(SMK3) KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN MALL PELAYANAN PUBLIK BOYOLALI
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi) adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.
Umum (SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum) adalah bagian dari sistem manajemen
Tujuan SMK3 konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dapat diterapkan secara konsisten untuk:
2. dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja; dan
3. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk mendorong
produktifitas.
1. Kebijakan K3
1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Kebijakan harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja, tamu dan
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan konstruksi. Kebijakan K3 harus ditinjau ulang
secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan
yang terjadi.
2. Perencanaan K3
Sasaran umum adalah pencapaian Nihil Kecelakaan Kerja yang Fatal (Zero Fatal
Accidents) pada pekerjaan Konstruksi. Sasaran khusus yang disusun secara rinci guna
terciptanya sasaran umum dengan pelaksanaan Program-program. Program K3 yang disusun
harus mencantumkan sumber daya yang dipergunakan, jangka waktu, indikator pencapaian,
3. Pengendalian Operasional
kategori sesuai dan tidak sesuai tolok ukur Sasaran dan Program K3. Hal-hal yang tidak
sesuai, termasuk bilamana terjadi kecelakaan kerja dilakukan peninjauan ulang untuk diambil
tindakan perbaikan.
Penerapan K3 dalam Pembangunan Mall Pelayanan Publik Boyolali
Bangunan Gedung
(2008) adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan sosial, budaya, kegiatan usaha, kegiatan keagamaan, maupun
kegiatan khusus.
1. Pondasi
Pondasi sering disebut struktur bangunan bagian bawah (sub structure) yang terletak
paling bawah dari bangunan yang berfungsi mendukung seluruh beban bangunan dan
meneruskan ke tanah dibawahnya. Mengingat letaknya yang didalam tanah tertutup oleh
lapisan diatasnya, maka fondasi harus dibuat aman,awet,kuat, stabil, dan mampu mendukung
beban bangunan.
2. Rangka Bangunan
Rangka bangunan adalah bagian dari bangunan yang merupakan struktur utama
pendukung berat bangunan dan beban luar yang bekerja padanya.Struktur ini berupa
kerangka yang terdiri dari kolom dan balok yang merupakan rangkaian yang menjadi satu
3. Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan
lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom
bangunan.
4. Tangga
Tangga adalah jalur bergerigi (mempunyai trap-trap) yang menghubungkan satu lantai
dengan lantai diatasnya, fungsi lantai sebagai jalan untuk naik dan turun antar lantai oleh
orang yang akan menggunakannya. Tangga sebaiknya terpisah dengan ruangan lain, supaya
orang yang naik turun melewati tangga tidak mengganggu aktifitas penghuni yang lain.
Tangga juga bisa digunakan sebagai jalan darurat apabila terjadi bencana (gempa,kebakaran).
5. Atap
Atap adalah penutup atas suatu bangunan yang berfungsi untuk melindungi dari panas
dan hujan.Bentuk atap untuk bangunan bertingkat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
atap datar & atap sudut. Bentuk dan bahan atap harus sesuai dengan rangka bangunannya,
6. Sanitasi
Menurut Azrul Anwar, sanitasi ialah cara pengawasan masyarakat yang menitik
beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin
7. Pelengkap gedung
gedungnya. Beberapa contoh fasilitas umum yang sering digunakan di dalam gedung
Secara teoretis istilah-istilah bahaya yang sering dijumpai dalam lingkungan kerja
yang dapat/telah mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang
batas badan/struktur).
kerugian (manusia/benda).
4. Danger (Tingkat Bahaya), peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada
5. Risk (Risiko), prediksi tingkat keparahan apabila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
Dalam K3 ada tiga (3) pedoman yang selalu harus dipahami, yaitu :
Sasaran K3 adalah :
kesehatan/kesejahtraan).
Dari sisi pengusaha :
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) khususnya penggunaan Alat Pelindung Diri
pada proyek konstruksi, yang terdapat dalam Peraturan Menteri PU No. 9 Tahun 2008
sebagai berikut :
lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan yang pada akhirnya dapat
Pekerjaan konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko tinggi
dan menyumbang kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Kompleksitas pelaksanaan proyek
konstruksi yang melibatkan pekerja, peralatan kerja, dan material dalam jumlah besar dapat
menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah kecelakaan kerja di
ketinggian.
Kecelakaan kerja di ketinggian yang dialami para pekerja baik di sektor konstruksi
atau operasional struktur, masih memprihatinkan karena jumlah kasusnya besar. Menurut
Asosiasi Rope Access Indonesia (ARAI), kecelakaan kerja di ketinggian menempati urutan
nomor dua paling besar setelah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan kerja pada ketinggian di
sektor konstruksi ini banyak terjadi pada saat pembangunan gedung atau pekerjaan konstruksi
layang.
kejatuhan material dari atas. Dari bahaya-bahaya tersebut, faktor terbesar penyebab cedera
serius dan kematian di sektor konstruksi adalah terjatuh dari ketinggian. Kasus umum yang
banyak terjadi di antaranya jatuh dari tangga, jatuh akibat tidak menggunakan alat pelindung
jatuh/tidak menggunakannya dengan benar, ataupun jatuh akibat melakukan pekerjaan di atas
perancah. Kecelakaan ini biasanya didominasi pekerja sementara yang sama sekali tanpa
Pembangunan gedung bertingkat mempunyai tingkat kesulitan dan resiko yang cukup
tinggi. Mall Pelayanan Publik Boyolali direncanakan memiliki 2 ( dua ) lantai, dengan analisa
resiko kecelakaan kerja terdapat pada pekerjaan plafond dan ACP untuk eksterior yang
ketinggian dan itu membutuhkan pemeriksaan serta pemeliharaan agar fungsinya tetap
optimal. Baik tangga, perancah, dan alat perlindungan jatuh perseorangan merupakan jantung
dari program keselamatan sektor konstruksi yang baik. Supervisor atau pengawas lapangan
peralatan-peralatan ini.
1. Tangga
Jatuh dari ketinggian merupakan penyebab utama kematian para pekerja konstruksi
dan kontraktor dan penggunaan tangga yang tidak tepat merupakan penyebab utama jatuh
dari ketinggian.
Potensi cedera akibat penggunaan tangga memang terbilang tinggi terutama di sektor
konstruksi, baik karena terjatuh dari tangga, tangga ambruk ataupun terpeleset saat menaiki
anak tangga.
3. Tangga ditempatkan pada permukaan yang kotor, licin, atau tidak rata.
Penggunaan tangga yang tidak tepat menjadi penyebab utama jatuh dari ketinggian
pada pekerjaan konstruksi. Maka, setiap pekerja harus memahami prosedur keselamatan
tangga. Ingatlah tips keselamatan penggunaan tangga pada pekerjaan konstruksi berikut ini:
2. Periksa komponen yang kendur atau rusak pada anak tangga, injakannya, pegangan,
penguat sekrup yang hilang, engsel, baut, mur dan perangkat keras lainnya. Jika Anda
menemukan kerusakan pada tangga, laporkan kepada atasan dan pasang rambu bahwa
3. Baca dan ikuti label atau tanda peringatan sebelum Anda naik dan melakukan
aktivitas.
4. Tempatkan tangga pada permukaan yang stabil, rata, bersih, tidak licin, dan di area
atau beri palang setiap pintu dekat tangga yang bila terbuka mengarah kepada Anda.
6. Berdirikan tangga dengan perbandingan sudut 4:1, artinya jika tangga disandarkan
pada dinding dengan tinggi 4 meter, maka jarak kaki tangga dengan dinding adalah 1
meter. Bisa juga berdirikan tangga dengan sudut 75° atau boleh kurang, asalkan
8. Gunakan metode 3 titik tumpu (3- points contact) saat naik ataupun turun tangga. 3
titik tumpu artinya 2 kaki berpijak dengan satu tangan berpegang pada anak tangga
dan satu tangan bergerak menanggapi tangga atau 2 tangan berpegang pada anak
tangga dengan satu kaki berpijak dan kaki lain bergerak menggapai tangga.
9. Ujung tangga harus lebih tinggi sekitar 1 meter di atas lantai kerja.
10. Selalu berdiri menghadap tangga dengan tangan memegang anak tangga. Jangan
12. Jangan meletakkan tangga pada kotak, tong, atau benda lain yang tidak stabil untuk
mendapatkan tinggi tambahan.
13. Jangan memaksakan melakukan pekerjaan dengan posisi tangga yang jauh dari objek
yang Anda kerjakan. Atur kembali posisi tangga lebih dekat dengan pekerjaan
14. Jangan memindahkan atau menggeser tangga sementara pekerja atau peralatan masih
berada di tangga.
15. Hindari kemungkinan tergelincir karena licin, periksa anak tangga dan sol sepatu
17. Hindari membawa barang dengan beban berlebih saat menaiki/menuruni tangga.
Periksa informasi kapasitas beban maksimum tangga dan jika membawa peralatan,
pekerjaan ringan dan durasi pendek (maksimum 30 menit pada satu waktu).
Full body harness berfungsi sebagai alat pelindung jatuh perseorangan saat bekerja di
bekerja di ketinggian lebih dari 1,8 meter. Hal ini dikarenakan full body harness memiliki
kelebihan dengan tali pengaman yang bisa melindungi seluruh tubuh pekerja sehingga
kemungkinan cedera akibat hentakan saat jatuh sangat kecil. Sayangnya meski manfaatnya
sangat besar sebagai alat pelindung jatuh, masih banyak pekerja yang mengabaikan
Beberapa langkah penting yang harus Anda perhatikan saat menggunakan full body
harness :
1. Pegang bagian D-Ring pada full body harness dan goyangkan secara perlahan,
pastikan tidak ada webbing/tali yang terpelintir dan pengencangnya (chest strap)
terbuka
2. Pegang tali bahu (shoulder strap) dan masukkan tangan satu persatu ke dalam tali.
Pastikan D-Ring berada di bagian belakang badan Anda, tepatnya di bagian punggung
(antara tulang belikat)
3. Tarik dan kencangkan tali kaki (leg strap), lalu pasangkan/hubungkan pada buckle.
Untuk jenis quick connect buckle, Anda akan mendengar bunyi “klik”,
jika buckle sudah terpasang dengan benar. Atur lingkar tali pada kaki sesuai
kenyamanan Anda. Pastikan tali kaki tidak tertukar
4. Pasangkan tali dada (chest strap) dan hubungkan tab buckle pada receptor sampai
terdengar bunyi “klik”
5. Pastikan dengan tangan bahwa full body harness sudah terpasang benar dan tidak ada
tali yang terpelintir
6. Biarkan orang yang kompeten memeriksa full body harness dan
memasang lanyard pada D-Ring (bila diperlukan).
Full body harness harus diperiksa secara visual sebelum digunakan, termasuk juga
oleh orang yang kompeten untuk mengecek kerusakan harus dilakukan setidaknya setiap 6
bulan dan sebelum memulai pekerjaan di ketinggian. Pastikan juga full body harness yang
digunakan sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku, seperti Permenaker No.9 Tahun
3. Perancah
sekitar 2,3 juta pekerja konstruksi melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan perancah.
Dengan begitu, banyak juga pekerja yang berpotensi mengalami sejumlah bahaya terkait
perancah seperti terjatuh, tertimpa jatuhan benda, dan tersengat aliran listrik.
1. Runtuhnya seluruh atau sebagian unit perancah akibat kegagalan komponen atau
3. Tertimpa benda-benda jatuh dari perancah dan melukai pekerja yang berada di bawah
4. Terpeleset dan terjatuh akibat lantai kerja yang kotor dan licin
Dengan banyaknya pekerja yang berpotensi terkena bahaya saat menggunakan perancah,
Perancah harus dipasang oleh pekerja yang ahli di bawah pengawasan orang yang
kompeten dan perancah telah diperiksa dengan benar sebelum digunakan. Perancah yang
sesuai dan aman harus disediakan untuk semua pekerjaan berisiko tinggi saat bekerja di
ketinggian.
Berikut langkah saat menggunakan perancah:
1. Pastikan pekerja sudah mendapatkan pelatihan mengenai penggunaan perancah yang
tepat dan pengendalian bahaya saat bekerja di atas perancah, penggunaan alat
pelindung jatuh, dan apa yang harus dilakukan apabila ada perubahan pada tempat
kerja atau jenis perancah.
2. Scaffolder atau pengawas memeriksa dan memastikan perancah dalam kondisi aman
sebelum digunakan
3. Lantai kerja, bagian deck, dan pagar pengaman sudah terpasang dan dalam kondisi
aman
4. Gunakan alat bantu untuk memindahkan material dari bawah ke atas
5. Gunakan tangga yang sudah terpasang kuat dan kokoh untuk naik dan turun dari
perancah
6. Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, sepatu keselamatan dan full body
harness.
7. Perhatikan rekan kerja yang bekerja di atas atau di bawah Anda setiap saat. Jika Anda
melihat ada hal yang tidak sesuai prosedur atau ketidaknormalan pada perancah,
hentikan pekerjaan Anda dan laporkan pada atasan.
8. Periksa seluruh komponen alat pelindung jatuh yang digunakan, mencakup harness
(webbing, D-ring, buckle), lanyard, dan lifeline.
9. Jangan membawa barang berlebih saat menaiki perancah
10. Jangan menggunakan pengait silang (cross bracing) saat naik/turun dari perancah
11. Jangan bekerja di atas perancah saat cuaca buruk
12. Jangan menyimpan bahan atau peralatan pada pagar pengaman.
13. Jangan bekerja dekat jalur aliran listrik kecuali Anda terlatih dan berwenang
melakukannya.
14. Amankan semua bahan atau peralatan dari lantai kerja sebelum memindahkan
perancah.
15. Gunakan pengunci roda setiap saat bila perancah tidak sedang bergerak berpindah.
16. Tidak ada seorang pun yang menaiki perancah saat sedang bergerak dipindahkan.
17. Dilarang memasang, membongkar, atau meninggikan perancah kecuali mendapatkan
izin dan diawasi oleh pengawas yang berwenang.
18. Dilarang menggunakan perancah yang belum diberi scafftag
Jenis-jenis scafftag untuk perancah:
1. Tanda hijau : aman
2. Tanda kuning : aman dengan syarat (perlu tambahan alat pengaman lainnya)
3. Tanda merah : tidak aman (perancah tidak boleh digunakan)