OLEH KELOMPOK 6 :
DOSEN PENGAMPU:
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan................................................................................................
Way Umpu..............................................................................................
Peningkatan Irigasi.................................................................................
BAB IV PENUTUP
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya kita untuk menciptakan lingku
ngan kerja yang sehat dan aman, sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan kerja / p
enyakit akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan dan defisiensi produktivitas kerj
a. Menurut UU Pokok Kesehatan RI No. 9 Th. 1960 Bab I Pasal II, Kesehatan Kerja adalah s
uatu kondisi Kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat Kesehat
an setinggi-tingginya, baik jasmani ,rohani maupun social, dengan usaha pencegahan dan pen
gobatan terhadap penyakit atau gangguan Kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan ling
kungan kerja maupun penyakit umum.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu faktor penting yang dapat m
empengaruhi produktivitas karyawan. Resiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja sering te
rjadi karena program K3 tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat berdampak pada tingkat pr
oduktivitas karyawan. Pada umumnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu man
usia dan lingkungan. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari manusia seperti sengaja
melanggar peraturan keselamatan kerja yang diwajibkan atau kurang terampilnya pekerja itu
sendiri. Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang m
enyangkut antara lain peralatan atau mesin-mesin.
Kecelakaan kerja merupakan masalah serius yang dapat berdampak negatif pada pekerja
proyek konstruksi dan masyarakat sekitarnya. Pada tanggal 1 Agustus 2022, terjadi sebuah ke
jadian tragis di Way Umpu Kabupaten Way Kanan Lampung yang menarik perhatian publik.
Kecelakaan yang terjadi pada proyek peningkatan irigasi Di Way Umpu tersebut menimbulka
n kerugian dan menimpa pekerja.
1. Kecelakaan kerja K3 yang terjadi pada proyek peningkatan irigasi Way Umpu
2. Penyebab terjadinya kecelakaan kerja K3 pada paroyek peningkatan irigasi Way
Umpu
3. Cara mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja K3 pada proyek peningkatan irigasi
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui masalah, penyebab, dan cara
mengantisipasi masalah K3 di peningkatan irigasi
BAB II
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan, kesehatan kerja dan tenaga kerja maupun orang
lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tempat kerja). Penerapan prinsip K3 di
proyek sangat perlu diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi. Pelaksana konstruksi
harus mengetahui dan menerapkan prinsip- prinsip kerja sesuai ketentuan K3 di
lingkungan proyek.
Adapun yang harus diketahui dalam Keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi
Irigasi yaitu,
1. Karakteristik kegiatan proyek konstruksi irigasi
2. Jenis-jenis bahaya pada kegiatan konstruksi irigasi
3. Unsur-unsur terkait pada kegiatan konstruksi irigasi
4. Strategi penerapan K3 pada proyek konstruksi bangunan irigasi
5. Elemen program K3 proyek konstruksi bangunan irigasi
6. Pengawasan pelaksanaan K3 proyek kontruksi bangunan irigasi
BAB III
PEMBAHASAN
Kecelakaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang terjadi pada proyek peningkatan
irigasi di Way Umpu yaitu Salah satu pekerja proyek peningkatan irigasi tersebut tertusu
k besi pricast pada waktu bekerja.
Berikut adalah beberapa analisa masalah K3 yang mungkin juga terjadi dalam proyek pen
ingkatan irigasi:
1. Kecelakaan dengan Alat Berat: Penggunaan alat berat seperti ekskavator di area pro
yek dapat menyebabkan kecelakaan jika tidak dioperasikan dengan hati-hati. Tabraka
n, terjepit di bawah alat berat, atau terpelanting oleh alat berat adalah beberapa contoh
kecelakaan yang mungkin terjadi.
2. Kerja di Lingkungan Air: Proyek peningkatan irigasi seringkali melibatkan pekerjaa
n di dalam air atau sekitarnya. Hal ini dapat meningkatkan risiko tenggelam atau terjat
uh ke dalam air, terutama jika pekerja tidak dilengkapi dengan peralatan pelindung se
perti pelampung.
3. Kecelakaan Mesin: Pekerjaan dengan mesin-mesin seperti pompa air, mesin pemoto
ng, atau alat lain yang digunakan dalam proyek irigasi dapat berpotensi menyebabkan
kecelakaan jika pekerja tidak terlatih dengan baik atau jika perawatan mesin kurang o
ptimal.
4. Kecelakaan Terkait Material Konstruksi: Bahan konstruksi seperti pipa, beton, ata
u besi dapat menjadi penyebab kecelakaan jika tidak ditangani dengan benar. Terjepit,
terjatuh, atau terbentur oleh bahan konstruksi adalah risiko yang perlu diwaspadai.
5. Kondisi Cuaca Ekstrem: Proyek peningkatan irigasi dapat terpengaruh oleh cuaca e
kstrem seperti hujan deras atau banjir. Pekerja yang tidak dilindungi dari kondisi cuac
a buruk dapat berisiko terkena hypothermia, heatstroke, atau bahkan cedera fisik.
6. Pekerjaan Tidak Terlindungi: Pekerja yang tidak memiliki perlengkapan keselamat
an yang memadai seperti helm, sepatu pelindung, dan rompi tanda pengenal dapat beri
siko mengalami cedera lebih serius dalam kecelakaan.
7. Kurangnya Pelatihan K3: Salah satu masalah umum adalah kurangnya pelatihan K3
yang memadai bagi pekerja. Pekerja yang tidak dilatih dengan baik mungkin tidak tah
u bagaimana menghindari bahaya dan mengelola risiko dengan benar.
8. Kurangnya Pengawasan K3: Pengawasan yang tidak memadai dari pihak manajeme
n atau supervisor terhadap implementasi protokol K3 dapat menyebabkan pelanggara
n keselamatan yang tidak terdeteksi.
Mengidentifikasi dan mengatasi masalah K3 ini dengan serius adalah kunci untuk meningkat
kan keselamatan pekerja dan keberhasilan proyek peningkatan irigasi. Upaya pencegahan, pel
atihan, dan penegakan aturan keselamatan sangat penting dalam mengurangi risiko kecelakaa
n di tempat kerja ini.
3.2. Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja K3 Pada Proyek Peningkatan Irigasi Way
Umpu
Kecelakaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek peningkatan irigasi
Way Umu di sebabkan oleh :
1. Kontraktor Abaikan K3 Pekerja : Pihak yang terlibat dalam proyek, mungkin kurang
memahami potensi risiko yang terkait dengan pekerjaan di lingkungan irigasi. Pemahaman
yang rendah tentang bahaya potensial dapat mengarah pada perilaku yang kurang hati-hati.
2. Kurangnya Pelatihan K3: Pekerja mungkin tidak memiliki pelatihan K3 yang memadai
atau pemahaman tentang praktik keselamatan yang benar. Kurangnya pelatihan dapat
menyebabkan ketidaktaatan terhadap protokol keselamatan yang ada.
3. Pengawasan yang Tidak Memadai: Kegagalan dalam pengawasan oleh pihak manajemen
atau supervisor dapat menyebabkan pelanggaran aturan keselamatan yang tidak terdeteksi
atau tidak diperbaiki secara tepat waktu.
4. Kurangnya Perencanaan K3: Perencanaan yang kurang matang terkait dengan K3 dapat
menghasilkan situasi berbahaya yang tidak terdeteksi sebelumnya. Ini termasuk kurangnya
tanda peringatan, pelindung, atau prosedur darurat.
6. Tidak Adanya Budaya Keselamatan yang Kuat: Budaya keselamatan yang kuat di antara
semua pihak yang terlibat dalam proyek (termasuk pekerja, manajemen, dan kontraktor)
adalah kunci untuk mengurangi risiko kecelakaan. Tidak adanya budaya ini dapat
mengarah pada tindakan kurang hati-hati.
.
3.3 Cara Mengantisipasi Terjadinya Kecelakaan Kerja K3 Pada Proyek Peningkatan Ir
igasi
Untuk mengantisipasi munculnya masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek
peningkatan irigasi, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil :
1. Perencanaan yang Matang: Lakukan perencanaan proyek dengan cermat, termasuk
identifikasi semua risiko K3 potensial yang mungkin muncul selama berbagai tahap proyek.
Buat jadwal kerja yang realistis dan memperhitungkan aspek keselamatan, termasuk waktu
untuk pelatihan K3, pengawasan, dan pemenuhan peraturan K3.
2. Pelatihan K3: Pastikan semua pekerja, termasuk tenaga kerja kontraktor, telah menerima
pelatihan K3 yang memadai sebelum memulai pekerjaan.Pelatihan meliputi penggunaan
peralatan keselamatan, prosedur darurat, dan pemahaman terhadap bahaya khusus yang
terkait dengan proyek peningkatan irigasi.
3. Pengawasan yang Ketat : Terapkan pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa semua
pekerjaan dilakukan sesuai dengan protokol K3 yang ditetapkan. Supervisi berkala harus
mencakup pemeriksaan peralatan keselamatan, penggunaan alat berat, dan pematuhan
terhadap peraturan K3.
4. Budaya Keselamatan yang Kuat: Fostering budaya keselamatan yang kuat di seluruh proyek
adalah kunci. Ini harus dimulai dari pihak manajemen hingga pekerja lapangan. Mendorong
laporan insiden kecil atau hampir kecelakaan dapat membantu mencegah insiden yang lebih
serius.
6. Penggunaan Alat Keselamatan yang Sesuai: Pastikan bahwa semua pekerja dilengkapi
dengan alat keselamatan yang sesuai, seperti helm, sepatu pelindung, rompi tanda pengenal,
kacamata pelindung, dan peralatan lain yang diperlukan untuk tugas mereka.
7. Perencanaan Darurat: Siapkan rencana darurat yang jelas untuk menghadapi insiden K3 yang
mungkin terjadi. Pastikan semua pekerja tahu prosedur evakuasi dan pertolongan pertama.
8. Koordinasi dengan Pihak Terkait: Berkomunikasi secara efektif dengan pihak terkait, seperti
dinas pengawas keselamatan kerja, untuk memastikan bahwa proyek memenuhi semua
peraturan dan persyaratan hukum yang berlaku.
9. Penilaian Reguler: Selama proyek berlangsung, lakukan penilaian K3 reguler dan evaluasi
efektivitas langkah-langkah pencegahan yang telah diimplementasikan.
10. Pelaporan Insiden:Mendorong pekerja untuk melaporkan insiden atau bahaya yang mereka
temui segera. Ini memungkinkan tindakan korektif dapat diambil dengan cepat.
11. Audit K3 Independen:Lakukan audit K3 independen yang melibatkan pihak ketiga jika
memungkinkan untuk memastikan kepatuhan dengan standar keselamatan dan
mengidentifikasi potensi perbaikan.
Hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi kecelakaan pa
da pekerjaan peningkatan irigasi memiliki berbagai tingkatan resiko dari yang sangat rendah
hingga resiko yang tinggi. Pengendalian risiko dapat dilakukan dalam bentuk sosialisasi dan
Pengawasan rutin kepada para pekerja, pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) se
cara lengkap (Helm, Masker, Sarung Tangan, dan Sepatu Safety) dalam pelaksanaan pekerjaa
n, memasang rambu-rambu secara lengkap, baik itu papan rambu hingga police line, peneran
gan yang cukup bila pekerjaan dilanjutkan pada malam hari dan peralatan yang digunakan dal
am kondisi baik serta setiap pekerja telah dilindungi oleh BPJS Ketenaga Kerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Boy, Wendi, and Ridho Aidil Fitrah. "ANALISIS MANAJEMEN RISIKO TERHADAP ASPEK KESELAMA
TAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEMBANGUNAN DAERAH IRIGASI (LANJUTAN) DI TARUSA
N PADA TITIK P-52 DAN P-92." Jurnal Rivet 1.02 (2021): 91-98.
Boy, W., & Fitrah, R. A. (2021). ANALISIS MANAJEMEN RISIKO TERHADAP ASPEK KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA PADA PEMBANGUNAN DAERAH IRIGASI (LANJUTAN) DI TARUSAN PA
DA TITIK P-52 DAN P-92. Jurnal Rivet, 1(02), 91-98.