Anda di halaman 1dari 6

Jurnal NeoTeknika Vol 5 No.

2 Desember 2019, hal 7- 12

PENERAPAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA


DALAM MANAJEMEN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI
DI PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT

Sri Kiswati1
Universitas Bina Sarana Informatika
Email : sri.srk@bsi.ac.id
Ummi Chasanah2
Program Studi DIII Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pandanaran
Jl. Banjarsari Barat No. 1 Tembalang Semarang 50275
Email : chasanah_ummi01@yahoo.co.id*

ABSTRAK

Penerapan kesadaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) banyak menyita perhatian berbagai organisasi
segala bidang, karena mencakup permasalahan segi prikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek
hukum, pertanggung jawaban serta citra organisasi itu sendiri. Proses pembangunan proyek konstruksi
umumnya merupakan kegiatan yang mengandung unsur bahaya, sehingga hal kesehatan dan keselamatan
Kerja perlu diperhatikan dan di kelola secara khusus. Dalam pelaksanaan konstruksi sering kali K3 kurang
diperhatikan oleh pekerja. Kesadaran penerapan tertib K3 pada Pelaksanaan Konstruksi sudah berjalan cukup
baik dengan adanya jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) bagi para pekerja proyek yang merupakan
perhatian yang diberikan perusahaan kepada para pekerja yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Walaupun
secara teknis masih terdapat beberapa kekurangan. Diantaranya belum tersedianya tenaga profesional
dibidang K3, sifat pekerja lebih memilih tidak menggunakan Alat Pelindung Diri dan lebih memilih bekerja
berdasarkan pengalaman dan mengabaikan K3, tidak adanya pelatihan khusus mengenai K3 kepada para
pekerja serta tidak adanya pengawasan langsung dari pihak pemerintah terhadap pelaksanaan K3 dilokasi
pelaksanaan pembangunan. Proyek konstruksi memiliki sifat yang khas, diantaranya adalah tempat kerjanya
di ruang terbuka yang dipengaruhi cuaca, jangka waktu pekerjaan terbatas, menggunakan pekerja dengan
berbagai macam karakterdan terkadang pekerja kurang peduli, kurang sadar akan pentingnya K3.

Kata kunci : Penerapan K3, Manajemen Pelaksanaan, Konstruksi, Rumah Sakit

keluarga korban. Akibat dari kecelakan kerja yang


mengakibatkan cacat permanen bahkan kematian,
PENDAHULUAN maka keluarga korban akan mengalami perubahan
Latar Belakang ekonomi pula. Untuk itu pengertian dari
Proyek konstruksi di Indonesia ini yang kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak
mengalami kecelakaan kerja, terutama konstruksi diduga dari semula dan tidak dikehendaki yang
yang berada di ketinggian lebih dari 3 lantai. mengganggu suatu proses dari aktivitas yang telah
Kecelakaan kerja yang dapat juga mengakibatkan dibuat dari semula dan dapat mengakibatkan
luka ringan, sedang maupun berat bahkan dapat kerugian baik korban manusia maupun harta
berujung dengan kematian. Kecelakaan kerja benda.
tersebut dapat berakibat cacat yang permanen. Sedangkan pengertian dari kesehatan dan
Dari kecelakaan yang terjadi tersebut ada yang keselamatan kerja adalah segala daya upaya
mengakibatkan kematian, cacat permanen atau maupun pemikiran yang ada dan ditujukan untuk
pekerja tidak mampu melakukan pekerjaannya menjamin keutuhan dan kesempumaan baik
lagi. jasmaniah maupun rohaniah dari tenaga kerja
Sehingga kecelakaan kerja yang yang sedang melaksanakan pekerjaan. Kesehatan
menyebabkan penderitaan bagi korban dan dan keselamatan kerja sangat perlu ditingkatkan

7
Jurnal NeoTeknika Vol 5 No.2 Desember 2019, hal 7- 12

untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja terjaga, terpelihara, dan ditingkatkan oleh upaya
menuju masyarakat adil dan makmur dari Kesehatan Kerja. (Kurniawidjaja, 2010)
pekerjanya. Penyelenggaran kesehatan kerja dapat
Kerugian yang diakibatkan karena berupa :
kecelakaan dalam bentuk material dapat berupa a. Sarana, tenaga, dan organisasi.
kehilangan uang dan kerusakan harta benda b. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan kerja
maupun kehilangan dalam bentuk waktu kerja. tenaga kerja secara rutin, berkala, khusus, dan
Oleh karena itu pencegahan kecelakaan kerja purna bakti.
adalah merupakan hal yang penting, baik dilihat c. Pelaksanaan P3K (petugas, kotak, da nisi
dari sesi ekonomi maupun dan sesi kemanusiaan. kotak P3K).
Setiap manusia pada dasamya tidak ada yang d. Pelaksanaan gizi kerja
ingin rnengalami kecelakaan kerja terhadap e. Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat
dirinya maupun terhadap segala harta benda yang ergonomi.
dimilikinya. Sehingga keinginan untuk f. Pelaksanaan pelaporan
mendapatkan perlindungan maupun jaminan Kesehatan kerja merupakan hal yang sangat
keamanan terhadap dirinya, dan harta bendanya. penting untuk di jaga dan terjaga demi
Semua kecelakaan kerja, baik langsung maupun kelangsungan, kelancaran dari proses pelaksanaan
tidak langsung dianggap berasal dan kegagalan konstruksi.
manusia. Keselamatan kerja merupakan keadaan di
mana pekerja maupun tenaga kerja merasa aman,
Perumusan nyaman, di tempat lingkungan kerja dan faktor-
Dengan uraian seperti tersebut di atas, faktor yang berpengaruh dapat menunjang
maka yang perlu di bahas adalah pentingnya kualitas kerja.
penerapan kesehatan keselamatan kerja pada
setiap pelaksanaan konstruksi. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah hal yang perlu
Pembatasan masalah diperhatikan di dalam pengelolaan manajemen
Penelitian ini di batasi pada pentingnya konstruksi. Keselamatan kerja terhadap situasi dan
kesehatan keselamatan kerja untuk setiap kondisi kerja sangat berpengaruh pada prestasi
pelaksanaan konstruksi secara umum di Indonesia. kerja dan pada akhirnya terhadap biaya kerja.
Seperti Negara yang sedang berkembang maupun
Tujuan Penelitian ynag tengah berkembang, mengenai keselamatan
Penelitihan ini bertujuan sebagai berikut : kerja sangat ditekankan dan dicantumkan dalam
1. Untuk meningkatkan kesadaran semua pihak rencana anggaran biaya di kontrak kerja.
akan pentingnya K3di setiap pelaksanaan Keselamatan kerja sangat berpengaruh
konstruksi. terhadap kinerja dan keberlangsungan dari proyek
2. Untuk mengantisipasi kecelakaan kerja yang maupun industri konstruksi. Abai terhadap
kemungkinan terjadi, karena kecelakaan kerja keselamatan kerja akan mengakibatkan
dapat berakibat fatal bagi tenaga kerjanya. ketidaknyamanan pekerja dan tingkat kecelakaan
kerja yang tinggi pula. Pekerjaan konstruksi yang
LANDASAN TEORI menerapkan disiplin dalam K3 akan berpengaruh
Kesehatan baik terhadap tenaga kerja dan pelaksanaan
Kesehatan kerja merupakan salah satu pekerjaan konstruksi. Perlindungan bagi tenaga
bagian dari keselamatan kerja maupun kerja merupakan penerapan perencanaan K3 dari
Occupational Safety and Health (OSH). hal utama perlindungan tenaga kerja, sehingga
Kesehatan kerja dengan tujuan agar para pekerja proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat
nyaman, terhindar dari kecelakaan, sehat, berjalan dengan baik dan lancar.
produktif, dan mampu berdaya saing serta Penerapan K3 dalam perencanaan industri
berkembang secara berkesinambungan tidak konstruksi sekarang ini diwajibkan untuk
terganggu dari kecelakaan. Kesehatan kerja harus dianggarkan dan diwajibkan untuk dilaksanakan

8
Jurnal NeoTeknika Vol 5 No.2 Desember 2019, hal 7- 12

di industri konstruksi manapun. Keselamatan


kerja akan menjadi lebih efektif lagi, jika adanya
keterlibatan komitmen manajemen terlibat nyata
dari pekerja yang menanganinya. Keterlibatan
pekerja keselamatan kerja dapat dilakukan antara
lain keaktifan pekerja dalam kegiatan K3,
memberikan masukan mengenai pentingnya K3
dan kondisi yang membahayakan jika melalaikan
K3, menjalankan dan melaksanakan K3 sesuai
aturan, serta memberikan masukan mengenai
prosedur kerja yang aman dengan terus
menerapkan K3 (Ramli, 2010).

Metodologi Penelitian
Perundang-Undangan Kesehatan dan Penelitian ini dilakukan pada proyek
Keselamatan Kerja (K3) konstruksi secara umum, dengan menggunakan
Di Indonesia telah ada Undang-Undang sampling responden. Analisa penelitian ini
kerja dan Undang-Undang kecelakaan. Menurut bersifat deskriptif, yang menggambarkan keadaan
Dilly, 2011, mengatakan bahwa kesehatan dan objek secara kualitatif tanpa adanya pengujian
keselamatan kerja merupakan Undang-Undang hipotesisnya. Responden pada penelitian ini di
No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ambil dari responden yang expect di bidang K3.
diundangkan. Undang-Undang tersebut mengganti K3 dapat di audit secara internal dalam
Veiligheids Reglement tahun 1910, dan tahun meningkatkan organisasi K3 di setiap perusahaan
1073 telah berdiri Ikatan Higienen Perusahaan, dengan penanggung jawab audit mempunyai
kesehatan dan keselamatan kerja. wewenang penuh terhadap fungsi pengawasan dan
Berikut merupakan beberapa pekerjaan pemeriksaan. Audit harus diverifikasi oleh
yang perlu ijin khusus, karena pekerjaan yang konsultan penerbit yang bersertifikasi OHSAS
jarang dilakukan antara lain : bekerja di ruang 18001-1999 secara berkala dan dapat dicabut jika
terbatas, menggunakan bahan kimia berbahaya, terjadi pelanggaran. (Abrar Hussein, 2011).
menggunakan bahan yang mudah terbakar, Kecelakaan kerja dalam UU No.1 tahun
menggunakan bahan yang mudah meledak, 1970 yang dimaksud tempat kerja adalah tiap
bekerja yang berhubungan dengan arus listrik, ruangan baik itu bertutup maupun terbuka,
pasang skafolding, bekerja dengan cara bergerak atau tertutup. Sehingga kecelakaan kerja
menyelam, memindahkan benda berat, bekerja di yang merupakan kecelakaan yang menimpa
luar jam normal, penggalian, pembongkaran, dan pekerja harus di antisipasi dengan mentaati
bekerja di ketinggian. (Buku Saku, 2019). peraturan-peraturan K3 yang berlaku. (Ervianto,
2005).
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Potensi sumber bahaya antara lain adalah
Kerja :pekerja tertimbun longsoran tanah, pekerja
Menurut Austen dan Neale, 1991, tenggelam air banjir, pekerja tersengat aliran
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hal listrik, menghirup gas beracun, tersembur zat
yang sangat penting dan perlu kesadaran semua kimia, menghirup debu, pekerja tertimpa alat
pihak pelaku industry konstruksi. berat, digigit inatang berbisa, terkena ledakan, dan
pekerja terjatuh ke dalam galian.(LP2K3L-A2K4).
Penelitian ini dilaksanakan melalui
observasi/pengamatan di lapangan, melakukan
studi kepustakaan, analisis, dan kesimpulan.

9
Jurnal NeoTeknika Vol 5 No.2 Desember 2019, hal 7- 12

Penerapan K3 untuk pelaksanaan konstruksi


Bagai Alir pada bangunan gedung, baik itu gedung sederhana
maupun gedung tidak sederhana. Dalam PP K3
No. 52 Tahun 2018. Penerapan K3 diwajibkan di
setiap proyek, dengan besaran 1% s/d 1,5% dari
nilai proyek yang di peroleh. Dari hasil sampling
responden yang di peroleh, terangkum bahwa
penerapan K3 sudah cukup baik dilaksanakan,
walaupun masih terdapat kekurangan, namun dari
sisi safety pekerja proyek telah menggunakan Alat
Pelindung Diri dengan baik. Berdasarkan data dari
sampling responden terhadap pengamatan di
pelaksanaan proyek secara umum telah
melaksanakan penerapan K3. Terangkum dari
hasil responden tersebut adalah sebagai berikut :
- 1 : setuju dilaksanakan
- 2 : tidak setuju dilaksanakan
- 3 : kurang setuju dilaksanakan
- 4 : kadang-kadang dilaksanakan
Terlihat dalam tabel hasil sampling responden
adalah sebagai berikut :
Gambar 1.2 Bagan Alir Pelaksanaan
No. Uraian penerapan K3 secara umum Kategori Nilai
PEMBAHASAN 1 2 3 4
Penelitian dari observasi ini didasarkan
pada penerapan K3 untuk pembangunan gedung – 1 Syarat umum K3 yang laksanakan Staff kantor, pekerja, semua pihak yang terkait √
gedung bertingkat. Penerapan K3 sangat penting 2 Penerapan dan pelaksanakan K3 Staff kantor, pekerja, semua pihak yang terkait √
untuk diterapkan, hal ini dikarenakan kelalaian
3 UU dan hukum tentang penerapan K3 Staff kantor √
penerapan K3 dapat berakibat fatal, jika sampai
terjadi kecelakaan. Untuk mengantisipasi berbagai 4 Manajemen K3 Staff kantor √
kecelakaan yang mungkin terjadi pada setiap 5 Pelaksanaan dan operasional K3 Staff kantor √
pelaksanaan kegiatan mulai dari K3 terendah
sampai dengan penerapan K3 yang sesuai. Pada 6 Struktur organisasi dan tanggung jawab K3 Staff kantor √
pelaksanaan K3 yang paling sederhana mulai dari 7 Komunikasi dan solusi pelaksanaan K3 Staff kantor √
penggunaan APD diantaranya : helmet, safety 8 Kesiagaan dan tanggap darurat K3 Staff kantor dan pekerja √
shoes, safety glasses, earplug, masker mulut,
sarung tangan, safety belt, dan jaket pelampung. 9 Tinjauan K3 Staff kantor √
Menurut Ferraro, 2002, dasar dari kebiasaan 10 Audit penerapan K3 Staff kantor √
keselamatan ini merupakan sikap dari persepsi
pekerja terhadap keselamatan kerja, sehingga 11 Dokumentasi K3 Staff kantor √
merupakan gambaran perilaku pekerja terhadap Sumber : observasi data
pelaksanaan peraturan K3 sebagai pengendali
potensi bahaya. Penerapan penggunaan peralatan K3 secara
Menurut Ramli, 2010 keterlibatan pekerja umum yang sering dilakukan saat pelaksanaan
dalam keselamatan kerja dapat dilakukan dengan pembangunan antara lain sebagai berikut :
berbagai cara, diantaranya keaktifan pekerja
dalam kegiatan K3, memberikan masukan adanya
bahaya di lingkungan kerja, menjalankan dan
melaksanakan K3 secara aman.
Penerapan K3 pada Pelaksanaan Konstruksi

10
Jurnal NeoTeknika Vol 5 No.2 Desember 2019, hal 7- 12

yang digunakan masih sebatas Alat Pelindung


K3
APD yang digunakan
Diri yang sederhana. Dan masih ada sebagian dari
No. Uraian pekerjaan APD yang tersedia Keterangan pekerja yang kurang memperhatikan pentingnya
pekerja
Ya Tidak Ya Tidak K3 dirinya.
1 Pekerjaan Tanah
a Sepatu pengaman √ √ Tersedia Sikap Pekerja di Pelaksanaan
b Sarung tangan √ √ Tersedia Dari data yang diperoleh, dari pengamatan
c Masker pelindung √ √ Tidak terseia yang dilakukan masih terlihat kurang adanya
d Helm pelindung √ √ Tidak terseia kesadaran pekerja terhadap pentingnya penerapan
e Pelindung mata √ √ Tidak terseia
K3. Selain itu masih banyak yang menganggap
f Pelindung telinga √ √ Tidak terseia
g Jaket / rompi pelindung √ √ Tidak terseia bahwa penggunaan K3 itu tidak penting,
h Sabuk / tali pengaman √ √ Tidak terseia walaupun K3 telah diwajibkan. Sikap
meremehkan K3 dapat berakibat fatal, karena
2 Pekerjaan pondasi dan struktur
a Sepatu pengaman √ √ Tersedia salah satu faktor kecelakaan kerja adalah
b Sarung tangan √ √ Tersedia penggunaan K3 yang tidak tertib. Beberapa faktor
c Masker pelindung √ √ Tidak terseia yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja
d Helm pelindung √ √ Tidak terseia maupun penyakit kerja antara lain :
e Pelindung mata √ √ Tidak terseia 1. Pekerja tidak terampil dalam penggunaan alat
f Pelindung telinga √ √ Tidak terseia
yang digunakan untuk bekerja.
g Jaket / rompi pelindung √ √ Tidak terseia
h Sabuk / tali pengaman √ √ Tidak terseia 2. Pekerja kurang berhati-hati, lalai, kurang
sehat saat bekerja.
3 Pekerjaan pengelasan
a Sepatu pengaman √ √ Tersedia
3. Tidak tersedia K3 dengan baik, sehingga
b Sarung tangan √ √ Tersedia pekerja tidak menggunakan K3.
c Masker pelindung √ √ Tersedia 4. Alat kerja yang digunakan sudah tidak layak
d Helm pelindung √ √ Tersedia pakai, sehingga membahayakan pekerja.
e Pelindung mata √ √ Tidak terseia 5. K3 yang tersedia tidak mencukupi jumlah
f Pelindung telinga √ √ Tidak terseia pekerjanya.
g Jaket / rompi pelindung √ √ Tidak terseia
h Sabuk / tali pengaman √ √ Tidak terseia
Dari data maupun analisa di atas, diperoleh
keterangan bahwa pekerjaan konstruksi menurut
4 Pekerjaan dengan ketinggian penyedia jasa dengan kondisi kebenaran di lokasi
a Sepatu pengaman √ √ Tersedia
ternyata pekerja sudah dilengkapi dan
b Sarung tangan √ √ Tersedia
c Masker pelindung √ √ Tersedia menerapkan penggunaan APD, walaupun masih
d Helm pelindung √ √ Tersedia ada beberapa pekerja yang tidak tertib APD. Hal
e Pelindung mata √ √ Tersedia ini bukan menjadi indikator bahwa semua pekerja
f Pelindung telinga √ √ Tersedia tidak menggunakan alat pelindung diri (APD).
g Jaket / rompi pelindung √ √ Tersedia Perusahaan terkait pada dasarnya sudah
h Sabuk / tali pengaman √ √ Tersedia
melengkapi dan memberikan perlengkapan APD
5 Pemakaian alat berat bagi pekerjanya.
a Sepatu pengaman √ √ Tidak terseia
b Sarung tangan √ √ Tidak terseia Pedoman Pencegahan Kecelakaan Kerja
c Masker pelindung √ √ Tidak terseia
Dari uraian di atas, kecelakaan kerja selain
d Helm pelindung √ √ Tersedia
e Pelindung mata √ √ Tidak terseia mengakibatkan adanya korban, kerusakan, dan
f Pelindung telinga √ √ Tidak terseia lain sebagainya. Jika kecelakan kerja itu
g Jaket / rompi pelindung √ Tersedia dikarenakan alat maka akan berdampak pada
h Sabuk / tali pengaman √ √ Tidak terseia lingkungan. Untuk menghindari kecelakaan
tersebut, ada organisasi ketenagakerjaan
Berdasarkan survey, pengamatan di internasional atau International Labour
beberapa kegiatan pembangunan, ternyata Organization (ILO) telah menyusun beberapa
sebagian besar para pekerja telah menyadari rekomendasi. Selain itu masing – masing Negara
pentingnya K3. Walaupun K3 yang tersedia dan

11
Jurnal NeoTeknika Vol 5 No.2 Desember 2019, hal 7- 12

telah memiliki undang – undang dan peraturan Ervianto, Wulfram I, 2002, Manajemen
tersendiri. Proyek Konstruksi, Edisi Revisi, Andi,
Yogyakarta
Dampak dan Kompensasi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja dapat berdampak pada Jasa Marga, Buku Saku, Pedoman untuk
kerugian bagi pekerja yang berupa cidera bahkan Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
meningggal dunia. Akibat kecelakaan kerja (K3) Konstruksi, 2019
tersebut, proses kelanjutan dari kegiatan sesaat
juga terganggu, karena tidak bisa melanjutkan Kurniawidjaja, L. Meily, 2010, Teori dan
kegiatan untuk sementara waktu. Dalam Aplikasi Kesehatan Kerja, UI, Press. Jakarta
pelaksanaan suatu proyek konstruksi K3
seharusnya sejak awal diterapkan. Anggaran K3 LP2K3L-A2K4, 2019, Materi Pelatihan
dalam proyek konstruksi sekarang wajib Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan,
dianggarkan dan dilaksanakan, adapun besarnya Kesehatan Kerja & Lingkungan, Indonesia
anggaran adalah maksimal 1% x biaya proyek
yang disepakati. Peraturan Pemerintah, No. 52, Tahun 2018,
Pekerja yang mengalami cidera baik itu Tentang K3
sementara atau permanen, maka untuk sementara
waktu akan terhenti dari kegiatan proyek. Ramli.S, 2010, Sistem Manajemen
Sehingga pekerja tersebut mengalami hari-hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001,
kerja yang tidak dapat dilakukan, atau dengan kata Jakarta, Dian Rakyat
lain hari-hari kerja yang hilang atau mondays lost.
Undang – Undang, No. 1, Tahun 1970,
KESIMPULAN Tentang Keselamatan Kerja
Berdasarkan hasil analisa mengenai
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja, maka
K3 wajib dianggarkan dan dilaksanakan maksimal
1% x anggaran yang di sepakati. Adanya jaminan
sosial tenaga kerja bagi pekerja konstruksi
merupakan salah satu bentuk perhatian dari
perusahaan kepada karyawannya. Penyediaan alat
pelindung diri (APD) dari penyedia jasa kepada
pekerja yang cukup memadai, namun terkadang
masih ada pekerja yang lalai atau kurang
peduliakan pentingnya APD tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Austin AD, Neale, 199, Manajemen Proyek
Konstruksi, PT Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta

Abrar Hussein, 2011, Manajemen Proyek,


Perencanaan, Penjadwalan, dan Pengendalian
Proyek, Andi, Yogyakarta

Dilly, Steven F., 2011, Penerapan Sistem


Pengendalian K3 Pada Pelaksanaan Konstruksi,
Fakultas Teknik Unsrat, Manado

12

Anda mungkin juga menyukai