Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HIGIENE PERUSAHAAN DAN PROYEK

SERTA MANAJEMEN LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH

RAFI AHMAD NAUFAL

320220404018

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SAINS DAN TEKNOLOGI PERTAHANAN

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa penulis mampu menyelesaikan tugas
makalah “Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan”. Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Ir. Pungky Dharma Saputra, S.T., M.Si (Han)., M.T., CST., IPM
selaku dosen mata kuliah keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan Universitas
Pertahanan Republik Indonesia. Yang telah membimbing serta mengajarkan tentang
keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan sehingga dapat membantu penulis untuk
menyelesaikan tugas ini.
Penulis secara sadar mengetahui bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dengan segenap kerendahan hati, penulis terbuka terhadap saran,
kritik, serta masukan terhadap makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat dan dapat
berguna untuk hal positif bagi para pembaca.

Bogor, 7 November 2023

Rafi Ahmad Naufal


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang........................................................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 4
1.3. Maksud dan Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
2.1. Definisi Proyek Konstruksi dan Higiene Perusahaan ............................................................... 6
2.1.1 Proyek Konstruksi ............................................................................................................. 6
2.1.2 Kecelakaan Kerja .............................................................................................................. 6
2.1.3 Keselamatan Kerja ............................................................................................................ 7
2.1.4 Kesehatan Kerja................................................................................................................ 7
2.1.5 Definisi Higiene Perusahaan ............................................................................................. 8
2.2 Regulasi Terkait Higiene Perusahaan ....................................................................................... 8
2.3 Standar dan Fungsi K3 Dalam Higiene Perusahaan................................................................ 10
2.3.1 Pentingnya Standar dalam K3 Higiene Perusahaan......................................................... 10
2.3.2 Fungsi Standar dalam K3 Higiene Perusahaan ................................................................ 10
2.3.3 Standar yang digunakan dalam K3 Higiene Perusahaan ................................................. 10
2.4 Penerapan Higiene dalam K3 ................................................................................................ 11
BAB 3 PENUTUP .............................................................................................................................. 12
3.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan inisiatif pemerintah


yang harus diimplementasikan oleh semua kontraktor, terutama dalam proyek konstruksi,
dengan tujuan melindungi karyawan selama bekerja. Sistem Manajemen K3 (SMK3)
merupakan pendekatan terpadu yang digunakan oleh kontraktor untuk menjalankan
program K3, dengan mengantisipasi berbagai bahaya dan ancaman selama proyek
berlangsung. Setiap perusahaan konstruksi wajib mendukung program K3 dengan kinerja
K3 yang baik untuk bersaing dalam tender proyek.

Kinerja K3 dianggap baik jika catatan kecelakaan menunjukkan jumlah minimum,


yang menandakan adanya upaya pencegahan kecelakaan yang maksimal. Program K3
konstruksi perlu diterapkan sebagai peringatan dini untuk melindungi pekerja dan
mengantisipasi berbagai risiko di area konstruksi, baik yang disebabkan oleh perilaku
pekerja maupun kondisi lapangan.

Sistem Manajemen K3 yang dibentuk oleh setiap perusahaan diharapkan dapat


mengurangi angka kecelakaan melalui upaya pencegahan yang efektif dan menyeluruh.
Penerapan SMK3, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50/2012, bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, mencegah
kecelakaan kerja, dan menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien.

Meskipun demikian, masalah keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia


masih sering terabaikan, terlihat dari tingginya angka kecelakaan kerja. Kinerja K3,
terutama dalam konstruksi bangunan tinggi, memerlukan pemetaan kemungkinan
kecelakaan dan tindakan proaktif untuk mengurangi risiko. Kurangnya perhatian
manajemen terhadap kepatuhan tenaga kerja menjadi salah satu penyebab utama
masalah ini. Oleh karena itu, perlunya perhatian lebih lanjut terhadap implementasi
program K3 guna mengurangi angka kecelakaan kerja di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Apa definisi dari Higiene perusahaan dan proyek?
b. Apa saja regulasi yang terkait dengan higiene perusahaan dan proyek?
c. Apa manfaat dari higiene perusahaan dan proyek?
d. Apa penerapan hygiene dalam K3?
1.3. Maksud dan Tujuan
Pada Hakikatnya Higiene Perusahaan/proyek dan kesehatan kerja adalah untuk
mencapai derajat kesehatan kerja yang tinggi dari tenaga kerja dan pekerja, disamping
sebagai sarana untuk meningkatkan produksi, yang behandaskan kepada meningginya
effisiensi dan daya produktifitas faktor manusia dalam produksi. Sehingga Higiene
Perusahaan / proyek dan kesehatan kerja mempunyai tujuan utama yaitu menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan utama tersebut dapat dicapai melalui:
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan
kecelakaan akibat kerja,
b. Pemeliharaan/perawatan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja
dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga
mampu mempertinggi effisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia
secara optimal, lingkungan kerja yang dimaksud meliputi diantaranya
tekanan panas, penerangan di tempat kerja, pembatasan debu di udara
ruang kerja, sikap badan saat bekerja, penserasian manusia dan mesin,
pengekonomisan upaya. tingkat kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja
yang bersangkutan.
c. Perlindungan bagi masyarakat di sekitar tempat kegiatan kerja konstruksi
beriangsung, agar terhindar dari bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-
bahan dari pemisahaan yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat
luas dari bahaya- bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh hasil produk saat
pembangunan pekerjaan konstruksi.
d. Tersedianya biaya kuratif kesehatan kerja atas kecelakaan dan penyakit
penyakit akibat kerja, serta penyakit umum yang makin meningkat jumlahnya
oleh karena pengaruh yang memburukkan keadaan oleh bahaya-bahaya
yang ditimbulkan oleh pekerjaan konstruksi. biaya-biaya kuratif meliputi:
pengobatan, perawatan di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan
mesin, peralatan dan bahan oleh karena kecelakaan, terganggunya
pekerjaan, dan cacat yang menetap.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Proyek Konstruksi dan Higiene Perusahaan
2.1.1 Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut,
terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan
yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya
melibatkan pihak-pihak terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung (Ervianto,
2005). Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dipandang dalam tiga dimensi
(Ervianto, 2005), yaitu:
a. Proyek bersifat unik
Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang
sama persis (tidak ada proyek identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat
sementara, dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-beda.
b. Membutuhkan sumber daya
Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya dalam penyelesaiannya, yaitu
pekerja dan “sesuatu” (uang, mesin, metoda, material). Pengorganisasian semua sumber
daya tersebut dilakukan oleh manajer proyek. Dalam kenyataannya, mengorganisasikan
pekerja lebih sulit dibandingkan sumber daya lainnya
c. Membutuhkan organisasi
Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat sejumlah
individu dengan ragam keahlian, ketertarikan, kepribadian dan juga ketidakpastian.
Langkah awal yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah menyatukan visi yang
menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
2.1.2 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja
dengan perusahaan. Hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan terjadi akibat dari
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 1989). Berbagai faktor
dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi (Ervianto, 2005).
Adapun faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain:
a. Karakter dari lokasi proyek itu sendiri
b. Pekerja konstruksi yang kurang melaksanakan ketentuan standar keselamatan kerja
c. Pemilihan metode yang kurang tepat
d. Perubahan tempat kerja dengan karakter yang berbeda sehingga harus selalu
menyesuaikan diri.
e. Perselisihan yang mungkin timbul diantara pekerja sehingga mempengaruhi kinerjanya
f. Perselisihan antara pekerja dengan tim proyek yang mungkin terjadi .
g. Standar peralatan yang digunakan.
h. Faktor manajemen yang kurang baik Usaha-usaha pencegahan kecelakaan kerja perlu
dilakukan sedini mungkin sebelum terlambat (Ervianto, 2005).
Adapun hal-hal/tindakan yang mungkin dilakukan antara lain:
a. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokkannya sesuai
dengan resikonya.
b. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai keahliannya.
c. Melakukan pengawasan secara lebih intesif terhadap pelaksanaan pekerjaan.
d. Menyediakan alat perlidungan kerja selama durasi proyek.
e. Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek konstruksi.
2.1.3 Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha dan usaha untuk membuat
perlindungan dan keamanan dari kemungkinan kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional pada pekerja, perusahaan, orang-orang dan lingkungan. Jadi berbicara
tentang keselamatan dan kesehatan kerja tidak terus-terusan mengulas permasalahan
keamanan fisik dari beberapa pekerja, namun menyangkut berbagai unsur dan pihak. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka beberapa pihak diinginkan dapat melakukan
pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi keselamatan
dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya
pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya.
Menurut International Association of Safety Professional.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mulai menjadi fokus perhatian pemerintah
Indonesia sejak tahun 1970. Undang-undang tahun 1970 tentang keselamatan kerja
dikeluarkan sebagai upaya awal pemerintah. Tujuan program K3 secara umum adalah
mempercepat proses gerakan nasional K3 dalam upaya membudayakan keselamatan dan
kesehatan kerja guna mencapai kecelakaan nihil. Program umum adalah program yang
ditujukan kepada masyarakat luas untuk meningkatkan kepedulian terhadap K3, sedangkan
Program khusus, adalah program yang ditujukan khusus kepada perusahaan, asosiasi K3,
perguruan tinggi, dan media massa. Tujuan program K3 secara umum adalah mempercepat
proses gerakan nasional K3 dalam upaya membudayakan keselamatan dan kesehatan kerja
guna mencapai kecelakaan nihil.
2.1.4 Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja setinggi-tingginya (Meily, 2010).
Kesehatan kerja menyangkut kesehatan fisik dan mental. Kesehatan mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia termasuk lingkungan kerja (Swasto, 2011). Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain:
A. Kondisi lingkungan tempat kerja, kondisi ini meliputi:
1. Kondisi fisik
Berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat kebisingan,
getaran mekanis, radiasi, dan tekanan udara.
2. Kondisi fisiologis
Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan, sikap badan dan cara kerja dalam
melakukan pekerjaan. Hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan bahkan dapat
mengakibatkan perubahan fisik tubuh pekerja.

3. Kondisi khemis
Kondisi yang dapat dilihat dan uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda padat.
B. Mental psikologis
Kondisi ini meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman sekerja, hubungan kerja
antara bawahan dengan atasan dan sebaliknya, suasana kerja, dan lain-lain.
Untuk melindungi kesehatan pekerja yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan kerja.
Upaya kesehatan kerja yang dimaksud adalah untuk memberikan pemeliharaan dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pengobatan, perawatan dan
pengaturan tempat kerja yang memenuhi higiene perusahaan dan kesehatan kerja untuk
mencegah penyakit akibat kerja (UndangUndang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1997).
2.1.5 Definisi Higiene Perusahaan
Higiene Perusahaan adalah ilmu dan seni yang berperan dalam melaksanakan upaya
pegenalan, pengukuran, pemantauan, evaluasi dan pengontrolan bahaya di lingkungan
kerja, yang dapat muncul dari kegiatan operasi industri, yang mana bahaya tersebut dapat
mengganggu kesehatan, keselamatan, kenyamanan, efesiensi, dikalangan pekerja dan
atau masyarakat disekitar daerah kegiatan operasi tersebut (Tata Sumitra, 2008).
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) (1998), higiene industri
adalah ilmu tentang antisipasi, rekognisi/pengenalan, evaluasi dan pengendalian kondisi
tempat kerja yang dapat menyebabkan tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja dan atau
penyakit akibat kerja. Higiene industri menggunakan metode pemantauan dan analisis
lingkungan untuk mendeteksi luasnya tenaga kerja yang terpapar. Higiene industri
juga menggunakan pendekatan teknik, pendekatan administratif dan metode lain seperti
penggunaan alat pelindung diri (APD), desain cara kerja yang aman untuk mencegah
paparan berbagai bahaya di tempat kerja.

2.2 Regulasi Terkait Higiene Perusahaan


Menurut Ramdan (2013), landasan hukum pelaksanaan higiene perusahaan dan
kesehatan kerja mencakup Undang-undang Kesehatan dan Undang-undang yang terkait
dengan ketenagakerjaan. Dalam undang undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
tepatnya bab XII pasal 164, 165, dan 166 diatur tentang kesehatan kerja sebagai berikut:
a. Pasal 164
1. Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang di akibatkan oleh pekerjaan.
2. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pekerja di sektor
formal dan informal.
3. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku bagi setiap orang selain
pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja.
4. Upaya kesehatan kerja sebagaimana ayat (1) dan ayat (2) berlaku juga bagi kesehatan
pada lingkungan tentara nasional indonesia baik darat, laut, udara serta kepolisian Republik
Indonesia.
5. Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) dan
(2).
6. Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) dan menjamin lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas
terjadinya kecelakaan kerja.
7. Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di
lingkungan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang.
b. Pasal 165
1. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan,dan pemulihan bagi tenaga kerja.
2. Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati
peraturan yang berlaku di tempat kerja.
3. Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan atau instansi, hasil
pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dan (3) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

c. Pasal 166
1. Pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan
pekerja.
2. Pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat keja yang di derita oleh
pekerja sesuai dengan peraturan perundangundangan.
3. Pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk perlindungan pekerja.
Adapun selain undang-undang kesehatan, produk perundang undangan lain yang mengatur
pelaksanaan higiene perusahaan dan keselamatan kerja antara lain :
a. Undang-Undang No. 11 Tahun 1962 Tentang Higiene Untuk Usaha-Usaha Bagi Umum.
b. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
c. Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai
Tenaga Kerja (Lembar Negara No. 55 Tahun 1969).
d. Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
e. Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per.03/Men/1982 Tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja.
g. Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
i. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan danKesehatan Kerja
j. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
k. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, serta peraturan-
peraturan lain yang berlaku di Indonesia.
2.3 Standar dan Fungsi K3 Dalam Higiene Perusahaan
2.3.1 Pentingnya Standar dalam K3 Higiene Perusahaan
Standar K3 dalam menerapkan higiene perusahaan sangat perlu untuk diterapkan.
Hal ini dikarenakan oleh beberapa sebab, diantaranya:
a. Lingkungan kerja tidak akan pernah bebas dari bahaya terhadap kesehatan kerja.
b. Banyaknya kejadian penyakit maupun injuri akibat kerja.
c. Pekerja merupakan modal utama dalam suatu perusahaan, oleh karena itu keselamatan
dan kesehatan pekerja merupakan hal yang penting untuk diperhatikan apabila perusahaan
ingin meningkatkatkan kualitas dan kuantitas produksinya.
d. Perusahaan akan mengalami kerugian yang tidak ternilai jumlahnya jika terjadi
peningkatan kejadian kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Kerugian yang akan
ditanggung oleh perusahaan dapat diibaratkan seperti bongkahan gunung es. Apabila terjadi
kecelakaan, perusahaan bukan hanya menanggung kerusakaan alat atau bahan,
tetapi pembayaran pengobatan pekerja yang menjadi korban, ketidakhadiran pekerja karena
sakit, kegiatan produksi akan terhambat, serta citra perusahaan pun akan terciderai akibat
kecelakaan yang terjadi ditempat kerja. Sehingga, penerapan K3 sangatlah perlu diterapkan
guna meminimalisir hal tersebut terjadi.
2.3.2 Fungsi Standar dalam K3 Higiene Perusahaan
Standar K3 higiene perusahaan berfungsi sebagai:
a. Pedoman bagi perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman
sehingga dapat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya.
b. Sebagai alat untuk meningkatkan efesiensi dan daya produktivitas manusia dalam produksi
dengan memperhatikan lingkungan kerja yang memenuhi syarat.
2.3.3 Standar yang digunakan dalam K3 Higiene Perusahaan
Standar adalah sebuah norma atau patokan yang diterima dan disetujui untuk
mengukur sesuatu kuantitas dan kualitas. Di USA dalam tahun 1970 baru dibuat
Occupational Safety and Health Act (OSHA). Dalam waktu yang singkat (dua tahun) OSHA
harus mempunyai standar- standar yang diakui dan dilaksanakan sebagai undang-undang.
Oleh karena itu, OSHA mengambil standar ANSI (American National Standard Institute) dan
NFPA (Nationaal Fire Protection Association) yang telah ada terlebih dahulu dalam banyak
bidang sebagai standarnya. (Soegiarto dalam Wigati, 1999). Di Indonesia, standar yang
digunakan dalam Keselamatan dan Kesehatan kerja diantaranya SII (Standar Industri
Indonesia), Lembaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja (1957), Undang-Undang
Keselamatan Kerja (1970), dan Ikatan Hygiene Perusahaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (1973). (Wigati, 1999). Standar tersebut juga diperbarui dengan
mulai diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada
tahun 2012.
2.4 Penerapan Higiene dalam K3
Penerapan K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum penerapan
program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebutlah yang menjadi pijakan utama dalam
menafsirkan aturan dalam menentukan seperti apa ataupun bagaimana program K3 tersebut
harus diterapkan. Ibrahim (2007) menjelaskan, sumber – sumber hukum yang menjadi dasar
penerapan program K3 di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Undang – undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Undang – undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan Sosial Tenaga Kerja
c. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja
d. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena
Hubungan Kerja
e. Peraturan Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan
Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
f. Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
g. Undang – Undang 2017, Permen PU 05/2014 tentang keselamatan dan Kesehatan
Kerja

Suyadi Prawirosentono (2008) mendefinisikan kinerja sebagai Performance, yaitu


hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai dengan moral dan etika. Dengan kata lain, aksi proaktif dalam suatu proyek konstruksi
sangat dibutuhkan demi tercapainya kinerja pelaksanaan konstruksi yang baik dan bermutu.
Usaha-usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja perlu dilakukan sedini mungkin.
Adapun tindakan yang mungkin dilakukan adalah:

a. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang berisiko dan mengelompokkannya sesuai


tingkat risiko;
b. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai dengan keahliannya;
c. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan;
d. Menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek;
e. Pelaksanakan pengaturan di lokasi proyek konstruksi
(Wulfram I. Ervianto 2002).
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Higiene perusahaan dan proyek merupakan suatu spesialisasi dalam bidang


ilmu higiene yang mencakup penilaian faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan
kuantitatif di lingkungan kerja proyek. Hasil penilaian ini digunakan sebagai dasar untuk
mengambil tindakan korektif pada lingkungan, serta untuk menerapkan langkah-langkah
pencegahan guna melindungi pekerja dan masyarakat di sekitar proyek dari potensi
bahaya akibat pekerjaan.

Konsep dasar dari higiene perusahaan dan proyek adalah menciptakan


keserasian terbaik bagi tenaga kerja. Artinya, upaya tersebut bertujuan agar kesehatan
dan produktivitas tenaga kerja dapat terjamin secara optimal. Dalam konteks ini,
diperlukan keseimbangan yang positif dan konstruktif antara beban kerja, beban
tambahan yang muncul dari pekerjaan, dan kondisi lingkungan kerja dengan kapasitas
kerja individu.

Pentingnya higiene perusahaan dan proyek tidak hanya terletak pada identifikasi
risiko dan bahaya, tetapi juga pada implementasi langkah-langkah pencegahan yang
efektif. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif,
sehingga setiap tenaga kerja dapat berkontribusi secara optimal tanpa mengorbankan
kesejahteraan dan keselamatan mereka. Dengan demikian, higiene perusahaan dan
proyek menjadi aspek integral dalam menjaga kesejahteraan pekerja dan masyarakat
yang terlibat dalam suatu proyek.
DAFTAR PUSTAKA

OSHA. 1998. Informational Booklet on Industrial Hygiene 3143. Washington, D.C.: US.
Departement of Labor. www.osha.gov

Ramdan, Iwan Muhammad. 2013. Higiene Industri. Yogyakarta: Penerbit Bimotry.

Suma’mur, PK. 1999. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Penerbit Gunung Agung:
Jakarta.

Sumitra, Tata. 2008. Higiene Industri.

Wigati, Y. S. Setio. 1999. Jurnal Teknologi Industri, Vol. III, No. 2: Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pembahasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam ISO. Halaman 133-
138. ISSN 1410-5004.

Anda mungkin juga menyukai