Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI


PT. NOV PROFAB
BIDANG INSTALASI LISTRIK, PENANGGULANGAN KEBAKARAN
dan KONSTRUKSI DAN BANGUNAN

PEMBINAAN DAN SERTIFIKASI KEMNAKER RI CALON


AHLI K3 UMUM
BATCH- 57

KELOMPOKIV ANGGOTA

1. ROY MONDO SIPAYUNG


2. SALSABIL NURYUMNA DEWI
3. SAYED MULTAZAM
4. SIHOL ADI PAPA PAKPAHAN
5. SITI AISYAH
6. SONY ADIWARNOTO
7. SOPIAN PAKPAHAN
8. YULIAN ADI PUTRA

PENYELENGGARA :
OFFSHORE TECHNOLOGY INSTITUTE

BATAM, 02 MARET 2024


0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berupa kesehatan, kesempatan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan Laporan Kerja Lapangan ini. Laporan Kerja Lapangan ini berjudul
Observasi Lapangan di “PT. NOV Profab Bidang Instalasi Listrik,
Penanggulangan Kebakaran, Konstruksi Dan Bangunan”. Laporan kerja
lapangan ini merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh peserta pelatihan
K3 umum.
Tujuan utama dari kerja lapangan ini adalah untuk memantapkan teori
dan praktek yang telah dipelajari dan dapat diselesaikan serta diaplikasikan di
lapangan. Sesuai dengan judul laporan ini, penulis hanya membahas tentang
Instalasi Listrik, Penanggulangan Kebakaran Dan Konstruksi Dan Bangunan Di Pt
Nov Profab.
Dalam proses pembuatan laporan ini tak lupa kami menghaturkan sujud
kepada orang tua kami yang telah banyak memberikan dorongan semangat dari
awal hingga selesainya laporan ini. Tak lupa juga kami mengucapkan
terimakasih pada teman-teman Pelatihan Ahli K3 Umum yang telah memberikan
dorongan moral dan material serta informasi serta dengan segala hormat kami
ucapkan banyak terimakasih pada Bapak/Ibu Pemateri sehingga kami dapat
menerapkan ilmu yang diberikan pada kami.
Ucapan terimakasih ini juga kami ucapkan kepada :

1. Manajemen PT NOV Profab yang sudah memberikan kesempatan kepada


penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan

2. Kemnaker RI sebagai Pembina dan Sertifikasi Calon Ahli K3 Umum.

3. Manajemen Offshore Technology Institute Sukses yang telah


mengakomodir dan membantu penulisan laporan pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan
segala kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
dari semua pihak demi kesempurnaan dari laporan kerja praktek ini. Akhir kata
penulis berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-
1
rekan dan pembaca sekaligus demi menambah pengetahuan tentang Praktek
Kerja Lapangan.

Batam, 02 Maret 2024

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................... 3


1.2 Maksud Tujuan..................................................................................... 5
1.3 Ruang Lingkup .................................................................................... 5
1.4 Dasar Hukum ....................................................................................... 11

BAB II PROFIL PERUSAHAAN


2.1 Gambaran Umum Perusahaan ......................................................... 13
2.2 Kebijakan K3 ........................................................................................ 14
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan ............................................................. 15

BAB III ANALIISA

3.1 Temuan Negatif ................................................................................... 16


3.2 Temuan Positif ....................................................................................26

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 30


4.2 Saran .................................................................................................... 30
4.3 Daftar Pustaka..................................................................................... 31

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja diartikan sebagai suatu pemikiran untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja khususnya manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara
keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) K3
diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua
jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.
Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan
penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta
cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan
aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya.
Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan APD, perawatan mesin dan
pengaturan jam kerja yang manusiawi.
Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun perusahaan tidak ada
yang menghendaki terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
pencemaran lingkungan. Suatu kemungkinan bahaya besar, berupa
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit
akibat kerja dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam penggunaan
peralatan, pemahaman dan kemampuan serta keterampilan tenaga kerja
yang kurang memadai.
Upaya perlindungan tenaga kerja bertujuan agar tenaga kerja,

4
orang lain ditempat kerja dan sumber produksinya selalu dalam keadaan
sehat, selamat, aman dan sejahtera sehingga pada akhirnya tercapai suatu
tingkat produktivitas yang tinggi dengan tetap mengutamakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja. Risiko kecelakaan kerja juga bisa terjadi
akibat ketidaksesuaian konstruksi bangunan, instalasi listrik, dan kebakaran
dengan peraturan perundangan yang telah dibuat.
Kegagalan (Risk off Failures) pada setiap proses atau aktifitas
pekerjaan, dan atau saat terjadi kecelakaan kerja seberapapun kecilnya,
akan mengakibatkan efek
kerugian (Loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah
kondisi pekerja (Unsafe act) atau kelelahan (Fatigue), kondisi kerja
(Unsafe Condition) dan pekerjaan yang tidak aman (Unsafe Working
Condition). Hal –hal tersebut yang mengakibatkan kurangnya penguasaan
pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya (Pre-Cause)
adalah salah satunya kurangnya training dan karakteristik dari pekerjaan itu
sendiri. Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan
terkonsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah
sifat pekerjaan yang mudah menjadi penyebab kecelakaan kerja (elevasi,
temperatur, arus listrik, mengangkut benda-benda berat dan lain
sebagainya), sudah sewajarnya bila pengelola proyek atau industri
mencantumkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja pada prioritas
pertama.
Beberapa komitmen global baik yang berskala b ilateral maupun
multilateral telah mengikat bangsa Indonesia untuk memenuhi standar
tersebut. Standar acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti
kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan
dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut
untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9001, QS-9000) serta
Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan
terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga
menjadi tuntutan pasar internasional. Untuk menjawab tantangan tersebut

5
Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
telah menetapkan

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk :
1. Membekali para calon Ahli K3 melalui praktek kerja lapangan dalam
penerapan persyaratan pembinaan mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja yang meliputi : Instalasi Listrik, Penanggulanan
Kebakaran dan Konstruksi dan Bangunan
2. Mengetahui pendekatan masalah – masalah yang terjadi di perusahaan
yang berkaitan dengan Instalasi Listrik, Penanggulanan Kebakaran dan
Konstruksi dan Bangunan
3. Memahami kewajiban dan wewenang Ahli K3 di tempat kerja, sehingga
para calon Ahli K3 dapat bertindak secara professional didalam bekerja
dan dapat memberikan kontribusi yang bernilai dalam menciptakan,
menjaga dan meningkatkan kinerja K3 di tempat kerja yang menjadi
lingkup tanggung jawabnya.

1.3 Ruang Lingkup

1.3.1. Instalasi Listrik


Ruang lingkup yang meliputi K3 listrik yaitu:
1. Pengawasan K3 listrik di tempat kerja
2. Pengawasan K3 sistem proteksi petir
3. Pengawasan K3 pesawat lift

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan nomor 12 tahun 2015 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.
Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 merupakan
pelaksanaan persyaratan K3 yang meliputi:
a. perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, pemeliharaan;
b. pemeriksaan dan pengujian.

(2)Persyaratan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


pada
kegiatan:

6
a. pembangkitan listrik;
b. transmisi listrik;
c. distribusi listrik; dan
d. pemanf aatan listrik;
yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 (lima puluh) volt arus bolak
balik atau 120 (seratus dua puluh) volt arus searah.

1.3.2. Penanggulan Kebakaran


Mengutip pasal 5 undang undang No 1 tahun 1970, “Pegawai pengawas
dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung
terhadap ditaatinya undang undang ini dan membantu pelaksanaanya”. Kapan
pegawai pengawas menjalankan tugas mengawasi. Perhatikan pasal 4 undang
undang No. 1 tahun 1970, yaitu dimulai dari pra kondisi sampai operasionalisasi
yang diharapkan , mampu mengidentifikasi, menganalisis, supervisi dan memberi
rekomondasi. Harus disadari bahwa rekomondasi pegawai pengawas
mengandung konsekuensi wajib dilaksanakam, karena itu harus memiliki dasar
dan landasan hukum.

 Identifikasi potensi bahaya (fire hazard identification); sumber-sumber


potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yaitu setiap
bentuk energi seperti listrik, petir, mekanik, kimia dan bentuk energi lainnya
yang dipakai dalam proses kegiatan harus teridentifikasi untuk dikendalikan
sesuai ketentuan peraturan dan standart yang berlaku.
 Analisa resiko (fire risk assessment): berbagai potensi bahaya yang telah
teridentifikasi dilakukan pembobotan tingkat resiko apakah kategori ringan,
sedang, berat atau sangat serius, dengan parameter kecepatan menjalarnya
api, tingkatan paparan, konsekuensi kerugian dan jumlah jiwa yang
terancam.
 Sarana proteksi kebakaran aktif: yaitu berupa alat atau instalasi yang
dipersiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran seperti sistem
deteksi dan alaram, APAR, hydrant, springkler, houserell, dll yang dirancang
berdasarkan standar sesuai dengan tingkat bahayanya.
 Sarana proteksi kebakaran pasif: yaitu berupa alat, sarana atau metode
mengendalikan penyebaran asap panas dan gas berbahaya bila terjadi
kebakaran seperti sistem kompartementasi, treatment atau clotting fire
retardant, sarana pengendalian asap (smoke control system), sarana
evakuasi, sistem pengendalian asap dan api (smoke damper, fire damper,
fire stopping), alat bantu avakuasi dan rescue dll.

7
1.3.3. Kontruksi dan Bangunan

Ruang lingkup pekerjaan konstruksi ini meliputi :


Divisi 1 Umum, meliputi pekerjaan :
a. Mobilisasi dan Demobilisasi
b. Administrasi dan Kelengkapan
c. Alat Pelindung Diri
d. Asuransi
e. Rambu Keselamatan

1.4 Dasar Hukum

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 12 Tahun 2015 tentang keselamtan
dankesehatan kerja listrik di tempat kerja
3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 31 Tahun 2015 tentang pengawasan
instalasi penyalur petir
4. Peraturan Menteri No 01 Tahun 1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja
pada kontruksi bangunan
5. Pemenrintahan Menteri Ketenagakerjaan No. 04 Tahun 1980 tentang syarat -
syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan
6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi No. 9 Tahun 2016 tentang
keselamatandan kesehatan kerja dalam perkerjaan pada ketinggian
7. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 02 Tahun 1983 tentang instalasi alarm
kebakaran automatik.
8. Intruksi menteri tenaga kerja RI no Ins 11/m/B/1997 tentang pengawasan khusus K3
penanggulangan kebakaran.
9. Permanaker No. 33 tahun 2015 perubahan atas Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015 tentang keselamatan dan kesehatan kerja
listrik di tempat kerja pada ketinggian.

8
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT NOV Profab merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang


Industri Energi atau fabrikasi, dimana jumah karyawan sebanyak >2000 orang dan
petugas Ahli K3 Umum sebanyak 21 orang. Kapasitas fabrikasi PT NOV Profab
untuk saat ini modul proses skid dan PAU adalah sekitar 25.000 ton per tahun dan
terus meningkat tenaga kerja memberi kapasitas 4 juta jam kerja/Tahun dengan
fleksibilitas untuk bekerja berdasarkan kebututuhan. Proyek Profab juga memiliki
generator ulat sendiri dengan utilitas hingga 18 Megawatt untuk memastikan
produksi dapat terus berlanjut jika terjadi pemadaman listrik utama.

Lokakarya PT NOV Profab dibangun khusus untuk menyediakan proses


fabrikasi dan perakitan yang paling efisien. Peningkatan produktivitas melalui
desain sistem produksi, yang meminimalkan penanganan di berbagai stasiun
kerja, memungkinkan kami memproduksi peralatan dengan lebih cepat dan
lebih kompetitif.

Pekarangan Profab seluas 140.000m² menampung bengkel seluas


27.500m² (7 bengkel) terdiri dari 2 yard 8 workshop. PT NOV Profab menyimpan
inventaris peralatan penanganan dan fabrikasi yang mengesankan termasuk
beberapa derek di atas kepala seberat 5 - 20 ton, derek jib, dan Pedestal
seberat 70 ton. Bagian Peledakan dan pengecatan baru dilengkapi jalur
ledakan otomatis dan tempat cat terpisah untuk mem ungkinkan pelapisan
beberapa pekerjaan secara bersamaan. Unit semprotan tanpa udara, senjata
semprot konvensional, dan toko cat ber-AC.

Bengkel pra-fabrikasi PT NOV Profab dilengkapi dengan Mesin CNC


Universal Beam Coping, Mesin Pemotong Api Multi Kepala, Mesin Pelurus Balok
Hidraulik, Mesin Las Beam Gentry, Mesin Perakitan Balok, Mesin Bending Profil,

9
Bejana CNC dan Profiler Pipa, Mesin Rolling Pelat Timah dan Tebal. Bengkel
mesin menampung banyak koleksi mesin bubut, gergaji pita dan gergaji lepas,
serta bor vertikal pelubang hidrolik. Pengalaman pelapisan Profab mencakup
Epoksi, poliuretan, plastit, serpihan kaca aluminium yang disemprotkan secara
termal, lapisan nova, epoksi tar batubara, dan banyak lagi. Peralatan
kelongsong overlay mencakup mesin Euroweld Strip, dan Rig Cladding GTAW
Hot Wire. PT NOV Profab yang telah mengimplementasikan standar ISO
9001:2008, ASME certificate, API certificate, SMK3 certificate, NB certificate, R
certificate, SKT certificate, BS OHSAS certificate, EN 1090 certificate. PT Profab
juga memiliki training center baik tentang Teknologi Mekanik maupun
pendalaman Visi Misi dan Kredo. Agar menghasilkan Sumber Daya Manusia
yang berintegritas, beretos kerja tinggi dan bekerja sama dalam tim. TC juga
menjadi penghubung antara dunia pedidikan dan dunia industri melalui
kegiatan pembelajaran.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan


Sistem Manajeman Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan kerja dan penyakit kerja. Pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja yaitu salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tenpat kerja yang aman, efisien, produktif, sehat dan bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat menekan bahkan dapat
menghilangkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja yang berbahaya maupun perbuatan
tenaga kerja yang berbahaya. Pemerintah juga mendukung pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja dengan mewajibkan bagi perusahaan-
perusahaan di Indonesia untuk menerapkan Undang-undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai tindakan pengendalian
terhadap potensi-potensi serta factor bahaya yang mungkin muncul.

Guna mendukung pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

10
dan Kesehatan Kerja maka PT NOV Profab dituntut untuk satu komitmen dan
usaha bersama antar semua karyawan, dari seluruh lini jabatan agar suatu
kondisi kerja yang aman, efisien, produktif, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan selalu tercipta. Salah satu bentuk komitmen itu terlihat dari terbentuk
dan dijalankannya system managemen keselamatan dan kesehatan kerja
perusahaan.

2.1 Kebijakan K3

Perusahaan Berkomitmen dalam menerapkan kebijakan


keselamatan dan kesehatan kerja secara internal

2.2 Struktur Organisasi Perusahaan

11
BAB III

ANALISA

Hasil observasi Kelompok I V saat kunjungan industri di PT NOV Profab tanggal 02 Maret 2024 sebagai berikut:
BIDANG INSTALASI LISTRIK, PENANGGULANGAN KEBAKARAN dan KONSTRUKSI DAN BANGUNAN

3.1 Temuan Negatif ( yang tidak sesuai ) dengan peraturan perundang-undangan hasil observasi
No Lokasi Gambar Temuan Analisa Potensi Bahaya Dasar Hukum Pasal
A. BIDANG INSTALASI LISTRIK
► PANEL Ditemukan di bagian atas PER.33/MEN/2015 ► Permenaker No. 33 Tahun 2015 tentang
BOX panel box listrik tegangan Perubahan atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
LISTRIK & tinggi ditemukan botol Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan
Botol minuman dengan kondisi Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja
minuman masih terisi air, Berpotensi Permenaker no. 12 thn 2015 pasal 15. ► Dan
(Unsafe Electric short dan terbakar jika kep.75/men/2002 tentang pemberlakuan SNI 04-
Condition) air tumpah menggenangi 0225-2000 (PUIL 2000)
panel box bagian dalam. ► Menurut SNI yg termuat dalam PUIL 2000 pada
Selain tidak di design water bagian 9.9.4.1 tentang jarak aman minuman.
proof juga 5S yang sudah
Work Shop 1 dicanangkan tidak berjalan
1
/ WS1 sebagaimana mestinya

12
► Posisi Berpotensi menyebabkan PER.12/MEN/2015 Permen no 12 thn 2015 pasal 3 (b)
kabel tersandung Dan kabel dapat Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud
melintang tergores atau terkikis oleh dalam Pasal 2 bertujuan:
Dan dekat material b. menciptakan instalasi listrik yang aman,
dengan handal dan memberikan
material keselamatan bangunan beserta isinya; dan
Work Shop 1 /
2
WS1

Stop kontak Bahaya Tersengat Listrik PER.12/MEN/2015 Permen no 12 thn 2015 pasal 3)
tidak PER.33/MEN/2015 Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud
tertutup dalam Pasal 2 bertujuan:
a. melindungi keselmatan dan Kesehatan
tenaga kerja dan orangg lain yang berada
didalam lingkungan dari potensi bahaya listrik.
b. menciptakan instalasi listrik yang aman,
handal dan memberikan
Work Shop 1 keselamatan bangunan beserta isinya; dan
3 N/A c. menciptakan tempat kerja yang selamat dan
/ WS1
sehat untuk mendorong produkvitas

13
Lampu ada beberapa lampu di PER.5/MEN/2018 Mengingat pentingnya penataan pencahayaan
Penerangan bagian area workshop yg yang tepat di lingkungan kerja, pemerintah telah
sudah terlalu kotor, sehingga mengeluarkan berbagai regulasi dan aturan
bisa mempengaruhi yang harus dijalankan perusahaan. Salah
Pencahayaan penerangan satunya, diatur dalam Peraturan Menteri
pada saat shift malam Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 5 tahun
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja.

Dalam Pasal 16 Ayat 1 Permenaker Nomor 5


Tahun 2018 itu dijelaskan, pencahayaan di
tempat kerja terbagi dua, yaitu pencahayaan
Work Shop 1
4 alami yang bersumber dari sinar matahari dan
/ WS1
pencahayaan buatan yang bersumber selain
cahaya alami.
Pekerjaan membedakan barang kasar seperti:
a. Mengerjakan bahan-bahan yang kasar
b. Mengerjakan arang atau abu
c. Menyisihkan barang-barang yang besar
d. Mengerjakan bahan tanah atau batu
e. Gang-gang, tangga di dalam gedung yang
selalu dipakai
f. Gudang-gudang untuk menyimpan barang-
barang besar dan kasar.
Intesitasnya (LUX) : 50
Panel Listrik terdapat beberapa kabel PER.12/MEN/2015 Permen no 12 thn 2015 pasal 3)
dan stop kontak terutama Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud
pada area hotwork yg kotor, dalam Pasal 2 bertujuan:
sehingga bisa menyebabkan a. melindungi keselmatan dan Kesehatan
5 Comon Area N/A konslet listrik kedepaannya tenaga kerja dan orangg lain yang berada
didalam lingkungan dari potensi bahaya listrik.
b. menciptakan instalasi listrik yang aman,
handal dan memberikan
keselamatan bangunan beserta isinya; dan

14
c. menciptakan tempat kerja yang selamat dan
sehat untuk mendorong produkvitas

No Lokasi Gambar Temuan Analisa Potensi Bahaya Dasar Hukum Pasal


B. BIDANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN
► APAR, Bagaimana pengecekan PER.04/MEN/1980 BAB III
beberapa rutin yang dilakukan ? PEMEIHARAAN
ditemukan mengingat merupakan salah Pasal 11
tanpa satu bagian penting dari (1) Setiap alat pemadam api ringan harus
nozzle APAR diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu:
1. Pressure Gauge a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
2. Safety Pin b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas)
3. Handle bulan;
4. Nozzle (2) Cacat pada alat perlengkapan pemadam
1 Work Shop 1 / WS1
5. Tube api ringan yang ditemui waktu pemeriksaan,
6. Hose harus
7. Sabuk Tabung segera diperbaiki atau alat tersebut segera
diganti dengan yang tidak cacat.

15
► Assemblt Saat Observasi Assembly ► No.KEP.186/MEN/1999 ► KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I
Point / Titik Point / Titik Kumpul ditemukan ► PUPR No.14 Tahun No.KEP.186/MEN/1999
Kumpul sangat berdekatan dengan 2017 ► Menurut Permen PUPR No.14 Tahun 2017, titik
area Material, lalu lintas kumpul adalah tempat yang digunakan bagi
transportasi aktifitas alat pengguna bangunan gedung dan pengunjung
berat bangunan gedung untuk berkumpul setelah
proses evakuasi. Pasal 33 ayat (2) pada Permen
tersebut menyatakan perancangan dan
penyediaan titik kumpul harus memperhatikan:
Outside Main Kesesuaian sebagai lokasi akhir yang dituju
2 dalam rute evakuasi
Building
Keamanan dan kemudahan akses pengguna
bangunan gedung dan pengunjung bangunan
gedung
Jarak aman dari bahaya termasuk runtuhan
bangunan gedung
Kemungkinan untuk mampu difungsikan secara
komunal oleh para pengguna bangunan
gedung dan pengunjung bangunan gedung
Kapasitas titik berkumpul.
► APAR Peletakan APAR terhalang PER.04/MEN/1980 Permen no 4 thn 1980 pasal 4 (1) bab 2
oleh rantai Dan material BAB II
lainnya PEMASANGAN
Information Pasal 4
Board,Out (1) Setiap satu atau kelompok alat pemadam api
3 ringan harus ditempatkan pada posisi
side Main
Building yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai
dan diambil serta dilengkapi
dengan pemberian tanda pemasangan

16
► APAR Terdapat kebanyakan APAR PER.04/MEN/1980 Sesuai dengan PER.04/MEN/1980 Pasal 5
dengan kondisi yg kotor, Dilarang memasang dan menggunakan alat
debu tebal pada permukaan pemadam api ringan yang didapati sudah
body APAR, dan beberapa berlubang-lubang atau cacat karena karat.
APAR terdapat karat pada
tabung.

4 All

► APAR ► Adanya apar forklif yang PER.04/MEN/1980 Permenaker No. 04 Tahun 1980
penempatan tidak sesuai ► pasal 6 ayat 1 ( setiap alat pemadam api
dibagian maintanence. ringan harus dipasang menggantung pada
► Terdapatnya apar yang dinding dengan penguatan sengkang atau
5 Construction berada di ketinggian dan dengan kontruksi penguat lainya atau
Yard tidak di tutup mengunakan ditempatkan dalam lemari atau peti(box) yang
box,sehingga bisa terjatuh tidak di kunci
kebawah dan menimpa ► Pasal 10( Setiap pemadam api ringan yang
pekerja yang berada dibtempatkan dialam terbuka harus dilindungi
dibawah. dengan tutup pengaman)

17
►Assembly Tidak ditemukan Map jalur Keputusan Pasal 1 ayat 1
point evakuasi, sehingga membuat Mentri Tenaga Tempat kerja ialah tiap ruangan atau
karyawan susah menuju titik Kerja Kep- lapangan tertutup atau terbuka bergerak
kumpul ketika ada kejadian 186/Men/1999 atau tetap dimana tenaga kerja bekerja
terjadi, misal nya kebakaran atau yang sering dimasuki tenaga kerja
dan gempa, disarankan untuk keperluan suatu usaha dan
Melengkapi Map jalur dimana terdapat sumber atau sumbersumber
evakuasi yang ada, yakni bahaya. Dan sebagaimana
tidak hanya jalur keluar atau dalam pasal 2 ayat 3 menyatakan
exit, melainkan juga jalur pengendalian setiap bentuk energi
evakuasi harus ada map penyediaan saran deteksi alarm
evakuasi route nya yang pemadam kebakaran dan sarana
dapat menunjukkan ke arah evakuasi serta pengendalian
Work shop 3 titik kumpul (master point) penyebaran asap, panas dan gas
6 yang aman darI sebagaimana dimaksud pada ayat 2
/ WS 3
sumber bahaya huruf a,b,c dilaksanakan sesuai
peraturan perundang yang berlaku

C. BIDANG KONSTRUKSI DAN BANGUNAN

18
► Penggunaan Dapat beresiko terpapar UU No. 1 Tahun 1970 UU No. 1 Tahun 1970
Safety Helmet kepada indra Undang-undang ini merupakan landasan hukum
terbalik pendengaran, utama yang mengatur tentang keselamatan
► Ear Plug tidak mengingat noise yang kerja di Indonesia, termasuk di bidang konstruksi.
digunakan saat dihasilkan > 85 db pada Penerapan K3 Konstruksi di Lingkungan Kerja
menggerinda proses Gerinda tersebut Penerapan K3 di lingkungan kerja konstruksi
melibatkan serangkaian langkah-langkah
strategis yang dirancang untuk mengurangi risiko
Work Shop 1
1 dan melindungi kesehatan dan keselamatan
/ WS1
pekerja. Berikut ini adalah beberapa cara
penerapannya:

● Penggunaan Peralatan Pelindung Diri (PPE)


● Pelatihan Keselamatan

► Tidak Memakai Pakaian Kerja Dalam Hal Kemenker no 9 thn Kemenker no 9 thn 2016
APD (wearpack) Ini Wearpack Sebagai 2016 Pasal 3
- > Pasal 3 salahsatu alat untuk Bekerja Pada Ketinggian sebagaimana dimaksud
melindungi yang sudah dalam
disetujui Pasal 2 wajibmemenuhi persyaratan K3 yang
meliputi :
a. perencanaan;
Construction b. prosedur kerja;
2
Yard c. teknik bekerja arnan;
d. APD,Perangkat PelindungJatuh, dan Angkur;
dan
e. Tenaga Kerja

19
► Pengoperasian Mengoprasikan alat PER/01/MEN/1980 PER/01/MEN/1980
Alat Berat berat tanpa alas kaki BAB XV
TENTANG PENGGUNAAN PERLENGKAPAN
PENYELAMATAN DAN PERLINDUNGANDIRI
Pasal 99
(1) Alat-alat penyelamat dan pelindung diri
yang jenisnya disesuaikan dengan sifat
pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing
tenaga kerja harus disediakan
dalam jumlah yang cukup.
Construction (2) Alat-alat termaksud pada ayat (1) pasal
3
Yard ini harus selalu memenuhi syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang telah
ditentukan.
(3) Alat-alat tersebut (1) pasa ini harus
digunakan sesuai dengan kegunaanya oleh
setiap tenaga kerja dan orang lain yang
memasuki tempat kerja.
(4) Tenaga kerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja diwajibkan
menggunakan alat-alat termaksud pada ayat (1)
pasal ini.
► Pintu Sand pada area bangunan PER/01/MEN/1980 PER/01/MEN/1980
Blasting Area sandblasting terdapat Pasal 8
pintu yg sudah Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka,
rusak/bolong, sehingga lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-
pada saat proses atap atau panggung yang dapat dimasuki,
Blasting
4 sandblasting sisi-sisi tangga yang terbuka, semua galian-
Painting
kemungkinan galian dan lubang-lubang yang dianggap
debu/material yg berbahaya harus diberi pagar atau tutup
dihasilkan dari proses pengaman yang kuat.
tersebut bisa keluar ke
lingkungan sekitar.

20
► Line pada area open yard PER/01/MEN/1980 PER/01/MEN/1980
Segregation khusunya di bagian Pasal 5
jalan, tidak terdapat line 1. Di setiap tempat kerja harus dilengkapi dengan
khusus untuk pedestrian sarana untuk keperluan keluar masuk dengan
dan alat berat. aman.
2. Tempat-tempat kerja, tangga-tangga lorong-
lorong dan gang-gang tempat orang bekerja
atau sering dilalui, harus dilengkapi dengan
Area open penerangan yang cukup sesuai dengan
5 ketentuan yang berlaku.
yard
3. Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi
yang cukup sehingga dapat mengurangi
bahaya debu, uap dan bahaya lainnya

21
► Atap ► Terdapat pada PER/05/MEN/2018 PER/05/MEN/2018
bagian bangunan tentang
dinding atau atap yang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
tidak di cat. Lingkungan Kerja
pada Pasal 28 ayat
1 yang berbunyi, “Penerapan Higiene dan
Sanitasi pada Gedung sebagaimana dimaksud
dalam pasal 26 ayat (2) huruf (b) meliputi:
(a)Dinding dan langit-langit;
(b)Atap;
(c)Lantai.
Yang mana meliputi Pasal 29 yang
berbunyi,“Dinding dan langit-langit
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf (a) harus:
(a)Kering atau tidak lembab;
Work Shop 1 (b)Dicat dan/atau mudah dibersihkan;
6 (c)Dilakukan pengecetan ulang paling sedikit 5
/ WS1
tahun sekali;
(d)Dibersihkan paling sedikit1kali setahun.

22
► Seling belt ► Adanya seling belt PER/01/MEN/2018 PER/01/MEN/2018
yang berlobang Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
sehingga dapat Kontruksi Bangunan
mengakibatkan putus Pasal 36 ayat 1 " Semua tambang,rantai dan
dan terjadi kecelakaan peralatan bantunya yang digunakan untuk
yang menimpa pekerja mengangkat ,menurunkan atau
menggantungkan harus terbuat dari bahan yang
baik dan kuat dan harus diperiksa dan diuji
Work Shop 1 secara berkala untuk menjamin bahwa
7 tambang,rantai dan peralatan bantu tersebut
/ WS1
kuat untuk menahan beban maksimum yang
diijinkan dengan faktor keamanan yang
mencukupi.
Pasal 38 ayat (1) Rantai-rantai harus dibersihkan
dan harus dilakukan pemeriksaan berkala untuk
mengetahui adanya cacat,retak,rengat atau
cacat-cacat lainya.

► Area Kerja Ditemukan Area kerja permenaker no.1 permenaker no.1 tahum 1980 pasal 6
yang penempatan tahum 1980 Kebersihan dan kerapian di tempat kerja harus
peralatan, material dijaga sehingga bahan2, peralatan dan alat2
yang tidak properly kerja tidak merintangi atau menimbulkan
danberpotensi kecelakaan
menyebabkan
kecelakaan
Work Shop 1
8
/ WS1

23
Hasil observasi Kelompok I V saat kunjungan industri di PT NOV Profab tanggal 02 Maret 2024 sebagai berikut:
BIDANG INSTALASI LISTRIK, PENANGGULANGAN KEBAKARAN dan KONSTRUKSI DAN BANGUNAN

3.2 Temuan Positif ( yang sesuai ) dengan peraturan perundang-undangan hasil observasi
No Lokasi Gambar Temuan Dampak dan Manfaat Dasar Hukum Pasal
A. BIDANG INSTALASI LISTRIK
► Adanya Dengan adanya smoke PER/02/MEN/1983 ► Pasal 3 ayat 1: dektetor harus dipasang bagaina
Smoke detector lebih memudahkan bangunan kecuali apabila bagian bangunan
detector dalam pengawasan sekaligus tersebut telah dilindungi dengan system
setiap untuk deteksi awal jika pemadaman kebakaran otomatik
ruangan terjadinya kebakaran.
Work Shop 1
1
/ WS1

24
► Label Dengan adanya checklist PER/12/MEN/2015 ► Pasal 11 ayat 1: pemeriksaan secara berkala
cheklist pada box panel tersebut sebagaimna dimaksud dalam pasal 10 ayat 2 huruf
pada box menandakan bahwa c dilakukan paling sedikit satu sekali
panel listrik pemeriksaan rutin telah Ayat 2 : pengujian secara berkala sebagaimna
Production dilakukan dengan baik dan dimaksud dalam pasal 10 huruf ayat 2 huruf c
Welding akan memudahkan untuk dilakukan paling sedikit 5 tahun sekali
2 pemeriksaan selanjutnya
Area
dengan adanya informasi dari
bulan sebelumnya.

► Bangunan Dengan menggunakan PER/01/MEN/1980 Pasal 13 ayat 1 : perancah harus diberi lantai
cafolding scaffolding yang memiliki papan yang kuat dan rapat sehingga dapat
yang kuat alas dan pagar pengaman menahan dengan aman tenaga kerja, peralatan
dan pagar yang kuat, kita dapat dan bahan yang pergunakan
pengaman mengurangi kecelakaan kerja Ayat 2: lantai perancah harus diberi pagar
pada tenaga kerja, terutama pengaman, apabila tingginya dari 2 meter
yang berkerja pada kontruksi
bangunan.
Area open
3 yard

25
► Setiap Restricted sign berguna PER/01/MEN/1980 ► pasal 10 Orang yang tidak berkpentingan,
area untuk memberikan informasi dilarang memasuki tempat kerja
terdapat ke pada siapa pun bahwa
sign Danger untuk orang yang tidak
berkepentingan dilarang
masuk dan hanya orang yang
berwenang boleh memasuki
area tersebut, di karenakan
4
ada potensi bahaya yang kita
hindari untuk mencegah
kecelakaan kerja, terutama
pada orang yang tidak
paham dengan area tersebut.

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Dari hasil analisa kami menyimpulkan bahwa ada 4 temuan kesesuaian
dan 18 temuan yang tidak sesuai.

2. Penerapan k3 kebakaran masih terdapat peletakkan dan pemerisksaan


APAR yang tidak sesuai dengan prosedur

3. Penerapan K3 listrik belum optimal dikarenakan adanya peletakkan kabel


yang belum sesuai prosedur

4. Penerapan K3 kontruksi bangunan mengenai pemaikaian APD bekerja di


ketinggian masih terdapat karyawan yang tidak sesuai degan prosedur

4.2 Saran

1. Perlunya penegasan kepada pekerja untuk wajib menggunakan APD


dilingkungan kerja menerapkan reward dan punishment kepada
karyawan
2. Pekerja dapat lebih memperhatikan untuk peletakkan raw material
harus sesuai dengan prosedur yang berlaku

3. Mengikuti prosedur yang sudah diatur mengenai pemasangan dan pemeliharaan


APAR
DAFTAR PUSTAKA

- Undang – Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.33/Men/2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.12/Men/2015
tentang Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja
- SNI PUIL 2000 pada bagian 9.9.4.1 tentang Jarak Aman Minuman
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.5/Men/2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.04/Men/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharan
APAR
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No.Kep.186/Men/1999
Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran Ditempat Kerja
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan
Gedung
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.9/Men/2016 tentang tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Pekerjaan Ketinggian
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.01/Men/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Kontruksi dan Bangunan
- Profil Perusahaan
- Modul Ahli K3 Umum

Anda mungkin juga menyukai