DISUSUN OLEH
320220404018
2023
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa penulis mampu menyelesaikan tugas
makalah “Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan”. Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Ir. Pungky Dharma Saputra, S.T., M.Si (Han)., M.T., CST., IPM
selaku dosen mata kuliah keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan Universitas
Pertahanan Republik Indonesia. Yang telah membimbing serta mengajarkan tentang
keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan sehingga dapat membantu penulis untuk
menyelesaikan tugas ini.
Penulis secara sadar mengetahui bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dengan segenap kerendahan hati, penulis terbuka terhadap saran,
kritik, serta masukan terhadap makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat dan dapat
berguna untuk hal positif bagi para pembaca.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Apa definisi dari Higiene perusahaan dan proyek?
b. Apa saja regulasi yang terkait dengan higiene perusahaan dan proyek?
c. Apa manfaat dari higiene perusahaan dan proyek?
d. Apa penerapan hygiene dalam K3?
1.3. Maksud dan Tujuan
Pada Hakikatnya Higiene Perusahaan/proyek dan kesehatan kerja adalah untuk
mencapai derajat kesehatan kerja yang tinggi dari tenaga kerja dan pekerja, disamping
sebagai sarana untuk meningkatkan produksi, yang behandaskan kepada meningginya
effisiensi dan daya produktifitas faktor manusia dalam produksi. Sehingga Higiene
Perusahaan / proyek dan kesehatan kerja mempunyai tujuan utama yaitu menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan utama tersebut dapat dicapai melalui:
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan
kecelakaan akibat kerja,
b. Pemeliharaan/perawatan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja
dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga
mampu mempertinggi effisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia
secara optimal, lingkungan kerja yang dimaksud meliputi diantaranya
tekanan panas, penerangan di tempat kerja, pembatasan debu di udara
ruang kerja, sikap badan saat bekerja, penserasian manusia dan mesin,
pengekonomisan upaya. tingkat kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja
yang bersangkutan.
c. Perlindungan bagi masyarakat di sekitar tempat kegiatan kerja konstruksi
beriangsung, agar terhindar dari bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-
bahan dari pemisahaan yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat
luas dari bahaya- bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh hasil produk saat
pembangunan pekerjaan konstruksi.
d. Tersedianya biaya kuratif kesehatan kerja atas kecelakaan dan penyakit
penyakit akibat kerja, serta penyakit umum yang makin meningkat jumlahnya
oleh karena pengaruh yang memburukkan keadaan oleh bahaya-bahaya
yang ditimbulkan oleh pekerjaan konstruksi. biaya-biaya kuratif meliputi:
pengobatan, perawatan di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan
mesin, peralatan dan bahan oleh karena kecelakaan, terganggunya
pekerjaan, dan cacat yang menetap.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Proyek Konstruksi dan Higiene Perusahaan
2.1.1 Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut,
terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan
yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya
melibatkan pihak-pihak terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung (Ervianto,
2005). Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dipandang dalam tiga dimensi
(Ervianto, 2005), yaitu:
a. Proyek bersifat unik
Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang
sama persis (tidak ada proyek identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat
sementara, dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-beda.
b. Membutuhkan sumber daya
Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya dalam penyelesaiannya, yaitu
pekerja dan “sesuatu” (uang, mesin, metoda, material). Pengorganisasian semua sumber
daya tersebut dilakukan oleh manajer proyek. Dalam kenyataannya, mengorganisasikan
pekerja lebih sulit dibandingkan sumber daya lainnya
c. Membutuhkan organisasi
Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat sejumlah
individu dengan ragam keahlian, ketertarikan, kepribadian dan juga ketidakpastian.
Langkah awal yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah menyatukan visi yang
menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
2.1.2 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja
dengan perusahaan. Hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan terjadi akibat dari
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 1989). Berbagai faktor
dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi (Ervianto, 2005).
Adapun faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain:
a. Karakter dari lokasi proyek itu sendiri
b. Pekerja konstruksi yang kurang melaksanakan ketentuan standar keselamatan kerja
c. Pemilihan metode yang kurang tepat
d. Perubahan tempat kerja dengan karakter yang berbeda sehingga harus selalu
menyesuaikan diri.
e. Perselisihan yang mungkin timbul diantara pekerja sehingga mempengaruhi kinerjanya
f. Perselisihan antara pekerja dengan tim proyek yang mungkin terjadi .
g. Standar peralatan yang digunakan.
h. Faktor manajemen yang kurang baik Usaha-usaha pencegahan kecelakaan kerja perlu
dilakukan sedini mungkin sebelum terlambat (Ervianto, 2005).
Adapun hal-hal/tindakan yang mungkin dilakukan antara lain:
a. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokkannya sesuai
dengan resikonya.
b. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai keahliannya.
c. Melakukan pengawasan secara lebih intesif terhadap pelaksanaan pekerjaan.
d. Menyediakan alat perlidungan kerja selama durasi proyek.
e. Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek konstruksi.
2.1.3 Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha dan usaha untuk membuat
perlindungan dan keamanan dari kemungkinan kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional pada pekerja, perusahaan, orang-orang dan lingkungan. Jadi berbicara
tentang keselamatan dan kesehatan kerja tidak terus-terusan mengulas permasalahan
keamanan fisik dari beberapa pekerja, namun menyangkut berbagai unsur dan pihak. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka beberapa pihak diinginkan dapat melakukan
pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi keselamatan
dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya
pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya.
Menurut International Association of Safety Professional.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mulai menjadi fokus perhatian pemerintah
Indonesia sejak tahun 1970. Undang-undang tahun 1970 tentang keselamatan kerja
dikeluarkan sebagai upaya awal pemerintah. Tujuan program K3 secara umum adalah
mempercepat proses gerakan nasional K3 dalam upaya membudayakan keselamatan dan
kesehatan kerja guna mencapai kecelakaan nihil. Program umum adalah program yang
ditujukan kepada masyarakat luas untuk meningkatkan kepedulian terhadap K3, sedangkan
Program khusus, adalah program yang ditujukan khusus kepada perusahaan, asosiasi K3,
perguruan tinggi, dan media massa. Tujuan program K3 secara umum adalah mempercepat
proses gerakan nasional K3 dalam upaya membudayakan keselamatan dan kesehatan kerja
guna mencapai kecelakaan nihil.
2.1.4 Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja setinggi-tingginya (Meily, 2010).
Kesehatan kerja menyangkut kesehatan fisik dan mental. Kesehatan mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia termasuk lingkungan kerja (Swasto, 2011). Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain:
A. Kondisi lingkungan tempat kerja, kondisi ini meliputi:
1. Kondisi fisik
Berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat kebisingan,
getaran mekanis, radiasi, dan tekanan udara.
2. Kondisi fisiologis
Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan, sikap badan dan cara kerja dalam
melakukan pekerjaan. Hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan bahkan dapat
mengakibatkan perubahan fisik tubuh pekerja.
3. Kondisi khemis
Kondisi yang dapat dilihat dan uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda padat.
B. Mental psikologis
Kondisi ini meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman sekerja, hubungan kerja
antara bawahan dengan atasan dan sebaliknya, suasana kerja, dan lain-lain.
Untuk melindungi kesehatan pekerja yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan kerja.
Upaya kesehatan kerja yang dimaksud adalah untuk memberikan pemeliharaan dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pengobatan, perawatan dan
pengaturan tempat kerja yang memenuhi higiene perusahaan dan kesehatan kerja untuk
mencegah penyakit akibat kerja (UndangUndang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1997).
2.1.5 Definisi Higiene Perusahaan
Higiene Perusahaan adalah ilmu dan seni yang berperan dalam melaksanakan upaya
pegenalan, pengukuran, pemantauan, evaluasi dan pengontrolan bahaya di lingkungan
kerja, yang dapat muncul dari kegiatan operasi industri, yang mana bahaya tersebut dapat
mengganggu kesehatan, keselamatan, kenyamanan, efesiensi, dikalangan pekerja dan
atau masyarakat disekitar daerah kegiatan operasi tersebut (Tata Sumitra, 2008).
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) (1998), higiene industri
adalah ilmu tentang antisipasi, rekognisi/pengenalan, evaluasi dan pengendalian kondisi
tempat kerja yang dapat menyebabkan tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja dan atau
penyakit akibat kerja. Higiene industri menggunakan metode pemantauan dan analisis
lingkungan untuk mendeteksi luasnya tenaga kerja yang terpapar. Higiene industri
juga menggunakan pendekatan teknik, pendekatan administratif dan metode lain seperti
penggunaan alat pelindung diri (APD), desain cara kerja yang aman untuk mencegah
paparan berbagai bahaya di tempat kerja.
c. Pasal 166
1. Pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan
pekerja.
2. Pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat keja yang di derita oleh
pekerja sesuai dengan peraturan perundangundangan.
3. Pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk perlindungan pekerja.
Adapun selain undang-undang kesehatan, produk perundang undangan lain yang mengatur
pelaksanaan higiene perusahaan dan keselamatan kerja antara lain :
a. Undang-Undang No. 11 Tahun 1962 Tentang Higiene Untuk Usaha-Usaha Bagi Umum.
b. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
c. Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai
Tenaga Kerja (Lembar Negara No. 55 Tahun 1969).
d. Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
e. Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per.03/Men/1982 Tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja.
g. Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
i. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan danKesehatan Kerja
j. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
k. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, serta peraturan-
peraturan lain yang berlaku di Indonesia.
2.3 Standar dan Fungsi K3 Dalam Higiene Perusahaan
2.3.1 Pentingnya Standar dalam K3 Higiene Perusahaan
Standar K3 dalam menerapkan higiene perusahaan sangat perlu untuk diterapkan.
Hal ini dikarenakan oleh beberapa sebab, diantaranya:
a. Lingkungan kerja tidak akan pernah bebas dari bahaya terhadap kesehatan kerja.
b. Banyaknya kejadian penyakit maupun injuri akibat kerja.
c. Pekerja merupakan modal utama dalam suatu perusahaan, oleh karena itu keselamatan
dan kesehatan pekerja merupakan hal yang penting untuk diperhatikan apabila perusahaan
ingin meningkatkatkan kualitas dan kuantitas produksinya.
d. Perusahaan akan mengalami kerugian yang tidak ternilai jumlahnya jika terjadi
peningkatan kejadian kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Kerugian yang akan
ditanggung oleh perusahaan dapat diibaratkan seperti bongkahan gunung es. Apabila terjadi
kecelakaan, perusahaan bukan hanya menanggung kerusakaan alat atau bahan,
tetapi pembayaran pengobatan pekerja yang menjadi korban, ketidakhadiran pekerja karena
sakit, kegiatan produksi akan terhambat, serta citra perusahaan pun akan terciderai akibat
kecelakaan yang terjadi ditempat kerja. Sehingga, penerapan K3 sangatlah perlu diterapkan
guna meminimalisir hal tersebut terjadi.
2.3.2 Fungsi Standar dalam K3 Higiene Perusahaan
Standar K3 higiene perusahaan berfungsi sebagai:
a. Pedoman bagi perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman
sehingga dapat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya.
b. Sebagai alat untuk meningkatkan efesiensi dan daya produktivitas manusia dalam produksi
dengan memperhatikan lingkungan kerja yang memenuhi syarat.
2.3.3 Standar yang digunakan dalam K3 Higiene Perusahaan
Standar adalah sebuah norma atau patokan yang diterima dan disetujui untuk
mengukur sesuatu kuantitas dan kualitas. Di USA dalam tahun 1970 baru dibuat
Occupational Safety and Health Act (OSHA). Dalam waktu yang singkat (dua tahun) OSHA
harus mempunyai standar- standar yang diakui dan dilaksanakan sebagai undang-undang.
Oleh karena itu, OSHA mengambil standar ANSI (American National Standard Institute) dan
NFPA (Nationaal Fire Protection Association) yang telah ada terlebih dahulu dalam banyak
bidang sebagai standarnya. (Soegiarto dalam Wigati, 1999). Di Indonesia, standar yang
digunakan dalam Keselamatan dan Kesehatan kerja diantaranya SII (Standar Industri
Indonesia), Lembaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja (1957), Undang-Undang
Keselamatan Kerja (1970), dan Ikatan Hygiene Perusahaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (1973). (Wigati, 1999). Standar tersebut juga diperbarui dengan
mulai diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada
tahun 2012.
2.4 Penerapan Higiene dalam K3
Penerapan K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum penerapan
program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebutlah yang menjadi pijakan utama dalam
menafsirkan aturan dalam menentukan seperti apa ataupun bagaimana program K3 tersebut
harus diterapkan. Ibrahim (2007) menjelaskan, sumber – sumber hukum yang menjadi dasar
penerapan program K3 di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Undang – undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Undang – undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan Sosial Tenaga Kerja
c. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja
d. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena
Hubungan Kerja
e. Peraturan Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan
Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
f. Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
g. Undang – Undang 2017, Permen PU 05/2014 tentang keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Pentingnya higiene perusahaan dan proyek tidak hanya terletak pada identifikasi
risiko dan bahaya, tetapi juga pada implementasi langkah-langkah pencegahan yang
efektif. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif,
sehingga setiap tenaga kerja dapat berkontribusi secara optimal tanpa mengorbankan
kesejahteraan dan keselamatan mereka. Dengan demikian, higiene perusahaan dan
proyek menjadi aspek integral dalam menjaga kesejahteraan pekerja dan masyarakat
yang terlibat dalam suatu proyek.
DAFTAR PUSTAKA
OSHA. 1998. Informational Booklet on Industrial Hygiene 3143. Washington, D.C.: US.
Departement of Labor. www.osha.gov
Suma’mur, PK. 1999. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Penerbit Gunung Agung:
Jakarta.
Wigati, Y. S. Setio. 1999. Jurnal Teknologi Industri, Vol. III, No. 2: Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pembahasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam ISO. Halaman 133-
138. ISSN 1410-5004.