Anda di halaman 1dari 14

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(SMK3) KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN MALL PELAYANAN PUBLIK BOYOLALI

Dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan kontruksi, maka

penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi syarat-syarat tentang keamanan,

keselamatan, dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi) adalah segala kegiatan

untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya

pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang Pekerjaan

Umum (SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum) adalah bagian dari sistem manajemen

organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3 pada

setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum.

Tujuan SMK3 konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dapat diterapkan secara konsisten untuk:

1. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang

terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi;

2. dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja; dan

3. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk mendorong

produktifitas.

SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, meliputi:

1. Kebijakan K3

Kebijakan yang ditetapkan harus mememenuhi ketentuan:

1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

serta peningkatan berkelanjutan SMK3.


2. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundangundangan dan persyaratan

lain yang terkait dengan K3.

3. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.

Kebijakan harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja, tamu dan

semua pihak yang terlibat dalam kegiatan konstruksi. Kebijakan K3 harus ditinjau ulang

secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan

yang terjadi.

Organisasi K3 dibentuk dengan Penanggungjawab K3 membawahi bidang-bidang

yang terintegrasi dengan struktur organisasi Perusahaan.

2. Perencanaan K3

Penyusunan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian

Risiko K3 dan Penanggung Jawab terhadap kegiatan-kegiatan konstruksi yang dilakukan.

Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya yang dipergunakan sebagai acuan

dalam pelaksanaan SMK3.

Sasaran umum adalah pencapaian Nihil Kecelakaan Kerja yang Fatal (Zero Fatal

Accidents) pada pekerjaan Konstruksi. Sasaran khusus yang disusun secara rinci guna
terciptanya sasaran umum dengan pelaksanaan Program-program. Program K3 yang disusun

harus mencantumkan sumber daya yang dipergunakan, jangka waktu, indikator pencapaian,

monitoring dan penanggungjawab serta biaya yang dianggarkan.

3. Pengendalian Operasional

Pengendalian operasional berupa prosedur kerja/petunjuk kerja, yang harus mencakup

seluruh upaya pengendalian, antara lain:

1. Menunjuk Penanggung Jawab Kegiatan SMK3 yang dituangkan dalam Struktur

Organisasi K3 beserta Uraian Tugas.

2. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan.

3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja.


4. Program-program detail pelatihan sesuai pengendalian risiko.

5. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan; dan

6. Penyesuaian kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3.

4. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3

Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada kegiatan

yang dilaksanakan pada Pengendalian Operasional.

5. Tinjauan Ulang Kinerja K3.

Hasil pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 selanjutnya diklasifikasikan dengan

kategori sesuai dan tidak sesuai tolok ukur Sasaran dan Program K3. Hal-hal yang tidak

sesuai, termasuk bilamana terjadi kecelakaan kerja dilakukan peninjauan ulang untuk diambil

tindakan perbaikan.
Penerapan K3 dalam Pembangunan Mall Pelayanan Publik Boyolali

Bangunan Gedung

Pengertian bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26

(2008) adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat

kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,

yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau

tempat tinggal, kegiatan sosial, budaya, kegiatan usaha, kegiatan keagamaan, maupun

kegiatan khusus.

Bagian Bangunan Gedung

Bangunan gedung memiliki beberapa bagian, diantaranya adalah :

1. Pondasi

Pondasi sering disebut struktur bangunan bagian bawah (sub structure) yang terletak

paling bawah dari bangunan yang berfungsi mendukung seluruh beban bangunan dan

meneruskan ke tanah dibawahnya. Mengingat letaknya yang didalam tanah tertutup oleh

lapisan diatasnya, maka fondasi harus dibuat aman,awet,kuat, stabil, dan mampu mendukung

beban bangunan.

2. Rangka Bangunan

Rangka bangunan adalah bagian dari bangunan yang merupakan struktur utama

pendukung berat bangunan dan beban luar yang bekerja padanya.Struktur ini berupa

kerangka yang terdiri dari kolom dan balok yang merupakan rangkaian yang menjadi satu

kesatuan yang kuat.

3. Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan

lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom

bangunan.

4. Tangga

Tangga adalah jalur bergerigi (mempunyai trap-trap) yang menghubungkan satu lantai

dengan lantai diatasnya, fungsi lantai sebagai jalan untuk naik dan turun antar lantai oleh

orang yang akan menggunakannya. Tangga sebaiknya terpisah dengan ruangan lain, supaya

orang yang naik turun melewati tangga tidak mengganggu aktifitas penghuni yang lain.

Tangga juga bisa digunakan sebagai jalan darurat apabila terjadi bencana (gempa,kebakaran).

5. Atap

Atap adalah penutup atas suatu bangunan yang berfungsi untuk melindungi dari panas

dan hujan.Bentuk atap untuk bangunan bertingkat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

atap datar & atap sudut. Bentuk dan bahan atap harus sesuai dengan rangka bangunannya,

agar dapat menambah keindahan bangunan.

6. Sanitasi

Menurut Azrul Anwar, sanitasi ialah cara pengawasan masyarakat yang menitik
beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin

mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. Beberapa manfaat sanitasi diantaranya

mencegah penyakit menular, menghindari pencemaran, mengurahi jumlah presentase sakit,

serta lingkungan menjadi bersih, sehat, dan nyaman.

7. Pelengkap gedung

Pada bangunan bertingkat, aktifitas penghuninya sangat bergantung pada fasilitas

gedungnya. Beberapa contoh fasilitas umum yang sering digunakan di dalam gedung

diantaranya: listrik, pompa air, alat komunikasi, AC dan lainnya.

Secara teoretis istilah-istilah bahaya yang sering dijumpai dalam lingkungan kerja

adalah sebagai berikut :


1. Incident (Insiden), munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak diinginkan,

yang dapat/telah mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang

batas badan/struktur).

2. Accident (Kecelakaan), kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau

kerugian (manusia/benda).

3. Hazard (Sumber Bahaya), suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat

menimbulkan kecelakaan, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada.

4. Danger (Tingkat Bahaya), peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada

tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan preventif).

5. Risk (Risiko), prediksi tingkat keparahan apabila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.

Dalam K3 ada tiga (3) pedoman yang selalu harus dipahami, yaitu :

1. Aturan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

3. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja.

Sasaran K3 adalah :

1. Menjamin proses produksi aman dan lancar.

2. Menjamin keselamatan operator dan orang lain.

3. Menjamin penggunaan peralatan yang aman dioperasikan.

Tetapi dalam pelaksanaannya banyak ditemukan hambatan dalam penerapan K3

dalam dunia pekerja konstruksi, hal ini terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu :

Dari sisi pekerja :

1. K3 belum menjadi tuntutan para pekerja.

2. Tuntutan pekerja masih meliputi kebutuhan dasar (upah dan tunjangan

kesehatan/kesejahtraan).
Dari sisi pengusaha :

1. Pengusaha lebih menekan penghematan biaya produksi dan meningkatkan

efisiensi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Ketentuan Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) Konstruksi

Menurut kriteria penilaian dalam tingkat pelaksanaan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) khususnya penggunaan Alat Pelindung Diri

pada proyek konstruksi, yang terdapat dalam Peraturan Menteri PU No. 9 Tahun 2008

sebagai berikut :

1. Baik, bila mencapai hasil penilaian >85%.

2. Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60%-85%.

3. Kurang,bila mencapai hasil peniliaian <60%

Dalam pelaksanaan pembangunan gedung bertingkat, K3 merupakan salah satu


bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan yang pada akhirnya dapat

meningkatkan sistem dan produktifitas kerja.

Pekerjaan konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko tinggi

dan menyumbang kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Kompleksitas pelaksanaan proyek

konstruksi yang melibatkan pekerja, peralatan kerja, dan material dalam jumlah besar dapat

menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah kecelakaan kerja di

ketinggian.

Kecelakaan kerja di ketinggian yang dialami para pekerja baik di sektor konstruksi

atau operasional struktur, masih memprihatinkan karena jumlah kasusnya besar. Menurut
Asosiasi Rope Access Indonesia (ARAI), kecelakaan kerja di ketinggian menempati urutan

nomor dua paling besar setelah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan kerja pada ketinggian di

sektor konstruksi ini banyak terjadi pada saat pembangunan gedung atau pekerjaan konstruksi

layang.

Beberapa bahaya bekerja di ketinggian, yakni terjatuh, terpeleset, tersandung, dan

kejatuhan material dari atas. Dari bahaya-bahaya tersebut, faktor terbesar penyebab cedera

serius dan kematian di sektor konstruksi adalah terjatuh dari ketinggian. Kasus umum yang

banyak terjadi di antaranya jatuh dari tangga, jatuh akibat tidak menggunakan alat pelindung

jatuh/tidak menggunakannya dengan benar, ataupun jatuh akibat melakukan pekerjaan di atas

perancah. Kecelakaan ini biasanya didominasi pekerja sementara yang sama sekali tanpa

pengalaman, mengabaikan pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD), tidak

mematuhi prosedur keselamatan, dan kurang peduli pada keamanan.

Pembangunan gedung bertingkat mempunyai tingkat kesulitan dan resiko yang cukup

tinggi. Mall Pelayanan Publik Boyolali direncanakan memiliki 2 ( dua ) lantai, dengan analisa

resiko kecelakaan kerja terdapat pada pekerjaan plafond dan ACP untuk eksterior yang

terpasang di dinding luar lantai 2 ( dua ).

3 Peralatan Penting Pekerjaan di Ketinggian Untuk Pekerjaan Plafond dan ACP

Mall Pelayanan Publik Boyolali

Pekerjaan konstruksi membutuhkan serangkaian peralatan khusus untuk bekerja di

ketinggian dan itu membutuhkan pemeriksaan serta pemeliharaan agar fungsinya tetap

optimal. Baik tangga, perancah, dan alat perlindungan jatuh perseorangan merupakan jantung

dari program keselamatan sektor konstruksi yang baik. Supervisor atau pengawas lapangan

perlu mempertimbangkan untuk meningkatkan praktik keselamatan saat menggunakan

peralatan-peralatan ini.
1. Tangga

Jatuh dari ketinggian merupakan penyebab utama kematian para pekerja konstruksi

dan kontraktor dan penggunaan tangga yang tidak tepat merupakan penyebab utama jatuh

dari ketinggian.

Potensi cedera akibat penggunaan tangga memang terbilang tinggi terutama di sektor

konstruksi, baik karena terjatuh dari tangga, tangga ambruk ataupun terpeleset saat menaiki

anak tangga.

Penyebab utama kecelakaan saat penggunaan tangga, di antaranya:

1. Kondisi tangga sudah rusak atau cacat.

2. Posisi penempatan tangga kurang tepat.

3. Tangga ditempatkan pada permukaan yang kotor, licin, atau tidak rata.

4. Pekerja tidak mematuhi prosedur keselamatan menggunakan tangga.

Penggunaan tangga yang tidak tepat menjadi penyebab utama jatuh dari ketinggian

pada pekerjaan konstruksi. Maka, setiap pekerja harus memahami prosedur keselamatan

menggunakan tangga dengan benar.

Keselamatan tangga melibatkan pemeriksaan, persiapan, cara menaiki/menuruni


tangga dengan benar, dan pertimbangan yang hati-hati tentang konsekuensi penyalahgunaan

tangga. Ingatlah tips keselamatan penggunaan tangga pada pekerjaan konstruksi berikut ini:

1. Pilih tangga yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

2. Periksa komponen yang kendur atau rusak pada anak tangga, injakannya, pegangan,

penguat sekrup yang hilang, engsel, baut, mur dan perangkat keras lainnya. Jika Anda

menemukan kerusakan pada tangga, laporkan kepada atasan dan pasang rambu bahwa

tangga tidak dapat digunakan atau sedang diperbaiki.

3. Baca dan ikuti label atau tanda peringatan sebelum Anda naik dan melakukan

aktivitas.
4. Tempatkan tangga pada permukaan yang stabil, rata, bersih, tidak licin, dan di area

bebas dari gangguan lalu lintas kendaraan.

5. Gunakan barikade pelindung/guard untuk mencegah kemungkinan tertabrak. Kunci

atau beri palang setiap pintu dekat tangga yang bila terbuka mengarah kepada Anda.

6. Berdirikan tangga dengan perbandingan sudut 4:1, artinya jika tangga disandarkan

pada dinding dengan tinggi 4 meter, maka jarak kaki tangga dengan dinding adalah 1

meter. Bisa juga berdirikan tangga dengan sudut 75° atau boleh kurang, asalkan

terdapat penopang pada bagian bawah tangga.

7. Menghadaplah ke tangga saat naik atau turun.

8. Gunakan metode 3 titik tumpu (3- points contact) saat naik ataupun turun tangga. 3

titik tumpu artinya 2 kaki berpijak dengan satu tangan berpegang pada anak tangga

dan satu tangan bergerak menanggapi tangga atau 2 tangan berpegang pada anak

tangga dengan satu kaki berpijak dan kaki lain bergerak menggapai tangga.

9. Ujung tangga harus lebih tinggi sekitar 1 meter di atas lantai kerja.

10. Selalu berdiri menghadap tangga dengan tangan memegang anak tangga. Jangan

bekerja di samping kiri atau kanan.

11. Jangan menggunakan tangga sebagai jembatan.

12. Jangan meletakkan tangga pada kotak, tong, atau benda lain yang tidak stabil untuk
mendapatkan tinggi tambahan.

13. Jangan memaksakan melakukan pekerjaan dengan posisi tangga yang jauh dari objek

yang Anda kerjakan. Atur kembali posisi tangga lebih dekat dengan pekerjaan

14. Jangan memindahkan atau menggeser tangga sementara pekerja atau peralatan masih

berada di tangga.

15. Hindari kemungkinan tergelincir karena licin, periksa anak tangga dan sol sepatu

Anda terhadap adanya bahan-bahan yang licin.

16. Gunakan alat pelindung jatuh saat memanjat apabila diperlukan.

17. Hindari membawa barang dengan beban berlebih saat menaiki/menuruni tangga.

Periksa informasi kapasitas beban maksimum tangga dan jika membawa peralatan,

gunakan tas atau tools belt yang memudahkan saat naik/turun tangga.


18. Hindari menggunakan tangga atau step ladders untuk tugas-tugas berat atau dalam

durasi panjang, karena seharusnya peralatan tersebut hanya digunakan untuk

pekerjaan ringan dan durasi pendek (maksimum 30 menit pada satu waktu).

2. Full Body Harness

Full body harness berfungsi sebagai alat pelindung jatuh perseorangan saat bekerja di

ketinggian dan penggunaannya lebih dianjurkan dibanding safety belt terutama jika Anda

bekerja di ketinggian lebih dari 1,8 meter. Hal ini dikarenakan full body harness memiliki

kelebihan dengan tali pengaman yang bisa melindungi seluruh tubuh pekerja sehingga

kemungkinan cedera akibat hentakan saat jatuh sangat kecil. Sayangnya meski manfaatnya

sangat besar sebagai alat pelindung jatuh, masih banyak pekerja yang mengabaikan

penggunaannya, mulai dari cara penggunaan, pemeriksaan, hingga perawatannya.

Penyebabnya bisa karena kurangnya pengetahuan, pelatihan, atau pengalaman pekerja.

Beberapa langkah penting yang harus Anda perhatikan saat menggunakan full body
harness :
1. Pegang bagian D-Ring pada full body harness dan goyangkan secara perlahan,
pastikan tidak ada webbing/tali yang terpelintir dan pengencangnya (chest strap)
terbuka
2. Pegang tali bahu (shoulder strap) dan masukkan tangan satu persatu ke dalam tali.
Pastikan D-Ring berada di bagian belakang badan Anda, tepatnya di bagian punggung
(antara tulang belikat)
3. Tarik dan kencangkan tali kaki (leg strap), lalu pasangkan/hubungkan pada buckle.
Untuk jenis quick connect buckle, Anda akan mendengar bunyi “klik”,
jika buckle sudah terpasang dengan benar. Atur lingkar tali pada kaki sesuai
kenyamanan Anda. Pastikan tali kaki tidak tertukar
4. Pasangkan tali dada (chest strap) dan hubungkan tab buckle pada receptor sampai
terdengar bunyi “klik”
5. Pastikan dengan tangan bahwa full body harness sudah terpasang benar dan tidak ada
tali yang terpelintir
6. Biarkan orang yang kompeten memeriksa full body harness dan
memasang lanyard pada D-Ring (bila diperlukan).

Full body harness harus diperiksa secara visual sebelum digunakan, termasuk juga

alat pelindung jatuh lainnya seperti lanyard dan lifeline. Pemeriksaan peralatan secara berkala

oleh orang yang kompeten untuk mengecek kerusakan harus dilakukan setidaknya setiap 6

bulan dan sebelum memulai pekerjaan di ketinggian. Pastikan juga full body harness yang

digunakan sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku, seperti Permenaker No.9 Tahun

2016, OSHA 1926.502, ANSI Z359, CSA Z259, dll.

3. Perancah

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), diperkirakan

sekitar 2,3 juta pekerja konstruksi melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan perancah.

Dengan begitu, banyak juga pekerja yang berpotensi mengalami sejumlah bahaya terkait

perancah seperti terjatuh, tertimpa jatuhan benda, dan tersengat aliran listrik.

Berikut beberapa potensi bahaya dalam penggunaan perancah:

1. Runtuhnya seluruh atau sebagian unit perancah akibat kegagalan komponen atau

beban berlebih yang mengakibatkan pekerja terjatuh atau terperosok


2. Jatuh dari ketinggian akibat lemahnya papan lantai kerja

3. Tertimpa benda-benda jatuh dari perancah dan melukai pekerja yang berada di bawah

4. Terpeleset dan terjatuh akibat lantai kerja yang kotor dan licin

5. Tersengat aliran listrik (electrocution).

Dengan banyaknya pekerja yang berpotensi terkena bahaya saat menggunakan perancah,

maka penerapan keselamatan penggunaan perancah perlu menjadi prioritas.

Perancah harus dipasang oleh pekerja yang ahli di bawah pengawasan orang yang

kompeten dan perancah telah diperiksa dengan benar sebelum digunakan. Perancah yang

sesuai dan aman harus disediakan untuk semua pekerjaan berisiko tinggi saat bekerja di

ketinggian.
Berikut langkah saat menggunakan perancah:
1. Pastikan pekerja sudah mendapatkan pelatihan mengenai penggunaan perancah yang
tepat dan pengendalian bahaya saat bekerja di atas perancah, penggunaan alat
pelindung jatuh, dan apa yang harus dilakukan apabila ada perubahan pada tempat
kerja atau jenis perancah.
2. Scaffolder atau pengawas memeriksa dan memastikan perancah dalam kondisi aman
sebelum digunakan
3. Lantai kerja, bagian deck, dan pagar pengaman sudah terpasang dan dalam kondisi
aman
4. Gunakan alat bantu untuk memindahkan material dari bawah ke atas
5. Gunakan tangga yang sudah terpasang kuat dan kokoh untuk naik dan turun dari
perancah
6. Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, sepatu keselamatan dan full body
harness.
7. Perhatikan rekan kerja yang bekerja di atas atau di bawah Anda setiap saat. Jika Anda
melihat ada hal yang tidak sesuai prosedur atau ketidaknormalan pada perancah,
hentikan pekerjaan Anda dan laporkan pada atasan.
8. Periksa seluruh komponen alat pelindung jatuh yang digunakan, mencakup harness
(webbing, D-ring, buckle), lanyard, dan lifeline.
9. Jangan membawa barang berlebih saat menaiki perancah
10. Jangan menggunakan pengait silang (cross bracing) saat naik/turun dari perancah
11. Jangan bekerja di atas perancah saat cuaca buruk
12. Jangan menyimpan bahan atau peralatan pada pagar pengaman.
13. Jangan bekerja dekat jalur aliran listrik kecuali Anda terlatih dan berwenang
melakukannya.
14. Amankan semua bahan atau peralatan dari lantai kerja sebelum memindahkan
perancah.
15. Gunakan pengunci roda setiap saat bila perancah tidak sedang bergerak berpindah.
16. Tidak ada seorang pun yang menaiki perancah saat sedang bergerak dipindahkan.
17. Dilarang memasang, membongkar, atau meninggikan perancah kecuali mendapatkan
izin dan diawasi oleh pengawas yang berwenang.
18. Dilarang menggunakan perancah yang belum diberi scafftag

Jenis-jenis scafftag untuk perancah:
1. Tanda hijau : aman
2. Tanda kuning : aman dengan syarat (perlu tambahan alat pengaman lainnya)
3. Tanda merah : tidak aman (perancah tidak boleh digunakan)

Langkah Aman Bekerja di Ketinggian


1. Bila memungkinkan, minimalkan melakukan pekerjaan di ketinggian dan lakukan
pekerjaan sebanyak mungkin di ground level (permukaan tanah). Namun, jika sudah
tidak ada pilihan lain dan terpaksa harus bekerja di ketinggian, maka prioritas
selanjutnya adalah bagaimana melindungi pekerja agar tidak terjatuh dari ketinggian.
2. Pastikan pekerjaan direncanakan dengan benar, diawasi, dan dilakukan oleh orang-
orang yang kompeten dan bersertifikat dengan keterampilan, pengetahuan, dan
pengalaman untuk melakukan pekerjaan itu.
3. Pahami fall protection plan yang dirancang perusahaan.
4. Pastikan pekerja sudah memiliki Surat Izin Kerja untuk bekerja di ketinggian.
5. Pastikan peralatan kerja yang digunakan sesuai dengan jenis pekerjaan di ketinggian
yang akan dilakukan, stabil, dan cukup kuat untuk pekerjaan, dipelihara serta
diperiksa secara rutin.
6. Gunakan alat pelindung jatuh saat bekerja di ketinggian. Pastikan Anda menggunakan
alat pelindung jatuh dengan benar dan peralatan dalam kondisi baik.
7. Buat perencanaan tanggap darurat dan prosedur penyelamatan sebagai tindakan
pencegahan bila terjadi kondisi darurat saat bekerja di ketinggian.
8. Patuhi prosedur aman bekerja di ketinggian

Anda mungkin juga menyukai