DOSEN PENGAJAR
DISUSUN OLEH
TEKNIK ELEKTRO
SISTEM KELISTRIKAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kesehatan daKeselamatan
Kerja” ini meskipun sangat sederhana dalam pembuatannya.
Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai
salah satu rujukan maupun pedoman, serta menambah wawasan dan pengalaman bagi
para pembaca
Penulis
Page | 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….……..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………..4
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………….6
Page | 2
2.8.4 Jenis dan Fungsi APD………………………………………….15
BAB 3 PENUTUPAN…………………………………………………………..20
3.1 Kesimpulan………………………………………………………...20
3.2 Saran……………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………21
Page | 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Page | 4
1.2. Rumusan Masalah
Indonesia?
3. Apa fokus dan tujuan dari program kesehatan dan keselamatan kerja?
4. Apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan?
5. Apa saja jenis-jenis bahaya kerja?
6. Apa yang dimaksud dengan APD?
7. Apa saja usaha untuk mencapai keselamatan kerja?
Jenis metode yang saya lakukan menggunakan “Metode Pustaka”, dilakukan dengan
mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat,
baik buku maupun informasi di internet
Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
e) Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Page | 6
f) Menurut Jackson (1999), Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan
kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan
oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres, maupun karena kecelakaan.
Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja secara material,
selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman, sehingga
secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih produktif
2.2. Dasar Pemberlakuan
Page | 7
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan
getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Page | 8
2.3. Tujuan Program K3
1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan
2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
3. Menghemat biaya premi asuransi
4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada karyawannya
2. Pengaturan Udara
a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
Page | 9
4. Pemakaian Peralatan Kerja
A. Faktor Manusia
1. Umur
2. Jenis Kelamin
Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerjasecara
sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan
Page | 10
yangditerima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita
lebihbanyak daripada pria (Juli Soemirat, 2000:57).3.
3. Masa kerja
Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerjadisuatu
tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun
negatif.Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa
kerjapersonal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya,
akanmemberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan
timbulkebiasaan pada tenaga kerja.4.
4. Tingkat Pendidikan
5. Perilaku
Page | 11
7. Peraturan K3
B. Faktor Lingkungan
C. Faktor Peralatan
1. Kondisi mesin
Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan mesin. Fungsi
manusiadalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian produksi adalah sebagai
pengendali jalannya mesin tersebut. Mesin dan alat diatur sehingga cukup aman
dan efisien untuk melakukan pekerjaan dan mudah (AM. Sugeng Budiono, 2003:65).
1. Teori Domino
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut
Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari
manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal -hal yang tidak
Page | 12
berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang tidak aman
(unsafe condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan. Heinrich menekankan bahwa
kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan
oleh manusia. Menurutnya, tindakan dan kondisi yang tidak aman akan terjadi bila
manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini lebih jauh disebabkan karena faktor
karakteristik manusia itu sendiri yang dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) dan
lingkungannya (environment)
Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakan dan kondisi
tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul. Heinrich menyatakan bahwa
rantai batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga kecelakaan dapat dihindari.
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen yang
terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses dapat dilukiskan sebagai
“lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda. Dengan demikian menjelaskan
apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang gagal.Sebab-sebab suatu
kecelakan dapat dibagi menjadi Direct Cause dan Latent Cause. Direct Cause sangat
dekat hubungannya dengan kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerugian atau
cidera pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Kebanyakan proses investigasi lebih
konsentrasi kepada penyebab langsung terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana
mencegah penyebab langsung tersebut. Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang
perlu di identifikasi yakni “Latent Cause”. Latent cause adalah suatu kondisi yang
sudah terlihat jelas sebelumnya dimana suatu kondisi menunggu terjadinya
suatu kecelakaan
Pemahaman atas segala bentuk sumber bahaya yang timbul dari pekerjaan yang
dilakukan, terasa masih cukup awam sebagian besar pekerja di Indonesia. Padahal,
pemahaman terdapat potensi bahaya, akan membantu mencegah terjadinya
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja dalam pasal 9 penjelasan mengenai kondisi
dan bahaya yang dapat di timbul ditempat kera menjadi kewajiban dari pengurus atau
pemimpin dari tempat kerja yang bersangkutan. Sedangkan dalam pasal 12 tenaga
kerja memiliki hak untuk menyatakan keberatan atas suatu pekerjaan bila mana
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja.Ketidakpahaman tenaga kerja akan
potensi bahaya yang mereka hadapi dalam bekerja dapat mempertinggi peluang
terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal ini terjadi, sebagai akibat dari
Page | 13
ketidakpedulian pimpinan perusahaan maupun tenaga kerja terhadap potensi bahaya
yang akan terjadi dan peraturan perundangan yang harus mereka pahami. Meskpun
orientasi dalam bekerja seharusnya mengacu pada slogan “Safety First”, dalam
praktek sebagian besar dunia usaha atau industri masih berfokus pada “Production
First”. Jika diperhatikan dari berbagai standar mengenai sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja, mengenai sumber bahaya ditempat kerja menjadi
langkah awal didalam pengembangan sistem keselamatan. Dari segala potensi sumber
bahaya inilah dapat dilakukan penilaian resiko dan penentuan terhadap bentuk
pengendalian yang tepat.
1. Faktor Fisik, yang dapat berupa; suara yang terlalu bising, suhu yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah, penerangan yang kurang memadai, radiasi, getaran mekanis,
tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, bau-bauandi tempat kerja,
kelembaban udara
2. Faktor Kimia, yang dapat berupa; gas/uap, cairan, debu-debuan, butiran kristal dan
bentuk-bentuk lain, bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun.
3. Faktor Biologis, yang dapat berupa; bakteri, virus, jamur, cacing dan serangga,
tumbuh-tumbuhan dan lain-lain yang hidup/ timbul dalam lingkungan kerja
4. Faktor Ergonomis, yang dapat berupa; sikap badan yang tidak baik pada waktu
kerja, peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja, gerakyang
senantiasa berdiri atau duduk, proses, sikap dan cara kerja yang monoton,beban kerja
yang melampaui batas kemampuan
5. Faktor Psikologis, yang dapat berupa; kerja yang terpaksa/ dipaksakan yang tidak
sesuai dengan kemampuan, suasana kerja yang tidak menyenangkan,pikiran
senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman kerja yang tidak sesuai,
pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan (Husni, 2003)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinanadanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha
melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak
Page | 14
dapat dilakukan dengan baik. APD juga merupakan kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja
itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Perlengkapan pelindung diri termasuk semua
pakaian dan aksesoris pekerjaan lain yang dirancang untuk menciptakan sebuah
penghalang terhadap bahaya tempat kerja. Penggunaan APD harus tetap di kontrol
oleh pihak yang bersangkutan, khususnya di sebuah tempat kerja.
Menurut Suma’mur (1992), alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk
melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Alat pelindung
diri merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD
tidaklah sempurna untuk mencegah kecelakaan yang terjadi.
Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain :
a. Nyaman dipakai
b. Tidak mengganggu kerja
c. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri
dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui
Page | 15
Departement Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang
pelindung diri. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah :·
1. Safety Helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala
secara langsung.
2. Sabuk Keselamatan
Sabuk Keselamatan (safety belt) berfungsi sebagai alat pengaman
ketikamenggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa
(mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).·
3. Sepatu Pelindung (safety shoes)
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja ditempat yang becek ataupun
berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untukmelindungi kaki dari
benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.
4. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja ditempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuksarung
tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
5. Tali Pengaman (Safety Harness)
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerjadi ketinggian. Diwajibkan
menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8meter.
6. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang
bising.Gambar.
7. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mataketika bekerja (misalnya mengelas).
8. Masker (Respirator)
Masker (respirator) berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
9. Pelindung Wajah (Face Shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja
(misal pekerjaan menggerinda)
10. Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
waktu hujan atau sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang
benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja. APD harus digunakan sesuai
dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai, memastikan APD yang
Page | 16
digunakan aman untuk keselamatan pekerja, selain itu APD juga harus sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan
2.6.5 Cara merawat APD
Page | 17
Masker/ Perlindungan Pernafasan (Mask/ Respiratory Protection)
Sarung tangan
Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan kerja dan
menghindari kecelakaan kerja antara lain:
Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan:
1) Melibatkan Karyawan.
Page | 18
Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses job hazard
analysis. Mereka memiliki pemahaman yang unik atas pekerjaannya, dan hal tersebut
merupakan informasi yang tak ternilai untuk menemukan suatu bahaya.
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak dapat
diterima atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan yang paling tinggi
tingkat risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama dalam melakukan job hazard
analysis.
Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan kerja dapat
diminimalisir.
Page | 19
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi
kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja,
tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Pada intinya Keselamaan dan kesehatan kerja wajib diikuti oleh setiap orang yang
terlibat dalam suatu pekerjaan maupun aktifitas yang bisa menimbulkan suatu
kecelakaan kerja, Perusahaan-perusahan di Indonesia pun sudah menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), karena sangat penting dalam perusahaan yang
untuk perlindungan kepada pekerja dan mencegah atau menurunkan terjadinya
kecelakan pekerja, bagaimana pun pekerja adalah aset perusahaan yang sangat
penting. K3 juga bermanfaat sebagai Meningkatkan derajat kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja pada perusahaan, dengan adanya sistem K3 di perusahan
akan meminimalisir biaya anggaran akibat kecelakaan kerja.
3.2 Saran
2. Perusahaan dan pemerintah harus lebih lagi mensosialisasikan program K3 untuk
meningkatkan dukungan pekerja terhadap program k3 yang nantinya juga
meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan .
Page | 20
DAFTAR PUSTAKA
1.https://www.academia.edu/34894138/
MAKALAH_K3_KESEHATAN_KESELAMATAN_KERJA
2. https://www.academia.edu/5385328/K3_makalah_tugas
3. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3629267/kenali-jenis-
jenis-bahaya-kerja
4. https://www.klopmart.com/article/detail/k3-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja
Page | 21