Anda di halaman 1dari 9

Analisis Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pekerjaan Bored Pile pada Proyek Apartemen Grand


Dharmahusada Lagoon
*)Aninda Rahmaningtyas
Program Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional Malang

Abstrak
Pelaksanaan proyek konstruksi tidak luput dari resiko kecelakaan kerja. Dalam hal ini, besarnya
resiko tergantung dari jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan saat itu, teknologi, serta upaya
pengendalian/mitigasi resiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
dikarenakan suatu pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan pada suatu proyek.
Pekerjaan konstruksi pembangunan Apartemen Grand Dharmahusada Lagoon juga memiliki
resiko konstruksi. Ketujuh tower tersebut memiliki jumlah lantai sebanyak 43 lantai dan
dibangun dilahan seluas 4 ha. Proyek yang cukup besar ini memilik resiko K3 pada setiap item
pekerjaannya, mulai dari pekerjaan tanah, struktur bawah, struktur atas, sampai ke pekerjaan
arsitektur. Pada penelitian ini peneliti akan menganalisis tentang resiko pada pekerjaan bored
pile. Metode yang digunakan untuk menganalisis resiko yaitu dengan metode kualitatif dengan
menggunakan indeks resiko dan matriks penggolongan resiko pada The Australian And New
Zealand Standard on Risk Management. Hasil penelitian diperoleh bahwa resiko High (H)
terjadi sebesar 53.33% dari skenario bahaya yang telah diidentifikasi dan terjadi pada Skenario
bahaya tertabrak alat berat, kecelakaan alat berat, tertimpa material, iritasi mata, kecelakaan
alat, luka bakar terkena pengelasan, alat terguling dan alat rusak; level resiko Moderate (M)
terjadi sebesar 40% dari skenario bahaya yang telah diidentifikasi dan terjadi pada skenario
kecelakaan alat berat, jari terpotong, tersandung material, kebisingan melebihi NAB, alat
terguling, dan iritasi kulit oleh semen; level resiko Low (L) terjadi sebesar 6.67% dari skenario
bahaya yang diidentifikasi dan terjadi pada S4, tergores benda tajam.

Kata kunci : Bored Pile, Analisis Risiko, Faktor – Faktor Resiko

I. PENDAHULUAN
Pelaksanaan proyek konstruksi tidak luput dari resiko kecelakaan kerja. Dalam hal
ini, besarnya resiko tergantung dari jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan saat itu,
teknologi, serta upaya pengendalian/mitigasi resiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja
adalah kecelakaan yang terjadi dikarenakan suatu pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan pada suatu proyek. Secara garis besar, kejadian kecelakaan
kerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu tindakan manusia yang tidak memenuhi prinsip
keselamatan kerja (unsafe act), serta kondisi-kondisi lingkungan yang tidak sama yang
tidak aman (unsafe condition) (Suma’mur, 1981). Kecelakaan kerja sangat berkaitan
dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-
beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan
menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang
tidak terlatih
Umumnya kecelakaan kerja terjadi karena kurang terpenuhinya persyaratan dalam
pelaksanaan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini pemerintah sebagai
penyelenggara negara mempunyai kewajiban untuk meberikan perlindungan kepada
tenaga kerja. Upaya pemerintah dituangkan dalam beberapa peraturan-peraturan
pemerintah, seperti UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, UU No. 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No: Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3.
Berdasarkan keputusano Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
No. Kep 20/DJPPK/2004 tentang sertifikasi kompetisi keselamatan dan kesehatan kerja
di bidang konstruksi bangunan, setiap proyek dengan jumlah personil lebih dari 100
orang, dengan penyelenggaraan proyek lebih dari 6 bulan wajib memiliki personal ahli
muda K3 konstruksi.
Pekerjaan konstruksi pembangunan Apartemen Grand Dharmahusada Lagoon
juga memiliki resiko konstruksi. Proyek ini merupakan hunian vertikal dengan konsep
Go Green. Apartemen ini akan memiliki tujuh residential tower, dibangun di kawasan
super block dan dilengkapi dengan lifestyle mall serta commercial area. Ketujuh tower
tersebut memiliki jumlah lantai sebanyak 43 lantai dan dibangun dilahan seluas 4 ha.
Proyek yang cukup besar ini memilik resiko K3 pada setiap item pekerjaannya, mulai
dari pekerjaan tanah, struktur bawah, struktur atas, sampai ke pekerjaan arsitektur. Pada
penelitian ini peneliti akan menganalisis tentang resiko pada pekerjaan bored pile.
Beberapa peniliti terdahulu yang membahas tentang resiko K3, antara lain Rahaded,
2014; Siahaan, 2015; Rumimper, dkk, 2015; Pratama, dkk, 2021; dan Putra, dkk, 2022.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu lokasi studi dan topik yang
dianalisis, yaitu resiko K3 pada pekerjaan bored pile.

II. LANDASAN TEORI


A. Kegiatan Proyek
Menurut (Soeharto, 1991), “kegiatan proyek adalah satu kegiatan sementara
yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu
dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan
jelas”. Setiap proyek memiliki tujuan khusus misalnya rumah tinggal, jembatan, atau
instalasi pabrik. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan
yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus
dipenuhi. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan
pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya
konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung
konflik yang cukup tinggi (Ervianto, 2005).

B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu permasalahan yang
banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan
segi peri kemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggung
jawaban serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat
kepentingan yang sama besarnya walaupun di sana sini memang terjadi perubahan
perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun faktor lain yang masuk dari
unsur eksternal industri (Ervianto, 2005).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan faktor yang paling penting dalam
pencapaian sasaran tujuan proyek. Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu
dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja terabaikan. Indikatornya dapat
berupa tingkat kecelakaan kerja yang tinggi, seperti banyak tenaga kerja yang
meninggal, cacat permanen serta instalasi proyek yang rusak, selain kerugian materi
yang besar. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi-kondisi dan faktor-faktor
yang berdampak, atau dapat berdampak, pada kesehatan dan keselamatan karyawan
atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan personel kontraktor, atau orang lain di
tempat kerja.

C. Kecelakaan Kerja
Menurut (Ervianto, 2005), ada banyak kemungkinan penyebab kecelakaan kerja
dalam proses konstruksi, salah satunya adalah karakter dari proyek itu sendiri. Proyek
konstruksi mempunyai konotasi yang kurang baik jika ditinjau dari aspek kebersihan
dan kerapian, lebih tepatnya dapat disebut semrawut karena padat alat, pekerja dan
material. Faktor lain penyebab timbulnya kecelakaan kerja adalah faktor pekerja
konstruksi yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan standar keselamatan
kerja, pemilihan metode kerja yang kurang tepat, perubahan tempat kerja dengan
karakter yang berbeda sehingga harus menyesuaikan diri, perselisihan yang mungkin
timbul diantara para pekerja sehingga mempengaruhi kinerjanya, perselisihan antara
pekerja dengan tim proyek dan peralatan yang digunakan.
Proses konstruksi di Indonesia masih cenderung dilakukan secara padat, dimana
jumlah pekerja dalam proyek konstruksi dapat mencapai puluhan bahkan ratusan
pekerja. Jika ditinjau dari jadwal pelaksanaan, umumnya pada awal proyek jumlah
pekerja relatif sedikit kemudian berangsur-angsur bertambah sampai pada suatu saat
jumlahpekerja mencapai titik tertinggi. Pada saat inilah konsentrasi pekerja terjadi di
proyek yang areanya terbatas sehingga besar kemungkinannya terjadi kecelakaan kerja
(Ervianto, 2005). Dampak atau kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja
yang terjadi antara lain :
1. Kerusakan yang terjadi dapat berupa kerusakan alat kerja, bahan, bagian mesin,
proses atau lebih singkatnya properti perusahaan.
2. Kekacauan organisasi
3. Cacat hingga kematian
Menurut data statistic yang dikeluarkan oleh Internasional Labour Organization
(ILO), 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan berbahaya (unsafe acts) dan
20% yang disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition). Klasifikasi
kecelakaan kerja menurut International Labour Organization (ILO) sebagaimana
dikutip oleh (Suma’mur, 1981) :
a. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut tipe kecelakaan (orang jatuh, tertimpa,
terbentur, terjepit, terkena radiasi, tersengat arus listrik, dan lain-lain)
b. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut penyebab (mesin, alat angkat dan sarana
angkutan, perancah, dan lain-lain).
c. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka-luka (retak, dislokasi, terkilir,
gegar otak, luka dalam, sesak napas, dan lain-lain).
d. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi luka (kepala, leher, badan, tangan,
tungkai, dan lain-lain).

D. Resiko
Penelitian ini spesifik membahas resiko dalma konteks bidang konstruksi.
Resiko K3 konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap keselamatan
umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber
bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan konstruksi. Menurut (Kasidi, 2014), resiko
adalah suatu kemungkinan terjaidnya peristiwa yang menyimpang dari apa yang
diharapkan. Tetapi, penyimpangan ini baru akan nampak bilamana sudah berbentuk
suatu kerugian. Jika tidak ada kemungkinan kerugian, maka hal ini berarti tidak ada
resiko. Jadi, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu kerugian adalah penting
dalam analisis resiko. Dua faktor yang bekerja sama menimbulkan kerugian adalah
bencana (perils) dan bahaya (hazard).
Di sisi lain menurut (3rd Edition The Australian and New Zealand Standard on
Risk Management, 2014), resiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan
mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat. Resiko
diukur berdasarkan nilai probability dan consequences. Konsekuensi atau dampak
hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau exposure antara manusia dengan
peralatan ataupun material yang terlibat dalam suatu interaksi.

E. Jenis-Jenis Resiko
Pada Manajemen resiko khususnya dalam perspektif K3 (Soehatman, 200), jenis
resiko dapat dikategorikan sebagai berikut :
4. Resiko Keuangan (Financial Risk)
Risiko keuangan berkaitan dengan masalah ekonomi, contohnya adalah
kelangsungan suatu bisnis, asuransi dan investasi.
5. Resiko Keselamatan (Safety Risk)
Resiko keselamatan adalah suatu risiko yang mempunyai kemungkinan rendah
untuk terjadi tetapi memiliki konsekuensi besar. Risiko ini dapat terjadi sewaktu-
waktu, bersifat akut dan fatal. Kerugian-kerugian yang biasanya terjadi dalam
risiko keselamatan adalah cedera, kehilangan hari kerja, kerusakan property dan
kerugian produksi dan penjualan.
6. Resiko Kesehatan (Health Risk)
Resiko kesehatan adalah suatu risiko yang mempunyai kemungkinan tinggi untuk
terjadi tetapi memiliki konsekuensi yang rendah. Resiko jenis ini dapat terjadi
kapan saja secara terus-menerus dan berdampak kronik. Penyakit-penyakit yang
terjadi misalnya gangguan pernafasan, gangguan saraf, gangguan reproduksi dan
gangguan metabolik atau sistemik.
7. Resiko Sosial
Resiko sosial adalah resiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan sosial
dimana perusahaan beroperasi. Aspek sosial budaya seperti tingkat kesejahteraan,
latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan resiko baik yang positif
maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak peduli terhadap aspek
keselamatan akan mempengaruhi keselamatan operasi perusahaan.
8. Resiko Operasional
Resiko dapat terjadi dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan bagaimana
cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan yang memiliki
sistem manajemen yang kurang baik mempunyai resiko untuk mengalami
kerugian. Resiko operasional suatu perusahaan tergantung dari jenis, bentuk dan
skala bisnis masing-masing. Yang termasuk kedalam resiko operasional antara
lain tenaga kerja, teknologi, dan resiko K3.
9. Resiko Alam
Resiko alam merupakan resiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat terjadi
setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya. Bencana alam dapat
berupa badai atau angin topan, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, dan
letusan gunung berapi. Di samping korban jiwa, bencana alam juga
mengakibatkan kerugian materil yang sangat besar yang memerlukan waktu
pemulihan yang lama.
10. Resiko Keamanan
Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha atau kegiatan
suatu perusahaan seperti pencurian aset perusahaan, data, informasi, data
keuangan, formula produk, dan lain-lain. Di daerah yang mengalami konflik dan
gangguan keamanan dapat menghambat atau bahkan menghentikan kegiatan
perusahaan. Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem
manajemen keamanan dengan pendekatan manajemen risiko. Manajemen
keamanan dimulai dengan melakukan identifikasi semua potensi resiko keamanan
yang ada dalam kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya
melakukan langkah pencegahan dan pengamanannya.
11. Resiko Umum (Public Risk)
Resiko ini berkaitan dengan kesejahteraan kehidupan orang banyak. Sehingga hal-
hal yang tidak diharapkan seperti pencemaran air dan udara dapat dihindari.

III. METODE PENELITIAN


A. Tempat Penelitian
Penelitan dilakukan pada proyek Apartemen Grand Dharmahusada Lagoon
Surabaya dan hanya menganalisis resiko Keselamatan dan Kesehatah Kerja pada
pekerjaan Bored Pile.

B. Tahap Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini maliputi :
1. Tahap Pengumpulan Data. Data yang dikumpulkan berupa hasil identifikasi
masalah dan studi literatur untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keselamatan kerja.
2. Tahap Identifikasi Resiko. Pada tahap ini resiko yang terdapat pada pekerjaan
bored pile di identifikasi dan dijabarkan dalam bentuk tabel.
3. Tahap Penilaian Resiko
Analisis resiko dilakukan secara kualitatif. Metode kualitatif ini pada umumnya
menggunakan tabulasi sifat karakteristik penelitian melalui skala deskriptif seperti;
tinggi, sedang, atau rendah. Hasil dari analisis kualitatif berbentuk matriks resiko
dengan dua parameter, yaitu peluang dan akibat. Berikut merupakan tabel
konsekuensi atau kemungkinan menurut standaro(3rd Edition The Australian And
New Zealand Standard on Risk Management, 2004).

Tabel 3.1 Ukuran dari Keparahan (Consequences)


Tingkatan Kriteria Penjelasan
1 Insignificant Tidak terjadi cidera, kerugian finansial sedikit
2 Minor Cidera ringan, memerlukan perawatan,
kerugian finasial sedang
3 Moderate/Sedang Cidera sedang, perlu penanganan medis,
kerugian finansial besar
4 Mayor Cedera berat , kerugian besar, gangguan
produksi
5 Catastropic/Bencana Fatal, menyebabkan kematian, keracunan,
kerugian sangat besar, terhentinya kegiatan
Sumber : AS/NZS 4360 : 2004

Tabel 3.2 Ukuran dari kemungkinan (probability)


Tingkatan Kriteria Penjelasan
5 Almost certain Terjadi hampir di semua keadaan
4 Likely Sangat mungkin terjadi hamper di semua keadaan
3 Possible Dapat terjadi sewaktu-waktu
2 Unlikely Kemungkinan terjadi jarang
1 Rare Hampir tidak pernah, sangat jarang terjadi
Sumber : Sumber : AS/NZS 4360 : 2004

Dalam penilaian risiko dimana resiko diformulasikan sebagai fungsi dari


kemungkinan terjadi (Probability) dan dampak (Consequences). Indeks resiko sama
dengan perkalian kemungkinan dengan dampak (3rd Edition The Australian And
New Zealand Standard on Risk Management, 2004)
Indeks resiko (risk) = Probability x Consequences
Setelah nilai indeks risiko diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah
pengelompokan level risiko berdasarkan tabel matriks sehingga dapat diketahui
resiko tersebut masuk dalam kategori Very High (VH), High (H), Moderate (M),
ataupuno Low (L). Tingkat atau level dari resiko merupakan alat yang sangat penting
pada manajemen dalam pengambilan keputusan, karena melalui peringkat resiko
pihak manajemen dapat menentukan prioritas dan penanganan ketika resiko tersebut
terjadi.
Tabel 3.3 Matriks analisi resiko (level)
Nilai Resiko Kategori Resiko Keterangan
1-3 L Low
4-9 M Moderate
10-16 H High
17-25 VH Very High
Sumber : AS/NZS 4360 : 2004

MULAI

Pengumpulan
Data
Identifikasi
resiko
Penilaian Resiko

Kesimpulan

SELESA
I
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
IV. PEMBAHASAN
A. Identifikasi Resiko
Identifikasi resiko dilakukan untuk menganalisis resiko yang terjadi pada
pekerjaan bored pile. Penggunaan alat berat, material dan pekerja menjadi dasar bahan
analisis pada tahap identifikasi resiko. Setelah dilakukan identifikasi resiko diperoleh
13 (tiga belas) Skenario bahaya dan 15 (lima belas) tipe kecelakaan. Pada tahap ini
Identifikasi resiko pada pekerjaan bored pile pada proyek Apartemen Grand
Dharmahusada Lagoon dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Identifikasi Resiko pada Pekerjaan Bored Pile
Kode Skenario Bahaya Kode Tipe Kecelakaan
Skenario Kecelakaan
S1 Tertabrak/ terkena T1 Terdapat insinden yang mengakibatkan
alat berat penanganan perawatan medis
S2 Kecelakaan alat T2.1 Timbulnya kejadian fatal meninggal
berat dunia
T2.2 Terdapat peralatan utama yang rusak
total dan mengakibatkan pekerjaan
berhenti selama satu minggu
S3 Jari terpotong T3 Cacat tetap
terkena alat
potong saat
pabrikan besi
S4 Tergores benda T4 Insinden penanganan P3K
tajam
S5 Tertimpa material T5 Timbulnya kejadian fatal meninggal
bored pile dunia
S6 Tersandung T6 Terdapat insinden yang mengakibatkan
material penanganan perawatan medis
S7 Iritasi mata T7 Terdapat insinden yang mengakibatkan
terkena penanganan perawatan medis
pengelasan
S8 Kecelakaan alat T8 Terdapat insinden yang mengakibatkan
penanganan perawatan medis
S9 Luka bakar T9 Terdapat insinden yang mengakibatkan
terkena penanganan perawatan medis
pengelasan
S10 Kebisingan T10 Menimbulkan pencemaran suara yang
melebihi Nilai mempengaruhi lingkungan kerja
Ambang Batas
S11 Alat terguling T11.1 Timbulnya kejadian fatal meninggal
dunia
T11.2 Butuh perbaikan alat lebih dari 1 hari
S12 Alat rusak T12 Terdapat satu peralatan utama yang
rusak total dan mengakibatkan
pekerjaan berhenti selama satu minggu
S13 Iritasi kulit oleh T13 Insinden penanganan P3K
semen
Sumber : Hasil analisis, 2023
B. Penilaian Resiko
Penilaian resiko dilakukan untuk mengetahui skenario bahaya mana yang
memiliki resiko paling besar sampai paling kecil. Penilain resiko dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh indeks resiko. Setelah nilai indeks resiko diperoleh maka
langkah selanjutnya adalah penggolongan level resiko berdasarkan matriks AS/NZS
4360. Hasil penilaian resiko dan penggolongan level resiko dari identifikasi resiko
yang telah dijelaskan dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Penilaian dan Penggolongan Level Resiko pada Pekerjaan Bored Pile
Kode Skenario Kode P C I Tingkat
Bahaya Resiko
S1 Tertabrak/ T1 4 3 12 H
terkena alat
berat
S2 Kecelakaan alat T2.1 3 5 15 H
berat T2.2 3 2 6 M
S3 Jari terpotong T3 2 4 8 M
terkena alat
potong saat
pabrikan besi
S4 Tergores benda T4 3 1 3 L
tajam
S5 Tertimpa T5 3 5 15 H
material bored
pile
S6 Tersandung T6 4 2 8 M
material
S7 Iritasi mata T7 4 3 12 H
terkena
pengelasan
S8 Kecelakaan alat T8 4 3 12 H
S9 Luka bakar T9 4 3 12 H
terkena
pengelasan
S10 Kebisingan T10 4 2 8 M
melebihi Nilai
Ambang Batas
S11 Alat terguling T11.1 3 4 12 H
T11.2 3 2 6 M
S12 Alat rusak T12 3 4 12 H
S13 Iritasi kulit oleh T13 4 1 4 M
semen
Sumber : Hasil analisis, 2023.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh level resiko pada pekerjaan bored pile pada
pekerjaan pembangunan apartemen Grand Dharmahusada Lagoon dari yaitu :
1. Level resiko High (H) terjadi sebesar 53.33% dari skenario bahaya yang telah
diidentifikasi dan terjadi pada Skenario bahaya tertabrak alat berat, kecelakaan alat
berat, tertimpa material, iritasi mata, kecelakaan alat, luka bakar terkena pengelasan,
alat terguling dan alat rusak.
2. Level resiko Moderate (M) terjadi sebesar 40% dari skenario bahaya yang telah
diidentifikasi dan terjadi pada skenario kecelakaan alat berat, jari terpotong,
tersandung material, kebisingan melebihi NAB, alat terguling, dan iritasi kulit oleh
semen.
3. Level resiko Low (L) terjadi sebesar 6.67% dari skenario bahaya yang diidentifikasi
dan terjadi pada S4, tergores benda tajam.

DAFTAR PUSTAKA

3rd Edition The Australian and New Zealand Standard on Risk Management, Pub. L.
No. 4360, NSW Australia 1 (2004).
Ervianto, W. I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Penerbit Andi.
Kasidi. 2014. Manajemen Resiko (Edisi Kedua). Ghalia Indonesia.
Pratama, M. F. R., Irwan R. R., Rosmariani A. 2021. Analisis Manajemen Resiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi. Jurnal Sains dan
Teknologi 2 (2): 160 – 169.
Putra, I K. S. A., Lies K. W., Hery S. 2022. Analisis Pengendalian terhadap Resiko K3
pada Proyek Pembangunan Gedung dan Infrastruktur Kampus II UIN Sunan
Ampel Surabaya. Jurnal Info Manajemen Proyek.
Rahaded, Imelda Natalia. 2014. Identifikasi dan Pengendalian serta Analsis Biaya
Resiko terhadap K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada Proyek
Pembangunan Universitas Widya Mandala Pakuwon City Surabaya. Jurnal
Teknik Sipil Untag Surabaya 7 (2) : 169 – 178.
Rumimper, R. R., Bonny F. S., Marthin D. J. S. 2015. Analisis Reisko pada Proyek
Konstruksi Perumahan di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Ilmiah Media
Engineering 5 (2) : 381 – 389.
Siahaan, Senti Fresty. 2015. Penerapan Manajemen Resiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi di PT Fajar Adma Pratama. Jurnal Sains dan
Teknologi fakultas Teknik Universitas Darma Persada 5 (1).
Soeharto, I. 1991. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai OPerasional. Penerbit :
Erlangga.
Suma’mur, P. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Penerbit :
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai