Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.

4, Desember 2014 (229-238) ISSN: 2087-9334

MANAJEMEN RISIKO
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
(Study Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar)

Gabby E. M. Soputan
Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

Bonny F. Sompie, Robert J. M. Mandagi


Dosen Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita perhatian
berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan
manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri.
Pada penelitian ini akan diteliti mengenai identifikasi risiko K3 , penilaian risiko K3 serta bagaimana
tindakan pengendalian terhadap risiko K3 pada kegiatan proyek pembangunan infrastruktur gedung.
Metode penilaian menggunakan matriks penilaian risiko yang bersumber dari AS/NZS 4360 : 2004.
Sesuai dengan pengolahan data diperoleh nilai risiko yang tinggi, yaitu material terjatuh dari
ketinggian dan menimpa pekerja dengan indeks risiko sebesar 20 dan penggolongan risiko pada Very
High Risk. Untuk penggolongan risiko pada level High Risk sebanyak 21 variabel yang dapat
membahayakan pekerja dan pekerjaan, sedangkan untuk penggolongan pada level Medium Risk
didapatkan sebanyak 18 variabel.
Kata kunci: very high risk, high risk, medium risk, K3, identifikasi, indeks risiko.

PENDAHULUAN konstruksi ini merupakan penyumbang angka


kecelakaan yang cukup tinggi. Banyaknya kasus
Latar Belakang kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja
Kegiatan jasa konstruksi telah terbukti sangat merugikan banyak pihak terutama tenaga
memberikan kontribusi penting dalam per- kerja bersangkutan Ervianto (2005).
kembangan dan pertumbuhan ekonomi disemua Kecelakaan kerja sering terjadi akibat
negara di dunia, termasuk Indonesia, baik yang kurang dipenuhinya persyaratan dalam
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam hal ini pemerintah sebagai penyelenggara
merupakan suatu permasalahan yang banyak Negara mempunyai kewajiban untuk
menyita perhatian berbagai organisasi saat ini memberikan perlindungan kepada tenaga kerja.
karena mencakup permasalahan segi Hal ini direalisasikan pemerintah dengan
perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, dikeluarkannya peraturan-peraturan seperti : UU
aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra RI No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang
mempunyai tingkat kepentingan yang sama Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK),
besarnya walaupun di sana sini memang terjadi dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No:
perubahan perilaku, baik di dalam lingkungan Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen
sendiri maupun faktor lain yang masuk dari K3.
unsur eksternal industri Ervianto (2005). Namun pada kenyataannya, pelaksana
Proses pembangunan proyek kontruksi proyek sering mengabaikan persyaratan dan
gedung pada umumnya merupakan kegiatan yang peraturan-peraturan dalam K3. Hal tersebut
banyak mengandung unsur bahaya. Situasi dalam disebabkan karena kurang menyadari betapa
lokasi proyek mencerminkan karakter yang keras besar resiko yang harus ditanggung oleh tenaga
dan kegiatannya terlihat sangat kompleks dan kerja dan perusahaannya. Sebagaimana lazimnya
sulit dilaksanakan sehingga dibutuhkan stamina pada pelaksanaan suatu proyek pasti akan
yang prima dari pekerja yang melaksanakannya. berusaha menghindari economic cost. Disamping
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan itu adanya peraturan mengenai K3 tidak

229
sosial dan kemampuan individu yang optimal (Munib, 2004). Sehingga semakin tinggi pendidikan
normal yang dicapai, maka semakin baik pula proses pemahaman seseorang dalam menerima sebuah
informasi baru (Notoatmodjo, 2003). Namun menurut Pratama (2015), terdapat jenis pekerjaan
tertentu yang lebih membutuhkan keterampilan, fisik dan skill dibandingkan dengan kemampuan
pendidikan formal. Sehingga faktor pendidikan belum tentu menentukan tindakan tidak aman yang
dilakukan oleh pekerja.
Pendidikan seorang tenaga kerja mempengaruhi cara berpikirnya dalam menghadapi
pekerjaannya, termasuk cara pencegahan kecelakaan maupun menghindari kecelakaan saat ia
melakukan pekerjaannya (Helda, 2007). Hal ini dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja seperti tingkat pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja
serta sikap tenaga kerja itu sendiri dalam melakukan pekerjaannya (Harianto dkk, 2014).
Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan
yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan
terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Pada
kenyataannya, pendidikan SLTA lebih terlatih dalam penyelenggaraan keselamatan kerja di tempat
kerja karena telah mendapatkan materi pelajaran yang menyangkut keselamatan kerja dibanding
dengan pendidikan SD dan SLTP (Maulidhasari dkk, 2011).
Sehingga diperlukan pelatihan terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga diperlukan
untuk memberikan informasi serta meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai bahaya dan risiko
ditempat kerja. Hal tersebut diperlukan agar pekerja menjadi lebih berhati-hati dalam bekerja. Selain
itu, perbaikan ketidaksesuaian desain peralatan diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pekerja
dan mengurangi kelelahan yang dapat menimbulkan tindakan tidak aman (Hidayat dkk, 2014).

3.3.4 Perilaku K3
Menurut Griffin dan Neal (2001), kinerja keselamatan dibedakan menjadi dua tipe yaitu safety
compliance dan safety participant. Safety compliance digambarkan sebagai aktivitas-aktivitas inti yang perlu
dilaksanakan oleh individu-individu untuk memelihara keselamatan di tempat kerja, seperti mengikuti
standar prosedur kerja dan menggunakan alat pelindung diri dengan baik. sedangkan safety participant
digambarkan sebagai perilaku yang tidak secara langsung berkontribusi kepada keselamatan individu
tetapi dapat membantu mengembangkan suatu lingkungan yang mendukung keselamatan, seperti
secara sukarela berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas keselamatan.
Perilaku manusia dalam bekerja dapat menciptakan munculnya risiko yang berkaitan dengan
keselamatan kerja. Perilaku yang tidak aman dianggap sebagai hasil dari kesalahan yang dilakukan baik
oleh pekerja yang terlibat secara langsung (Wibisono, 2013). Menurut Geller (2001), faktor perilaku
merupakan aspek manusia dan faktor tersebut lebih sedikit diperhatikan dari faktor lingkungan.
Perilaku tidak aman (unsafe behavior) merupakan penyebab dasar pada sebagian besar kejadian hampir
celaka dan kecelakaan di tempat kerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan observasi mendalam terhadap
kalangan pekerja mengenai perilaku kerja tidak aman. Umpan balik mengenai observasi terhadap
perilaku telah terbukti sukses dalam mengurangi perilaku tidak aman para pekerja. Umpan balik yang
diberikan dapat berupa lisan, grafik, tabel dan bagan, atau melalui tindakan perbaikan.
Menurut Tarwaka (2015), setiap organisasi perusahaan memiliki pendekatan yang berbeda-
beda dalam penerapan perilaku K3 di tempat kerjanya, tetapi sebagian besar pendekatan yang
digunakan pada prinsipnya sangat fleksibel, dan dapat disesuaikan dengan jenis organisasi perusahaan
dan situasi yang terjadi di perusahaan masing-masing.

3.3.5 Kejadian Kecelakaan Kerja


Menurut Wibisono (2013) hal ini berarti sebagian besar responden sering mengalami
kejadian kecelakaan di tempat kerja yang tidak diinginkan, tidak terduga tanpa terdapat unsur
kesengajaan atau perencanaan dan merugikan terhadap manusia itu sendiri.
Berdasarkan penelitian Bird (1969) dalam Sialagan (2008), suatu kejadian kecelakaan fatal
biasanya didahului dengan adanya 10 kali kecelakaan ringan. dan 10 kecelakaan ringan itupun
sebelumnya juga didahului oleh adanya 30 kecelakan yang mengakibatkan rusaknya peralatan muncul
setelah adanya 600 kejadian nearmiss.
Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dengan persentase 88% merupakan akibat kesalahan
yang terjadi pada fase operasional. Kesalahan pada fase operasional tersebut disebabkan oleh
pelanggaran terhadap peraturan, tanda bahaya, maupun kesalahan prosedur, fasilitas keselamatan kerja
yang tidak memadai, perlengkapan yang rusak, tenaga kerja yang tidak terlatih (Suraji, 2001).

6
Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebab yang ditimbulkan.
Oleh karena itu kecelakaan dapat dicegah, serta sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan sumber
bahaya yang bisa berrisiko menimbulkan kecelakaan dan kerugian, agar untuk selanjutnya dengan
usaha koreksi yang ditujukan kepada penyebab, maka kecelakaan dapat dicegah dan tidak terulang
kembali. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis setiap
kecelakaan yang terjadi. Metoda analisis penyebab kecelakaan harus betul-betul diketahui dan
diterapkan sebagaimanamestinya (Suma’mur, 2009).
Oleh karena itu, perlunya upaya pencegahan kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja
dapat dipelajari dari kejadian kecelakaan itu sendiri serta dari kecelakaan yang hampir terjadi. Dengan
adanya investigasi kecelakaan dapat diketahui tentang penyebab kecelakaan dan dapat menentukan
langkah untuk pencegahaan atau memperkecil kemungkinan terjadi kecelakaan kerja (Sucipto, 2014).
Menurut Sugeng (2003), upaya untuk mencapai nihil kecelakaan kerja memang tidak mudah
karena hal ini memerlukan berbagai macam pendukung, paling tidak dengan penerapan program-
program K3 secara preventif dengan komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja, analisis risiko di
tempat kerja, pencegahan dan pengendalian bahaya, pelatihan bagi pekerja, dan manajer. Selain itu
secara represif dengan melakukan analisis kasus kecelakaan kerja yang telah terjadi.

3.3.6 Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Kejadian Kecelakaan Kerja
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) dengan kejadian kecelakaan kerja. Hal ini dikarenakan dalam pengukuran data dilakukan dengan
kuesioner dimana kuesioner cenderung bersifat subjektif digunakan untuk mengukur aspek afektif
(rasa) dan bukan kognitif (cipta) (Sutoyo, 2012). Dalam kuesioener responden memilih pernyataan
secara subjektif. Namun dalam hal ini tetap dilakukan observasi terkait perilaku.
Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja dengan hanya memperhatikan perilaku tidak
aman pekerja tidak dapat mengetahui akar permasalahan dari penyebab kecelakaan kerja. Kecelakaan
kerja berakar dari faktor organisasi yang membentuk jalur tindakan tidak aman, dimana faktor
organisasi secara tidak langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dengan menciptakan faktor
lingkungan kerja yang memicu pekerja untuk melakukan tindakan tidak aman (Andi, 2005). Faktor
organisasi di perusahaan mempunyai sistem pertahanan yang berbeda-beda di dalamnya. Kondisi-
kondisi organisasi dalam perusahaan yang kurang efektif secara langsung juga dapat merusak sistem
pertahanan sehingga terjadi kegagalan sistem, seperti di perusahaan ini yaitu kurang tegasnya
pengaplikasian peraturan dan prosedur K3 serta pengawasan terhadap sistem keselamatan yang kurang
misalnya tidak adanya Sistem Ijin Kerja (Work Permit), SOP hanya pada bagian permesinan, dan
pengawasan terhadap keselamatan pekerja. Tidak tersedianya sarana keselamatan kerja secara lengkap
di PT Aneka Adhilogam Karya, misalnya APD, rambu-rambu keselamatan, pelatihan keselamatan,
serta kondisi lingkungan kerja merupakan bentuk dari tidak adanya budaya keselamatan di lingkungan
perusahaan.
Dalam penelitian Suraji (2001) menemukan bahwa tindakan pekerja yang secara langsung
menyebabkan kecelakaan kerja adalah sebesar 29,8% diantaranya adalah penggunaan perlengkapan
pelindung yang salah atau rusak, kegagalan dalam memenuhi instruksi atau peraturan yang berlaku,
kurang berhati-hati, terlalu percaya diri. Perilaku yang tidak aman dianggap sebagai hasil dari kesalahan
yang dilakukan baik oleh pekerja yang terlibat secara langsung (Wibisono, 2013).
Sehingga untuk dapat mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan kinerja keselamatan
dapat dicapai dengan upaya pengurangan perilaku tidak aman melalui penerapan program Behavior
Based Safety (BBS) di tempat kerja yang pada akhirnya akan tercipta budaya keselamatan di tempat
kerja. BBS adalah suatu proses yang menyediakan kesempatan bagi organisasi untuk menuju ke tingkat
penerapan keselamatan yang lebih tinggi dengan mempromosikan respon proaktif dengan
menggunakan suatu indikator penting yang dapat mempersentasikan secara statistik, membangun
kepemilikan, kepercayaan dan kesatuan seluruh tim, dan mengembangkan peluang pemberdayaan yang
berkaitan dengan keselamatan karyawan (Healty & Safety Protection ( 2011) dalam Tarwaka (2015)).

4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dengan uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment
diperoleh nilai p value (0,201≥ 0,05) menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di PT. Aneka
Adhilogam Karya, Ceper, Klaten. Berdasarkan hasil analisis, perilaku keselamatan dan kesehatan kerja

7
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (229-238) ISSN: 2087-9334

4360:2004. Skala pengukurannya sebagai 4. Analisis Risiko Kuantitatif adalah proses


berikut: identifikasi secara numeric probabilitas dari
A : Hampir pasti terjadi dan akan terjadi di setiap risiko dan konsekuensinya terhadap
semua situasi (almost certain) tujuan proyek.
B : Kemungkinan akan terjadi di semua 5. Perencanaan Respon Risiko, Risk response
situasi (likely) planning adalah proses yang dilakukan untuk
C : Moderat, seharusnya terjadi di suatu meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi
waktu (moderate) sampai batas yang dapat diterima.
D : Cenderung dapat terjadi di suatu waktu 6. Pengendalian dan Monitoring Risiko, langkah
(unlikely) ini adalah proses mengawasi risiko yang
E : Jarang terjadi (rare) sudah diidentifikasi, memonitor risiko yang
Skala pengukuran analisa konsekuensi tersisa, dan mengidentifikasikan risiko baru,
menurut NA/NZS 4360:2004 memastikan pelaksanaan risk management
Tidak Signifikan : tanpa kecelakaan manusia plan dan mengevaluasi keefektifannya dalam
dan kerugian materi. mengurangi risiko.
Minor : bantuan kecelakaan awal, kerugian
materi yang medium. Manajemen Risiko Kesehatan dan
Moderat : diharuskan penanganan secara Keselamatan Kerja (K3)
medis, kerugian materi yang cukup Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya
tinggi. mengelola risiko untuk mencegah terjadinya
Major : kecelakaan yang berat, kehilangan kecelakaan yang tidak diinginkan secara
kemampuan operasi/ produksi, komprehensif, terencana dan terstruktur dalam
kerugian materi yang tinggi. suatu kesisteman yang baik. Sehingga
Bencana kematian : bahaya radiasi dengan memungkinkan manajemen untuk meningkatkan
efek penyebaran yang luas, kerugian hasil dengan cara mengidentifikasi dan
yang sangat besar. menganalisis risiko yang ada.
Evaluasi tingkatan resiko ditabelkan dan
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkatan risiko menurut AS/NZS 4360:2004

Adapted from the AS/NZ 4360 Standard Risk Matrix and NHS QIS Risk Matrix
Sumber: Ramli, Soehatman. “Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management”

Keterangan:
Very High Risk : Risiko Sangat tinggi.
High Risk : Risiko tinggi
Medium Risk : Risiko Sedang
Low Risk : Risiko Rendah

231
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (229-238) ISSN: 2087-9334

Tahapan Manajemen Risiko K3 Penanganan Terhadap Risiko


Terdapat lima langkah dasar yang
berhubungan dengan penanganan terhadap risiko
yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penanganan Terhadap Risiko


Strategi Keterangan
Menghindar/
Tidak mengambil risiko
menolak
Mengurangi kemungkinan
Mengurangi
terjadinya risiko
Mendanai/ Mendanai risiko apabila
menerima terjadi
Meminimalkan akibat dari
Menanggulangi
risiko
Mengalihkan risiko ke pihak
Mengalihkan
lain

Gambar 1. Bagan Proses Manajemen Risiko METODOLOGI PENELITIAN


Sumber : Australia/ New Zealand Standard
AS/NZS 4360:2004 Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitiannya di Kota Manado tepat
Pengendalian Risiko K3 pada proyek pembangunan gedung SMA Eben
Pengendalian risiko merupakan langkah Haezar. Waktu penelitian dilaksanakan dari
penting dan menentukan dalam keseluruhan bulan Januari 2015 sampai pertengahan bulan
manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan Februari 2015.
dalam meminimalisir/ mengurangi tingkat risiko
yang ada sampai tingkat terendah atau sampai Metode Penelitian
tingkatan yang dapat ditolerir. Cara pengendalian Penelitian ini dilakukan dengan metode
risiko dilakukan melalui: penelitian deskriptif. Tujuan penelitian ini, yaitu
a. Eliminasi : pengendalian ini dilakukan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
dengan cara menghilangkan sumber bahaya berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti
(hazard). antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini
b. Substitusi : mengurangi risiko dari bahaya teknik yang digunakan untuk mengumpulkan
dengan cara mengganti proses, mengganti data penelitian, yaitu dengan kuesioner sebagai
input dengan yang lebih rendah risikonya. instrument untuk menjawab seperangkat
c. Engineering : mengurangi risiko dari bahaya pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
dengan metode rekayasa teknik pada alat, responden. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau dengan:
bangunan.
Studi Literatur
d. Administratif : mengurangi risiko bahaya
Studi litertur dilakukan dengan pencarian
dengan cera melakukan pembuatan prosedur,
literature melalui jurnal nasional, penelitian
aturan, pemasangan rambu (safety sign),
terdahulu, internet dan buku mengenai teori-teori
tanda peringatan, training dan seleksi
yang berhubungan dengan permasalahan yang
terhadap kontraktor, material serta mesin,
dikaji.
cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan.
e. Alat Pelindung Diri : mengurangi risiko Instrument Pengumpulan Data (Kuesioner)
bahaya dengan cara menggunakan alat Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
perlindungan diri misalnya safety helmet, yang berbentuk checklist. Langkah-langkah
masker, sepatu safety, coverall, kacamata penyusunan instrument dapat diawali dengan
keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya penjabaran menjadi variabel, indikator, dan
yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang komponen-komponennya. Seluruh pertanyaan
dilakukan.

232
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (229-238) ISSN: 2087-9334

yang disusun ditempatkan dalam lembaran K3 pada pekerjaan pembangunan gedung.


instrumen kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak
manajemen pengelolah atau kontraktor, selain itu
Pengumpulan Data didapat juga dari literature seperti buku, media
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, elektronik atau internet dan sumber-sumber yang
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer menunjang dalam penelitian. Kerangka
diperoleh dari penyebaran kuesioner tentang penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah
penilaian atau persepsi tentang manajemen risiko ini;

Mulai

Data Awal dan Penyusunan


Kerangka Penelitian

Studi Pustaka

Menentukan Sampel dan Variabel


Penentu

Data Sekunder:
Data Primer:
- Data-data Perusahaan
- Quisioner
- Literatur
- Wawancara
- Media Elektronik

Desain Kuisioner

Survey Lapangan

Tidak
Uji Validitas dan
Reliabilitas

Ya

Analisis Data:

1. Indeks Risiko dan Level Risiko


2. Upaya pengendalian Risiko
3. Indeks Hasil Pengendalian Risiko

Pembahasan

Kesimpulan dan
Saran

Selesai

Gambar 2. Alur Metode Penelitian

233
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (229-238) ISSN: 2087-9334

ANALISIS DAN PEMBAHASAN dilakukan, maka selanjutnya data-data yang telah


diperoleh baik data kuisioner penilaian maupun
Variabel-variabel Risiko data hasil wawancara diolah melalui tahapan
Dalam menganalisa variable-variabel risiko pengolahan data. Risiko diformulasikan sebagai
K3 yang terjadi, maka harus diidentifikasi fungsi dari kemungkinan terjadi (likelihood) dan
kondisi-kondisi ketidakpastian yang menimbul- dampak negative (impact). Atau indeks risiko=
kan risiko, sumber risiko serta pengaruhnya. probabilitas (Likelihood) × Dampak (Impact).
Pendekatan yang diambil untuk mengidentifikasi
faktor risiko dan yang menjadi variabel dalam ∑
.. .....(1)
penelitian ini adalah dengan mengadakan studi
literatur. ∑
...... .(2)
Analisis Penilaian Risiko

Penilaian risiko berdasarkan atas data …………... .....(3)
primer dan sekunder yang merupakan data hasil
wawancara, kuisioner dan pengamatan langsung Hasil dari rata-rata peluang dan rata-rata
dilapangan mengenai risiko-risiko yang terjadi dampak dibulatkan untuk memudahkan dalam
pada proyek. Setelah pengumpulan data selesai perhitungan indeks risiko.

Tabel 3. Variabel-variabel Risiko


Peristiwa Risiko (Risk Event)
No. Kegiatan
Variabel
(Activity)
Pekerjaan: Tanah
1. Galian tanah dengan Excavator Pekerjaan tertabrak alat excavator
Tanah longsor/runtuhnya dinding samping
Pekerja/kendaraan terjatuh ke lubang galian
Excavator menabrak fasilitas sekitar
2. Lifting Material dengan service crane Pekerja/fasilitas tertimpa material
Service crane menabrak pekerja/fasilitas
Pekerjaan: Pondasi
3. Pengeboran Alat drilling menabrak pekerja/ fasilitas
Pekerja jatuh ke dalam galian
Longsornya galian
4. pembuatan guide wall (diaphragm Alat clamshell menabrak fasilitas/pekerja
wall) Pekerja jatuh ke galian
5. Steel Fixing Tangan pekerja terkena barbender
Tangan pekerja terkena barbending
6. Hot Work (welding, cutting) Pekerja terkena percikan api las
Kebakaran akibat tabung bocor
Gangguan pernafasan karena terkena asap las
7. Pemasangan kerangka baja tulangan Pekerja jatuh
Kerangka jatuh dan menimpa pekerja/ fasilitas
Pekerja terhantam bagian baja yang sedang bergerak saat
diangkat oleh crane menuju posisinya
8. Pengecoran Pekerja jatuh dari ketinggian
Pekerja terjatuh saat mendirikan cetakan beton
Robohnya cetakan beton
Pekerjaan: Struktur Atas
9. Bongkar pasang scaffholding Formwork collapse
Pekerja jatuh dari ketinggian
Bekisting/scaffolding jatuh dan menimpa pekerja/fasilitas
Pekerja terluka ketika bekerja
10. Lifitng material dengan tower crane Material terjatuh dari ketinggian dan menimpa pekerja
Pekerja terkena debu dan kotoran

234
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (229-238) ISSN: 2087-9334

10. Lifitng material Material terjatuh dari ketinggian dan menimpa


4 5 20
dengan tower pekerja
crane Pekerja terkena debu dan kotoran 3 4 12
11. Pembersihan debu Penyakit kulit dermatitis akibat debu-debu dan
dan kotoran asap
dengan
2 3 6
compressor pada
pekerjaan pelat
lantai
Pekerjaan: Atap
12. Pemasangan Gangguan pernapasan akibat pekerja terkena
3 3 9
penutup atap debu dari asbes
13. Pemasangan Pekerja/fasilitas terjatuh dari ketinggian
4
plafon 4 16
Pekerjaan : Dinding dan Keramik
14. Pemasangan Gangguan pernafasan akibat debu pasir/semen 4 4 16
dinding dan Gangguan pernafasan akibat debu pada dinding
3 3 9
Plesteran
15. Pemasangan Pekerja terluka akibat terkena mesin potong
3 3 9
keramik keramik
Tersengat listrik 3 4 12
Pekerjaan : Plumbing
16. Instalasi plumbing Pekerja terjatuh dari ketinggian 3 4 12
Pekerja tertimpa peralatan plumbing 3 4 12
Terluka ketika bekerja dengan pipa 2 3 6
17. Instalasi listrik Terdapat percikan api dan menimbulkan
4
kebakaran 4 16
Terkena sengatan listrik 4 4 16

Analisis Level Risiko kacamata keselamatan, dan alat pelindung diri


Dari hasil pengolahan data penggolongan lainnya yang sesuai dengan jenis pekerjaan
matriks risiko diperoleh 1 variabel dengan level yang dilakukan. Penangannya dengan
risiko yang sangat tinggi (Very High Risk) pada mengurangi, mendanai, menanggulangi dan
pekerjaan struktur atas, yaitu material terjatuh mengalihkan risiko ke pihak lain seperti
dari ketinggian dan menimpa pekerja. Untuk asuransi serta pihak lain yang berhubungan
level risiko tinggi (High Risk) diperoleh 21 langsung.
variabel dan untuk risiko sedang (Medium Risk) 2. Untuk 21 variabel dengan level risiko tinggi
diperoleh 18 variabel. (High Risk) pengendalian risiko K3 dengan
Pengendalian yang dapat dilakukan dalam cara engineering, administratif dan
menangani setiap risiko, yaitu; Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
1. Untuk variabel material terjatuh dari Penangannya dengan mengurangi, mendanai,
ketinggian dan menimpa pekerja dengan level menanggulangi dan mengalihkan risiko ke
risiko yang sangat tinggi (Very High Risk), pihak lain seperti asuransi serta pihak lain
yaitu dengan cara administratif dimana yang berhubungan langsung.
mengurangi risiko bahaya dengan cera 3. Untuk 18 item variabel risiko yang diperoleh
melakukan pembuatan prosedur, aturan, dengan level risiko sedang (Medium Risk)
pemasangan rambu (safety sign), tanda penanggulangannya dapat dilakukan dengan
peringatan, training dan seleksi terhadap engineering, administratif dan Menggunakan
kontraktor, material serta mesin, cara Alat Pelindung Diri (APD). Penangannya
pengatasan, penyimpanan dan pelabelan. dengan mengurangi, mendanai,
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) menanggulangi dan mengalihkan risiko ke
untuk mengurangi risiko bahaya dengan cara pihak lain seperti asuransi serta pihak lain
menggunakan alat perlindungan diri misalnya yang berhubungan langsung.
safety helmet, masker, sepatu safety, coverall,

236
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (229-238) ISSN: 2087-9334

Tabel 5. Penggolongan Risiko Berdasarkan Matriks Risiko AS/NZS 4360


Risiko Penggolong
Rata-rata Rata-
(Peluang an Matriks
Peristiwa Risiko (Risk Event) Peluang/ rata
x Risiko
No. Frekuensi Dampak
Dampak)
Kegiatan
Variabel
(Activity)
Pekerjaan: Tanah
1. Galian tanah dengan Pekerjaan tertabrak alat excavator 3 3 9 Medium
Excavator Tanah longsor/runtuhnya dinding samping 2 3 6 Medium
Pekerja/kendaraan terjatuh ke lubang galian 2 3 6 Medium
Excavator menabrak fasilitas sekitar 3 3 9 Medium
2. Lifting Material dengan Pekerja/fasilitas tertimpa material 3 4 12 High
service crane Service crane menabrak pekerja/fasilitas 3 4 12 High
Pekerjaan: Pondasi
3. Pengeboran Alat drilling menabrak pekerja/ fasilitas 3 3 9 Medium
Pekerja jatuh ke dalam galian 3 3 9 Medium
Longsornya galian 3 3 9 Medium
4. pembuatan guide wall Alat clamshell menabrak fasilitas/pekerja 3 3 9 Medium
(diaphragm wall) Pekerja jatuh ke galian 3 4 12 High
5. Steel Fixing Tangan pekerja terkena barbender 3 4 12 High
Tangan pekerja terkena barbending 3 4 12 High
6. Hot Work (welding, Pekerja terkena percikan api las 4 4 16 High
cutting) Kebakaran akibat tabung bocor 4 4 16 High
Gangguan pernafasan karena terkena asap las 4 4 16 High
7. Pemasangan kerangka Pekerja jatuh 3 3 9 Medium
baja tulangan Kerangka jatuh dan menimpa pekerja/ fasilitas 4 4 16 High
Pekerja terhantam bagian baja yang sedang bergerak
saat diangkat oleh crane menuju posisinya 3 4 12 High
8. Pengecoran Pekerja jatuh dari ketinggian 3 4 12 High
Pekerja terjatuh saat mendirikan cetakan beton 3 3 9 Medium
Robohnya cetakan beton 3 3 9 Medium
Pekerjaan: Struktur Atas
9. Bongkar pasang Formwork collapse 3 3 9 Medium
scaffholding Pekerja jatuh dari ketinggian 4 4 16 High
Bekisting/scaffolding jatuh dan menimpa
4 4 16 High
pekerja/fasilitas
Pekerja terluka ketika bekerja 3 3 9 Medium
10. Lifitng material dengan Material terjatuh dari ketinggian dan menimpa pekerja 4 5 20 Very High
tower crane Pekerja terkena debu dan kotoran 3 4 12 High
11. Pembersihan debu dan Penyakit kulit dermatitis akibat debu-debu dan asap
kotoran dengan
2 3 6 Medium
compressor pada
pekerjaan pelat lantai
Pekerjaan: Atap
12. Pemasangan penutup atap Gangguan pernapasan akibat pekerja terkena debu dari
3 3 9 Medium
asbes
13. Pemasangan plafon Pekerja/fasilitas terjatuh dari ketinggian 4 4 16 High
Pekerjaan : Dinding dan Keramik
14. Pemasangan dinding dan Gangguan pernafasan akibat debu pasir/semen 4 4 16 High
Plesteran Gangguan pernafasan akibat debu pada dinding 3 3 9 Medium
15. Pemasangan keramik Pekerja terluka akibat terkena mesin potong keramik 3 3 9 Medium
Tersengat listrik 3 4 12 High
Pekerjaan : Plumbing
16. Instalasi plumbing Pekerja terjatuh dari ketinggian 3 4 12 High
Pekerja tertimpa peralatan plumbing 3 4 12 High
Terluka ketika bekerja dengan pipa 2 3 6 Medium
17. Instalasi listrik Terdapat percikan api dan menimbulkan kebakaran 4 4 16 High
Terkena sengatan listrik 4 4 16 High

PENUTUP level risiko yang tinggi (High Risk)


didapatkan 21 variabel. Level risiko sedang
Kesimpulan (Medium Risk) didapatkan 18 variabel.
Berdasarkan hasil analisis risiko Kesehatan 2. Pengendalian yang dapat dilakukan dari
dan Keselamatan Kerja (K3) pada pembangunan ketiga level risiko yang diketahui, yaitu
gedung SMA Eben Haezar dapat disimpulkan dengan cara mengurangi risiko dengan
bahwa dari 40 variabel pertanyaan: rekayasa teknik, administrative dan
1. Didapatkan 1 variabel yang dikategorikan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
memiliki level risiko yang sangat tinggi (Very Penangannya dengan mengurangi, mendanai,
High Risk), yaitu variabel material terjatuh menanggulangi dan mengalihkan risiko ke
dari ketinggian dan menimpa pekerja. Untuk

237
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (229-238) ISSN: 2087-9334

pihak lain seperti asuransi serta pihak lain Mastura, Labombang. 2011. Manajemen Risiko
yang berhubungan langsung. dalam Proyek Konstruksi. Jurnal
SMARTek, Vol. 9 No. 1. Pebruari 2011:
Saran 39 – 46.
1. Perusahaan dapat memperhatikan penerapan
K3 yang baik bagi pekerjanya agar tidak Purwono, Joseph., 2012. Perpajakan Jasa
terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan risiko Konstruksi dan Implementasinya. Gava
yang sangat tinggi (Very High Risk). Media. Yogyakarta.
2. Perusahaan dapat melakukan pemeriksaan
yang rutin terhadap pekerja, alat dan berbagai Pramana, Tony 2011. Manajemen Risiko Bisnis.
hal yang menyangkut Kesehatan dan Sinar Ilmu Publishing, Jakarta.
Keselamatan Kerja (K3). Ramli, Soehatman, 2010, Pedoman Praktis
3. Pekerja dapat mengikuti setiap instruksi Manajemen Risiko dalam Prespektif K3
ataupun aturan yang ditetapkkan oleh pihak OHS Risk Management, Dian Rakyat,
manajemen secara berkesinambungan Jakarta.
sehingga target zero accident dapat tercapai.
Rahayu, P.H. 2001. Asuransi Contractor’s All
Risk sebagai Alternatif Pengalihan Risiko
DAFTAR PUSTAKA Proyek dalam Industri Konstruksi
Indonesia. Seminar Nasional Manajement
Anonimous, 2004. Risk Management Guidelines Konstruksi 2001. Fakultas Teknik
Companion to AS/NZS. Standards Universitas Katolik Parahyangan.
Association of Australia. Bandung.
Darmawi, Herman., 2010. Manajemen Risiko. Santoso, Budi. 2009. Manajemen Proyek (konsep
Bumi Aksara. Jakarta. & Implementasi). Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ervianto,A.U dan Joshua, M., 2001. Manajemen Siagian, Faira dan Sekarsari, Jane. (2001),
Proyek Konstruksi. Andi, Yogyakarta. Penerapan Model Manajemen Risiko pada
Flanagan, R., Norman, G. 1993, Risk Proyek Konstruksi Joint Venture di
Management and Construction. Blackwell Indonesia Suatu Studi Kasus. Universitas
Science, London. Trisakti, Jakarta.

Hardono, Setyo, dkk., 2009. Manajemen Kesela- Silalahi, Bennett. 1995. Manajemen Keselamatan
matan dan Kesehatan Kerja Proyek Uji dan Kesehatan Kerja, PT. Pustaka
Coba Skala Penuh Jembatan Cable Stayed Binaman P, Jakarta.
untuk Lalu Lintas Ringan, Puslitbang Soeharto, I., 1995. Manajemen Proyek dari
Jalan dan Jembatan, Vol.26 No.1. Konseptual sampai Operasional.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Erlangga. Jakarta.
Republik Indonesia, 2008. Keselamatan Sudarto, 2011. Meningkatkan Kinerja Perusaha-
dan Kesehatan Kerja (K3). Nuansa Aulia, an Jasa Konstruksi di Indonesia
Bandung. (Aplikasi). Ghasana Cipta Media. Jakarta.
Husein, Abrar., 2010. Manajemen Proyek UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
(Perencanaan, Penjadwalan, dan Pengen- kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992
dalian Proyek). Andi, Yogyakarta. Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Kerzener, H., 2009. Project Management: A (JAMSOSTEK).
System Approach to Planning, Scheduling Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: Per.05/
and Controling. John Wiley & Sons, Inc. Men/1996 mengenai Sistem Manajemen
New York. K3.

238

Anda mungkin juga menyukai