengusaha dan
buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan perawatan medis. Ada tidaknya peraturan
K3 sangat berpengaruh dengan kejadian kecelakaan kerja. Untuk itu, sebaiknya
peraturan dibuat dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk mencegah dan
mengurangi terjadinya kecelakaan

B. Faktor Lingkungan

1. Tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi besar terhadap terjadinya


kecelakaan, seperti terpeleset.

C. Faktor Peralatan

1. Kondisi mesin

Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat


ditingkatkan. Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan pekerjaan dapat
lebih berarti. Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera diantisipasi dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.2.

2.  Letak mesin

Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan mesin. Fungsi
manusiadalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian produksi adalah sebagai
pengendali jalannya mesin tersebut. Mesin dan alat diatur sehingga cukup aman
dan efisien untuk melakukan pekerjaan dan mudah (AM. Sugeng Budiono, 2003:65).

2.6. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

1. Teori Domino

Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut
Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari
manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal -hal yang tidak

Page | 12
berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang tidak aman
(unsafe condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan. Heinrich menekankan bahwa
kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan
oleh manusia. Menurutnya, tindakan dan kondisi yang tidak aman akan terjadi bila
manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini lebih jauh disebabkan karena faktor
karakteristik manusia itu sendiri yang dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) dan
lingkungannya (environment)
Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakan dan kondisi
tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul. Heinrich menyatakan bahwa
rantai batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga kecelakaan dapat dihindari.

2. Teori Swiss Cheese

Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen yang
terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses dapat dilukiskan sebagai
“lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda. Dengan demikian menjelaskan
apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang gagal.Sebab-sebab suatu
kecelakan dapat dibagi menjadi Direct Cause dan Latent Cause. Direct Cause sangat
dekat hubungannya dengan kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerugian atau
cidera pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Kebanyakan proses investigasi lebih
konsentrasi kepada penyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana
mencegah penyebab langsung tersebut. Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang
perlu di identifikasi yakni “Latent Cause”. Latent cause adalah suatu kondisi yang
sudah terlihat jelas sebelumnya dimana suatu kondisi menunggu terjadinya
suatu kecelakaan

2.7 Sumber-Sumber Bahaya Kesehatan Tenaga Kerja

Pemahaman atas segala bentuk sumber bahaya yang timbul dari pekerjaan yang
dilakukan, terasa masih cukup awam sebagian besar pekerja di Indonesia. Padahal,
pemahaman terdapat potensi bahaya, akan membantu mencegah terjadinya
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja dalam pasal 9 penjelasan mengenai kondisi
dan bahaya yang dapat di timbul ditempat kera menjadi kewajiban dari pengurus atau
pemimpin dari tempat kerja yang bersangkutan. Sedangkan dalam pasal 12 tenaga
kerja memiliki hak untuk menyatakan keberatan atas suatu pekerjaan bila mana
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja.Ketidakpahaman tenaga kerja akan
potensi bahaya yang mereka hadapi dalam bekerja dapat mempertinggi peluang
terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal ini terjadi, sebagai akibat dari

Page | 13
ketidakpedulian pimpinan perusahaan maupun tenaga kerja terhadap potensi bahaya
yang akan terjadi dan peraturan perundangan yang harus mereka pahami. Meskpun
orientasi dalam bekerja seharusnya mengacu pada slogan “Safety First”, dalam
praktek sebagian besar dunia usaha atau industri masih berfokus pada “Production
First”. Jika diperhatikan dari berbagai standar mengenai sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja, mengenai sumber bahaya ditempat kerja menjadi
langkah awal didalam pengembangan sistem keselamatan. Dari segala potensi sumber
bahaya inilah dapat dilakukan penilaian resiko dan penentuan terhadap bentuk
pengendalian yang tepat.

Berikut Sumber-Sumber Bahaya menurut Husni :

1. Faktor Fisik, yang dapat berupa; suara yang terlalu bising, suhu yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah, penerangan yang kurang memadai, radiasi, getaran mekanis,
tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, bau-bauandi tempat kerja,
kelembaban udara

2. Faktor Kimia, yang dapat berupa; gas/uap, cairan, debu-debuan, butiran kristal dan
bentuk-bentuk lain, bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun.

3. Faktor Biologis, yang dapat berupa; bakteri, virus, jamur, cacing dan serangga,
tumbuh-tumbuhan dan lain-lain yang hidup/ timbul dalam lingkungan kerja

4. Faktor Ergonomis, yang dapat berupa; sikap badan yang tidak baik pada waktu
kerja, peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja, gerakyang
senantiasa berdiri atau duduk, proses, sikap dan cara kerja yang monoton,beban kerja
yang melampaui batas kemampuan

5. Faktor Psikologis, yang dapat berupa; kerja yang terpaksa/ dipaksakan yang tidak
sesuai dengan kemampuan, suasana kerja yang tidak menyenangkan,pikiran
senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman kerja yang tidak sesuai,
pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan (Husni, 2003)

2.8 Alat Pelindung Diri (APD)

2.8.1 Definisi Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinanadanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha
melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak

Page | 14
dapat dilakukan dengan baik. APD juga merupakan kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja
itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Perlengkapan pelindung diri termasuk semua
pakaian dan aksesoris pekerjaan lain yang dirancang untuk menciptakan sebuah
penghalang terhadap bahaya tempat kerja. Penggunaan APD harus tetap di kontrol
oleh pihak yang bersangkutan, khususnya di sebuah tempat kerja.

Menurut Suma’mur (1992), alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk
melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Alat pelindung
diri merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD
tidaklah sempurna untuk mencegah kecelakaan yang terjadi.

2.8.2 Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)

Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain:

1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering)


danadministrative tidak dapat dilakukan dengan baik
2. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain :

1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan


adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.

2.8.3 Persyaratan APD

Menurut Suma’ur (1992) persyaratan yang harus dipenuhi alat pelindung diri :

a. Nyaman dipakai
b. Tidak mengganggu kerja
c. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya

2.8.4 Jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri
dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui

Page | 15
Departement Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang
pelindung diri. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah :·

1. Safety Helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala
secara langsung.
2. Sabuk Keselamatan
Sabuk Keselamatan (safety belt) berfungsi sebagai alat pengaman
ketikamenggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa
(mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).·
3. Sepatu Pelindung (safety shoes)
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja ditempat yang becek ataupun
berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untukmelindungi kaki dari
benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.
4. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja ditempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuksarung
tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
5. Tali Pengaman (Safety Harness)
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerjadi ketinggian. Diwajibkan
menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8meter.
6. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang
bising.Gambar.
7. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mataketika bekerja (misalnya mengelas).
8. Masker (Respirator)
Masker (respirator) berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
9. Pelindung Wajah (Face Shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja
(misal pekerjaan menggerinda)
10. Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
waktu hujan atau sedang mencuci alat).

Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang
benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja. APD harus digunakan sesuai
dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai, memastikan APD yang

Page | 16
digunakan aman untuk keselamatan pekerja, selain itu APD juga harus sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan

2.6.5 Cara merawat APD

Helm Safety/ Helm Kerja (Hard hat)

1. Helm kerja dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut


cara penyimpanan, kebersihan, serta kondisinya oleh manajemen lini.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak
dibenarkan untuk dipergunakan (retak-retak, bolong atau tanpa system
suspensinya).
3. Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang
memiliki helm kerja dan telah mengikuti training.

Kacamata Safety (Safety Glasses)

1. Kacamata safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang


menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh manajemen
lini.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan kacamata safety yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak
dibenarkan untuk dipergunakan.
3. Penyimpanan masker harus terjamin sehingga terhindar dari debu, kondisi
yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin), kelembaban atau
kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia berbahaya.
4. Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang
memiliki kacamata safety dan telah mengikuti training.

Sepatu Safety (Safety Shoes)

1. Sepatu safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut


cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh manajemen lini.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sepatu safety yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak
dibenarkan untuk dipergunakan.
3. Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang
memiliki sepatu safety dan telah mengikuti training.

Page | 17
Masker/ Perlindungan Pernafasan (Mask/ Respiratory Protection)

1. Pelindung pernafasan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang


menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat pelindung pernafasan
yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak
dibenarkan untuk dipergunakan.
3. Kondisi dan kebersihan alat pelindung pernafasan menjadi tanggung jawab
karyawan yang bersangkutan.
4. Kontrol terhadap kebersihan alat tersebut akan selalu dilakukan oleh
managemen lini.

Sarung tangan

1. Sarung tangan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut


cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh manajemen lini.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung tangan yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak
dibenarkan untuk dipergunakan. Penyimpanan sarung tangan harus terjamin
sehingga terhindar dari debu, kondisiyang ekstrim (terlalu panas atau terlalu
dingin), kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya.

2.9.     Usaha Mencapai Keselamatan Kerja

Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan kerja dan
menghindari kecelakaan kerja antara lain:

a. Analisis Bahaya Pekerjaan (Job Hazard Analysis)

            Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk mempelajari dan menganalisa


suatu jenis pekerjaan kemudian membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah
langkah menghilangkan bahaya yang mungkin terjadi.

Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan:

1)   Melibatkan Karyawan.

Page | 18
        Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses job hazard
analysis. Mereka memiliki pemahaman yang unik atas pekerjaannya, dan hal tersebut
merupakan informasi yang tak ternilai untuk menemukan suatu bahaya.

2)   Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.

        Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan cedera yang


pernah terjadi, serta kerugian yang ditimbulkan, bersifat penting. Hal ini merupakan
indikator utama dalam menganalisis bahaya yang mungkin akan terjadi di lingkungan
kerja

3)   Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.

        Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka ketahui di


lingkungan kerja. Lakukan brainstormdengan pekerja untuk menemukan ide atau
gagasan yang bertujuan untuk mengeliminasi atau mengontrol bahaya yang ada.

4)   Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk Pekerjaan


Berbahaya.

        Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak dapat
diterima atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan yang paling tinggi
tingkat risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama dalam melakukan job hazard
analysis.

5)   Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.

        Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan kerja dapat
diminimalisir.

Page | 19
BAB 3

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi
kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja,
tetapi juga mental, psikologis dan emosional.

Pada intinya Keselamaan dan kesehatan kerja wajib diikuti oleh setiap orang yang
terlibat dalam suatu pekerjaan maupun aktifitas yang bisa menimbulkan suatu
kecelakaan kerja, Perusahaan-perusahan di Indonesia pun sudah menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), karena sangat penting dalam perusahaan yang
untuk perlindungan kepada pekerja dan mencegah atau menurunkan terjadinya
kecelakan pekerja,  bagaimana pun pekerja adalah aset perusahaan yang sangat
penting. K3 juga bermanfaat sebagai Meningkatkan derajat kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja pada perusahaan, dengan adanya sistem K3 di perusahan
akan meminimalisir biaya anggaran akibat kecelakaan kerja.

3.2 Saran

1. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih merasa aman


dan nyaman.

 2. Perusahaan dan pemerintah harus lebih lagi mensosialisasikan program K3 untuk
meningkatkan dukungan pekerja terhadap program k3 yang nantinya juga
meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan .

Page | 20
DAFTAR PUSTAKA

1.https://www.academia.edu/34894138/
MAKALAH_K3_KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA

2. https://www.academia.edu/5385328/K3_makalah_tugas

3. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3629267/kenali-jenis-
jenis-bahaya-kerja

4. https://www.klopmart.com/article/detail/k3-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja

5. Azmi, R. 2008.Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakan Kerja Di
PT Wijaya Karya Beton Tahun 2008 .Skripsi FKM USU. Medan.

Page | 21

Anda mungkin juga menyukai