Anda di halaman 1dari 9

PEMBANGUNAN MESJID TERAPUNG KABUPATEN KEPULAUAN

SELAYAR (TAHAP 1)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu pembangunan kontruksi perlu diperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan diutamakan
sebagaimana mestinya, sehingga untuk mengantisipasi terjadinya
kecelakaan kerja dalam suatu pembangunan kontruksi yang merupakan
kegiatan dalam pembangunan sarana dan prasarana. Dalam bidang
kontruksi beresiko tinggi yang bisa berdampak menimbulkan terjadinya
keselamatan dan kecelakaan kerja.
Resiko dalam kegagalan pembangunan suatu perkerjaan kontruksi
akan selalu ada, baik beresiko kecil maupun besar, baik disebabkan oleh
perencanaan yang kurang sempurna maupun pelaksana yang kurang
cermat, ataupun secara tidak sengaja disebabkan oleh bencana alam.
Dalam kegiatan jasa kontruksi dapat memberikan kontribusi penting dalam
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi hamper di seluruh perkotaan,
ditetapkan dalam undang-undang RI No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja ; Peraturan menteri No. PER-05/MEN/1996 Tentang system
manajeman keselamatan kerja dan kesehatan kerja. Peraturan tersebut
ditetapkan bertujuan untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya
kecelakaan kerja.
Dalam keselamatan dan kesehatan kerja (k3) sebagai dorongan atau
tujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja untuk
menjalankan tugasnya dan mengendalikan semua perkejanya agar tidak
berpotensi bahaya di tempat kerjanya, dengan penerapan K3 ditentukan
sesuai dengan ketentuan standar terciptanya lingkunga kerja yang lebih
aman dan sehat sehingga dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja dalam
pembangunan.
Dalam hal ini perlu diperhatikan masalah yang umum atau sering
terjadi di setiap pekerjaan kontruksi di Indonesia. Untuk menangani
masalah serta untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja dan
kesehatan kerja maka perlu dilakukan evaluasi penerapan Sistem
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Sesuai dengan PP No 50 Tahun 2012 salah satu cara pencegahan
kecelakaan kerja yaitu dilakukan melalui penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam menerapkan SMK3 setiap
perusahaan wajib melaksanakan lima hal yaitu penetapan kebijakan K3,
perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja
K3, dan peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3. Perencanaan adalah
bagian dari konsep Plan-Do-Check-Action yang menjadi landasan dari suatu
Sistem Manajemen yang diaplikasikan dalam SMK3.
Program K3 harus melibatkan semua unsur dalam perusahaan dan
mencakup seluruh tahap perusahaan sejak rancang bangun sampai
operasinya. Perencanaan K3 harus dilaksanakan secara terpadu dengan
melibatkan semua fungsi yang ada dalam perusahaan dan tercermin dalam
rencana kerja tiap-tiap fungsi. Rencana kerja disusun dengan memerhatikan
empat masukan, yaitu hasil tinjauan awal yang telah dilakukan sebelumnya,
hasil analisis risiko yang dilakukan terkait dengan bisnis perusahaan, aspek
perundangan terkait aspek K3, serta ketersediaan sumber daya atau
kemampuan perusahaan untuk menjalankannya. Perencanaan K3 harus
meliputi hasil analisis risiko dan juga evaluasi program tahun sebelumnya
(Ramli, 2013)
Standar Keselamatan Kerja yang belum memadai dan masih tingginya
angka kecelakaan kerja di Indonesia, merupakan bukti lemahnya perhatian
terhadap pentingnya aspek K3 pada pekerjaan konstruksi. Sebagai
gambaran, data angka kecelakaan kerja dari PT. Jamsostek Tahun 2011 di
Indonesia tercatat 96.314 kasus kecelakaan kerja, dimana terdapat 2.144
orang meninggal, 42 orang cacat total. Sebagian besar pekerja yang
ditanyakan mengenai berbagai hal tentang K3, tidak mengetahui secara
jelas mengenai K3 meskipun pernah mendengarnya. Hal ini berarti bahwa
persoalan K3 bagi pekerja ditempatkan jauh di bawah persoalan seperti
upah rendah serta hak – hak lainnya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut timbul pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut :
a. Apa tujuan dari SMK3 tersebut ?
b. Apa pula kecelakaan dalam lapangan pekerjaan yang tidak disengaja ?
c. Sebutkan masalah umum atau yang sering terjadi di setiap pekerjaan
kontruksi di Indonesia !

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah :
a. Mengetahui tujuan dari SMK3 tersebut.
b. Mendefenisikan kecelakaan dalam lapangan pekerjaan yang tidak
disengaja.
c. Mendapat masalah umum atau yang sering terjadi di setiap pekerjaan
kontruksi di Indonesia.

1.4 Ruang Lingkup


1. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
dalam penelitian ini dikhususkan pada pelaksanaan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagai bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2. Tujuan dari smk3 dalam penelitian ini adalah Meningkatkan
efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana,
terukur, terstruktur, dan terintegrasi, Mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh, dan
Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
3. Definisi kecelakaan dalam lapangan pekerjaan yang tidak
disengaja dalam penelitian ini adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta
benda. Selain itu, kecelakaan kerja juga dapat diartikan sebagai suatu
kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian,
luka, kerusakan harta benda maupun kerugian waktu. Hal sama juga yang
dikatakan Sugandi bahwa kecelakaan kerja ( accident ) adalah suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap
manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
4. masalah umum atau yang sering terjadi di setiap pekerjaan
kontruksi di Indonesia dalam penelitian ini diantaranya adalah
keterlambatan pekerjaan kontruksi penundaan sangat mempengaruhi
pengaturan awal yang jelas akan menyebabkan masalah keuangan. Hal ini
dapat dilihat dari sudut pandang pemilik, penundaan proyek tentu akan
berdampak pada kerugian karena pemilik akan mengalami penurunan
pemasukan karena penundaan aktivitas kantor yang telah diatur. Mengenai
kontraktor, kerugian muncul karena akibat dari penundaan yang terjadi
tergantung pada kesepakatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
Keselamatan kerja merupakan hal penting yang ada
hubungannya dengan mesin, alat kerja, bahan baku, proses
produksi, stasiun kerja, serta lingkungan (Ridley, 2004). Kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) adalah pemikiran dan upaya yang
dilakukan untuk mencapai keutuhan dan kesempurnaan tubuh
tenaga kerja sehingga mendapatkan hasil karya yang baik.
Sedangkan dalam keilmuan, K3 merupakan penerapan dan ilmu
pengetahuan dalam usaha meminimalkan kemungkinan-
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang
diakibatkan oleh kerja. K3 berhubungan erat dengan proses
produksi, karena kaitannya selalu dengan proses produksi baik
dalam jasa maupun industri.
Tujuan dalam penerapan K3 adalah agar dapat menciptakan
tempat kerja yang sehat, aman, serta bebas dari pencemaran
sehingga dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dijelakan tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa peran K3 antara lain adalah :
1. Seluruh praktikan berhak mendapat perlindungan keselamatan
disetiap pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan
jumlah produk dan produktifitas.
2. Seluruh praktikan di tempat kerja harus terjamin
keselamatannya.
3. Seluruh sumber produksi harus digunakan secara aman dan
efisien.
4. Agar dapat mengurangi biaya pengeluaran perusahaan jika
terjadi kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan ketika
bekerja karena telah dipersiapkan tindakan antisipasi dari
perusahaan.
Pada pasal 3 ayat 1 dan pasal 9 ayat 3 dalam Undang – Undang
no. 1 tahun 1970 berbunyi “dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja untuk :
1. Mengurangi atau mencegah terjadinya kecelakaan.
2. Menghindari terjadinya kebakaran.
3. Menghindari terjadinya bahaya peledak.
4. Menyelamatkan diri sendiri pada waktu terjadinya kejadian
yang membahayakan.
5. Memberikan pertolongan jika terjadi kecelakaan.
6. Memberikan alat pelindung diri (APD) pada praktikan.
7. Menghindari dan mengendalikan tibulkan penyakit akibat
kerja.
8. Menciptakan dan memelihara kebersihan, ketertiban, dan
kesehatan.
9. Mencapai hubungan yang seimbang antara tenaga kerja,
cara kerja, alat kerja, proses kerja, dan lingkungan.
10.Menyesuaikan keamanan pada pekerjaan yang memiliki
risiko bahaya tinggi
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian tak terduga dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses suatu kejadian tak terduga
dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang
telah diatur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dan dalam
sekejap mata, dan setiap kejadian terdapat 4 faktor yang bergerak
dalam satu kesatuan berantai yaitu lingkungan, bahaya, peralatan,
dan manusia (Anizar, 2009:II). Kecelakaan kerja adalah sesuatu yang
tidak terencana, tidak terkontrol, dan sesuatu hal yang tidak
diperkirakan sebelumnya sehingga mengganggu efektivitas kerja
seseorang (Anton, 1989).
Sedangkan penyakit akibat kerja yaitu suatu penyakit yang
didapatkan sebagai akibat suatu pemajanan terhadap faktor risiko
yang timbul dari kegiatan pekerjaan. Istilah kecelakaan akibat kerja
meliputi seluruh kecelakaan yang dikarenakan oleh pekerjaan dan
semua penyakit-penyakit akibat kerja. Suatu kecelakaan disebabkan
oleh suatu peristiwa luar yang tiba-tiba dan tak terduga, suatu
penyakit akibat kerja adalah akibat pengaruh buruk yang lama
seperti oleh getaran atau kebisingan (Suma’mur, 1977).
Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tujuan keselamatan
dan kesehatan kerja berdasarkan Undang-undang No. 01 Tahun
1970:
1. Tujuan Umum
a. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada di lingkungan
kerja agar selalu terjamin keselamatan dan kesehatan sehingga dapat
diwujudkan peningkatan produksi dan produktivitas.
b. Perlindungan terhadap setiap orang yang berada di lingkungan
kerja agar selalu dalam keadaan selamat.
c. Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat
dipakai
dan digunakan secara efisien dan aman.
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah terjadinya kecelakaan, kebakaran, peledakan, dan
penyakit akibat kerja.
b. Mengamankan mesin dan peralatan, instalasi, pesawat, alat kerja,
bahan baku, dan bahan hasil produks.
Defenisi Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri atau APD didefinisikan sebagai alat yang
mempunyai kemampuan melindungi seseorang dalam pekerjaannya,
yang fungsinya mengisolasi praktikan dari bahaya ditempat kerja.
Alat pelindung diri merupakan salah satu cara untuk mencegah
kecelakaan. Secara teknis APD tidaklah sempurna dalam melindungi
tubuh, tetapi bias mengurangi dampak yang dihasilkan oleh
kecelakaan (Suma’mur, 1989).
B. Penelitian Terdahulu
1. Budiarto, Tedy Agung Cahyadi melakukan penelitian pada
tahun 2011 dengan judul “Peran Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Dalam Kegiatan Peledakan Mineral dan Batubara”
menyimpulkan bahwa Prosedur K3 memberikan dampak yang
signifikan, dapat menghilangkan kekhawatiran akan bahaya
dan resiko pekerjaan, menciptakan keamanan dan nyaman
dalam proses peledakan pada industri pertambangan.
2. Pada penelitian “Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) Terhadap Kinerja Karyawan PT.BEKAERT Indonesia Plant
Karawang” oleh ade sofyan tahun 2017 menyimpulkan bahwa
Kondisi K3 yang ada pada PT.BEKAERT INDONESIA semakin
membaik dari sebelumnya, penerapan K3 selalu dicek dan
ditinjau secara berkala untuk menjaga keamanan dan
keselamatan kerja, sehingga berpengaruh baik terhadap
kinerja dan hasil produksi karyawan.
3. Pada penelitian berjudul “Usulan Perbaikan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di
Pabrik Wire Rod Mill Berdasarkan Metode SWIFT” oleh Hadi
Luqman Hakim, Yuniar, Lauditta Irianti tahun 2015
menyimpulkan bahwa Didapatkan hasil analisis berupa 10
tingkat resiko bahaya pada lantai produksi. Usulan perbaikan
secara umum dan khusus secara keseluruhan meliputi Standar
operational prosedur (SOP), Penyediaan fasilitas, Display
peringatan pemberitahuan dan perhatian untuk praktikan.
4. Berdasarkan data dari Arie Desrianty, Hendro Prassetiyo,
Gilang Ginanjar tahun 2012 dengan judul “Rancangan Sistem
Keselamatan Kerja Berdasarkan Metode SWIFT (The Structured
What-If Analysis (Studi Kasus di Stasiun Kerja Belt Grinding Unit
PRASKA PT.PINDAD Persero Bandung)” dapat di simpulkan
bahwa Bahaya yang sudah teridentifikasi diberikan usulan
rekomendasi untuk meminimisasi bahaya yang tejadi di stasiun
kerja. Penentuan rekomendasi dibuat berdasarkan tingkat
risiko prioritas utama. Rekomendasi yang dihasilkan berupa
penyediaan display untuk alat keselamatan kerja, penyediaan
fasilitas keselamatan kerja, dan Standar Operasional Prosedur.

Anda mungkin juga menyukai