Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH K3

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

“ALAT PELINDUNG DIRI”

Disusun Oleh :

ACHMAD DAVA IRGI FAHRENSI

2231120083

Program Study D-III Teknik Listrik

Jurusan Teknik Elektro

POLITEKNIK NEGERI MALANG

KOTA MALANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu yang berjudul
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dosen pada matakuliah K3 pada jurusan
Teknik Elektro, Prodi D3 Teknik Listrik, Kelas 1B, Politeknik Negeri Malang. Dalam
kesempatan kali ini, penulis akan menyampaikan terima kasih kepada pihak yang membantu
menyelesaikan, antara lain :

1. Drs. Awan Setiawan, M.MT, MM, selaku Direktur Politeknik Negeri Malang.

2. Lukman Hakim S.T., M.T., selaku Dosen K3 dan Instalasi Listrik.

3. Orang tua serta keluarga yang selalu memberi do’a dan dukungan.

4. Teman-teman yang memberikan semangat dan dorongan agar makalah ini cepat selesai.

Penulis juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab
itu, mohon diberikan kritik dan saran untuk kemajuan penulis di makalah berikutnya. Penulis
berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca untuk menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).

Malang, 22 Oktober 2022

Penulis

ACHMAD DAVA IRGI FAHRENSI


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................

DAFTAR ISI ……………..............................................................

DAFTAR GAMBAR ………….....................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................

1.2 Rumusan Masalah .........................................................

1.3 Batasan Masalah .....................................................................

1.4 Tujuan Penulisan…………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi .................................................................................

2.2 Tujuan K3 .........................................................

2.3 Filosofi …………………….................................................

2.4 Regulasi ………………….....................................................

2.5 Tujuan Pelaksanaan …….................................................

2.6 Jenis Kecelakaan Kerja Yang Bisa Terjadi ....................

2.7 Faktor Kecelakaan Kerja…………........................................

2.8 Pencegahan Kecelakaan Kerja ............................................

2.9 Alat Pelindung Diri …………………………………..

2.10 Job Safety Analysis …………………………………..


2.11 Penerapan JSA ………………………………………….

2.12 Faktor JSA ……………………...…………………..

2.13 Langkah-Langkah Pembuatan JSA ………………….

2.14 Revisi JSA …………………………………………

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……..........................................................

3.2 Saran ……………..........................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada aktivitas sehari-hari dalam melakukan kegiatan, kita seringkali tidak menganggap akan
menerima resiko kecelakaan di diri kita sendiri. banyak sekali masyarakat yang belum menyadari
akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik pada lingkungan kerja (perusahaan, pabrik, atau
kantor), di jalan raya, tempat umum maupun lingkungan rumah. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja( K3) ialah salah satu wujud upaya buat membentuk tempat kerja yang nyaman, sehat,
bebas dari pencemaran area, sehingga bisa mengurangi ataupun terhindar dari musibah kerja
serta penyakit dampak kerja yang kesimpulannya bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja. Musibah kerja tidak saja memunculkan korban jiwa ataupun kerugian modul buat pekerja
dan pengusaha, tetapi juga mampu mengusik proses penciptaan secara merata, merusak area
yang berarti akan berakibat pada masyarakat sekitar.Penerapan K3 merupakan buat mengurangi
atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cidera atau kerugian materi karena itu, para
pakar K3 berupaya menyelidiki fenomena kecelakaan, faktor penyebab, dan cara efektif buat
mencegahnya.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup serta masyarakat sekitar berasal dari bahaya dampak kecelakaan
kerja. Perlindungan tadi ialah hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi
pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan membentuk sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di daerah kerja dengan melibatkan unsur manajemen, energi
kerja, syarat serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya daerah kerja yang aman, efisien serta
produktif (Azmi, 2008). Macam hambatan, salah satu diantaranya merupakan pola pikir yang
masih tradisional yang menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah, sehingga warga bersifat
pasrah terhadap kecelakaan kerja yang menimpa mereka (Ramli, 2010).

Selain itu, keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperhatikan guna terwujudnya keselamatan
dan kesehatan kerja berarti dapat menekan biaya operasional pekerjaan. Apabila dalam suatu
pekerjaan terjadi kecelakaan, maka akan bertambah jumlah pengeluaran operasional, yang pada
akhirnya bias mengalami kerugian pada perusahaan. Kecelakaan yang berat juga dapat
menimbulkan aspek financial dana, dan bisa juga menyebabkan stigma pada pekerja bahkan
mungkin meninggal dunia.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Definisi K3 dan Filosofi K3?


2. Apa saja undang undang tentang K3?
3. Apa saja APD yang ada di K3?
4. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja listrik? Dan bagaimana
cara mencegahnya?
5. Apa itu JSA?

1.3 Batasan Masalah

Dalam makalah ini saya hanya akan membahas sejarah, pengertian dan tujuan K3,
peraturan dan perundang-undangan yang terkait dengan K3 bidang kelistrikan, faktor penyebab
terjadinya kecelakaan kerja, cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja, faktor terjadinya
kecelakaan kerja listrik dan cara mencegahnya,serta penjelasan tentang JSA.

1.4 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang K3 pada bidang
kelistrikan dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(K3).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Keselamatan dan Kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
mengklaim keutuhan serta kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umunya. Hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur
dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan merupakan suatu ilmu pengetahuan serta
penerapannya pada usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan serta penyakit akibat
kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dipisahkan dengan proses produksi baik jasa
maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan
konsekuensi mempertinggi intensitas kerja yang menyebabkan juga meningkatnya resiko
kecelakaan di lingkungan kerja.

Hal tersebut juga untuk meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah
terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Perkembangan
pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No. 14 tahun 1969 tentang
pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12
tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Dalam pasal 86 UU No. 13 tahun 2003, dinyatakan bahwa
setiap pekerja atau buruh mempuyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama.

Keselamatan dan kesehatan kerja menuju pada kondisi kondisi fisiologis-fisikal serta
psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Apabila sebuah perusahaan melakukan tindakan tindakan K3 yang efektif, maka akan lebih
sedikit pekerja yang mengalami cedera atau penyakit jangka pendek maupun jangka panjang
sebagai akibat pekerjaan mereka di perusahaan itu. Kondisi fisiologis-fisikal meliputi penyakit
kerja seperti kehilangan nyawa atau anggota badan cidera yang diakibatkan gerakan yang
berulang, sakit punggung, sindrom karpaltunnel, penyakit-penyakit kardiovaskular, berbagai
macam kanker paru paru serta leukemia, emphysema dan arthritis. Kondisi-kondisi lainnya
akibatnya berasal dari tidak sehatnya lingkungan sekitar sehingga mengakibatkan penyakit paru-
paru hitam, paru-paru putih dan paru-paru coklat serta kemandulan dan kerusakan sistem syaraf.
Kondisi fisiologis diakibatkan oleh penekanan pekerjaan serta kehidupan kerja yang kualitasnya
masih rendah. Hal ini mencakup ketidakpuasan, sikapapatis, penarikan diri, penonjolan diri,
pandangan kecil, sering lupa, kebingungan terhadap kiprah dan kewajiban, tidak mempercayai
orang lain, bimbang pada keputusan, kurang perhatian, mudah murka, selalu menunda pekerjaan
dan kecenderungan terhadap hal-hal yang remeh. (Andiani, 2016).
2.2 Tujuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Menyampaikan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja atau
orang lain yang berada dalam lingkungan tempat kerja terkait dan menghindarkan potensi
bahaya listrik yang timbul di lingkungan kerja.
2. Membentuk instalasi listrik yang handal, safety dan memberikan keselamatan bangunan
beserta isinya.
3. Membentuk lingkungan kerja yang kondusif tanpa bahaya kelistrikan yang mengintai
setiap orang yang berada di lingkungan kerja tersebut.
4. Membentuk tempat kerja yang selamat, sehat untuk mendorong produktivitas energi
kerja.
5. Menempatkan pekerja di suatu lingkungan pekerjaan berdasarkan kemampuan fisik dan
psikis pekerjaannya.
6. Meningkatkan efektifitas kegiatan perlindungan K3.
7. Mengurangi dan menghindarkan resiko kecelakaan baik fisik maupun financial.
8. Agar setiap alat dan perlengkapan kerja digunakan selektif mungkin.
9. Terbebas dari gangguan kesehatan akibat lingkungan pada kondisi kerja

2.3 Filosofi K3

Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) artinya melindungi keselamatan
serta kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya
pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada pada lingkungan tempat kerjanya. Apabila
seluruh potensi bahaya telah dikendalikan serta memenuhi batas aman, maka akan mewujudkan
terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang
akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian serta berdampak terhadap peningkatan
produktivitas. Filosofi penerapan K3 tidak hanya dilakukan ditempat kerja, akan tetapi secara
tidak kita sadari telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dimanapun kita berada. Hal ini
terbukti dalam pergaulan kita sehari-hari dimana kita selalu mengucapkan salam. Setiap orang
selalu berharap buat keselamatan dirinya sendiri dan juga orang lain yang ditemuinya termasuk
lingkungan disekitarnya.Sedangkan apabila kita berbicara mengenai bahaya, kita tidak pernah
tahu kapanpun dan dimanapun kita selalu dikelilingi oleh resiko dan bahaya.

Menurut International Association of Safety Professional,

Filosofi K3 terbagi menjadi 8 filosofi yaitu:


1. Safety is an ethical responsibility.

K3 adalah tanggung jawab moral/etik. Masalah K3 hendaklah menjadi tanggung jawab


buat menjaga keselamatan sesama manusia. K3 bukan hanya sekedar memenuhi
perundangan atau kewajiban.

2. Safety is a culture, not a program.

K3 bukan sekedar program yang dijalankan perusahaan untuk sekedar memperoleh


penghargaan dan sertifikat. K3 hendaklah menjadi cerminan dari budaya dalam
organisasi.

3. Management is responsible.

Yang paling bertanggung jawab di K3 yaitu manajemen perusahaan. Sebagian tanggung


jawab dapat dilimpahkan secara beruntun ke tingkat yang lebih bawah.

4. Employee must be trained to work safety.

Setiap tempat kerja, lingkungan kerja, dan jenis pekerjaan memiliki karakteristik dan
persyaratan K3 yang berbeda. K3 harus ditanamkan dan dibangun melalui pembinaan dan
pelatihan.

5. Safety is a condition of employment.

Tempat kerja yang baik adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang
menyenangkan serta harmonis akan mendukung tingkat keselamatan. Kondisi K3 dalam
perusahaan adalah pencerminan dari kondisi ketenagakerjaan dalam perusahaan.

6. All injuries are preventable.

Prinsip dasar dari K3 adalah semua kecelakaan bisa dicegah karena semua kecelakaan
pasti ada sebabnya. Apabila sebab kecelakaan dapat dihilangkan maka kemungkinan
kecelakaan dapat dihindarkan.

7. Safety program must be site specific.

Program K3 harus dibuat berdasarkan kebutuhan kondisi dan kebutuhan nyata pada tempat kerja
sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan finansial, dll. Program K3
dibuat khusus di setiap perusahaan masing-masing.
8. Safety is good business.

Melaksanakan K3 jangan dianggap sebagai pemborosan atau biaya tambahan. Karena


melaksanakan K3 adalah bagian dari proses produksi atau strategi perusahaan. Penerapan K3
yang baik akan menjadi manfaat yang baik juga terhadap bisnis perusahaan tersebut.

2.4 Regulasi K3

1. Indonesia.Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Indonesia. Undang - Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

3. Indonesia. Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

4. Indonesia.Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

5. Indonesia. Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

6. Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

7. Indonesia. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja

8. Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja

9. Indonesia. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 tahun 1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

10. Indonesia. Peraturan Menteri Nomor 5 tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

11. Indonesia. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan
Kerja

2.5 Tujuan Pelaksanaan K3


Melindungi dan menjamin semua dari keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja. Untuk menjamin setiap sumber dari produksi dapat digunakan secara aman dan
efesien. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. Kesehatan dan keselamatan
atau disingkat dengan K3 adalah merupakan instrumen yang melindungi pekerjaan, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan dari hal-hal merugikan yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas
pekerja. Bagi pekerja, K3 akan melindungi mereka dari bahaya yang akan terjadi selama proses
bekerja dan juga efek dari kesehatan dalam jangka panjang.

Bagi perusahaan K3 bertujuan untuk mencegah kerugian yang ditimbulkan oleh


kecelakaan kerja yang dapat menghambat produksi dan produktivitas kerja. Sedangkan, bagi
lingkungan masyarakat, K3 bertujuan untuk mencegah timbulnya dampak negatif dari alat atau
sumber-sumber produksi. Untuk mengetahui lebih jelas tentang pengertian K3 dan tujuan
kesehatan dan keselamatan kerja. Pengertian dari K3 adalah merupakan upaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial pada tingkatan tertinggi
untuk semua jenis pekerjaan, mencegah masalah kesehatan akibat pekerjaan, dan melindungi
pekerjaan dari resiko kerja. K3 berperan untuk menjamin setiap tenaga kerja yang mendapat
perlindungan dari kesehatan dan keselamatan selama bekerja, menjamin setiap sumber produksi
yang layak dan aman digunakan sehingga mengurangi resiko kerugian yang di akibatkan oleh
kecelakaan kerja.

2.6 Jenis Kecelakaan Kerja Yang Bisa Terjadi


Jenis-jenis kecelakaan di bagian industri yang perlu dihindari, antara lain :

• Manufaktur (termasuk elektronik, produksi metal dan sebagainya)

1. terjepit, terlindas.
2. teriris, terpotong.
3. jatuh terpeleset.
4. tindakan yg tidak benar.
5. tertabrak.

• Elektronik (manufaktur)

1. teriris, terpotong.
2. terlindas, tertabrak.
3. berkontak dengan bahan kimia.
4. kebocoran gas.
5. Menurunnya daya pendengaran, daya penglihatan.
• Produksi metal (manufaktur)

1. terjepit, terlindas.
2. tertusuk, terpotong, tergores.
3. jatuh terpeleset

• Petrokimia(minyak dan produksi batu bara, produksi karet, produksi karet, produksi plastik).

1. terjepit, terlindas
2. teriris, terpotong,. tergores.
3. jatuh terpeleset.
4. tindakan yg tidak benar.
5. tertabrak.

• Konstruksi

1. jatuh terpeleset.
2. kejatuhan barang dari atas.
3. terinjak.
4. terkena barang yang rubuh.
5. berkontak dengan suhu panas, suhu dingin.

2.7 Faktor Kecelakaan Kerja


Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau
kondisi yang tidak aman. Setiap kecelakaan kerja itu bisa diramal atau diduga dari awal jika
perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu pekerja wajib berbuat
secara selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi sesuai dengan standar
yang diwajibkan.
Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental,
kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga diatur oleh Undang-
Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang tanggal 6 Januari 1951 No.1 Pasal 1 (Malayu S. P.
Hasibuan, 2003:48). Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan
kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung absensi, dan turnover-nya
rendah (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:54). Umum mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik,
seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau
lebih.
Berikut faktor bahaya menurut Husni
1. Faktor fisik, yang dapat berupa suara yang terlalu bising, suhu yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah, penerangan yang kurang memadai, radiasi, getaran mekanis, tekanan udara yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah, bau tidak enak di lingkungan kerja dan kelembaban udara.
2. Faktor kimia, yang dapat berupa gas/uap, cairan, debu-debuan, butiran kristal dan bentuk-
bentuk lain serta bahan-bahan kimia yang bersifat racun.
3. Faktor biologis, yang dapat berupa bakteri virus, jamur, cacing dan serangga.
4. Faktor faal, yang dapat berupa sikap badan yang tidak baik pada waktu kerja, peralatan yang
tidak sesuai dengan tenaga kerja, gerak yang berlebihan berdiri atau duduk, proses, sikap dan
cara kerja yang monoton, beban kerja yang melampaui batas kemampuan.
5. Faktor psikologis, yang dapat berupa kerja yang terpaksa/ dipaksakan yang tidak sesuai
dengan kemampuan pekerja, suasana kerja yang membosankan, pikiran yang berantakan
terutama karena sikap atasan atau teman kerja yang membuat tidak nyaman, pekerjaan yang
cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan (Husni, 2003).

2.8 Pencegahan Kecelakaan Kerja


Tindakan kecelakaan wajib dilakukan, agar pekerja dapat menekan tingkat kecelakaan tenaga
kerja di lingkungan kerja. Biasanya kecelakaan kerja disebabkan oleh manusia itu sendiri.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja harus diberikan pelatihan mengenai keselamatan dalam
bekerja kepada karyawan. Pelatihan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman untuk
keselamatan dalam bekerja sehingga terhindar dari kecelakaan akibat kerja. Karyawan harus
sadar akan pentingnya pelatihan ini sehingga mereka mendapatkan keuntungan dengan adanya
pelatihan.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain :
1. Memberikan penanda dan isyarat keselamatan kerja.
2. Memberikan pemahaman kepada karyawan untuk selalu berhati-hati
dalam bekerja.
3. Memberikan sanksi kepada karyawan yang melanggar peraturan
keselamatan dalam bekerja.
4. Memberikan pemahaman agar karyawan mematuhi standar prosedur
keselamatan kerja.
5. Memberikan perhatian lebih kepada karyawan yang kondisi
tubuhnya melemah.

2.9 Alat Pelindung Diri


APD adalah suatu alat yang punya kemampuan yang berfungsi untuk melindungi
sebagian atau seluruh tubuh dari segala jenis bahaya di lingkungan kerja. APD dipakai sebagai
pencegahan terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila rekayasa dan administratif
tidak bisa digunakan dengan baik. Perlengkapan perlindungan diri dirancang untuk menciptakan
atau meminimalisir terhadap potensi saat bekerja. Penggunaannya harus dikontrol oleh pihak
yang bersangkutan pekerja itu sendiri dan orang disekitarnya. APD wajib digunakan saat bekerja
dan kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia.
Syarat APD yang harus dipenuhi (Suma’ur 1992), antara lain :
- Nyaman dipakai
- Memberikan perlindungan yang efektif terhadap potensi bahaya
- Tidak mengganggu kerja
Tujuan penggunaan APD, antara lain :
- Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa dan administratif tidak bisa
dilakukan dengan baik.
- Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
- Meningkatkan efektifitas dan produktifitas kerja.

Manfaat penggunaan APD, antara lain :


- Untuk melindungi sebagian ataupun seluruh tubuh terhadap resiko terjadinya
kecelakaan kerja.
- Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.

1. Helm Keselamatan

Helm Keselamatan atau safety helmet ini berfungsi untuk


melindungi kepala dari benturan, pukulan, atau kejatuhan benda tajam dan berat yang melayang
atau meluncur di udara.Alat ini juga bisa melindungi kepala dari radiasi panas, api, percikan
bahan kimia ataupun suhu yang ekstrim.Untuk beberapa pekerjaan dengan risiko yang relatif
lebih rendah bisa menggunakan topi ataupun penutup kepala sebagai pelindung. Pemakaiannya
harus sesuai dengan lingkar kepala sehingga nyaman dan efektif. Biasanya digunakan oleh teknisi mesin
dan petugas gudang. Ada 3 jenis helm dalam perlindungan terhadap listrik :
1. Helmet Tipe General (G) yang dapat melindungi kepala dari benturan atau benda yang jatuh
serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik bertegangan rendah 2.200 Volt.
2. Helmet Tipe Electrical (E) yang dapat melindungi kepala dari benturan atau benda yang terjatuh
serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang bertegangan 22.000 Volt.
3. Helmet Tipe Conductive (C) yang dapat berfungsi melindungi dari benturan dan benda yang
terjatuh serta dapat mengurangi paparan bahaya aliran listrik.
2. Sabuk dan Tali Keselamatan

Sabuk Keselamatan atau safety belt ini berfungsi untuk


membatasi gerak pekerja agar tidak jatuh atau lepas dari posisi yang ditentukan. Karena
beberapa pekerja harus berada pada posisi yang berbahaya seperti posisi miring ataupun
memasuki rongga yang sempit.

3. Sepatu Boot

Sepatu Boot ini berfungsi untuk melindungi kaki dari


benturan maupun benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
bahan kimia berbahaya atau juga permukaan yang licin. Sepatu boot ini juga memiliki
perlindungan yang maksimal karena modelnya yang tinggi sehingga melindungi sampai betis
dan tulang kering.
4. Sepatu Pelindung

Sepatu Pelindung ini berfungsi untuk melindungi kaki


dari benda yang jatuh, benda-benda tajam seperti potongan baja, larutan kimia dan aliran listrik.
Sepatu pelindung ini diujungnya dibalut oleh karet yang tidak dapat menghantarkan listrik dan
wajib digunakan oleh teknisi mesin dan petugas gudang.

5. Respirator

Masker Pernafasan ini berfungsi untuk melindungi organ


pernafasan seperti hidung dan mulut dari bahaya asap debu, asap solder, uap, gas, partikel mist
dan partikel fume. Biasanya sering dipakai oleh teknisi mesin solder, operator pengecatan dan
proses bahan kimia lainnya.
6. Penutup Telinga

Penutup Telinga ini bisa terdiri dari sumbat telinga


(ear plug) atau penutup telinga (ear muff), yang berfungsi untuk melindungi telinga dari
kebisingan ataupun tekanan. Biasanya digunakan untuk melindungi telinga dari intensitas suara
yang tinggi. Dengan menggunakan ini intensitas suara dapat berkurang dan sering digunakan
oleh pekerja yang produksinya memiliki suara yang tinggi.

7.Kacamata Pengaman

Kacamata pengaman ini digunakan sebagai alat pelindung


yang berfungsi untuk melindungi mata dari bahaya loncatan benda tajam, debu, partake-partikel
kecil, mengurangi cahaya yang silau, dan percikan bahan kimia. Kacamata pengaman ada 2
jenis, yaitu :
1. Safety Spectacles, bentuknya biasa dan bisa melindungi mata dari benda tajam, debu,
partikel-partikel kecil dan cahaya yang silau. Biasanya dipakai untuk menyolder dan
proses pemotongan kaki komponen.
2. Safety Goggles, bentukya menempel pada muka dan digunakan untuk melindungi dari
percikan bahan kimia, asap, uap, debu, dan l oncatan benda tajam. Sering digunakan oleh
teknisi mesin produksi.
8.Sarung Tangan

Sarung tangan yaitu perlengkapan yang berfungsi untuk


melidungi tangan dari kontak bahan kimia, tergores akibat sentuhan dengan benda runcing dan
tajam. Biasanya dipakai saat proses persiapan bahan kimia, pemasangan komponen yang
lumayan tajam, proses pemanasan dan lainnya. Jenis-jenis sarung tangan antara lain :
1. Sarung Tangan Katun, untuk melindungi dari goresan dan luka ringan.
2. Sarung Tangan Kulit, melindungi goresan, sayatan dan luka ringan.
3. Sarung Tangan Karet, melindungi tangan dari kontak dengan bahan kimia.
4. Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari bahaya aliran
listrik dari bertegangan rendah hingga bertegangan tinggi.

9.Pelindung Wajah

Pelindung wajah ini merupakan alat pelindung yang


berfungsi untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia berbahaya, partikel yang melayang
di udara atau air, percikan benda kecil, panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda
keras atau tajam, serta pancaran cahaya.
10.Pelampung

 Pelampung ini digunakan oleh pekerja yang bekerja di


atas air atau di permukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam. Alat ini terdiri
dari life jacket, life vest atau bouyancy control device untuk mengatur saat kita sedang terapung
di air.

2.10 JSA - Job Safety Analysis


JSA adalah dalam K3 adalah teknik manajemen keselamatan yang fokusnya pada
identifikasi bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau tugas yang dilakukan.
JSA berfokus pada hubungan antar pekerja, tugas/pekerjaan, lingkungan kerja dan peralatan. 
Setelah supervisor mengidentifikasi bahaya di area kerja, maka harus membuat langkah-
langkah pengendalian dan meminimalisir ataupun menghilangkan risiko yang ada dari suatu
pekerjaan. Seperti dilansir dari web www.safetyhealthmagazine.com, berdasarkan NSC,
disebutkan bahwa JSA melibatkan tiga unsur penting diantaranya :

1. Langkah pekerjaan secara spesifik 


2. Bahaya yang terdapat pada setiap langkah pekerjaan
3. Pengendalian bahaya berupa prosedur kerja yang aman bertujuan untuk mengurangi atau
bahkan bisa menghilangkan bahaya pada langkah pekerjaan

2.11 Penerapan JSA


Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di perusahaan menjadi hal penting
untuk menciptakan lingkungan kerja aman dan menekan angka kecelakaan kerja. Dengan
membentuk operasi kerja yang sistematis, membangun prosedur kerja yang tepat, dan
memastikan setiap pekerja sudah mendapatkan pelatihan dengan benar, kita bisa membantu
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) di tempat kerja. Salah satu caranya
untuk menentukan prosedur kerja yang efektif yaitu dengan melakukan analisis bahaya yang
terdapat di lingkungan kerja. Supervisor dapat menggunakan hasil analisis tersebut untuk
menghilangkan dan mencegah bahaya di area kerja. Hal ini mungkin bisa terjadi pada
pengurangan jumlah cedera dan PAK, serta pengurangan absen pekerja, biaya kompensasi
pekerja jadi lebih rendah, sehingga dapat meningkatkan produktivitas. JSA juga menjadi alat
yang sangat penting untuk melatih pekerja baru dalam melakukan langkah-langkah pekerjaan
dengan aman. 

2.12 Faktor JSA


Hampir semua jenis pekerjaan membutuhkan JSA. Namun, ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan dalam menentukan pekerjaan yang akan di analisa, diantaranya:
- Pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja atau PAK
- Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan cedera serius atau PAK yang mematikan,
bahkan untuk pekerjaan yang tidak ada riwayat kecelakaan sebelumnya
- Pekerjaan dimana satu kelalaian kecil yang dilakukan pekerja dapat menyebabkan
kecelakaan fatal atau cedera serius
- Setiap pekerjaan baru atau pekerjaan yang telah mengalami perubahan proses dan
prosedur kerja
- Pekerjaan yang cukup kompleks dan membutuhkan instruksi tertulis

2.13 Langkah -Langkah Pembuatan JSA


1. Menentukan aktivitas pekerjaan untuk pelaksanaan JSA
Sebelum melaksanakan JSA, kita harus perlu penentuan aktivitas pekerjaan dengan membuat
daftar aktivitas pekerjaan yang mungkin memerlukan penilaian bahaya. Dalam penentuan
aktivitas pekerjaan ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aktivitas pekerjaan yang
memiliki risiko terjepit, kontak dengan bahan berbahaya, potensi terkena paparan bahan/benda
bergerak, terjatuh, maupun terpeleset. Contoh pekerjaannya yaitu :
- Bekerja di ketinggian
- Pengangkatan, angkat-angkut, mendorong, menarik, dan pekerjaan manual handling lainnya.
- Bekerja dekat dengan peralatan yang dekat dengan sumber energi.
- Penggunaan cranes, alat bantu pengangkatan atau peralatan mesin lainnya.
- Bekerja sendiri atau bekerja di area yang terisolasi.
- Pekerjaan lainnya yang mengharuskan pekerja naik ke atas maupun di bawah area kerja, seperti
penggalian.
 
Dalam menentukan aktivitas pekerjaan untuk melaksanakan JSA, diperlukan pula data tambahan
dengan mengkaji ulang data-data sebagai berikut :
- Riwayat cedera/penyakit akibat kerja
- Laporan Insiden – Nearmiss
- Data statistik kejadian First Aid
- Safety Data Sheet (SDS)
- Notulen rapat K3
- Laporan Inspeksi K3
- JSA sebelumnya
- Prosedur kerja yang ada
- Manual dari peralatan
- Data preventive maintenance
- Regulasi pemerintah
 

2. Menentukan dan mencatat langkah-langkah dari aktivitas pekerjaan tersebut


- Mengobservasi aktivitas pekerjaan.
- Mencatat informasi untuk mendeskripsikan secara benar langkah yang dilakukan.
- Ambil gambar atau video di masing-masing langkah pekerjaan.
- Review langkah-langkah tersebut dengan karyawan.
- Libatkan karyawan dalam seluruh aktivitas analisis.

2.14 Revisi JSA


Revisi ini dapat dilakukan ketika terjadi cedera dan kecelakaan kerja. JSA juga dapat direvisi
saat perubahan pekerjaan atau aktifitas, setelah mengalami kejadian bahaya, peralatan kurang
memadai, dan jadwal kaji ulang rutin seperti 1 tahun sekali ataupun 2 tahun sekali.
BAB III
PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan ilmu pengetahuan dalam upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dengan segala aspek yang berpotensi
mencegah terjadinya kecelakaan para pekerja. Dengan menerapkan adanya K3, pekerja berharap
mencapai ketahanan fisik, tingkat kesehatan maksimal dan daya kerja. Lingkungan kerja yang
kurang aman adalah salah satu ancaman bagi pekerja oleh karena itu, setiap perusahaan harus
memberikan pelatihan dan pengetahuan terhadap karyawan yang menyebabkan karyawan tidak
patuh terhadap peraturan dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) dikarenakan karyawan
merasa tidak nyaman dalam penggunaannya dari segi bentuk maupun ukuran sehingga masih
bisa terjadi kecelakaan kerja. Oleh sebab itu harus perlu usaha-usaha yang lebih maksimal lagi
yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam mencegah potensi bahaya dalam bekerja. Peraturan
K3 sudah ditentukan dan bagi pelanggar akan diberi sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

3.2 Saran

Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih merasa aman dan
nyaman. Perusahaan dan pemerintah harus lebih lagi mensosialisasikan program K3 untuk
meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3 yang nantinya juga meningkatkan
komitmen pekerja terhadap perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai