Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


“PENTINGNYA PENERAPAN K3 SERTA SMK3 PADA PERUSAHAAN
DAN CONTOH KASUSNYA”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)

Dosen Pengampu : Dr. Rina Lusiana, M.T

Disusun Oleh :
Putu Evan Raditya S (3331200099)
Zeva Bagas Permana (3331200096)

TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bahwasanya kami telah dapat membuat makalah tentang “Pentingnya Penerapan
K3 Serta SMK3 Pada Perusahaan dan Contoh Kasusnya”. Walaupun banyak
sekali hambatan dan kesulitan yang kami hadapi dalam menyusun makalah ini,
dan mungkin makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan
sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan kami.

Oleh karena itu kami sangat mengharapkan ktitik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak terutama dari Ibu Dosen supaya kami dapat lebih
baik lagi dalam menyusun sebuah makalah di kemudian hari, dan semoga
makalah ini berguna bagi siapa saja terutama bagi teman-teman yang ingin lebih
tahu lebih banyak tentang Penerapan K3 Serta SMK3 Pada Perusahaan.

Cilegon, Juli 2021

Penulis,

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………………….……..2

DAFTAR ISI……………………………………………………………...….......3

BAB I.PENDAHULUAN………………………………………………...….......4

1.1 Latar Belakang……………………………………………………...4

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………..5

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………....…6

BAB II.PEMBAHASAN…………………………………………………....……6

2.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)……………..……6

2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)…..8

2.3 Ruang Lingkup K3…………………………………………....……8

2.4 Peraturan Dasar K3………………………………………………...9

2.5 Contoh Kasus dan Penyelesaiannya……………………………….11

BAB III.PENUTUP………………………………………………………...……14

3.1 Kesimpulan…………………………………………………..…….14

3.2 Saran……………………………………………………………….15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...16

LAMPIRAN ABSTRAK………………………………………………………..17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia banyak industri-industri kecil dan menengah yang


diantaranya tumbuh adalah industri logam. Industri-industri kecil dan menengah
di bidang logam cukup banyak jumlahnya, tetapi cara pengelolaan industri ini
pada umumnya masih dikerjakan secara tradisional dengan keterbatasan
kemampuan di bidang teknik pengecoran logam. Hal tersebut memerlukan
pengerahan tenaga secara intensif pula dari para pekerja. Kurangnya keterampilan
dan perilaku para pekerja yang kurang perhatian akan bahaya pekerjaan
merupakan akibat dari sebab terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini dapat
menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Damanik, 2015).

Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,


pada pasal 12 ayat 3 menyatakan bahwa tenaga kerja diwajibkan memenuhi dan
mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
perusahaan. Hal ini ditujukan untuk meniadakan kecelakaan di tempat kerja yang
disebut dengan Zerro Accident. Setiap perusahaan harus terus menerus untuk
mencapai Zerro Accident sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.

Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah


kecelakaan yangmengakibatkan cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli
K3 berupaya mempelajari fenomena kecelakaan, faktor penyebab, serta
caraefektif untuk mencegahnya. Upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia
masih menghadapi berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir yang
masih tradisional yang menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah yang
menimpa mereka (Ramli, 2010).

4
1.2 Rumusan Masalah
Berikut adalah rumusan masalah dari makalah ini:
1. Menjelaskan Pengertian Dari K3!
2. Menjelaskan Tentang SMK3!
3. Menjelaskan Ruang Lingkup K3!
4. Menjelaskan Tentang Peraturan Dasar K3!
5. Contoh Kasus dan Penyelesaiannya menggunakan SMK3!

1.3 Tujuan Penulisan


Berikut adalah tujuan penulisan makalah ini :
1. Untuk Menjelaskan Pengertian Dari K3.
2. Untuk Menjelaskan Tentang SMK3.
3. Untuk Menjelaskan Ruang Lingkup K3.
4. Untuk Menjelaskan Tentang Peraturan Dasar K3.
5. Untuk Memberikan Contoh Kasus dan Penyelesaiannya

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam masyarakat tradisional, anggapan bahwa kecelakaan merupakan


nasilatau takdir masih banyak terjadi sehingga seolah-olah kecelakaan tidak
dapatdihindarkan. Kecelakaan dimaknai sebagai takdir “inilah cara pandang
yangmasih begitu dihayati oleh masyarakat Indonesia. Cara pandang ini harus
dibongkar habis sebab kecelakaan bukan (semata) takdir. Yang harus bertanggung
jawab bukan lah Tuhan, tetapi manusia, sendiri yang dibekali akal untuk mampu
berbuat preventif.
Untuk menjawab pertanyaan ini, Heindrich seorang ahli keselamatan,
padatahun 1930 dalam bukunya Accident preventio mengemukakan:
1.Bahaya setiap kecelakaan pasti ada sebabnya. Tidak ada kejadian
apapunyang tanpa sebab sebagai pemicunya.
2.Jika faktor penyebab tersebut dibilangkan, maka dengan
sendirinyakecelakaan dapat di cegah. Sebagai contoh, lantai yang licin karena
ceceranminyak merupakan faktor penyeab kecelakaan atau tepeleset. Jika lantai di
bersihkan dan ceceran minyak dibuang ,maka dengan sendirinya
kemungkinankecelakaan akibat terpeleset dapat dihindarkan.
Atas dasar tersebut di atas, maka menurut Heinrich, setiap kecelakaan
dapatdi cegah, selanjutnya Heindrich mengemukakan 10 oksioma sebagai berikut.
1.Bahwa kecelakaan merupakan rangkaian proses sebab akibat. Tidak
adakecelakaan yang hanya disebabkan oleh faktor tunggal, namun
merupakanrangkaian sebab dan akibat yang saling terkait. Sebagai contoh,
adanyaceceran minyak. Dilantai kemungkinan disebabkan peralatan yang rusak
atau bocor. Sistem penimbunan yang tidak baik prosedur pembersihan tidak
adaatau karena penagwasan yang kurang baik.
2.Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia
dengantindakannya yang tidakaman yang menurut penyelidikan mencapai 85%
dariseluruh kecelakaan.
3.Bahwa kondisi tidak aman dapat membahayakan dan menibulkan
kecelakaan. Dari setiap 300 tindakan tidak aman, akan terjadi 1(satu) kali
kecelakaan yangmengakibakan kehilangan hari kerja.

6
4.Bahwa tindakan tidak aman dari seseorang dipengaruhi oleh tingkah
laku,kondisi fisik, pengetahuan dan keahlian serta kondisi lingkungan kerjanya.
5.Untuk itu upaya pencegahan, kecelakaan harus mencakup berbagai
usahaantara lain dengan melakukan perbaikan teknis, tindakan persuatif.
Penesuaian individu dengan pekerjaannya dan dengan melakukan penegakan
disiplin (law and forcement).
6.Keparahan suatu kecelakaan berbeda satu dengan lainnya, dan ini di
pengaruhioleh beragai faktor terutama kondisi lingkungan kerja dan potensi
bahayaserta ketahanan manusia menerima bahaya tersebut.
7.Program pencegahan kecelakaan harus sejalan dengan program lainnya
dalamorganisasi seperti program produksi, penekanan biayadan produktivitas.
Halini sangat jelas, karena aspek K3 berkaitan dengan seluruh proses bisnis
dalamorganisasi, sehingga berkembang konsep,integrate safetysebagaimana
telahdibahas sebelumnya.
8.Pencegahan kecelakaan atau program keselamatan dalam oranisasi tidak
akan berhasil tanpa dukungan dan peran serta manajemen puncak dalam
organisasi.Manajemen harusmemiliki komitmen nyata mengenaiK3 sebagai bagia
n penting dalam keberhasilan usahanya, sehingga bukan sekedar untukmemenuhi
formalitas.
9.Pengawas merupakan unsur kunci dalam program K3, karena
pengawasadalah orang yang langsung berhubungan dengan tempat kerja dan
pekerjanya pengawas paling tahu mengenai kondisi tempat kerja dan memiliki oto
ritasuntuk melakukan pengawasan dan pembinaan.
10.Bahwa usaha keselamatan menyangkut aspek ekonomis yang
berkaitandengan poduktivitas serta biaya kecelakaan yang harus dikeluarkan.
Namundemikian, biaya langsung yang terlihat hanya sebagian kecil dari
kerugiankecelakaan yang sebagian besar merupakan kerugian tidak langsung atau
“hidden cost”
.Dari teori klasik Heindrich initerlihat bahwa upaya pencegahan
kecelakaantidaklah mudah memerlukan upaya terencana dan menyeluruh.Bahkan
prof. JamesReason dari universitas Manchester. Menyatakan :managing Safety is
like “fighting a geurilla war in which There no final victory” it is a never
ending struggle to identify or elininute or control huards. Pencegahan kecelakaan
ibarat perang gerilya yang tidak pernah berakhir,selama organisasi masih eksis
dan menjalankan aktivitasnya.Upaya pencegahankecelakaan tidak akan berhasil
dengan upaya satu dua hari atau hanya bersifat program sesaat, tetapi memerlukan
kegiatan yang terus menerus selama oprasi masih berlangsung

7
2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, peng-
kajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 09 / PER / M / 2008)
Manfaat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008) adalah:
1. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem
operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan
kerugian-kerugian lainnya.
2. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3
di perusahaan.
3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan
bidang K3.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang
K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.
5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

2.3 Ruang Lingkup K3


Ruang lingkup atau fungsi pokok pelayanan kesehatan kerja yang
komprehensif meliputi enam area promotif dan preventif di tambah satu area
rehabilitative dan kuratif, antara lain :
Pertama, penempatan pekarja pada pekerjaan/ jabatan yang sesuai (“fit”)
dengan kapasitas kerja dan status kesehatannya merupakan upaya preventif.
Kesesuaian tersebut adalah kesehatan antara satus kesehatan, kapasitas,
dankapabilitas secara fisik, mental dan social, dengan tuntutan kondisi kerja yang
bersumber dari lingkungan, pekerja, pengorganisasian pekerjaan, dan
budayakerja. Pemeriksaan kesehatan di lakukan sebelum penempatan (pre-
placementtest) untuk pekerja baru dan pekerja lama yang akan dipindahkan
tugasnya.
Kedua adalah promosi kesehatan di tempat kerja/PKDTK (Workplace
Health Promotion) untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas kerjaserta
pencegahan penyakit merupakan upaya promotif dan preventif PKDTK bertujuan
untuk menandakan factor risk yang bersumber dari perilaku misanya pola makan,
aktivitas fisik,berat badan,konsumsi rokok, alcohol atau narkoba, kurang tidur
kurang istirahat dan tidak ada rekreasi, dilaksanakan untuk mencegah penyakit
degenerative seperti penyakit jantung koroner, dan strokehipertensi.

8
Ketiga adalah perbaikan lingkungan kerja, merupakan upaya
preventif.Perbaikan di lakukan dengan mengendalikan berbagai faktor resiko
kontraminan fisik, kimia, boiologi,. Faktor resiko fisik meliputi papas, bising,
getaran, danradiasi. Faktor resiko kimia meliputi merkuri, timah hitan, benzene,
kloroform,organofosfat dan parakuat. Faktor resiko biologi meliputi
virusHIV/AIDS,leptospirosis dan hepatitis B.
Keempat adalah perbaikan ergonomi pekerjaan, merupakan upaya
preventif. Perbaikan di lakukan dengan menyesuaikan tuntunan tugas
dengankemampuan fisik dan mental pekerja serta mengendalikan faktor resiko
ergonomiyang bersumber dari pekerjaan.
Kelima adalah pengembangan pengorganisasian pekerja dan budaya
kerjamerupakan upaya preventif. Pengembangan di lakukan dengan
memperbaikikondisi faktor resiko stres kerja yang bersumber dari
pengorganisasian pekerjaandan budaya kerja (work organization and work
culture). Sebagai contoh desentralisasi dalam perencanaan tugas, penerapan
konsep tugas penuh.
Keenam adalah surveilans kesehatan pekerja, merupakan upaya
preventif.Surveilans kesehatan kerja meliputi kegiatan :
a) Mengumpulkan data faktor resiko kesehatan di tempat kerja
b) Melakukan analisis dan interprestasi data berdasarkan kaidah epidemiologi
c) Komunikasi data dan hasil analisis
Ruang lingkup k3 yang terakhir adalah pelayanan klinik,merupakan
upayakuratif dan rehabilitatif. Pelaporan klinik mencakup
diagnosis,terapi,rehabilitasidan bila diperlukan perhitungan cacay serta rujukan
bagi, pekerja yangsakit/cedera, serta pelayanan pertolongan pertama pada
kecelakaan (cedera dan penyakit akut), bahkan medical emergency plan yang
merupakan upaya preventif.

2.4 Peraturan Dasar K3


Di kebanyakan negara, pelaksaan kesehatan kerja kewajiban oleh
peraturan perundang undangan. Tujuan dari peraturan perundangan
adalahmemberikan kepastian hukum dalam pelaksaan perlindungan pekerja
untukmendapatkan pekerja yang produktif dan layak, dengan demikian menjadi
jelasdan hak, kewajiban dan wewenang dari mereka yang terkait dalam
hubungankerja, yaitu pekerja dan pemberi kerja. Diharapkan mereka dapat
bermitra kerjasecara harmonis, dapat menjamin perlindungan pekerja terhadap
keselamatan dankesehatan kerja, moral dan kesusilaan, memperoleh perlakuan
yang sesuai denganharkat dan martabat manusia serta nilai nilai agama, dan dapat
menghasilkan produktivitas yang tinggi seta kontribusi dalam pembangunan dan
pertumbuhanekonomi nasional yang berkesinambungan.

9
a) Menurut International Labourt Organisation (ILO)
ILO sebagai organisasi pekerjaan sedunia dirumuskan tentang
pentingrinya tempat kerja yang produktif dan layak ( productive and decent work
plance ). ILO meberikan bantuan teknik dalam biding keselamatan dan
kesehatankerja dengan menghasilkan konvensi dan rekomendasi ywajib di
ratifikasi atau di perundangkan oleh negara peserta PBB. Tidak kurang dari 187
konvensi ILOtelah di piblikasikan, termasuk Konvensi ILO No . 155 tentang
OccioationalHealth and Safety, Konvensi ILO No. 1.61 tthe provision of
Occupional HealthServices to AII Employees, dan konvensi ILO No. 187 ( dan
Rekomendasi ILO Noo. 197) tentang promotinal Framework for Occupational
Saety and Health yang baru dipulikaslkan pada tahun 2006.
b) Menurut World Organisation (WHO)

WHO adalah salah satu badan PBB khusus yang mengatur norma
kesehatan yang pertemuan untuk pencapaian derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagisemua bangsa di seluruh dunia, sebagai salah satu perwujudan hak
asasi manusiayang bersifat universal. Sejak didirikanya WHO selalu memasukkan
elemenkesehatan kerja dalam kebijikannya. Beberapa dokumen anti badan di
bawah WHO, misalnya WHO Constitution, Deklarasi Alma Ata, the Health
WorkApproach (HMA) pertemuan jejarikan dari WHO Collaborating
centersOccupational Health, the Executive Board, pertemuan Regional
Committees,semuanya menekankan perlunya perlindungan dan peningkatan
kesehatan dankeselamatari di tempat kerja, melalui pecegahan dan pengendalian
hazard dilingkungan kerja dan memalui peningkatan kapsitas Kerja dan status
kesehatan pekerja. Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia telah meratifikasi
Konvensidan Rekomendasi ILO yang berhubungan dengan Kesehatan
Kerja.Pekerja yang layak dan bersifat manusiawi yang memungkinkan pekerja
beradadalam ondisi selamat, sehat, bebas dari cedera dan penyakit akibat kerja.

c) Menurut UUD 1945 Indonesia

Dalam undang-undang dasar 1945 Republik Indonesia, pasal 27 ayat


2tertulis bahwa “ Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi Kemanusiaan”, dan dalam Amandemennya di pasal 28dinyatakan
bahwa “setiap orang (termasuk pekerja) berhak atas pelayanan kesehatan“.
Selanjutnya dalam Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia
ditetapkan bahwa “ setiap orang berhak atas perlindungan HAMtermasuk bidang
kesehatan”. Penjabaran tentang hak atas pekerja yang layak dan hak atas
perlindungan HAM termasuk bidang kesehatan, diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan kerja (butir 2.2 bab 2).Dalam
praktiknya, sebagai contoh, pekerja dikebun binatang tidak bolehdiberi tugas

10
menyikat gigi harimau walaupun diberi upah besar misalnya satumilyar rupiah,
logikanya sama seperti kita tidak akan mau membawa anak balitamendekati ular
berbisa. Mengapa? Alasannya jelas, pekerja menghadapi risikoditerkam harimau,
dan si balita bersama orang dewasa yang membawanya

2.5 Contoh Kasus dan Penyelesaiannya

PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk telah menerapkan beberapa sistem


manajemen dalam menjalankan perusahaan namun masih terjadi kecelakaan kerja
di Pabrik Tuban pada tanggal 3 Juni 2014. Peneliti tertarik untuk menganalisis
upaya yang dilakukan dalam mencegah dan mengendalikan kecelakaan kerja di
Pabrik Tuban PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Komitmen Manajemen PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk


Untuk mempertahankan keberlangsungan aktivitas perusahaan, manajemen PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk telah menyusun sebuah kebijakan perusahaan.
Apabila kebijakan perusahaan tersebut dibandingkan dengan Peraturan
Pemerintah nomor 50 tahun 2012, dalam kebijakan perusahaan tersebut sudah
disahkan oleh pimpinan tertinggi di perusahaan yang dibuktikan dengan
tercantumnya tanda tangan dan nama lengkap direktur utama PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk. Kebijakan perusahaan tersebut tertulis dan disahkan
pada tanggal 7 Januari 2013. Tujuan dan sasaran K3 juga telah tercantum dalam
kebijakan perusahaan ini. Tujuan K3 yang dimaksud dalam kebijakan adalah
untuk melakukan pengelolaan lingkungan yang lebih baik guna mengendalikan
dampak lingkungan yang timbul dengan cara menurunkan emisi CO2 dan dampak
pemanasan global, mengurangi pencemar udara, mengurangi & memanfaatkan
limbah B3 maupun non B3, melakukan konservasi air, melindungi
keanekaragaman hayati, efisiensi energi, dan upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.
Dalam kebijakan tersebut juga telah ditetapkan bahwa kebijakan dikomunikasikan
kepada pemangku kepentingan dan dilaksanakan secara konsisten, dievaluasi serta
ditingkatkan secara terus-menerus. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 50
tahun 2012, kebijakan perusahaan bukan hanya disosialisasikan kepada pemangku
kepentingan saja namun juga kepada seluruh pekerja atau buruh, tamu, kontraktor,
pemasok, dan pelanggan, 6 sehingga akan lebih bermanfaat jika kebijakan
perusahaan disosialisasikan kepada pihak-pihak tersebut. Dari hasil wawancara
mendalam dengan informan triangulasi menunjukkan bahwa sosialisasi kebijakan
yang telah dibuat kepada pekerja masih kurang. Bentuk lain peran manajemen

11
yaitu menyediakan sumber daya untuk mencapai tujuan kebijakan. Salah satu
sumber daya dalam pencegahan kecelakaan kerja adalah dengan menyediakan alat
pelindung diri kepada pekerja maupun pengunjung atau tamu yang datang ke
perusahaan. Alat pelindung diri yang disediakan diantaranya yaitu safety helmet,
masker, safety shoes, sarung tangan atau gloves, earplug, kacamata, full body
harness, welding glass, wear pack, dust respirator, dengan pertimbangan risiko
yang ada di area pekerja berada.

Penilaian Risiko di Pabrik Tuban PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk


Dokumen penilaian risiko yang dibuat pengelola K3 di PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk dinamakan dokumen Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK). IPDK sendiri dibedakan pembuatannya menjadi dua, yaitu untuk pihak
eksternal dan pihak internal. Untuk pihak eksternal yang akan melakukan
pekerjaan dalam perusahaan harus mengisi form IPDK. Sedangkan untuk pihak
internal IPDK dibuat oleh pengelola K3 bersama dengan pekerja di unit terkait.
Hasil penilaian risiko yang dilakukan diinformasikan kepada pekerja yang
berkaitan.
Penilaian risiko dibuat sesuai dengan format IPDK yang dimiliki oleh PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk. risiko dikategorikan menjadi tingkat risiko rendah,
sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil tersebut merupakan perkalian antara nilai
kemungkinan dan nilai keparahan. Aspek risiko yang masuk dalam kategori
rendah atau Low diantaranya adalah adanya benda berserakan, ceceran (spill),
tempat kerja yang tidak ergonomis, getaran, kebosanan, keberadaan orang tak
berkepentingan, penggunaan excavator, penggunaan listrik, penggunaan truk
pengangkut, personil tidak kompeten, dan radiasi cahaya. Sedangkan yang
termasuk dalam kategori Medium yaitu bising, debu, peralatan berputar, material,
gas, maupun uap panas, debu batu bara, ketinggian, ceceran (spill), tekanan tinggi.
Untuk risiko yang masuk dalam kategori tinggi yaitu ketinggian, bising, material
panas, sedangkan untuk kategori sangat tinggi tidak ada.

Kejadian Kecelakaan Kerja di Pabrik Tuban PT. Semen Indonesia (Persero)


Tbk
Pada tahun 2014 terjadi satu kecelakaan kerja di Pabrik Tuban PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk yang mengakibatkan dua orang cedera. Pada saat terjadi
kecelakaan, pengelola K3 akan melakukan investigasi kecelakaan. Investigasi ini
dibantu oleh pekerja unit terkait dan kepolisian apabila terjadi kematian atau
kejadia fatal lainnya. Menurut informan, kecelakaan yang terjadi lebih banyak

12
dialami oleh pekerja dari pihak supporting. Kejadian kecelakaan setelah dilakukan
investigasi akan diinformasikan kepada pekerja lain agar bisa diambil pelajaran.
Penyebaran informasi ini melalui jaringan intranet, melalui surat elektronik
sesama pekerja, dan juga safety talk.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja di Pabrik Tuban
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
Program K3 dengan sasaran zero accident yang disusun oleh pengelola K3 PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk terdiri dari program Identifikasi dan Penilaian
Dampak Kegiatan, melaksanakan Safety Inspection, Safety Talk, Rekondisi dan
melengkapi rambu Norma K3, pengelolaan dan Penyediaan alat pelindung diri,
melakukan penilaian implementasi 5R, kegiatan pengamanan peralatan (Log out
dan Tag out), dan sertifikasi peralatan pabrik.
Safety inspection yang meliputi unsafe condition dan unsafe behavior dilakukan
pengelola K3 setiap hari saat mulai bekerja. Safety talk dilakukan sesuai jadwal
yang telah disusun dengan tema sesuai dengan pekerjaan yang dihadapi di area
kerja. Namun menurut informan triangulasi, safety talk belum dilaksanakan secara
merata. Hal ini dikarenakan jumlah personil pemberi safety talk yang kurang dan
safety talk lebih banyak diberikan kepada pekerja yang bekerja dengan tingkat
risiko yang lebih tinggi. Pelaksanaan rekondisi dan pelengkapan rambu
didasarkan pada hasil safety inspection dan adanya laporan dari pekerja yang
merasa rambu di area tertentu apabila tidak layak digunakan. Penyediaan alat
pelindung diri disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan pekerja. PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk juga telah menyediakan form untuk panduan pelaksanaan
penilaian dan penerapan 5R.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat kita simpulkan bahwa :
1. Mampu bersaing membutuhkan efisiensi dan peningkatan
produktivitas perusahaan dan karyawan profesional. Usaha untuk
melindungi pekerja dari bahaya saat bekerja sehingga tingkat
kesehatan dan keselamatan yang tinggi tercapai dan meningkatkan
kenyamanan kerja dengan menerapkan SMK3 dan pada akhirnya akan
berdampak positif pada peningkatan produktivitas.
2. Penilaian risiko di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk dilakukan
dengan pembuatan dokumen IPDK (Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan) di masing-masing unit kerja, sedangkan hasil penilaian
risiko yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa yang termasuk
dalam risiko rendah yaitu adanya benda berserakan, ceceran (spill),
tempat kerja yang tidak ergonomis, getaran, kebosanan, keberadaan
orang tak berkepentingan, penggunaan excavator, penggunaan listrik,
penggunaan truk pengangkut, personil tidak kompeten, dan radiasi
cahaya, sedangkan yang termasuk kategori risiko menengah yaitu
bising, debu, peralatan berputar, material, gas, maupun uap panas,
debu batu bara, ketinggian, ceceran (spill), tekanan tinggi, dan yang
termasuk risiko tinggi yaitu ketinggian, bising, dan material panas.
3. Upaya pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja di Pabrik Tuban
I PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk disusun dalam program
pencegahan kecelakaan kerja, program tersebut yaitu Identifikasi dan
Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK), Melaksanakan Safety Inspection
(Unsafe Action dan Unsafe Condition), Melakukan Safety Talk
(Internal dan Kontraktor), Rekondisi dan Melengkapi Rambu Norma
K3, Pelatihan K3 (Dasar-Dasar K3), Pengelolaan dan Penyediaan

14
APD, Melakukan Penilaian Implementasi 5R, Kegiatan Pengamanan
Peralatan (Log Out dan Tag Out), dan Sertifikasi Peralatan Pabrik.

3.2 Saran
Berikut adalah saran yang bisa disampaikan oleh penulis :
1. Untuk memprioritaskan SMK3 diatas segala hal.
2. Untuk meningkatkan kualitas SMK3 berdasarkan perundang-undang.

15
DAFTAR PUSTAKA

[1] Harianto, Feri., Wardani, K.M., Wulandari, D.C. 2014. Pengaruh Perilaku
Tenaga Kerja Dan Lingkungan Kerja Yang Dimoderasi Faktor Pengalaman
Kerja Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kecelakaan Kerja Konstruksi Di
Surabaya. Seminar Nasional X 2014. Surabaya. Teknik Sipil ITS.

[2] Hidayat, Sho’im dan Pratiwi, R.O. 2014. Analisis Faktor Karakteristik
Individu Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Tenaga
Kerja Di Perusahaan Konstruksi Baja. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Airlangga. Jurnal Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Vol. 3. No.
2. Jul-Des 2014: 182–191.

[3] PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Profil Perusahaan. [Online] PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk. [Diakses: 19 Agustus 2014]
http://www.semenindonesia.com/Profil

16
ABSTRAK

Every organization had risks to face when performing their activities. PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk. is a cement company. The company had created
accident prevention programs but there was still accident happened to their
employees. The study aimed to analyze the efforts of accident prevention and
control implemented by PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk especially for Tuban
I Plant. Method used in this study was qualitative with observational approach.
Results showed that management of PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk had
created the OSH policy and they were reputed to give support in implementing
accident prevention. After risks assessed, results obtained that the risks included
in low level risks were unorganized equipment, spilled/scattered material,
unergonomic work station, vibration, boredom, people without interest
appearance, excavator usage, electrical usage, transporter truck usage,
incompetent personnel, and light radiation, whereas the medium level risks
included noise, dust, rotating equipment, high temperature material, gas, and
vapor, coal dust, height, scattered/spilled material, and high pressure, and the high
level risks included height, noise, and high temperature material. The efforts
implemented by OSH section included activity’s impact identification and
assessment, safety inspection (unsafe action and condition), safety talk (internal
and contractor), recondition and completion of OSH norm sign, OSH training
(basic of OSH), managing and supplying the PPE, assessment of 5R
implementation, Equipment securing activity (Log Out and Tag Out), and Plant
Equipment Certification. The conclusion of the study was the innovation of
preventing and controlling accident needed to be done in work place.

Keywords: Accident Prevention, Accident Control, Cement, Tuban

17

Anda mungkin juga menyukai