Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 08

SI-5151 PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI

Dosen Pengampu

Ir. Muhamad Abduh, M.T., Ph.D.

Budi Hasiholan, S.T., M.Eng., Ph.D.

Disusun oleh :

Shalsabila Maulani 25021330

KELOMPOK KEAHLIAN MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI

PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2022
Konstruksi merupakan pekerjaan berat yang di dalamnya melibatkan banyak unsur.
Bukan hanya manusia sebagai pekerja, melainkan juga unsur-unsur lain yang
mendukung. Dari mulai penggunaan alat-alat berat hingga terlibatnya bahan
material dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan dunia konstruksi memiliki risiko
kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Untuk itulah
kenapa semua pihak harus memahami pentingnya penerapan K3 pada proyek
konstruksi.

Pada dasarnya penerapan K3 tidak hanya ada pada lokasi proyek pembangunan atau
konstruksi. Melainkan juga diterapkan pada bidang pekerjaan lain seperti pabrik
hingga institusi pemerintahan. Hanya saja, mengingat risiko pekerjaan konstruksi
yang lebih berat, penerapan K3 seolah-olah hanya menjadi kewajiban pemilik
perusahaan konstruksi. Tujuan penerapan K3 adalah mewujudkan keselamatan dan
kesehatan kerja, terutama manusia atau tenaga kerja yang terlibat. Pada pekerjaan
konstruksi, penerapan K3 ini sendiri meliputi banyak aspek. Dari aspek
pencegahan, adanya pemberian sanksi, juga kompensasi, penyembuhan dan
perawatan luka untuk para pekerja hingga tersedianya perawatan kesehatan untuk
yang terluka dan sedang cuti sakit.

a) Nature of Work

Nature of work dapat juga disebut sebagai sifat atau karakteristik alami dari proyek
konstruksi, ialah sebuah keadaan, situasi, atau kondisi yang memang sudah lazim
atau sewajarnya pasti ada dalam suatu proyek konstruksi. Budiono (2003)
menyatatakan bahwa di dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi
tekanan dalam lingkungan, yang berasal dari aspek fisik, biologis, kimiawi, dan
psikis.

Merupakan hal yang umum apabila melihat konstruksi dipenuhi dengan ancaman
bahaya keselamatan kerja, karena proses konstruksi memang memiliki risiko yang
tinggi terhadap kecelakaan kerja. Semakin berisiko suatu pekerjaan, maka akan
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja akan semakin tinggi. Jenis risiko-risiko
yang dapat terjadi selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi, misalnya tekanan
terhadap waktu penyelesaian konstruksi sering dialami oleh pekerja sehingga
tekanan yang berlebih itu dapat membuat para pekerja menjadi tidak tenang dan
kurang hati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Di sisi lain, banyak pekerjaan
konstruksi yang bersifat repetitif atau berulang, seperti pekerjaan
mengangkat/menurunkan, mendorong/menarik, memutar, membawa, dan menahan.
Apabila pekerjaan yang diebutkan di atas dilakukan terus menerus atau secara
berulang, aktivitas tersebut berpoensi menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan
kerja, seperti kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen, otot, saraf, dan
tendon. Untuk mengendalikan kecelakaan kerja akibat pekerjaan berulang ini,
perusahaan memanfaatkan penggunaan alat bantu mekanik, seperti trolley, forklift,
atau conveyor. Namun demikian, tetap harus ada sebuah SOP dalam penggunaan
alat-alat tersebut agar tidak menjadi potensi bahaya kecelakaan kerja selanjutnya.

b) Human Behavior

Human behavior atau tingkah laku (kebiasaan) adalah sifat alamiah yang ada pada
diri manusia, dalam konteks ini adalah pekerja konstruksi. Faktor perilaku manusia
merupakan salah satu faktor terbesar dalam mempengaruhi tingkat kecelakaan
kerja. Perilaku seorang pekerja dalam melaksankan dan menerapkan K3 sangat
berngaruh terhadap efisiensi dan efektivitas keberhasilan K3. Pada dasarnya,
manusia memiliki sifat ceroboh, lupa, dan mencari jalan/cara/metode tercepat dan
terudah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Sifat-sifat ini yang kadang menjadi
malapetaka bagi para pekerja konstruksi. Didukung dengan karakteristik alami
(nature of work) konstruksi yang berisiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja,
ditambah sifat alamiah pekerja (lupa, ceroboh, dan mencari jalan
tercepat/termudah), berpotensi terciptanya kecelakaan kerja. Di sisi lain,
peringatan-peringatan yang sudah tertera dalam SOP seringkali diabaikan karena
dianggap terlalu lama dan bertele-tele. SOP merupakan standar yang dibuat dengan
melalui berbagai analisis dan pengkajian terhadap pengalaman-pengalaman
terdahulu yang dapat digunakan untuk mengontrol pekerjaan agar tercipta
keselamatan kerja. Dengan demikian, penting untuk selalu melakukan toolbox
meeting sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan setiap harinya untuk memberi
peringatan terhadap arisiko ncaman bahaya kerja.

c) Worksite Condition

Worksite condition adalah suatu kondisi atau situasi pada lokasi kerja proyek.
Worksite condition ini sangat bergantung pada site proyek maupun daerah tempat
dilakukannya proses konstruksi, misalnya daerah rawan banjir, rawan longsor,
tanah berpasir, tanah bergerak, berlumpur, maupun kondisi lainnya. Worksite
condition ini juga meliputi seberapa rapi kondisi site proyek tersebut, karena site
proyek yang raapi dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

Umumnya kecelakaan kerja berasal dari banyaknya penggunaan alat berat yang
besar dan tajam. Lokasi kerja yang dipenuhi oleh alat berat dapat meningkatkan
risiko terjadinya kecelakaan kerja. Peralatan tersebut memiliki potensi untuk
melukai pekerja apabila tidak ada kehati-hatian dalam bekerja, ditambah dengan
tidak adanya kepatuhan dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Selain
persoalan material dan peralatan, lokasi pelaksanaan kerja yang cukup tinggi,
banyaknya perbedaan elevasi, kondisi jalan/lantai kerja yang licin, maupun lokasi
yang cukup curam/terjal, juga berpotensi untuk menciptakan ancaman bahaya
terhadap kecelakaan kerja. Misalnya, pekerjaan pengelasan rangka baja pada
bangunan lantai 4 akan lebih berbahaya dibandingkan dengan pekerjaan di lantai 1.
Selain itu, adanya kebisingan dan keadaan iklim yang tinggi di Indonesia juga
berpeluang menimbulkan kecelakaan kerja.

Persoalan-persoalan yang disebutkan di atas yang menjadi tantangan khusus bagi


dunia konstruksi untuk dapat membuat sistem manajemen keselamatan kerja atau
K3 yang baik dan memadai dalam upaya mengurangi tercipatanya keselamatan
menyeluruh dalam pelaksanaan kerja konstruksi.

d) Safety Management

Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) juga menjadi faktor penting
dalam mengelola jalannya konstruksi agar dapat terhindar dari bahaya maupun
kecelakaan kerja yang tidak diinginkan. Manajemen ini perlu dilakukan dengan
mengindentifikasi setiap pekerjaan yang ada di lapangan, kondisi alam, cuaca,
maupun lingkungan dari lokasi proyek guna menyediakan sistem yang detail dan
memadai. Adapun bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses,
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 guna terciptanya tempat kerja yang
selamat, aman, efisien, dan produktif.

Contoh penerapan safety management, diantaranya adalah : (a) Melengkapi


perlengkapan keselamatan kerja yang ternyata seringkali tidak tersedia atau tidak
layak pakai, (b) Menyediakan tanda peringatan kehati-hatian yang jelas di lokasi
proyek, (c) Memberikan program pelatihan tentang K3 kepada tenaga kerja yang
terlibat dalam pengerjaan proyek agar memiliki kemampuan atau skill yang
diharapan. Oleh karena itu, perlu dibentuk sistem manajemen keselamatan untuk
mengantisipasi serta menghindari adanya kecelakaan kerja karena kurangnya
peringatan, sosialisasi, maupun pengamatan dari pihak-pihak yang berwenang
dalam dalam suatu konstruksi. Pengelolaan risiko yang baik dan benar dapat
meningkatkan kinerja perusahaan melalui strategi dan pendekatan dalam proses
bisnis, pendekatan nilai tambah dan pengelolaan perubahan.

REFERENSI

Budiono, Sugeng, R. M. S. Jusuf, and Andriana Pusparini. 2003. Bunga Rampai


Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Prosyd Academy. n.d. Pentingnya K3 diterapkan di Proyek Konstruksi. Accessed
November 30, 2022. https://she-kalimantan.co.id/pentingnya-k3-
diterapkan-di-proyek-konstruksi/.

Anda mungkin juga menyukai