Anda di halaman 1dari 15

KASUS KECELAKAAN KERJA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Program Dan Implementasi Keselamatan”

Dosen Pengampu : Ibu Cristien Gloria Tutu, S.KM.,M.Kes.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. ANGELINA D. F TALIBO 01901040003
2. BESSE RISMAYAN 01901040006
3. YOGI R. MAMONTO 01901040029
4. SAFITRI POTABUGA 01901040020
5. MOH. AKBAR MOKOAGOW 01901040010

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


INSTITUT KESEHATAN & TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA
KOTAMOBAGU
2022

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul KASUS KECELAKAAN KERJA ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, Saya tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Tidak lupa Saya ucapkan terimakasih kepada ibu Cristien Gloria Tutu,
S.KM.,M.Kes.selaku dosen pengampu mata kuliah Program Dan Implementasi
Keselamatan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Saya maupun pembaca yang
lain. Saya juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-
rekanserta dosen yang membaca makalah ini. Dengan demikian, makalah ini
dapatdisempurnakan lagi.

Kotamobagu, November 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Kasus Kecelakaan kerja 5
1. Definisi kecelakaan kerja 5
2. Teori kecelakaan kerja 5
3. Pencegahan kecelakaan kerja 6
4. Kasus kecelakaan kerja 8
BAB III PENUTUP 13
Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi
di perusahaan dimana kecelakaan tersebut sering menimpa para pekerjanya dan
menyebabkan keparahan tingkat luka pada fisik pekerja. Perkembangan
industri sangat pesat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menyebabkan meningkatnya penggunaan peralatan mesin serta bahan bahan
kimia dalam proses produksi yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah
produk atau jasa dengan kualitas baik agar dapat bersaing di pasaran. Namun,
pesatnya perkembangan industri dan kemajuan bidang IPTEK dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada keselamatan dan kesehatan para
pekerja di perusahaan, seperti bertambahnya sumber bahaya, meningkatkannya
potensi bahaya, dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.
Masih tingginya tingkat kerja di Indonesia membutuhkan perhatian yang
serius. Menurut data internal Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan sepanjang tahuan 2018 tercatat ada 157.313 kasus kecelakaan
kerja yang terjadi di Indonesia . provinsi Jawa Tengah juga merupakan provinsi
yang mempunyai tingkat kecelakaan kerja yang tergolong cukup tinggi.
Menurut data dari Dinas Tenaga, transmigrasi, dan kependudukan
(Disnakertrans) provinsi Jawa tengah menyatakan bahwa angka kecelakaan
kerja cenderung fluktuatif. Angka kecelakaan kerja pada tahun 2016 sebesar
3.665 kasus, pada tahun 2017 menurun menjadi 3.083 kasus, dan pada tahun
2018 mengalami penurunan 48% menjadi 1.468 kasus.
Berdasarkan data kecelakaan tersebut, diharapkan dapat mendorong
seluruh pihak untuk peduli dalam upaya menekan angka kecelakaan kerja yang
terjadi. Tidak hanya para pekerja, tetapi semua elemen seperti asosiasi buruh
dan pekerja, pengusaha, manajemen perusahaan, dan masyarakat juga harus
peduli dan ikut bergerak dalam melakukan sosialisasi pentingnya keselamatan
dan kesehatan kerja (K3). Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk

3
mengurangi jumlah kecelakaan kerja, yaitu harus mengetahui faktor – faktor
yang menjadi penyebab kecelakaan kerja. Menurut (Elisa, 2017) menjelaskan
bahwa kecelakaan kerja yang sering terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan
tempat kerja, rambu-rambu keselamatan, pekerja, dan cara kerja. Berdasarkan
jurnal (Shirali, Noroozi and Malehi, 2018) menyatakan bahwa dampak dari
kecelakaan kerja berupa keparahan tingkat luka dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu usia, penyebab terjadinya kecelakaan, tingkat pendidikan dan
tempat kecelakaan.
Dari permasalahan tersebut, perusahaan perlu mengetahui faktor yang
berpengaruh terhadap dampak kecelakaan kerja yang menyebabkan keparahan
tingkat luka pada pekerja diperusahaan. Setelah mengetahui faktor yang
mempengaruhi keparahan tingkat luka pekerja, maka perusahaan perlu
melakukan berbagai tindakan perbaikan atau kebijakan sebagai upaya dalam
menurunkan tingkat keparahan luka yang akan dialami pekerja apabila terjadi
kecelakaan kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kecelakaan kerja?
2. Jelaskan teori kecelakaan kerja?
3. Bagaimana pencegahan kecelakaan kerja?
4. Jelaskan kasus kecelakaan kerja?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami tentang definisi dari kecelakaan kerja
2. Mahasiswa dapat memahami teori kecelakaan kerja
3. Mahasiswa dapat memahami tentang pencegahan kecelakaan kerja
4. Mahasiswa dapat mengetahui terkait kasus kecelakaan kerja

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus Kecelakaan Kerja
1. Definisi kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan kerja yang disebabkan karena faktor melakukan pekerjaan.
(Suma’mur 1981:5). Kecelakaan kerja menurut OHSAS (Occupaional
Health and Safety Assesment Series) adalah kejadian yang berhubungan
dengan pekerjaan dan menyebabkan cidera atau kesakitan, dan kejadian
yang dapat menyebabkan kematian (Syarif, 2007).
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan
tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda
(Peraturan Menteri Tenaga kerja (Permenaker) No.:03/Men/1998).

2. Teori Kecelakaan Kerja


Menurut buku Industrial Safety dalam (Pratiwi, 2012) kecelakaan
kerja adalah “Kejadian tak terkontrol atau tak direncanakan yang
disebabkan oleh faktor manusia, situasi atau lingkungan yang membuat
terganggunya proses kerja dengan atau tanpa berakibat pada cedera, sakit,
kematian, atau kerusakan properti kerja.” Menurut Teori Domino (1969)
dalam (Pratiwi, 2012) kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling
berhubungan yaitu kondisi kerja, kelalaian manusia, tindakan tidak aman,
kecelakaan, dan cedera. Teori Domino ini jika dijelaskan seperti kartu yang
disusun tegak jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain
hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan
efek domino yang telah kita kenal sebelumnya, jika satu bangunan roboh,
kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya
bangunan lain. Menurut Heinrich dalam teori Domino ini kunci untuk
mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman
sebagai poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan:

5
a. Unsafe Action
adalah suatu tindakan dimana seorang pekerja yang tidak
memenuhi keselamatan sehingga berisiko menyebabkan kecelakaan
kerja (Septiasary, 2017). Tindakan tidak aman juga dapat diartikan
sebagai tindakan yang berpotensi menyebabkan celaka. Tindakan
tidak aman dipicu oleh dua faktor yaitu perilaku yang tidak disengaja,
dan penyelewengan aturan.
Unsafe action dalam suatu proses pekerjaan dapat ditekan dengan
pembentukan program K3 oleh perusahaan. Program K3 dapat
membentuk Perilaku aman pada pekerja. Perilaku aman dipengaruhi
oleh faktor individu dan lingkungan kerja. Perilaku aman mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Perilaku aman juga mampu menunjukkan
nilai, keyakinan dan sikap terhadap keselamatan pekerja (Murti,
1969).
Tindakan tidak aman merupakan tindakan atau perbuatan yang
dilakukan pekerja yang dapat memperesar terjadinya kecelakaan kerja.
Tindakan tidak aman disebut juga sebagai bentuk kesalahan dari
seseorang dalam menentukan sikap. Sikap yang baik dapat
mengurangi efek dari kecelakaan kerja yang ringan atau fatal.

3. Pencegahan kecelakaan kerja


Menurut ILO (1989:20) berbagai cara yang umum digunakan untuk
meningkatkan keselamatan kerja bidang industri :
a. Peraturan Peraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi.
Peraturan di industri meliputi kondisi kerja umum, perancangan,
kontruksi, pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan pengoperasian
peralatan industri, kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan,
pengawasan kesehatan, pertolongan pertama, dan pemeriksaan
kesehatan.
b. Standarisasi Yaitu menetapkan standar resmi, setengah resmi, ataupun
tidak resmi, misalnya jika dikaitkan dengan dunia industricontohnya

6
konstruksi yang aman dari jenis peralatan industri tertentu seperti
penggunaan alat keselamatan kerja, kebiasaan yang aman dan sehat,
ataupun tentang alat pengaman perorangan.
c. Pengawasan Pengawasan dilakukan supaya peraturan yang ada benar-
benar dipatuhi atau tidak dilanggar, sehingga apa yang menjadi
sasaran maupun tujuan dari peraturan keselamatan kerja dapat
tercapai. Terutama pengawasan terhadap para pekerja untuk
menghindari kecelakaan kerja.
d. Pendidikan Pendidikan sangat berpengaruh terhadap karakteristik
serta perilaku seseorang. Pendidikan juga berpengaruh terhadap angka
kecelakaan kerja. Pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih
tinggi maka dalam bekerja lebih teliti dan berhati-hati karna ilmu yang
didapat lebih dari pekerja yang pendidikan rendah.Maka dari itu perlu
adanya seleksi dan pelatihan guna mengurangi hal-hal yang
menyebabkan kerugian
e. Pelatihan atau training Salah satu contoh pelatihan yaitu berupa
pemberian instruksi praktis bagi para pekerja, khususnya bagi pekerja
baru dalam hal keselamatan kerja. Perlunya pemberian pelatihan
karena pekerja baru cenderung belum mengetahui hal-hal yang ada di
perusahaan yang baru ditempatinya. Pemberian pelatihan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan sebelum terjun ke dunia
kerja sudah memiliki bekal terlebih dahulu tentang bagaimana cara
dan sikap kerja yang yang aman dan selamat, sehingga ketika terjun
ke dunia kerja mereka mampu menghindari potensi bahaya yang dapat
menyebabkan celaka.

7
4. Kasus kecelakaan kerja
Industri sektor pertambangan memiliki risiko tinggi, misalnya di
pertambangan minyak dan gas bumi. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di
sektor migas, seperti kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan, dan
lainnya menyebabkan industri migas memiliki potensi bahaya yang tinggi
terhadap kejadian kecelakaan kerja (Ramli, 2010). Kecelakaan kerja secara
umum disebabkan oleh 2 hal pokok, yaitu perilaku kerja yang tidak aman
(unsafe act) dan kondisi kerja yang tidak aman (unsafe conditions). Work in
Safety Environment (WISE) yang menyatakan kecelakaan kerja terjadi 98%
akibat unsafe act dan sisanya akibat unsafe condition. Hal ini berarti
perilaku pekerja memegang peranan penting dalam terjadinya kecelakaan
(Riyadina, 2008).
Industri migas merupakan salah satu industri dengan tingkat risiko
kecelakaan yang sangat tinggi. Dalam OSHA strategic management plan,
disebutkan bahwa operasi pelayanan lapangan industri minyak dan gas
termasuk dalam salah satu dari tujuh industri dengan tingkat bahaya yang
tinggi (Ratnasari, 2009). PT.X adalah sebuah perusahaan Internasional yang
bergerak dibidang perminyakan dan gas bumi. PT.X adalah perusahaan jasa
energi terpadu, dengan kompetensi inti di jasa hulu migas yaitu jasa seismik
(Geoscience services), jasa pemboran (Drilling services) dan jasa
pemeliharaan lapangan migas (Oilfield services). Saat ini PT.X melayani
perusahaan migas nasional mau pun multinasional, antara lain Pertamina
Group, Total E&P Indonesia, Chevron, Total, ENI, Repsol, GNPOC, ENI.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bulan Oktober 2014
didapatkan data kecelakaan kerja pada tujuh departemen yang dibawahi oleh
seismic survey PT.X, tercatat data pekerja yang mengalami kecelakaan kerja
sebanyak 33 kasus. sebagian besar kecelakaan kerja terjadi di departemen
pengeboran yang melakukan pengeboran dangkal pada seismic survey
sebanyak 30 kasus.
Kecelakaan kerja periode 2012-2015 di departemen pengeboran PT.X,
yaitu: Seorang pekerja mengalami luka sobek pada bagian dagu dikarenakan

8
terkena kayu saat berjalan di jembatan lapangan pada tahun 2012, seorang
pekerja mengalami dislokasi pada bagian kaki kanan karena terjepit kayu
jembatan lapangan saat hendak memindahkan mesin power rig pada tahun
2012, seorang pekerja mengalami pendarahan di bagian lengan kanan
karena pakaian pekerja terlilit didalam mesin yang sedang berputar pada
tahun 2012. Pada tahun 2015, seorang pekerja mengalami luka sobek pada
bagian kening kepala saat mata cangkul yang digunakan teman kerja
terlepas pada tahun 2015, seorang pekerja pingsan saat bekerja karenakan
kekurangan cairan dan istirahat pada tahun 2015. Beberapa insiden yang
terjadi diduga diakibatkan dikarenakan pekerja tidak memakai APD (Alat
pelindung diri) sewaktu bekerja serta kondisi lingkungan yang tidak
mendukung para pekerja untuk bekerja secara maksimal dan aman.
Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. X
adalah faktor masa kerja, tindakan pekerja, dan lingkungan kerja:
a. Masa kerja
Masa kerja pada pekerja yang kurang dari 4 tahun pada kelompok
kasus (93,3%) lebih besar apabila dibandingkan dengan masa kerja
pada pekerja yang kuran dari 4 tahun pada kelompok kontrol.
Sedangkan masa kerja pekerja yang lebih dari 4 tahun pada kelompok
kasus (6,7%) lebih kecil apabila dibandingkan dengan lama kerja
responden yang lebih dari 4 tahun pada kelompok kontrol.
Pekerja yang memiliki masa kerja kurang dari 4 tahun yang
mengalami kecelakaan kerja lebih banyak dibandingkan yang tidak
mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan pada pekerja yang memiliki
masa kerja lebih dari 4 tahun, lebih banyak yang tidak mengalami
kecelakaan kerja dibandingkan yang mengalami kecelakaan kerja.
Masa kerja dalam penelitian ini mempunyai hubungan dengan
kejadian kecelakaan kerja. Masa kerja dan pengalaman kerja
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan
kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya
pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka

9
kecelakaan kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja
bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di
tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum
mengetahui secara mendalam tentang seluk-beluk pekerjaannya.
b. Tindakan pekerja
Pada kelompok kasus yang melakukaan tidak aman adalah
sebanyak 76,7%, hal ini lebih besar dibandingkan kelompok kontrol
yang melakukan tindakan tidak aman yaitu sebesar 20%. Sedangkan
pekerja yang melakukan tindakan secara aman pada kelompok kontrol
(80%), lebih besar dibandingkan pekerja yang melakukan tindakan
secara aman pada kelompok kasus (23,3%).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kecelakaan kerja
yang terjadi dikarenakan sikap pekerja saat bekerja yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja. Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Eka Swaputri yang menunjukkan penyebab
penyebab kecelakaan kerja. Dari sikap responden saat kecelakaan di
tempat kerja terjadi, sebagian besar responden termasuk kurang
konsentrasi dengan apa yang sedang mereka kerjakan. Konsentrasi
mereka terpecah dengan urusan lain selain urusan pekerjaan.
Akibatnya, potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatannya
tidak dapat dihindari. Sikap yang mengarah pada kecelakaan seperti
bekerja tanpa menghiraukan peraturan yang ada, bertindak atau
melakukan pekerjaan di luar aturan yang ada, kurang konsentrasi saat
bekerja (Swaputri, 2010).
c. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang tidak aman pada kelompok kasus (63,3%)
lebih besar dibandingkan lingkungan kerja pada kelompok kontrol
(16,7%). Sedangkan lingkungan kerja yang aman pada kelompok
kontrol (83,3%) lebih besarr dibandingkan lingkungan kerja yang
aman pada kelompok kasus (36,7%).

10
Lingkungan kerja dibidang industri migas seperti PT.X, memiliki
tingkat risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Salah satunya adalah
adanya bahan kimia material yang berbahaya dan mudah terbakar
serta lokasi kerja yang sangat beresiko terjadinya kecelakaan.
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa responden yang sudah
melakukan tindakan aman masih mengalami kecelakaan kerja. Salah
satu penyebabnya adalah adanya bahan berbahaya dalam
pekerjaannya. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Ade Irma dan
kawan-kawan tentang risiko kecelakaan kerja di industri migas yang
menyebutkan bahwa material kimia memiliki pengaruh terhadap
risiko kecelakaan kerja (p value = 0,009) dengan probabilitas sebesar
78% (Suryani, 2013).
Lingkungan kerja yang tidak aman merupakan salah satu faktor
penting untuk ikut berperan dalam kejadian kecelakaan kerja.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa pekerja yang
mengalai kecelakaan kerja disebabkan oleh lingkungan yang tidak
aman, seperti tidak adanya pengaman lingkungan, tempat kerja yang
sempit dan pengap, kurang bersih/licin, dan kurangnya penerangan
(Kurniawati, 2013).
Peran faktor lingkungan tidak aman pekerja memang sangat
memiliki peran yang sangat besar akan terjadinya kecelakaan kerja, ini
dapat dilihat dari berbagai kasus yang terjadi karena faktor lingkungan
tidak aman pada kasus kecelakaan kerja di unit PT.X. Dari 30 kasus
kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja unit pengeboran PT.X
periode 2012-2015, setelah diklasifikasi menurut penyebab
kecelakaan kerja Lingkungan kerja sesuai dengan International
Labour Organization (ILO). Didapatkan hasil bahwa kecelakaan kerja
di unit pengeboran seismic survey PT.X yang disebabkan oleh:
Lingkungan kerja berjumlah 8 kasus.
Lokasi pengeboran seismic survey PT.X di Papua Barat merupakan
lokasi kerja yang sangat komplek, baik berupa lingkungan geografis

11
maupun cuaca di area kerja. Artinya banyak kemungkinan potensi
bahaya yang ada dilingkungan lokasi tersebut yang sewaktu-waktu
bisa berubah menjadi hal yang benar-benar diluar dugaan seorang
pengawas maupun pekerja mungkin terjadi dan disinilah aspek
pencegahan kecelakaan ditempat kerja tersebut sangatlah diperlukan.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecelakaan kerja merupakan kejadian di tempat kerja yang tidak
disengaja dan menyebabkan kerugian baik fisik, harta benda atau bahkan
kematian. Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. X
adalah faktor masa kerja, tindakan pekerja, dan lingkungan kerja. Faktor yang
tidak berhubungan dengan kecelakaan kerja adalah faktor umur, pendidikan,
pelatihan, dan informasi. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kecelakaan
kerja di PT. X adalah tindakan pekerja. Pekerja dengan tindakan yang tidak
aman memiliki risiko 11,914 kali untuk mengalami kecelakaan kerja
dibandingkan pekerja yang melakukan tindakan aman.

13
DAFTAR PUSTAKA

Winarto, S., Denny, H.M., & Kurniawan, B. (2016). Studi Kasus Kecelakaan
Kerja pada Pekerja Pengeboran Migas Seismic Survey PT. X di Papua
Barat. Jurnal promosi kesehatan indonesia, 11(1), 51-65
Kurniawati E., Sugiono, Yuniarti R. Analisis Potensi Kecelakaan Kerja Pada
Departemen ProduksiSpringbed Dengan Metode Hazard Identification
And Risk Assessment (HIRA). Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya. 2013
Ramli, S., 2010. Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management, Jakarta: Dian Rakyat.
Ratnasari ST. Analisis risiko keselamatan kerja pada proses pengeboran panas
bumi rig darat #4. Jakarta: Universitas Indonesia, 2009.
Riyadina W. Kecelakaan kerja dan cedera yang dialami oleh pekerja industri di
kawasan industri Pulo Gadung Jakarta. Jurnal Makara Kesehatan 2008;
11(1): 25-31.
Suryani AI, Isranuri I, Mahyuni EL. Pengaruh potensi bahaya terhadap risiko
kecelakaan kerja di unit produksi migas PT. X Aceh. Jurnal procure, 2013;
1(1)
Swaputri E. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat
2010; 5 (2): 95-105.

14

Anda mungkin juga menyukai