Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) PEMBINA CALON AK3U BATCH

167 DI PT. LRT JAKARTA

PENGAWASAN NORMA K3 KESEHATAN KERJA, LINGKUNGAN KERJA DAN


BAHAN BERBAHAYA DI PT. LRT

Disusun Oleh: Kelompok 1


Yosua Rengkung 16727
Meilisa 16715
Jeffri Fajar 16701
Seno Jiwantoro 16723
Redha Dwi Nanda 16722
Oki Maman Suyadi 16718
10 - 22 October 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok pelatihan Ahli K3
Umum yang berjudul “Pengawasan Norma K3 Kesehatan Kerja, K3 Lingkungan Kerja
& Bahan Berbahaya di PT. LRT Jakarta” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari laporan ini adalah sebagai salah satu syarat utama sebagai calon Ahli
K3 Umum yang diselenggarakan secara online oleh PT. Phitagoras.

Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengawasan
Norma K3 Kesehatan Kerja, Lingkungan Kerja & Bahan Berbahaya di PT. LRT Jakarta
Khususnya bagi kelompok kami dan umumnya bagi pembaca.

Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada PT. Phitagoras selaku
penyelenggara pelatihan Ahli K3 Umum Batch 167 dan Kementrian Tenaga Kerja.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.

kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, besar harapan kami bahwa laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
siapa saja yang telah membacanya.

Penulis

2
Kelompok 1, Batch 167

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
BAB I..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Maksud dan Tujuan.................................................................................................5
1.3 Ruang Lingkup.........................................................................................................6
1.4 Dasar Hukum...........................................................................................................6
BAB II.................................................................................................................................8
KONDISI ATAU FAKTA PERUSAHAAN...........................................................................8
2.1 Gambaran Umum Perusahaan................................................................................8
2.1.1 Kegiatan Usaha.................................................................................................9
2.1.2 Wilayah Operasi...............................................................................................10
2.2 Temuan Hasil Observasi........................................................................................10
BAB III..............................................................................................................................12
BAB IV.............................................................................................................................33
PENUTUP........................................................................................................................33
4.1 Kesimpulan............................................................................................................33
4.2 Saran.....................................................................................................................33
REFERENSI....................................................................................................................36
LAMPIRAN.......................................................................................................................36

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor penting dalam rangka
perlindungan dunia kerja, dan juga sangat penting untuk produktivitas dan
kelangsungan dunia usaha. Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan hak bagi tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan, dimana perlindungan
tersebut diatur dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1970, bahwa
pengurus perusahaan wajib untuk melaksanakan syaratsyarat keselamatan kerja.

Saat ini keselamatan dan Kesehatan kerja menjadi salah satu factor utama
dalam kebutuhan dalam lingkungan sehari-hari dan khusus nya dalam pekerjaan.
Kurangnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan dalam kehidupan masyarakat dan
pekerjaan, menjadi kewajiban Bersama untuk menciptakan kesadaran masyarakat dan
para tenaga kerja akan penting nya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Untuk meningkatkan penerapan peraturan perundangan di bidang kesehatan


kerja sebagai bagian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diperlukan
pembinaan dan pengawasan yang lebih intensif bagi ahli K3. Untuk memperluas
jangkauan pengawasan oleh pegawai pengawas yang jumlahnya terbatas diperlukan
peningkatan jumlah ahli K3 melalui pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.

Kondisi lingkungan kerja yang buruk dapat berpotensi menjadi penyebab para
pekerja mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan menurunnya
produktivitas kerja. Hal ini dapat menjadi sebuah faktor yang merugikan bagi sebuah
perusahaan bila produktivitasnya menurun, akibatnya tujuan perusahaan akan sulit
tercapai.

4
Oleh sebab itu sangat penting bagi perusahaan memperhatikan aspek-aspek
pelayanan kesehatan dan pengendalian lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi
para pekerja seperti dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan berkala dan
khusus, penyediaan P3K di lingkungan kerja, penyelenggaraan penyediaan makan,
fasilitas bangunan yang higiene dan sanitasi yang cukup bersih dan sesuai dengan
kebutuhan pekerja. Serta kesehatan kerja dan lingkungan kerja yang aman dari bahan
berbahaya beracun (B3) yaitu bahan kimia baik dalam bentuk tunggal atau campuran
yang berdasarkan sifat kimia sangat berbahaya terhadap tenaga kerja. Keberadaan
Ahli K3 Umum akan turut membantu mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit
akibat kerja.

Diharapkan calon Ahli K3 Umum dapat menerapkan baik dari sisi pengetahuan
dan keterampilan pengawasan khususnya dalam hal norma K3 Kesehatan Kerja, K3
Lingkungan Kerja, dan Bahan Berbahaya Beracun maka dilakukan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di PT. LRT Jakarta sebagai objek yang di observasi melalui Online.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan secara virtual dengan dua cara yakni
mengamati video yang ditampilkan dan wawancara dengan seorang Ahli K3 Umum
yang juga sekaligus sebagai sekretaris P2K3 di PT. LRT Jakarta.

1.2 Maksud dan Tujuan

Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliput


Maksud dan Tujuan dilakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah observasi
penerapan pengawasan Norma K3 Kesehatan Kerja, K3 Lingkungan Kerja, dan Bahan
Berbahaya Beracun di PT. LRT Jakarta sebagai mana berikut :

1. Menerapkan pengetahuan bagi Calon Ahli K3 Umum mengenai K3 dengan


pengamatan melalui video virtual dan wawancara, dengan cara memeriksa dan
menganalisa serta mengevaluasi dalam penerapannya di tempat kerja, meliputi
persyaratan dan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Sebagai studi banding mengenai penerapan dan pemenuhan syarat-syarat k3


oleh perusahaan, terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan kerja.

5
3. Sebagai salah satu syarat kelulusan dari pelatihan Calon Ahli K3 Umum dari
Kementerian Tenaga Kerja.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan ini hanya dibatasi pada Norma K3 Kesehatan
Kerja, K3 Lingkungan Kerja & Bahan Berbahaya pada perusahaan PT. LRT Jakarta.

1.4 Dasar Hukum

1. Dasar hukum tentang K3 Umum

• Undang-undang No.1 Tahun 1970, yaitu tentang keselamatan kerja,

2. Bidang Pengawasan Kesehatan Kerja

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Koperasi No.Per-


01/MEN/1976 tentang kewajiban latihan hiperkes bagi dokter perusahaan.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-03/MEN/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
• Permenaker No. 3 Tahun 1982 Tentang Pelayanan Kesehatan tenaga kerja
• Permenakertrans No. Per.15/Men/ 2008 tentang Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan di Tempat Kerja
• UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Kerja

• Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/9/HK.04/VII/2021 Tentang


Optimalisasi Protokol Kesehatan Tempat Kerja dan Penyediaan
Perlengkapan serta Sarana Kesehatan bagi Pekerja/ Buruh oleh
Perusahaan Selama Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19)

6
3. Pengawasan Lingkungan Kerja

• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. Per-05/MEN/2018 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

4. Bahan Kimia Berbahaya


 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
 Peraturan kementrian lingkungan hidup nomor 68 tahun 2016 mengenai
baku mutu limbah domestic.
 Kepmennaker No. KEP.187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya

7
BAB II

KONDISI ATAU FAKTA PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT LRT Jakarta berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas, yang secara


mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT Jakarta Propertindo (Perseroda), berdiri pada
tanggal 16 April 2018, yang salah satu usahanya bergerak di bidang pengoperasian
dan perawatan sarana serta prasarana perkeretaapian.
PT Jakarta Propertindo sebagai Perusahaan Daerah Provinsi DKI Jakarta
terpanggil untuk turut serta membantu Pemerintah untuk segera merealisasikan
program dengan membangun proyek LRT Jakarta.
Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya sesuai dengan Peraturan
Gubernur DKI Jakarta Nomor 154 Tahun 2017 Pasal 39 ayat (4) yang merupakan
tonggak awal didirikannya anak perusahaan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu
agar prasarana dan sarana LRT dapat dioperasikan, dirawat dan/atau diusahakan
secara efisien, efektif dan sesuai tata kelola yang baik.
Sejak berdirinya pada 16 April 2018, Perusahaan tidak pernah melakukan
pergantian nama, yaitu LRT Jakarta. Tahun 2019 merupakan tahun yang bersejarah
bagi Perusahaan, di mana pada tanggal 1 Desember 2019, Perusahaan mulai
mengoperasikan LRT Jakarta secara komersial. Dengan jumlah karyawan 600 orang
dan terbagi 3 shift.

8
2.1.1 Kegiatan Usaha

Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, yang dikukuhkan dengan Akta No. 61
tanggal 16 September 2019, maksud dan tujuan perusahaan untuk menjalankan usaha
di bidang:
1. Konstruksi bangunan sipil;

2. Konstruksi khusus;

3. Angkutan darat dan angkutan melalui saluran pipa;

4. Aktivitas arsitektur dan keinsinyuran; analisis dan uji teknis;

5. Pergudangan dan aktivitas penunjang angkutan;

6. Telekomunikasi;

7. Real estat;

8. Aktivitas kantor pusat dan konsultasi manajemen;

9. Periklanan dan penelitian pasar;

10. Aktivitas penyewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi;

9
2.1.2 Wilayah Operasi

Gambar 2.1. Wilayah Operasi PT. LRT (Sumber; PT. LRT, Jakarta)

2.2 Temuan Hasil Observasi

Temuan Positif

1. Telah tersedia toilet untuk penyandang disabilitas di seluruh area PT LRT

2. Pelaksanaan kegiatan MCU berkala dilakukan setiap tahun sekali bagi


keseluruhan karyawan/ti dan bekerja sama langsung dengan Rumah Sakit yang
sudah dipilih oleh PT LRT .

3. Telah terdapat fasilitas P3K di seluruh area PT LRT

10
4. Telah adanya program pencegahan terhadap COVID 19 ( Penggunaan Masker,
menjaga jarak , WFH dll)

5. Telah memiliki Fasilitas IPAL untuk pengolahan Limbah

6. Telah memiliki tempat penyimpanan sementara (TPS) untuk Limbah B3

7. Telah memiliki dan menyimpan LDKB dan ditempat mudah terlihat dan
menempelkan label untuk bahan kimia yang digunakan (Chlorine,oil,dll)

Temuan Negatif

1. Petugas P3K yang berlicense / memiliki SKP masih belum memenuhi standard
(hanya berjumlah 1 orang untuk 600 pekerja di PT LRT)

2. Tidak terdapatnya Wastafel (Tempat cuci tangan) di Ruang P3K

3. Terdapat blower yang tidak difungsikan sehingga kualitas kesehatan udara


menurun

4. Belum dilaksanakan pengukuran terkait Faktor Fisika dan biologi di depo PT


LRT untuk periode 2022

5. Jumlah toilet belum sesuai dengan jumlah pekerja sebanyak 600

6. Isi kotak P3K tidak sesuai dengan standard kotak P3K yang ditetapkan.
(Terdapat Minyak Kayu Putih)

7. Tidak terdapatnya tempat sampah anorganik dan B3 di lingkungan area kerja PT


LRT

11
BAB III

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

No Temuan Positif Saran/ Peningkatan/ Peraturan Perundangan

Rekomendasi
1 Telah tersedia toilet untuk Melakukan pemeliharaan dan Permenaker No.5 Tahun 2018 pasal 33 ayat 3
penyandang disabilitas di kebersihan secara rutin untuk penempatan toilet sebagai mana dimaksud pada ayat (1)
seluruh area PT LRT toilet penyandang disabilitas harus terpisah antara laki-laki, perempuan, dan penyandang
cacat, serta diberikan tanda yang jelas.
UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas Pasal
97 yang menyatakan :
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin
infrastruktur yang mudah diakses oleh Penyandang
Disabilitas.
(2) Infrastruktur yang mudah diakses oleh Penyandang
Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. bangunan gedung;

b. jalan;

c. permukiman; dan

d. pertamanan dan permakaman dan Pasal 98 yang

12
menyatakan :

(1) Bangunan gedung yang mudah diakses oleh

Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 97 ayat (2) huruf a memiliki fungsi: a.
hunian;
b. keagamaan;

c. usaha;

d. sosial dan budaya;

e. olahraga; dan

f. khusus.

(2) Bangunan gedung yang mudah diakses oleh

Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) harus dilengkapi dengan fasilitas dan Aksesibilitas
dengan mempertimbangkan kebutuhan, fungsi, luas, dan
ketinggian bangunan gedung sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2 Pelaksanaan kegiatan PT LRT sebaiknya dapat Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

13
MCU berkala dilakukan memberikan penyuluhan dan Kerja ; pasal 8 :
setiap tahun sekali bagi edukasi terhadap pekerja agar
keseluruhan karyawan/ti dapat memahami dan menjaga 1. Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan,
dan bekerja sama kesehatan. kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang
langsung dengan Rumah akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan
Sakit yang sudah dipilih sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
oleh PT LRT .
2. Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada
dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh
direktur.

3. Norma-norma mengenai pengujian keselamatan


ditetapkan dengan peraturan perundangan

Permenakertrans No. 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan


Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja dalam

Penyelenggaraan Keselamatan Kerja Pasal 6 ayat (1) yang


menyatakan bahwa : Perusahaan-perusahaan yang
diwajibkan melakukan pemeriksaan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada pasal 2, 3, dan 5 wajib membuat rencana

14
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus.

3. Telah terdapat fasilitas P3K Agar Fasilitas P3Knya tetap Pemenakertrans No. 15 Tahun 2008 tentang Pertolongan
di seluruh area PT LRT dalam kondisi baik Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja pasal 2 yaitu:
1. Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan
fasilitas P3K di tempat kerja.
2. Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja.
Pasal 8 ; Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) meliputi:
a. ruang P3K;
b. kotak P3K dan isi;
c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau
peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi
bahaya yang bersifat khusus.
Pasal 9 ayat (1) yang menyatakan bahwa : Pengusaha wajib
menyediakan ruang P3K sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf a dalam hal :
A. mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang atau lebih ;

B. mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari 100

15
orang dengan potensi bahaya tinggi.

4. Telah adanya program PT LRT sebaiknya tetap menjaga Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2022
pencegahan terhadap konsistensi dan juga Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar
COVID 19 ( Penggunaan meningkatkan protokol Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Masker, menjaga jarak , pencegahan Covid 19 Disease 2019 (Covid-19)
WFH dll)

5. • Peraturan Kementrian Lingkungan Hidup Nomor 68


Telah memiliki Fasilitas PT LRT sebaiknya melakukan
Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
IPAL untuk pengolahan pengujian sample air limbah
Pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa: Setiap usaha
Limbah secara berkala agar dapat
dan/atau kegiatan yang menghasilkan air limbah
memastikan bahwa hasil limbah
domestik wajib melakukan pengolahan air limbah
yang dihasilkan dibawah baku
domestik yang dihasilkannya.
mutu.

16
PT LRT sebaiknya menjaga area Permen LHK No. 12 Tahun 2020 tentang Penyimpanan
6. Telah memiliki tempat TPS agar selalu terjaga Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
penyimpanan sementara kebersihannya.
(TPS) untuk Limbah B3 Pasal 2 yang berbunyi

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul


Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3,
dan Penimbun Limbah B3 wajib melakukan Penyimpanan
Limbah B3. (2) Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang memiliki tingkat kontaminasi
radioaktif - 4 - lebih besar dari atau sama dengan 1 Bq/cm2
(satu Becquerel per sentimeter persegi) dan/atau konsentrasi
aktivitas sebesar: a. 1 Bq/gr (satu Becquerel per gram) untuk
tiap radionuklida anggota deret uranium dan thorium; atau b.
10 Bq/gr (sepuluh Becquerel per gram) untuk kalium, wajib
dilakukan intervensi paparan technologically enhanced
naturally occurring radioactive material (TENORM) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 4 : Kegiatan Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 wajib memenuhi ketentuan: a.

17
persyaratan dan tata cara Penyimpanan Limbah B3; dan b.
pemantauan dan pelaporan.

Pasal 5 yang berbunyi

Persyaratan dan tata cara Penyimpanan Limbah B3 meliputi:

a. tempat Penyimpanan Limbah B3;

b. cara Penyimpanan Limbah B3; dan

c. waktu Penyimpanan Limbah B3.

Pasal 6

Tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 huruf a wajib memenuhi persyaratan:

a. lokasi Penyimpanan Limbah B3;

b. peralatan penanggulangan keadaan darurat; dan

c. fasilitas Penyimpanan Limbah B3.

18
Pasal 7

1.Persyaratan lokasi Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi:

a. bebas banjir; dan

b. tidak rawan bencana alam.

2.Bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


b meliputi:

a. longsoran;

b. bahaya gunung api;

c. gempa bumi;

d. sesar;

e. sink hole;

f. amblesan (land subsidence);

g. tsunami; dan/atau

19
h. mud volcano.

3. Dalam hal lokasi Penyimpanan Limbah B3 tidak bebas


banjir dan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud
pada ayat 1., lokasi Penyimpanan Limbah B3 harus dapat
direkayasa dengan teknologi untuk perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

4. Selain persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), untuk fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa
tempat tumpukan Limbah (waste pile) wajib memenuhi
ketentuan:

a. permeabilitas tanah paling besar 10-5 cm/detik (sepuluh


pangkat minus lima sentimeter per detik); atau

b. lapisan tanah yang telah direkayasa sesuai dengan


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Selain persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), untuk fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa
waste impoundment wajib memenuhi ketentuan:

a. permeabilitas tanah paling besar 10-5 cm/detik (sepuluh


pangkat minus lima sentimeter per detik); dan

20
b. memiliki lapisan kedap di atas tanah dengan permeabilitas
paling besar 10-7 cm/detik (sepuluh pangkat minus tujuh
sentimeter per detik) berupa high density polyethylene
(HDPE) dan/atau lapisan konstruksi beton.

6. Lokasi Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) wajib berada di dalam penguasaan Setiap
Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah
B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau
Penimbun Limbah B3.

21
7 Telah memiliki dan PT LRT sebaiknya melakukan • Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 187/MEN/1999
menyimpan LDKB dan update pemeriksaan data LDKB tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat
ditempat mudah terlihat secara berkala. Kerja
dan menempelkan label Pasal 2 yaitu : Pengusaha atau Pengurus yang
untuk bahan kimia yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi dan
digunakan (Chlorine,oil,dll) mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Pengendalian berbahaya
kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal
2 meliputi :

a. penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan


label.
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli Kimia.

No Temuan Negatif Potensi Bahaya Rekomendasi Peraturan

22
1. Petugas P3K yang Penangganan akan tidak PT LRT sebaiknya Permenaker RI No.15 Tahun 2008 tentang
berlicense / memiliki SKP maksimal berpotensi memberikan pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di
masih belum memenuhi membahayakan Karyawan untuk tempat kerja.
standard (hanya pemenuhan sertifikasi Pasal 5 ayat 1:
berjumlah 1 orang untuk P3K sebanyak 5 Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana
600 pekerja di PT LRT) Karyawan untuk 600 dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), ditentukan
total jumlah pekerja berdasarkan jumlah pekerja/buruh dan
potensi bahaya di tempat kerja, dengan rasio
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Menteri ini.
Permenaker RI No.15 Tahun 2008 (Lampiran
1)
a. Potensi Bahaya Jumlah pekerja Jumlah
petugas P3K
Tempat kerja dengan potensi bahaya rendah
Kurang dari 150 >150 1 untuk setiap
150 orang (2 untuk 300 orang dst)
b. Tempat kerja dengan potensi bahaya tinggi
Kurang dari 100 >100 1 untuk setiap 100

23
orang (2 untuk 200 orang, dst)

Permenaker No.15 Tahun 2008 tentang


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Di

Berpotensi menularkan PT LRT sebaiknya Tempat Kerja ; pasal 9 ayat 2 : Persyaratan


Tidak terdapatnya
2. ruang P3K sebagaimana dimaksud pada ayat
Wastafel (Tempat cuci penyakit yang ditularkan dapat memberikan
melalui kontak fisik fasilitas tempat cuci (1), meliputi :
tangan) di Ruang P3K
tangan (wastafel) di a. lokasi ruang P3K :
ruang P3K untuk
1. dekat dengan toilet/kamar mandi;
terhindar dari
penyebaran penyakit 2. dekat jalan keluar;
menular 3. mudah dijangkau dari area kerja; dan

4. dekat dengan tempat parkir kendaraan.

b. mempunyai luas minimal cukup untuk


menampung satu tempat tidur pasien dan
masih terdapat ruang gerak bagi seorang
petugas P3K serta penempatan fasilitas P3K

24
lainnya;

c. bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki


pintu dan jalan yang cukup lebar untuk
memindahkan korban;

d. diberi tanda dengan papan nama yang


jelas dan mudah dilihat;

e. sekurang-kurangnya dilengkapi dengan :

1. wastafel dengan air mengalir;

2. kertas tisue/lap;

3. usungan/tandu;

4. bidai/spalk;

5. kotak P3K dan isi;

6. tempat tidur dengan bantal dan selimut;

7. tempat untuk menyimpan alat-alat,


seperti : tandu dan/atau kursi roda;

8. sabun dan sikat;

25
9. pakaian bersih untuk penolong;

10. tempat sampah; dan

11. kursi tunggu bila diperlukan.

Terdapat blower yang • Suhu lingkungan kerja Sebaiknya PT LRT • Permenaker No.5 Tahun 2018
tidak difungsikan akan menjadi panas, dan untuk
3. Pasal 2 pengusaha dan/atau pengurus
sehingga kualitas mengakibatkan pekerja mengoperasikan
wajib melaksanakan syarat-syarat K3
kesehatan udara lebih mudah lelah. blower agar suhu
lingkungan kerja.
menurun • Tekanan udara yang ruangan dapat
• Pasal 3 terkait Syarat-
tinggi menyebabkan tersikulasi dan
Syarat K3 lingkungan kerja tersebut
Caisson's Disease, timbulnya tekanan
meliputi:
udara pada area
1. Pengendalian faktor fisika dan kimia
DEPO.
agar berada di bawah NAB
PT LRT sebaiknya
2. Pengendalian faktor biologi, faktor
menyediakan air
ergonomi, dan faktor psikologi kerja
minum dibeberapa
agar memenuhi standar
titik
3. Penyediaan fasilitas kebersihan dan
sarana higiene di tempat kerja yang
bersih dan sehat
4. Penyediaan personil K3 yang memiliki

26
kompetensi dan kewenangan K3 di
bidang lingkungan kerja

• Permenaker No.5 Tahun 2018 BAB 1

Tidak terdeteksinya Sebaiknya PT LRT pasal 2 ;pengusaha atau pengurus wajib


Belum dilaksanakan melaksanakan syarat-syarat K3
parameter NAB/NAK melakukan
pengukuran terkait Faktor lingkungan kerja.
4. sehingga berpotensi pengukuran
Fisika dan biologi di depo
menimbulkan penyakit untuk memastikan • Permenaker No.5 Tahun 2018 tentang
PT LRT untuk periode
akibat kerja terkait faktor kondisi lingkungan keselamatan dan kesehatan kerja
2022
fisika yang meliputi : yang sehat sesuai lingkungan kerja; pasal 5
kebisingan, kelembaban dengan Peraturan Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan
udara, pencahayaan. Pemerintah. Kerja sebagaimana yang dimaksud dalam
Faktor biologi meliputi : Pasal 4 dilakukan melalui kegiatan:
Kontaminasi akibat dari a. pengukuran dan pengendalian Lingkungan
bakteri dan virus. Kerja; dan

b. penerapan Higiene dan Sanitasi

pasal 6 yaitu:

1. pengukuran lingkungan kerja

27
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
ayat 2 dilakukan untuk mengetahui
tingkat pajanan faktor fisika, kimia,
biologi, ergonomi, dan psikologi terhadap
tenaga kerja

2. Pengukuran lingkungan kerja


sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilakukan sesuai dengan metode uji yang
ditetapkan standar nasional indonesia.

3. Dalam hal metode uji belum ditetapkan


dalam standar nasional indonesia,
pengukuran dapat dilakukan dengan
metode uji lainnya sesuai dengan standar
yang telah divalidasi oleh lembaga yang
berwenang.

Permenaker No.5 Tahun 2018 tentang


Jumlah toilet belum keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan
sesuai dengan jumlah Adanya potensi bahaya Sebaiknya PT LRT kerja; pasal 34 ayat 5 point F dan G yaitu:

28
5. pekerja sebanyak 600 penyakit menambahkan jumlah f. untuk 81 (delapan puluh satu) sampai
ISK,Inkontinensia toilet bagi pekerja 100 (seratus) orang = 6 (enam) jamban;
urine,atau batu ginjal agar memenuhi dan
pada pekerja kebutuhan dasar bagi g. setiap penambahan 40 (empat puluh)
dikarenakan terbatasnya para pekerja. orang ditambahkan 1 (Satu) jamban.
jumlah toilet yang
tersedia.

29
6. Isi kotak P3K tidak sesuai Jika terjadi kecelakaan melakukan Pemenakertrans No. 15 Tahun 2008 tentang
dengan standard kotak kerja, bisa muncul pemeriksaan secara Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di
P3K yang ditetapkan. kemungkinan korban berkala isi kotak Tempat Kerja Pasal 10 yang menyatakan
(Terdapat Minyak Kayu tidak mendapatkan sudah sesuai dengan bahwa : Kotak P3K sebagaimana dimaksud
Putih) penanganan yang tepat aturan yang berlaku dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b harus
karena kekurangan jenis memenuhi persyaratan sebagai berikut :
didalam kotak P3K. a. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah
dibawa, berwarna dasar putih dengan
lambang P3K berwarna hijau;
b. Isi kotak P3K sebagaimana tercantum
dalam lampiran II Peraturan Menteri ini
dan tidak boleh diisi bahan atau alat
selain yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan P3K di tempat kerja;
c. Penempatan kotak P3K :

1. Pada tempat yang mudah dilihat dan


dijangkau, diberi tanda arah yang
jelas, cukup cahaya serta mudah
diangkat apabila digunakan;

Tidak terdapatnya tempat

30
7. sampah anorganik dan Terjadi pencampuran Menyediakan tempat • Permen No. 5 Tahun 2018 pasal 33 Ayat 2
B3 di lingkungan area sampah organik dan sampah yang dapat Fasilitias kebersihan sebagaimana
kerja PT LRT anorganik, karena memisahkan sampah dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
sampah organik dapat organik dan meliputi:
menghasilkan gas anorganik
a. Toilet dan kelengkapannya;

b. loker dan ruang ganti pakaian;

c. tempat sampah ; dan

d. peralatan Kebersihan.

• Permen No. 5 Tahun 2018 pasal 37 ayat 2.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Republik Indonesia Nomor 03/Prt/M/2013
Tentang Penyelenggaraan Prasarana
Dan Sarana Persampahan Dalam
Penanganan

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami via online dan hasil wawancara
dengan PT. LRT Jakarta tersebut dapat kami simpulkan bahwa:

Dalam hal ini PT. LRT Jakarta telah menerapkan prinsip-prinsip Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja terutama dalam bidang Kesehatan Kerja,
Lingkungan Kerja dan Pengawasan B3 dalam lingkungan kerja, baik di depo
ataupun di stasiun. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya 7 hal positif dalam hasil
pengamatan kelompok kami. Akan tetapi terdapat beberapa temuan yang belum
sesuai dengan ketentuan dan diharapkan dapat menjadi saran / masukan dan
perbaikan kepada manajemen PT. LRT agar dapat menyempurnakan prinsip-prinsip
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada perusahaan.

4.2 Saran

Mengacu kepada analisa dan rekomendasi yang telah kami diskusikan serta
dituangkan kedalam BAB III, besar harapan kami agar masukan tersebut dapat
dipertimbangkan dalam hal peningkatan mutu dan kualitas terutama dalam bidang K3
bagi PT. LRT Jakarta. Berikut beberapa saran yang dapat kami sampaikan demi
tercipta lingkungan kerja yang aman, sehat serta produktif di lingkungan perusahaan.
Saran kami adalah sebagai berikut :

1. PT LRT sebaiknya memberikan pelatihan Karyawan untuk pemenuhan sertifikasi


P3K sebanyak 5 Karyawan untuk 600 total jumlah pekerja.

2. PT LRT sebaiknya dapat memberikan fasilitas tempat cuci tangan (wastafel) di


ruang P3K untuk terhindar dari penyebaran penyakit menular.

3. Sebaiknya PT LRT untuk mengoperasikan blower agar suhu ruangan dapat


tersikulasi dan timbulnya tekanan udara pada area DEPO.

32
4. Sebaiknya PT LRT melakukan pengukuran terkait Faktor Fisika dan biologi di depo
PT LRT untuk memastikan kondisi lingkungan yang sehat sesuai dengan Peraturan
Pemerintah.

5. Sebaiknya PT LRT menambahkan jumlah toilet bagi pekerja agar sesuai dengan
standard yang telah ditentukan.

6. melakukan pemeriksaan kotak P3K secara berkala apakah isi kotak sudah sesuai
dengan aturan yang berlaku dan tidak menempatkan obat lainnya (Minyak kayu Putih)
didalam kotak P3K.

7. Menyediakan tempat sampah yang dapat memisahkan sampah organik dan


anorganik

33
REFERENSI

1. Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2. Modul Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum

3. Profil Perusahaan PT. LRT Jakarta

4. Video Profil Perusahaan dan Profil Penerapan K3 PT. LRT Jakarta

5. Hasil Wawancara dengan perwakilan PT. LRT Jakarta

34
LAMPIRAN
HASIL PENGAMATAN VIDEO LAPANGAN

Gambar 1. Tempat Penampungan Sementara (TPS) Limbah B3

Gambar 2. Tempat Sampah Bio di Depo PT. LRT Jakarta

35
Gambar 3. Blower di Depo PT. LRT Jakarta

Gambar 4. Ruangan Pos Kesehatan Depo PT. LRT Jakarta

36
Gambar 5. Kotak P3K di Pos Kesehatan (1)

i
Gambar 6. Kotak P3K di Pos Kesehatan (2)

37
Gambar 7. Kotak P3K di Pos Kesehatan (3)

Gambar 8. Jenis dan Kapasitas WWTP di Depo LRT Jakarta.

38
Gambar 9. Pengesahan Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) PT. LRT Jakarta

Gambar 10. Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

39
Gambar 11. Jumlah Tenaga Kerja Tetap Kegiatan Operasional PT. LRT Jakarta

Gambar 12. Sertifikat Petugas K3 di Lingkungan PT. LRT Jakarta.(1)

40
Gambar 13. Sertifikat Petugas K3 di Lingkungan PT. LRT Jakarta.(2)

Gambar 14. Sertifikat Operator dan Inspeksi di Lingkungan PT. LRT Jakarta.

41
Gambar 15. Sertifikat Inspeksi dan Pengesahan P2K3 PT. LRT Jakarta

Gambar 16. Struktur Organisasi Tim Tanggap Darurat PT. LRT Jakarta

42
43

Anda mungkin juga menyukai