Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PT. PLN INDONESIA POWER SEKTOR TELLO MAKASSAR

BIDANG K3 MEKANIK (PESAWAT ANGKAT, ANGKUT, PESAWAT


TENAGA PRODUKSI), K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM

ANGKATAN KE-98

KELOMPOK 2

1. AHMAD SURYADI
2. ARIKAH NURHUSNA AFIFAH
3. GERMANUS REYAAN
4. ILMA HELMALIA PUTRI
5. MUH. FADLY WIJAYA
6. MUHAMMAD REZKI ZAHRAIN RAMLAN
7. RAFLY SHADIK ABIDIN

PENYELENGGARA
PT. INDOTAMA JASA SERTIFIKASI
Makassar, 16-29 Januari 2023
DAFTAR ISI

SAMPUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Maksud dan Tujuan.............................................................................................6
C. Ruang Lingkup.....................................................................................................6
D. Dasar Hukum.......................................................................................................6
E. Dasar Hukum Pengawasan K3 Mekanik.............................................................6
F. Dasar Hukum Pengawasan K3 Pesawat Uap Dan Bejana Tekan......................6
BAB II KONDISI PERUSAHAAN................................................................................8
A. Gambaran Umum Perusahaan...........................................................................8
B. Sejarah Singkat PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar..............................8
C. Visi dan Misi PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar.................................12
D. Safety Area.......................................................................................................12
E. Jumlah Tenaga Kerja PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar....................12
F. Jam Kerja Karyawan PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar.....................12
G. Struktur Organisasi PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar.......................13
H. Temuan..............................................................................................................13
BAB III ANALISA.......................................................................................................15
A. Analisa dan Temuan Positif..............................................................................15
B. Analisa dan Temuan Negatif............................................................................20
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................24
A. Kesimpulan.......................................................................................................24
B. Saran................................................................................................................24
Daftar Pustaka...........................................................................................................26
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayahNya kami berhasil menyelesaikan penulisan laporan PKL ini tepat pada
waktunya. Laporan PKL ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dari
pelatihan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3) Umum yang diadakan oleh
PJK3 PT. Indotama Jasa Sertifikasi.
Dalam penyusunan laporan PKL ini kami melakukan praktek kunjungan
lapangan (PKL) di PT. PLN Indonesia Power Sektor Tello Makassar, Bidang yang
kami teliti adalah bidang K3 mekanik, (PAA ,PTP) & K3 pesawat uap & bejana tekan.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada para instruktur Ahli K3 Umum dan
rekan-rekan Indotama Jasa Sertifikasi atas bimbingan dan dorongannya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan PKL ini sesuai waktu yang ditentukan. Kemudian
kepada rekan-rekan calon AK3 Umum atas kebersamaan dan dukungannya selama
ini.
Dalam penyusunan laporan ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan dan saran
yang bersifat membangun sehingga tercapainya kesempurnaan isi maupun
penulisan dari laporan ini.

Tim Penyusun

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri dan penggunaan peralatan mekanik yang
semakin meningkat dari sisi jenis dan jumlahnya diiringi juga dengan semakin
meningkatnya potensi bahaya dari penggunaan peralatan tersebut. Selain itu,
semakin ditemukan penggunaan peralatan tersebut dengan kondisi yang
semakin tua dan tidak layak dioperasikan lagi. Disamping itu pengusaha,
pengurus dan atau tenaga kerja/operator belum mengenal dan memahami
ketentuan peraturan perundang-undangan dan syarat-syarat keselamatan kerja
peralatan mekanik.
K3 mekanik adalah serangkaian kegiatan pengawasan dan semua
tindakan yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap obyek pengawasan K3
mekanik ditempat kerja. Sebagai hasil dari revolusi industri hingga saat ini yang
memasuki masa industrialisasi, maka peralatan atau mesin-mesin dengan
berbagai macam ukuran dan fungsi semakin banyak digunakan di lapangan, di
perusahaan atau di tempat kerja. untuk mengejar jumlah produksi sisi keamanan
dan perawatan pada mesin-mesin menjadi kurang diperhatikan sehingga
memiliki potensi bahaya kecelakaan serta kesehatan bagi tenaga kerja maupun
perusahaan. berdasarkan Pasal 2 ayat (2), Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, pada umumnya kegiatan produksi menggunakan
peralatan mekanik. Peralatan tersebut merupakan sumber bahaya bila
dioperasikan oleh tenaga kerja yang tidak sesuai dengan keahliannya. Oleh
karena itu, perlu ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, dan sesuai dengan
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No.1 Tahun 1970 sebagai peraturan
pelaksanaannya yang mengatur secara teknis ilmiah dan administratif ditentukan
dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan.
Penerapan teknologi dan penggunaan bahan tersebut tidak selamanya
selaras dengan keahlian keterampilan tenaga kerja yang mengoperasikannya.
Semakin kompleksnya peralatan dan semakin canggihnya penerapan teknologi
dan proses industri yang berlangsung, maka tingkat bahaya yang ditimulkan
4
akan semakin tinggi, baik secara langsung ataupun tidak langsung yang akan
berdampak pada tenaga kerja lingkungan dan sekitarnya.
Mengingat pentingnya keselamatan tenaga kerja dan lingkungannya,
maka diperlukan adanya perlindungan dan tindakan pencegahannya. Untuk itu,
pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan untuk kesehatan dan
keselamatan kerja seperti UU No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja di
tempat kerja pengawasan peraturan perundangan k3 adalah wewenang
pegawai pengawas ketenagakerjaan dan AK3 umum, oleh karena itu
keberadaan ahli K3 umum sangat penting dan strategis dalam upaya penerapan
perturan perundangan K3 di perusahaan-perusahaan dimana ahli k3 umum
bekerja sehingga pimpinan perusahaan terbantu dalam melaksanakan
kewajibannya dibidang K3 dalam setiap melaksanakan pekerjaannya.
Mengingat pentingnya keselamatan tenaga kerja dan lingkungannya,
maka diperlukan adanya perlindungan dan tindakan pencegahannya. Untuk itu
pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan untuk kesehatan dan
keselamatan kerja seperti UU no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
Permenaker RI No. 02/MEN/1982 tentang kualifikasi juru las dan khususnya
Permenaker RI No 1/MEN/1982 yang berbicara tentang Bejana Tekan. Pada
penelitian kali ini, kelompok kami mengambil judul “Penelitian K3 Mekanik,
Pesawat Uap dan Bejana Tekan”. Contoh bahaya yang dapat ditimbulkan dari
Pesawat Uap dan Bejana Tekan adalah terjadinya ledakan dan kebakaran.
Sehingga dalam pemakaian dan perawatan Bejana Tekan perlu diatur lebih
lanjut. Tidak semua gas aman untuk manusia dan makhluk hidup, ada beberapa
gas yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup yang
lain. Ada beberapa gas, yang dapat mengganggu pernafasan, ada beberapa gas
yang bersifat korosif, ada beberapa gas yang bersifat karsiogenik dan bahkan
ada beberapa gas yang mudah terbakar dan mudah meledak. Dengan
mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, maka diperlukan adanya inspeksi
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Inspeksi tersebut merupakan
langkah awal untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Berdasar latar belakang diatas maka penulis mengambil judul “K3 mekanik,
pesawat uap dan bejana tekan” di PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar.

5
B. Maksud dan Tujuan
Praktek Kerja lapangan di PT. PLN Indonesia Power Sektor Tello
Makassar bertujuan sebagai tindakan pembelajaran secara nyata pada peserta
diklat ahli K3 Umum untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang didapat
selama pelatihan dan menerapkannya pada pelaksanaan SMK3 di lingkungan
industri.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi pembelajaran pengawasan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di bidang keselamatan dan kesehatan kerja mekanik meliputi
Pengertian, Dasar Hukum Pengawasan K3, Sumber- sumber bahaya, Syarat-
syarat K3 serta proses Pemeriksaan, Pengawasan dan Pengujiannya.
Ruang lingkup dari laporan PKL ini adalah dengan data-data perusahaan
sebagai berikut.
Nama : PT. PLN
Alamat : Jl. Urip Sumoharjo KM 7, Tello Baru, Kec. Panakkukang, Kota
.Makassar, Sulawesi Selatan.
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Januari 2023 Waktu : 08.30-11.45 WITA.
D. Dasar Hukum
Beberapa landasan hukum yang dipakai untuk penerapan K3 bidang
mekanik, pesawat uap dan bejana tekan serta alat angkat angkut di lingkungan
kerja di PT. PLN Indonesia Power Sektor Tello Makassar
1. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
E. Dasar Hukum Pengawasan K3 Mekanik
1. Permenaker No. 38 Tahun 2016, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi
2. Permenaker No.8 Tahun 2020, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
F. Dasar Hukum Pengawasan K3 Pesawat Uap Dan Bejana Tekan
1. Undang-Undang N0. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang Uap 1930
3. Peraturan Uap Tahun 1930
4. Permenaker RI No./.01/Men/1982 Tentang bejana tekan

6
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi RI No. Per.02/Men/1982
tentang Kwalifikasi dan Syarat-syarat Juru Las
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi RI No. Per.01/Men/1988
tentang Kwalifikasi dan Syarat-syarat Operator Pesawat Uap.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.02/Men/1992
tentang Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan dan Kesehata Kerja.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.04/Men/1995
tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
9. Surat Edaran Menter Tenaga Kerja No.06/Men/1990 tentang Ketentuan
Pewarnaan Tabung Gas Bertekanan.
10. Permenker No. 37 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bejana Tekan dan Tangki Timbun.
11. Permenaker No. 38 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pesawat Tenaga Produksi.

7
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Tello
Sebagai penyedia energi lisrik yang berkaitan dengan mesin pembangkit (diesel
dan gas turbin) yang memproduksi energi listrik. PT. PLN Indonesia Power Tello
Makassar melayani kebutuhan listrik masyarakat seperti pengajuan
pemasangan listrik, pengajuan naik tegangan atau tambah daya, cek tagihan
listrik PLN, pembayaran hingga komplain. PT. PLN Indonesia Power Tello
Makassar teletak di Jl. Urip Sumoharjo KM 7 Makassar Sumoharjo KM 5 Tello
Baru, Kec. Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Luas daerah yang
dimiliki oleh PT. PLN Indonesia Power Tello 5372. 24m². Adapun denah PT PLN
Indonesia Power Tello Makassar dapat di lihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Denah PT PLN Indonesia Power Tello Makassar


B. Sejarah Singkat PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar
Kota Makassar mulai mengenal dan memanfaatkan energi listrik tenaga
uap pada tahun 1914 untuk pertama kali. Pembangkit listrik yang pertama di
Makassar menggunakan mesin uap yang dikelola oleh suatu lembaga yang
disebut Electriciteit Weizen dan berlokasi di pelabuhan Makassar. Kemudian
pada tahun 1925 dibangun PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap) dengan kapasitas
2 MW di tepi sungai Jeneberang daerah Pandang Pandang, Sungguminasa dan
hanya mampu beroperasi hingga tahun 1957. Pada tahun 1946, dibangun Pusat

8
Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berlokasi di bekas lapangan sepak bola
Bontoala yang dikelola N.V. Nederlands Gas Electriciteit Maatschappy (N.V.
NEGEM). Tahun 1949 seluruh pengelolaan kelistrikan dialihkan ke N.V.
Ovesseese Gas dan Electriciteit Gas dan Electriciteit Maatschappy (N.V.
OGEM). Kemudian pada tahun 1957 pengusahaan ketenagalistrikan di kota
Makassar dinasionalisasi oleh Pemerintah RI dan dikelola oleh Perusahaan
Listrik Negara (PLN) Makassar namun wilayah operasi terbatas hanya di kota
Makassar dan daerah luar kota Makassar antara lain Majene, Bantaeng,
Bulukumba, Watampone dan Palopo. Untuk pusat pembangkitannnya ditangani
oleh PLN cabang luar kota dan pendistribusiannya oleh PT. MPS (Maskapai
untuk Perusahaan-Perusahaan Setempat). PLN Makassar inilah kelak
merupakan cikal bakal PT. PLN (Persero) Wilayah VIII. PLN Pusat membuntuk
unit PLN Exploitasi VI dengan wilayah kerja meliputi Provinsi Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Tenggara yang berkedudukan di Makassar.
Pada tahun 1966 pemerintah melalui PLN membangun dua unit Pusat
Listrik Tenaga Uap karena kebutuhan energi listrik di Makassar dan sekitarnya
semakin meningkat seiring dengan berkembangnya Kota Makassar.
Pembangunan tersebut berlokasi di sektor Tello dengan daya yang terpasang 2
x 12,5 MW dan digunakan untuk mendukung pasokan energi listrik PLTD
(Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Bontoala. Pembangunan selesai pada tahun
1971 dan mulai dioperasikan setelah diresmikan oleh Soeharto, presiden RI
yang menjabat saat itu.
Pada tahun 1973 dibangun lagi dua unit pembangkit diesel yang berlokasi
di site PLTU Tello dengan daya yang terpasang 2 x 2,84 MW. Seiring dengan
pembangkitan tersebut, kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik No. 01/PRT/1973 tentang Struktur Organisasi dan
Pembagian Tugas Perusahaan Umum, PLN Exploitasi VI berubah menjadi PLN
Exploitasi VIII. Setelah dikeluarkannya peraturan tersebut, maka pada 1975,
Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik mengeluarkan Peraturan Menteri
No. 013/PRT/1975 sebagai pengganti Peraturan Menteri No.01/PRT/1973 yang
di dalamnya disebutkan bahwa perusahaan mempunyai unsur pelaksana yaitu
Proyek PLN Wilayah. Oleh karena itu, Direksi Perum Listrik Negara menetapkan
SK No.010/DIR/1976 yang mengubah sebutan PLN Exploitasi VIII menjadi PLN
Wilayah VIII.
9
Kemudian pada tahun 1976 PLN Wilayah VIII mendapat tambahan satu
unit PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas) Westcan dengan daya yang terpasang
14,46 MW. Pada tahun yang sama di bulan Juli dibentuk unit Sektor Tello yang
diberi nama PLN Wilayah VIII Sektor Tello dengan unit asuhan PLTU Bontoala
dan Gardu Induk/Transmisi. Perkembangan kota Makassar dan daerah-daerah
di sekitarnya turut berperan mengakibatkan meningkatnya pula kebutuhan akan
energi listrik. Disertai dengan pertumbuhan ekonomi PT. PLN (Persero) Wilayah
VIII Sektor Tello, kemudian secara bertahap terus dibangun unit-unit
pembangkit.
Pada tahun 1982 dibangun dua unit PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga
Gas) Alsthom dengan daya yang terpasang 2 x 21,35 MW. Pada tahun 1984
dibangun dua unit PLTD Mitsubishi dengan daya yang terpasang 2 x 12,6 MW.
Tahun 1988 dibangun dua unit PLTD SWD dengan daya terpasang 2 x 12,4
MW. Dan pada tahun 1997 dibangun dua unit PLTG GE dengan daya terpasang
2 x 33,4 MW.
Setelah memikirkan pembangkitan, maka untuk menyalurkan energi listrik
dari pusat-pusat pembangkit yang berbeda kepada pelanggan, dan juga untuk
menunjang dan mengantisipasi pertumbuhan beban dari daerah-daerah yang
baru dibangun, maka mulai pada tahun 1969, dibangun saluran-saluran
transmisi sistem 30 KV dan gardu induk, yaitu:
1. Tello 30 KV
2. Bontoala
3. Kalukuang
4. Sungguminasa
5. Borongloe
6. Mandai
7. Tonasa I
Setelah itu, dilanjutkan lagi dengan perluasan gardu induk existing dan
membangun saluran transmisi sistem 70 KV, 150 KV dan gardu induk, yaitu:
1. Pangkep
2. Tonasa III
3. Daya 4.
4. Tello 70 KV
5. Tallo Lama
10
6. Takalar
Kemudian pada tahun 1997 pada bulan Agustus, unit PLTD Bontoala
dikeluarkan dari perusahaan. Dan pada Februari 1999 PLN sektor Tello
mendapat tambahan tanggung jawab untuk mengelola unit asuhan PLTD
Bulukumba.
Pada bulan Juni 2000 nama Sektor Tello berubah menjadi Unit
Pembangkitan I dengan unit asuhan PLTD Bau-Bau dan PLTD Kendari. Untuk
unit asuhan PLTD Bulukumba diserahkan kepada PLN UP, sedangkan unit GI
dan transmisi diserahkan pada PLN UP2B.
Pusat-puat pembangkit pada PT. PLN (Persero) Wilayah VIII beroperasi
dalam sistem kelistrikan Sulawesi Selatan yang interkoneksi dengan PLTA
(Pusat Listrik Tenaga Air) Bakaru dan PLTD yang tersebar, serta dua
pembangkit listrik swasta yang masing masing berada di Kabupaten Pinrang
(PLTD Suppa) dan di Kabupaten Wajo (PLTGU Sengkang).
Pada tanggal 22 Mei 2000, Gardu Induk Panakukang diserahkan kepada
unit pengatur beban dan unit PLTD Bulukumba diserahkan kepada sektor
Bakaru. Hal ini sejalan dengan retruksi di PLN Wilayah VIII Sulselrabar yang
membagi unit pembangkitan, penyaluran dan distribusi agar dikelola secara
tepisah. Kemudian Sektor Tello diserahi tugas menangani unit pembangkit yang
ada di Sulawesi Tenggara, tetapi kemudian tahun 2007 Sektor Kendari terbentuk
untuk menangani pembangkit yang ada di sana. Dan Sektor Tello menangani
pembangkit yang ada di Tello yaitu:
1. PLTU 2 unit
2. PLTG Westcan 1 unit
3. PLTG Alsthom 2 unit
4. PLTG GE 2 unit
5. PLTD Mitsubishi 2 unitPLTD SWD 2 unit
Pada tanggal 31 Mei 2000 PLN Sektor Tello diubah menjadi PT. PLN
(Persero) wilayah Sulselrabar Sektor Tello. Perubahan dilakukan kembali pada
bulan November 2010, Unit PLTD Selayar yang semula merupakan Unit dari
PLN Sektor Bakaru bergabung menjadi Unit dari PLN Sektor Tello. Pada bulan
Mei 2012, Unit PLTU Barru yang semula merupakan Unit dari PLN Sektor
Bakaru bergabung menjadi Unit dari PLN Sektor Tello. Pembangkit-pembangkit
yang berada di PLN Sektor Tello saat ini umumnya hanya dioperasikan saat-
11
saat beban puncak guna mengantisipasi kenaikan beban dan memperbaiki mutu
tegangan di samping cadangan putar jika sewaktu-waktu terjadi gangguan
sistem.

C. Visi dan Misi PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar


a. Visi PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar
1. Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumpu kembuh
kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
2. Menjadi unit pembangkitan yang andal, efesien dan berwawasan
lingkungan.
b. Misi PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lainnya yang terkait,
berorientasi kepada pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang
saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
5. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
6. Melaksanakan pemeliharan yang berorientasi kepada “On Condition
Base Maintenance” serta selalu mengikuti dan memperlihatkan buku
petunjuk pabrik dan pengalaman operasi.
7. Memantau dan mengendalikan secara terus menerus pengaruh operasi
pembangkitan terhadap mutu.
8. Kecelakaan nihil.
D. Safety Area
1. Zona Bebas (Hijau)
2. Zona Terbatas (Kuning)
3. Zona Terlarang (Merah)
E. Jumlah Tenaga Kerja PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar
PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar memiliki jumlah tenaga kerja
sebanyak 241 orang yang terdiri dari:
a. Tenaga kerja laki-laki: 222 orang
b. Tenaga kerja perempuan: 19 orang

12
F. Jam Kerja Karyawan PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar
PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar memiliki 4 shift kerja,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Shift 1: 07.00-15.00 WITA
b. Shift 2: 15.00-23.00 WITA
c. Shift 3: 23.00-07.00 WITA
G. Struktur Organisasi PT. PLN Indonesia Power Tello Makassar
Struktur organisasi adalah rangka yang menunjukkan pekerjaan wewenang
dan tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi, oleh karena itu struktur
organisasi disebut juga bagan atau skema organisasi yang tak lain adalah
gambaran skematis tentang hubungan pekerjaan antara orang-orang yang
terdapat dalam suatu badan atau organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi. Hal ini berarti struktur organisasi dalam suatu badan atau instansi
pemerintah/swasta, memerlukan suatu kerjasama dari tiap unit atau sub bagian,
agar berjalan lancer. Berdasarkan struktur organisasi maka dapat diketahui
bagian kerja dalam suatu organisasi, tugas, dan tanggung jawab karyawan, dan
hubungan kerja dari setiap anggota organisasi. Struktur organisasi harus benar
dan tersusun secara teratur sehingga tampak jelas dalam pembagian tugas dan
tanggung jawab yang dapat memudahkan pimpinan dalam mengendalikan suatu
organisasi perusahaan. Berikut struktur organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah
Sulselrabar Sektor Tello dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT. PLN Indonesia Power Sektor Tello
H. Temuan
1. Temuan Positif

13
a. Telah terpasang rambu-rambu K3 untuk patuh APD di sekitar alat water
treatment pump
b. Telah terpasang rambu-rambu K3 untuk patuh APD di dalam ruangan.
c. Terdapat pelat nama pada setiap mesin diruang PLTD
d. Hoist Crane PAA hoist crane dalam keadaan normal, dilakukan
perawatan dan pengetesan berkala
e. Terdapat plang nama pada bejana penyimpanan udara
f. Manometer bekerja dengan baik
2. Temuan Negatif
a. PAA Forklift dalam kondisi tdk layak pakai dan terdapat bagian switch
on/off yang tdk safety dan kondisi forklift tdk laik pakai
b. Tangga di ruang PLTD dalam ruang PLTD, terdapat tangga yg d
tempatkan tdk sesuai penempatan nya
c. Rak sparepart alat dan mesin berantakan
d. Atap plafon ruang mesin PLTD atap plafon pada beberapa bagian ada yg
roboh / kondisi tdk layak
e. Pipa mesin ada pipa mesin di ruang PLTD dalam kondisi tdk layak
f. Pipa pada bagian bejana penyimpanan udara terdapat kebocoran udara
dan limbah cair ada bagian pipa yg harus segera di maintenance

14
BAB III

ANALISA
A. Analisa dan Temuan Positif
DASAR
NO FOTO LOKASI TEMUAN ANALISA SARAN/REKOMENDASI
HUKUM

15
Kawasan Telah Rambu-rambu Tetap dipertahankan Undang-
terbatas terpasang yang telah untuk menjaga undang no. 1
PT. PLN rambu-rambu terpasang di kesadaran agar tetap tahun 1970
Indonesi K3 untuk patuh sekitar alat menggunakan Alat tentang
a Power APD di sekitar sudah terlihat Pelindung Diri Keselamatan
Sektor alat water dengan jelas Kerja pasal 14
Tello treatment pump sehingga b
mengurangi
1. potensi
terjadinya
kecelakaan
kerja yang
dapat
disebabkan
oleh
pengoperasian
alat tersebut.

16
Ruang Telah Rambu-rambu Tetap dipertahankan uu no. 1 tahun
PLTD terpasang yang telah untuk menjaga 1970 tentang
PT. PLN rambu-rambu terpasang di kesadaran tenaga kerja Keselamatan
Indonesi K3 untuk patuh depan dan visitor agar tetap Kerja pasal 14
a Power APD di dalam ruangan menggunakan Alat b
Sektor ruangan. sudah terlihat Pelindung Diri
Tello dengan jelas
sehingga
2.
mengurangi
potensi
terjadinya
kecelakaan
kerja yang
dapat terjadi di
ruang
tersebut.

17
Ruang Terdapat pelat Peletakan Peletakan pelat nama Permenaker RI
Mesin nama pada pelat nama pada setiap mesin sudah No. 38 Tahun
PLTD setiap mesin pada setiap sesuai dengan regulasi, 2016 Tentang
diruang PLTD mesin diruang sebaiknya dipertahankan Keselamatan
PLTD dan Kesehatan
3.
Kerja Pesawat
Tenaga Dan
Produksi Pasal
15

18
Ruang Hoist Crane PAA Hoist Sebaiknya ditambahkan Permenaker RI
Mesin PAA hoist Crane dalam personel penguji K3 yang No.08 Tahun
PLTD crane dalam keadaan mempunyai kompetensi 2020 Tentang
keadaan normal, di bidang Pesawat Keselamatan
normal, dilakukan Angkat & Angkut, atau Dan
dilakukan Pemeriksaan Ahli K3 Bidang Pesawat Kesehatan
perawatan & dan & Angkat & Angkut yang Kerja Pesawat
4. pengetesan Pengujian dilengkapi dengan lisensi Angkat dan
berkala secara berkala 2. Ditambahkan Pesawat
Penerangan sebagai Angkut Pasal
lampu 173
3. Lakukan
Pemeliharaan untuk
Tindakan yang lebih
lanjut

19
Samping Terdapat plang Dengan Sudah baik, namun perlu Peraturan
Bagian nama pada terpasangnya dibersihkan plang nama Menteri Tenaga
Luar bejana plang nama agar lebih mudah Kerja RI No.37
Mesin penyimpanan yang berisi terbaca dari debu Tahun 2016
PLTD udara informasi tentang
terkait kode Keselamatan
produksi, dan Kesehatan
tahun Kerja Bejana
pembuatan Tekanan dan
5.
bejana Tangki Timbun
penyimpanan Pasal 9 Ayat
udara, maka (1), (2), (3) dan
sudah jelas (4)
bahwa
kegunaan alat
tersebut telah
sesuai
standard.

20
Samping Manometer Dengan Sudah baik dan tetap Peraturan
Bagian bekerja dengan bekerjanya dipertahankan Menteri Tenaga
Luar baik manometer Kerja RI No.37
Mesin dengan baik tahun 2016
PLTD maka dapat tentang
digunakan Keselamatan
6. dengan dan Kesehatan
optimal dalam Kerja Bejana
mengukur Tekanan dan
tekanan udara Tangki Timbun
pada ruang Pasal 1 angka
tertutup. 8, Pasal 16
Ayat (6)

21
B. Analisa dan Temuan Negatif
NO FOTO LOKASI TEMUAN ANALISA SARAN/REKOMENDASI DASAR HUKUM
Depan PAA Forklift Tidak Sebaiknya dilakukan Permenaker No. 8
Ruang dalam kondisi terdapatnya perbaikan serta Tahun 2020
Mesin tdk layak pakai penutup dilakukan pemeliharaan / tentang
PLTD dan terdapat pada bagian maintenance pada Keselamatan dan
1. bagian switch switch on/off forklift. Kesehatan Kerja
on/off yang tdk dan kondisi Pesawat Angkat
safety dan forklift yang dan Pesawat
kondisi forklift sudah tidak Angkut Pasal 3.
tdk laik pakai layak pakai.
Dalam Tangga di Dalam ruang Tangga dalam ruang Permenakertrans
Ruangan ruang PLTD mesin PLTD mesin PLTD tersebut No. 1 Tahun 1980
Mesin dalam ruang terdapat dipindahkan ke tempat tentang
PLTD PLTD, terdapat tangga yang yang lebih aman, dan Keselamatan dan
tangga yg d di tempatkan menghindari terjadinya Kesehatan Kerja
2.
tempatkan tdk tidak sesuai kecelakaan kerja. Pada Konstruksi
sesuai penempatan Bangunan Pasal
penempatan nya 6.
nya

22
Dalam Rak sparepart Sparepart Kebersihan tempat kerja Permenakertrans
ruangan alat dan mesin dibawah rak harus lebih diperhatikan. No.01/MEN/1980
mesin berantakan berserakan. bahan yang berserakan Pasal 6 tentang
PLTD hal ini dapat harus tersimpan dengan Keselamatan dan
berpotensi rapi dan lebih tertata. Kesehatan Kerja
bahaya pada Konstruksi
3.
tersandung Bangunan.
bagi tenaga
kerja yang
lalu lalang di
area
tersebut.

23
Dalam Atap plafon Tampak harus diadakan Permenakertrans
ruangan ruang mesin pada perawatan No.01/MEN/1980
mesin PLTD gambar, atap (maintenance) agar Pasal 11 tentang
PLTD atap plafon plafon dapat mencegah Keselamatan dan
pada beberapa sebagian terjadinya kecelakaan Kesehatan Kerja
bagian ada yg telah rusah, kerja. pada Konstruksi
roboh / kondisi dan ada Bangunan.
tdk layak yang hampir
4. terlepas. ini
berpotensi
bahaya bagi
tenaga kerja
karena
potongan
plafon yang
jatuh dapat
menimpa.

24
Di Dalam Pipa mesin Tampak agar segera dilakukan Permenaker No
Ruangan ada pipa mesin pada gambar perbaikan oleh teknisi 38 Tahun 2016
Mesin di ruang PLTD lapisan pipa yang ada di divisi tentang
PLTD dalam kondisi mengalami tersebut sehingga tidak Keselamatan dan

5. tdk layak kerusukan ini tidak terjadi yang Kesehatan Kerja


dapat namanya unsafe Pesawat Tenaga
berpotensi condition dan Produksi Bab
bahaya. 1 pasal 3 huruf :
b,c

25
Samping Pipa pada Limbah hasil Sebaiknya dibuatkan pipa UU no. 32 Tahun
Bagian bagian bejana dari drainase untuk pembuangan yang 2009 Tentang
Luar penyimpanan bejana langsung mengarah ke perlindungan dan
Mesin udara penyimpanan drainase untuk saluran pengelolahan
PLTD terdapat udara. limbah yang ada di lingkungan hidup,
kebocoran depannya. pasal 47 ayat 1.
udara dan
limbah cair
ada bagian
pipa yg harus

6. segera di
maintenance

26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kunjungan Praktek Kerja Lapanagn (PKL) kami melalui foto
dan wawancara langsung dengan suvervisor HSE PT. PLN Indonesia Power
Tello Makassar dapat disimpulkan bahwa mengenai keselamatan dan
Kesehatan kerja mekanik, pesawat angkat dan angkut, pesawat UAP dan
bejana tekan yaitu sebagai berkut:
1. PT.PLN sudah menjalankan prosedur kelembagaan K3 sesuai dengan
Permenaker No.04/MEN/1987 Pasal 2 Ayat (1) tentang P2K3. Hal tersebut
ditunjukkan dalam bagan struktur P2K3 perusahaan yang diimplementasikan
dengan baik sesuai fungsi dan perannya masing – masing. Dan sesuai
dengan Permenaker RI no: Per-02/MEN/1992 tentang tata cara penunjukan,
kewajiban dan wewenang ahli keselamatan dan kesehatan kerja. Ayat (2)
kriteria tertentu yang berlaku, dimana para tenaga ahli K3 telah bersertifikat
dan berlisensi yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2. Penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
yang baik dan terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan
dibuktikan dengan pencapaian zero accident selama 3 tahun berturut – turut
yang di buktikan dengan penghargaan sertifikasi SMK3 dengan cap emas.
3. Pengawasan dan penerapan K3 di bidang pesawat mekanik, pesawat uap
dan bejana sudah berjalan dengan baik dilihat dari hasil temuan positif di
lapangan. Namun ada beberapa poin korektif dari hasil temuan negatif yang
bisa menjadi acuan bagi pihak PT.PLN untuk menjadi perusahaan yang
lebih baik lagi kedepan.

B. Saran
Berdasarkan hasil kunjungan Praktek Kerja Lapanagn (PKL) di PT PLN
Indonesia Power Tello Makassar dengan hasil temuan dan analisa yang kami
lakukan guna untuk meningkatkan Penerapan Budaya K3 serta untuk mematuhi
segala bentuk regulasi peraturan perundang-undangan tentang keselamatan
dan Kesehatan kerja mekanik, pesawat angkat dan angkut, pesawat UAP dan
bejana tekan yaitu sebagai berkut:

27
1. Semua dokumentasi yang menyangkut penerapan SMK3 di bidang mekanik,
pesawat uap, pesawat angkat – angkut, pesawat tenaga produksi, dan
bejanan tekanan dalam hal penyimpanan sparepart, perbaikan alat, dan
pemeliharaan sarana (ruang mesin PLTD) yang sangat perlu di perhatikan.
2. Segera dilakukan perbaikan pada bagian pipa mesin PLTD dan pipa bejana
penyimpanan udara, agar limbah hasil drainase tersalurkan secara langsung
demi menghilangkan kondisi kerja yang berpotensi bahaya.

28
Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.37 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun Pasal 9 Ayat (1), (2), (3)
dan (4).
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.37 tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun Pasal 1 angka 8, Pasal
16 Ayat (6).
Permenaker No 38 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pesawat Tenaga dan Produksi Bab 1 pasal 3 huruf : b,c.
Permenaker No. 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut Pasal 3.
Permenaker RI No. 38 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pesawat Tenaga Dan Produksi Pasal 15.
Permenaker RI No.08 Tahun 2020 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut Pasal 173.
Permenakertrans No. 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Konstruksi Bangunan Pasal 6.
Permenakertrans No.01/MEN/1980 Pasal 11 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Konstruksi Bangunan.
Permenakertrans No.01/MEN/1980 Pasal 6 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Konstruksi Bangunan.
Undang-undang no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 b
UU no. 32 Tahun 2009 Tentang perlindungan dan pengelolahan lingkungan hidup,
pasal 47 ayat 1.

29

Anda mungkin juga menyukai