Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS PERTAHANAN

REPUBLIK INDONESIA

PENGANTAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA


LINGKUNGAN
(K3L)

NAMA : GILBERT CHRISTADO PURBA


NIM : 32020404012

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI PERTAHANAN


PRODI TEKNIK SIPIL MILITER
BOGOR
2023
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5
2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ............................................. 5
2.2. Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ............................................. 7
2.3. Prinsip Kerja K3L ................................................................................................... 8
2.4. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Industri Konstruksi.......... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 14
BAB IV .................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 16

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Industri konstruksi adalah salah satu sektor ekonomi yang paling vital dan
berperan besar dalam pembangunan berbagai infrastruktur. Namun, industri ini
juga dikenal sebagai salah satu yang paling berisiko dalam hal kecelakaan dan
cedera kerja. Industri konstruksi melibatkan berbagai jenis pekerjaan yang
melibatkan peralatan berat, pergerakan material, penggunaan bahan berbahaya,
dan berbagai faktor lain yang dapat menyebabkan bahaya serius bagi pekerja jika
tidak ditangani dengan baik.

Di Indonesia, masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) masih


sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan
kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (”K3
Masih Dianggap Remeh,” Warta Ekonomi, 2 Juni 2006). Hal ini tentunya sangat
memprihatinkan. Hal ini membuktikan bahwa tingkat kepedulian terhadap K3
masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan.

Indonesia termasuk negara yang memiliki angka kecelakaan kerja yang


paling tinggi di Kawasan ASEAN. Hampir 32% kasus kecelakaan kerja yang ada
di Indonesia terjadi pada sektor konstruksi yang meliputi semua jenis pekerjaan
proyek gedung, jalan, jembatan, terowongan, irigasi bendungan dan sejenisnya.
Di posisi kedua ada sektor industri manufaktur yang menyumbang 31,6% kasus
kecelakaan di Indonesia. Lalu disusul oleh industri transportasi sebesar 5,3%,
industri kehutanan 3,8%, dan industri pertambahan sebesar 2,6%.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah aspek kunci dalam


menjaga kesejahteraan pekerja di industri konstruksi. Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) sekaligus Ketua Kelompok Keahlian Manajemen dan
Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi
Bandung (ITB) Khrisna Suryanto Pribadi mengatakan sering kali kecelakaan
kerja terjadi di proyek konstruksi karena kurang memperhatikan aspek

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


4

Keselamatan, Kesehatan, Kerja dan Lingkungan Hidup (K3L) dan kurangnya


pengawasan saat pelaksanaan kegiatan proyek.

Oleh karena itu, pemahaman dan penerapan K3L yang baik, bersama
dengan komitmen terhadap perlindungan lingkungan, tidak hanya mencegah
kecelakaan dan penyakit pekerja, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan
yang berkelanjutan dan menjaga keberlanjutan sumber daya alam kita. Melalui
kesadaran akan pentingnya K3L dan perlindungan lingkungan, kita dapat
mengurangi risiko yang terkait dengan aktivitas konstruksi dan menciptakan
lingkungan kerja yang lebih aman, sehat, dan berkelanjutan bagi semua pihak
yang terlibat.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dijelaskan, penulis merumuskan masalah yang
akan dibahas pada makalah ini, yaitu sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam industri
konstruksi?
2. Bagaimana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada industri
konstruksi?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memahami lebih jauh tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
industri konstruksi
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada industri konstruksi

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Sedangkan menurut Iwan Sumantri, K3L adalah
suatu pendekatan manajerial yang sistematis untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan mengendalikan risiko-risiko yang terkait dengan pekerjaan dan
lingkungan kerja, dengan tujuan utama melindungi karyawan, masyarakat, dan
lingkungan.
Keselamatan, Kesehatan, dan Kerja Lingkungan (K3L) dalam industri
konstruksi adalah serangkaian praktik, kebijakan, dan prosedur yang dirancang
untuk memastikan keamanan, kesehatan, dan perlindungan lingkungan dalam
semua aspek aktivitas konstruksi. Ini adalah aspek kritis dalam industri konstruksi
karena pekerjaan di sektor ini sering melibatkan risiko tinggi dan potensi dampak
negatif terhadap pekerja, masyarakat, serta ekosistem alam. Berikut penjelasan
lebih rinci tentang masing-masing komponen K3L dalam industri konstruksi :
1) Keselamatan
Keselamatan dalam industri konstruksi berfokus pada upaya untuk
mencegah cedera fisik, kecelakaan, atau kematian yang dapat terjadi selama
proses konstruksi. Ini mencakup berbagai aspek, seperti penggunaan peralatan
pelindung diri (PPE), pelatihan keselamatan, penanganan peralatan berat
secara aman, dan penerapan prinsip-prinsip keselamatan dalam desain proyek.
Keselamatan juga mencakup pengendalian risiko, pencegahan jatuh dari
ketinggian, manajemen mesin dan peralatan berat dengan aman, serta audit
keselamatan untuk memastikan pematuhan.

2) Kesehatan

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


6

Kesehatan dalam konteks industri konstruksi berkaitan dengan


pemeliharaan kesehatan pekerja selama mereka terlibat dalam proyek
konstruksi. Ini mencakup pemantauan dan pengendalian paparan terhadap
bahan berbahaya, pengelolaan limbah berbahaya, pengendalian debu, kimia,
atau asap yang dapat membahayakan kesehatan pekerja. Selain itu, langkah-
langkah pencegahan seperti pemeriksaan medis rutin, promosi kesehatan, dan
manajemen stres juga menjadi bagian penting dari K3L dalam industri
konstruksi.

3) Kerja Lingkungan
Kerja Lingkungan dalam industri konstruksi bertujuan untuk menjaga dan
melindungi lingkungan alam selama seluruh siklus hidup proyek konstruksi.
Ini termasuk pemantauan dampak lingkungan dari konstruksi, pengelolaan
limbah dan polusi, penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan,
perlindungan ekosistem alam, dan implementasi teknologi yang ramah
lingkungan dalam desain dan pelaksanaan proyek. K3L lingkungan juga
mencakup pematuhan terhadap peraturan lingkungan yang berlaku dan upaya
untuk mengurangi dampak negatif.

Penerapan K3L dalam industri konstruksi adalah tanggung jawab


bersama semua pihak yang terlibat dalam proyek, termasuk pemilik proyek,
manajer proyek, insinyur, pekerja lapangan, dan kontraktor. Dengan menjaga
standar K3L yang tinggi, industri konstruksi dapat menciptakan lingkungan
kerja yang lebih aman, menjaga kesehatan pekerja, serta berkontribusi pada
pelestarian lingkungan alam dan keberlanjutan.

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


7

2.2. Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah aspek yang sangat penting
dalam semua sektor industri, namun di bidang konstruksi, pentingnya K3
menjadi lebih krusial. Konstruksi melibatkan berbagai jenis pekerjaan yang
melibatkan alat berat, bahan berbahaya, ketinggian, dan lingkungan kerja yang
berubah-ubah. Oleh karena itu, ada beberapa alasan mengapa keselamatan dan
kesehatan kerja begitu penting di bidang konstruksi.
Pertama, konstruksi adalah salah satu sektor yang memiliki tingkat
kecelakaan kerja tertinggi. Para pekerja sering terpapar risiko yang tinggi, seperti
jatuh dari ketinggian, terjebak di bawah material berat, atau terkena alat dan
mesin berbahaya. K3 yang buruk dapat berdampak buruk pada kesejahteraan
pekerja, bahkan mengancam nyawa mereka.

Kedua, ketika kecelakaan atau penyakit terkait pekerjaan terjadi di


konstruksi, dampaknya bisa sangat merugikan. Selain biaya medis yang tinggi,
proyek konstruksi dapat terganggu, mengakibatkan keterlambatan penyelesaian
dan biaya tambahan. Ini dapat merugikan kontraktor, pemilik proyek, dan bahkan
perekonomian secara keseluruhan.

Ketiga, peraturan dan standar K3 yang ketat dalam konstruksi membantu


mengurangi risiko dan mendorong praktik terbaik. Dengan mematuhi aturan-
aturan ini, kontraktor dan pekerja dapat mengidentifikasi potensi bahaya,
mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai, dan menciptakan
lingkungan kerja yang lebih aman. Ini juga meningkatkan reputasi perusahaan
dan dapat membantu dalam memenangkan proyek baru.

Keempat, aspek kemanusiaan juga sangat penting. Setiap pekerja


memiliki hak untuk bekerja dalam lingkungan yang aman dan sehat. K3 yang
baik mencerminkan tanggung jawab moral dan etika perusahaan terhadap pekerja
mereka. Dalam jangka panjang, peduli terhadap K3 dapat meningkatkan moral
pekerja, produktivitas, dan retensi tenaga kerja.

Secara keseluruhan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah prioritas


utama dalam industri konstruksi. Menerapkan praktik K3 yang baik bukan hanya
kewajiban hukum, tetapi juga investasi yang bijak bagi keselamatan pekerja,

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


8

efisiensi proyek, dan reputasi bisnis. Dengan mengutamakan K3, kita dapat
memastikan bahwa proyek konstruksi berjalan lancar dan pekerja tetap selamat
dan sehat selama bekerja.

2.3. Prinsip Kerja K3L


Dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri
konstruksi, ada beberapa faktor dan prinsip kerja yang harus diperhatikan. Dalam
pelaksanaannya, penting untuk memahami dan menerapkan prinsip kerja yang
sesuai dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3. Berikut adalah prinsip kerja
K3 konstruksi, yaitu :
1) Kelengkapan administrasi
Dalam setiap pelaksanaan konstruksi, Perusahaan harus memiliki
administrasi yang lengkap dan memastikan bahwa surat-menyurat yang
terkait telah dilengkapi. Semua halnya termasuk dengan pendaftaran proyek
di departemen kerja setempat, pembayaran asuransi tenaga kerja dan asuransi
lainnya, serta izin untuk penggunaan jalan atau fasilitas umum lainnya. Selain
itu, juga perlu memiliki surat keterangan atas penggunaan alat berat dan
memberitahukan kepada pemerintah dan instansi terkait tentang proses
konstruksi.

2) Menyusun safety plan


Prinsip yang perlu diperhatikan berikutnya adalah penyusunan rencana
keselamatan (safety plan). Rencana ini merupakan bagian integral dari
implementasi K3 dalam suatu proyek konstruksi. Tujuan prinsip ini adalah
agar proyek konstruksi dapat berjalan dengan lancar dan aman, serta
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pada umumnya,
safety plan mencakup gambaran proyek, identifikasi risiko kecelakaan, poin-
poin utama dalam K3, tata cara pengoperasian peralatan yang baik, langkah-
langkah pencegahan, dan informasi kontak instansi terkait.

3) Pelaksanaan dan pelatihan K3

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


9

Selanjutnya adalah melaksanakan serta melatih K3. Kegiatan K3


melibatkan kerjasama dengan instansi terkait. Pengawasan K3 dapat
mencakup safety patrol, safety supervisor, dan safety meeting. Setiap unsur
ini dari pengawasan ini memiliki peran dan tugas masing-masing. Mereka
bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan dan pelaksanaan dalam proses
konstruksi, mengendalikan pelaksanaan K3 sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan, serta membahas laporan hasil safety patrol dan safety
supervisor. Dengan pelaksanaan dan pelatihan K3, tingkat produktivitas yang
tinggi dalam kinerja konstruksi dapat tercipta dengan lebih baik.

2.4. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Industri Konstruksi


K3 dalam konstruksi memainkan peran yang sangat penting dalam
melindungi pekerja dari berbagai risiko dan potensi bahaya yang ada di lokasi
konstruksi, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan alat berat, dan lainnya.
Selain itu, K3 juga memiliki dampak langsung pada produktivitas proyek,
mengurangi biaya tambahan yang mungkin timbul akibat kecelakaan kerja, dan
mempertahankan reputasi perusahaan konstruksi. Dengan mematuhi standar K3
dan menjadikannya prioritas, proyek konstruksi dapat berjalan lebih efisien,
aman, dan bertanggung jawab secara sosial. Lebih dari sekadar kewajiban
hukum, K3 dalam konstruksi adalah investasi dalam keberhasilan proyek dan
kesejahteraan pekerja.
Peran dari K3 konstruksi tentu tidak akan jauh berbeda dengan peran K3
secara umum, yaitu :
a. Memberikan jaminan dan perlindungan atas keselamatan masing-masing
tenaga kerja selama melakukan pekerjaannya.
b. Mengatur penggunaan sumber-sumber produksi berupa alat atau bahan agar
sumber-sumber produksi tersebut dapat digunakan secara aman, tepat guna,
dan efisien
c. K3 menjadi tindakan antisipatif/preventif yang dilakukan untuk mengurangi
probabilitas terjadinya kecelakaan/sakit akibat pekerjaan. Dengan demikian,
biaya untuk menanggung kecelakaan tersebut dapat ditekan. (Hasibuan
dkk.,2020)

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


10

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L) dalam


industri konstruksi adalah langkah yang krusial untuk menjaga keamanan dan
kesehatan pekerja, serta menjaga integritas lingkungan. Di lingkungan konstruksi
yang sering kali penuh risiko, langkah-langkah K3L bertujuan untuk mencegah
cedera serius atau bahkan kematian, yang dapat terjadi akibat jatuh dari
ketinggian, tertimpa benda berat, atau insiden lainnya. Berikut adalah beberapa
langkah dan praktik penting dalam penerapan K3L di industri konstruksi :
a. Perencanaan K3
 Sebelum memulai proyek konstruksi, lakukan perencanaan K3 yang
komprehensif. Identifikasi potensi bahaya dan risiko yang mungkin
terjadi selama proyek.
 Tentukan tindakan pengendalian yang diperlukan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko tersebut.
 Sertakan anggaran dan sumber daya untuk implementasi K3 dalam
perencanaan proyek.
b. Pelatihan dan Pendidikan
 Pastikan semua pekerja dan personel terlibat dalam proyek konstruksi
telah menerima pelatihan K3 yang memadai.
 Edukasi pekerja tentang bahaya khusus yang ada di lokasi kerja mereka
dan cara menghindarinya.
 Lakukan pelatihan berkala dan sesuaikan dengan perubahan situasi di
lapangan.
c. Penggunaan Peralatan dan Perlengkapan Pelindung Diri (APD)
 Pastikan pekerja menggunakan peralatan pelindung diri yang sesuai,
seperti helm, sepatu keselamatan, sarung tangan, kacamata pelindung,
dan perlindungan telinga jika diperlukan.
 Periksa secara berkala peralatan dan APD untuk memastikan bahwa
mereka dalam kondisi baik.
d. Manajemen Risiko
 Buat rencana manajemen risiko yang mencakup tindakan pencegahan dan
tanggap darurat untuk situasi yang dapat terjadi, seperti kecelakaan,
kebakaran, atau bencana alam.

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


11

 Identifikasi dan tindak lanjuti kejadian dan insiden kecil sebelum mereka
berkembang menjadi masalah yang lebih besar.
e. Pengawasan dan Inspeksi
 Lakukan pengawasan rutin di lokasi konstruksi untuk memastikan bahwa
prosedur keselamatan diikuti dengan benar.
 Lakukan inspeksi peralatan dan mesin secara teratur untuk memastikan
bahwa mereka dalam kondisi kerja yang aman.
f. Komunikasi dan Komitmen
 Komunikasikan kebijakan K3 kepada semua pihak yang terlibat dalam
proyek, termasuk pekerja, kontraktor, dan manajemen proyek.
 Jadikan keselamatan prioritas utama dan pastikan bahwa semua pihak
terlibat memiliki komitmen yang kuat untuk mengikuti praktik
keselamatan.
g. Investigasi dan Pelaporan Insiden
 Lakukan investigasi menyeluruh terhadap setiap insiden atau kecelakaan
yang terjadi, dan identifikasi penyebabnya.
 Buat laporan insiden dan ambil tindakan korektif untuk mencegah
terjadinya insiden serupa di masa depan.
h. Pengembangan Budaya Keselamatan
 Fokus pada pengembangan budaya keselamatan yang positif di seluruh
organisasi. Ajak semua orang untuk melibatkan diri dalam penerapan K3.
 Berikan penghargaan dan pengakuan kepada mereka yang berkontribusi
pada keselamatan kerja.
i. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan
 Lakukan evaluasi berkala terhadap program K3 dan identifikasi area yang
memerlukan perbaikan.
 Terus tingkatkan praktik keselamatan berdasarkan pembelajaran dari
insiden dan pengalaman lapangan.

Sedangkan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan


(K3L) kepada pekerja dengan tingkat pendidikan yang terbatas dalam industri
konstruksi adalah suatu tantangan yang memerlukan pendekatan yang hati-hati

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


12

dan adaptif. Pekerja dengan latar belakang pendidikan yang terbatas mungkin
memiliki pemahaman yang terbatas terkait aspek K3L yang kompleks. Oleh
karena itu, pendekatan praktis dan sederhana sangat penting. Berikut adalah
beberapa langkah dan praktik penting dalam penerapan K3L terhadap pekerja
dengan tingkat pendidikan yang terbatas pada bidang industri konstruksi :
a. Menyediakan pelatihan K3L yang mudah dipahami, menggunakan bahasa
yang sederhana, dan diilustrasikan dengan contoh konkret.
b. Demonstrasi langsung tentang penggunaan alat pelindung diri (PPE) dan
prosedur keselamatan di lapangan dapat membantu pekerja memahami konsep
K3L dengan lebih baik.
c. Pengulangan pelatihan secara berkala sangat penting untuk memperkuat
pemahaman mereka.
d. Pengawasan yang cermat dan supervisi di tempat kerja sangat dibutuhkan.
Manajemen harus memastikan bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan yang
terbatas benar-benar menerapkan praktik K3L dalam pekerjaan mereka.
Pertanyaan dan diskusi tentang K3L juga harus dianjurkan agar pekerja
merasa nyaman dalam berkomunikasi tentang masalah keselamatan.
e. Komunikasi terbuka di tempat kerja adalah hal yang sangat penting, di mana
pekerja merasa bebas melaporkan bahaya atau masalah yang mereka temui.
Dukungan dari atasan dan manajemen dalam menerapkan K3L adalah kunci
kesuksesan.
f. Memberikan penghargaan atau pengakuan kepada pekerja yang berkinerja
baik dalam menjalankan praktik K3L dapat menjadi motivasi tambahan.

Penerapan K3 konstruksi ini bertujuan untuk :

a. Memastikan dan menjaga agar semua orang yang beraktivitas di lingkungan


kerja konstruksi tersebut terlindungi
b. Meningkatkan kinerja semua individu yang terlibat di lingkungan kerja
konstruksi tersebut dengan meminimalkan risiko terjadinya kecelakaan kerja

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


13

c. Memastikan agar sumber-sumber produksi (baik yang berupa peralatan


maupun bahan habis pakai) terjaga dengan baik dan digunakan dengan aman,
tepat guna, dan efisien

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, beberapa manfaat berikut menjadi lebih


mudah dicapai :

a. Pekerja memiliki pemahaman risiko apa saja yang mungkin timbul dari
pekerjaan tersebut
b. Pekerja mendapat informasi mengenai bagaimana cara mencegah terjadinya
kecelakaan kerja
c. Pekerja mendapat informasi mengenai bagaimana cara mengatasi keadaan
darurat yang membahayakan keselamatan kerja seperti kebakaran,
kecelakaan, dsb.
d. Perusahaan dapat mengurangi lost time karena adanya kecelakaan kerja
e. Perusahaan dapat mengurangi biaya yang timbul atas kecelakana kerja
f. Perusahaan dapat meningkatkan produktivitasnya

Penerapan K3L yang efektif dalam industri konstruksi adalah tanggung


jawab bersama semua pihak yang terlibat, termasuk pemilik proyek, manajer
proyek, insinyur, dan pekerja lapangan. Tujuannya adalah untuk menciptakan
lingkungan kerja yang lebih aman, menjaga kesehatan individu, serta merawat
lingkungan alam selama seluruh siklus hidup proyek konstruksi.

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


14

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sejak tahun 2016 hingga saat ini, kasus kecelakaan kerja yang ada di
Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari data yang
dikeluarkan oleh BPJS dimana jumlah kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun
2016 terdapat sebesar 101.367 kasus, pada tahun 2017 sebesar 123.040 kasus,
pada tahun 2018 sebesar 173.415 kasus, pada tahun 2019 sebesar 182.835 kasus,
pada tahun 2020 sebesar 221.740 kasus, pada tahun 2021 sebesar 234.270 kasus,
dan pada tahun 2022 sebesar 298.137 kasus.

Sektor industri konstruksi masih merupakan penyumbang terbesar kasus


kecelakaan kerja di Indonesia. Setiap tahunnya, sektor industri konstruksi
menyumbang 32% dari total kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Di posisi kedua
ada sektor industri manufaktur yang menyumbang 31,6% kasus kecelakaan di
Indonesia. Lalu disusul oleh industri transportasi sebesar 5,3%, industri kehutanan
3,8%, dan industri pertambahan sebesar 2,6%.

Dengan data tersebut, penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Lingkungan (K3L) terutama dalam industri konstruksi seperti perencanaan K3,
pelatihan dan pendidikan, penggunaan peralatan dan perlengkapan pelindung piri
(APD), dan lainnya adalah langkah yang sangat penting dan bermanfaat.
Pelaksanaan keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) harus menjadi perhatian yang
sangat serius dan menjadi prioritas bagi seluruh Perusahaan. Setiap Perusahaan
harus menerapkan system manajemen K3 secara konsisten dan sesuai dengan
regulasi yang berlaku. Ini bukan hanya tentang mematuhi peraturan atau hukum,
tetapi juga tentang melindungi kehidupan dan kesehatan pekerja, meningkatkan
produktivitas, mengurangi biaya tambahan, dan menjaga reputasi perusahaan.
K3L yang baik menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, menjaga
integritas lingkungan, dan mendukung keberlanjutan industri konstruksi. Selain
itu, ini adalah komitmen etis dan sosial yang menunjukkan kepedulian perusahaan

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


15

terhadap kesejahteraan pekerja dan masyarakat yang terpengaruh oleh proyek


konstruksi. Oleh karena itu, penerapan K3L harus menjadi prioritas utama bagi
setiap perusahaan dalam industri konstruksi, karena manfaatnya meluas dari
keselamatan individu hingga kesuksesan bisnis secara keseluruhan.

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA


16

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Wirahadikusumah, R. D. (2007). Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan


Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Wirahadikusumah, R. D. (2007). Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan


Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Ramli S. (2009). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dian Rakyat.
Jakarta

Anonimus. (2010). Pedoman K3 Proyek Konstruksi. PT Jasa Marga (Persero) Tbk.


Jakarta

TIM K3 FT UNY. (2014). KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3).


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

Hasibuan dkk. (2020). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yayasan Kita
Menulis.

Direktorat Keberlanjutan Konstruksi. (2021). Modul 1 Kebijakan Pemerintah tentang


Keselamatan Konstruksi. Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai