Anda di halaman 1dari 4

Soal Essai

1. Berapa Kebutuhan Ahli K3 konstruksi Berdasarkan Jumlah Pekerja dan Lama Pekerja
Proyeknya ? Sebutkan Landasan Hukumnya
2. Perusahaan Saudara mempunyai Forklift Kapasitas 15 Ton dan 50 Ton . Sebutkan dan
jelaskan Pemenuhan Norma dan Persyaratan k3 nya/ Lengkap dengan dasar
Hukumnya
3. Perusahaan Saudara mempunyai Overhead Crane kapasitas 100 ton . Sebutkan dan
jelaskan Pemenuhan Norma dan persyaratan k3 nya. Lengkap dengan dasar
hukumnya
4. Sebutkan cara perusahaan melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja k3 di
perusahaan berdasarkan peraturan pemerintah no 50 thn 2012
5. Siapakah yang melakukan pengawasan Norma system Management K3 Berdasarkan
pp 50 thn 2012
6. Tugas dan fungsi P2K3 dan dasar hukum Memberikan saran dan pertimbangan di
bidang K3 kepada pengusaha/pengurus tempat kerja (diminta maupun tidak) Fungsi

Jawaban :
1. Landasan Hukum : Kepdirjen Binwasnaker N0 : KEP 20/DJPPK/VI/2004
PERTAMA : Setiap proyek konstruksi bangunan yang mempekerjakan tenaga kerja
lebih 100orang atau penyelenggaraan proyek diatas 6 (enam) bulan, harus memiliki
sekurang-kurangnya1(satu) orang Ahli Utama K3 Konstruksi, 1(satu) orang Ahli
Madya K3 Konstruksi dan 2(dua) orang Ahli Muda K3 Konstruksi.
KEDUA : Setiap proyek konstruksi bangunan yang mempekerjakan tenaga kerja
kurang 100 orang atau penyelenggaraan proyek dibawah 6(enam) bulan, harus memiliki
sekurang- kurangnya 1 (satu) orang Ahli madya K3 Konstruksi dan 1(satu) orang Ahli
Muda K3 Konstruksi.
KETIGA : Setiap proyek konstruksi bangunan yang mempekerjakan tenaga kerja
kurang 25orang atau penyelenggeraan proyek dibawah 3(tiga) bulan, harus memiliki
sekurang-kurangnya 1(satu) orang Ahli Muda K3 Konstruksi.
2. Dasar Hukum :
- UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
- UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
- Permenaker No 08 Tahun 2020
A. Peraturan terkait Lisensi Personel PAA
Lisensi Operator - masa berlaku di pasal 162 ayat 1-2
a. Operator untuk Forklift kapasitas 15 ton , minimal harus memiliki lisensi
Operator Pesawat angkut kelas II
b. Operator untuk Forklift kapasitas 50 ton , minimal harus memiliki lisensi
Operator Pesawat angkut kelas I
B. Riksa Uji: Bab VII, pasal 173 – pasal 184
Riksa uji dilakukan oleh Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut berkewajiban
- Mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang K3
- Menyusun rencana kerja pemeriksaan dan/atau pengujian Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut
- Membuat analisis kemampuan dan kineija Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
- menyusun tindakan pengamsinan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut dan
membuat laporan hasil pemeriksaan dan pengujia

3. Overhead crane adalah keran angkat. Berdasarkan permenaker 8 tahun 2020 tentang
Pesawat Angkat Angkut pasal 165 poin 4 bagian a yaitu :
Operator keran angkat kelas II mengoperasikan keran angkat sesuai jenisnya dengan
kapasitas lebih dari 25 (dua puluh lima) ton sampai dengan 100 (seratus) ton atau tinggi
Me nara sampai dengan 60m (enam puluh meter).

4.Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaksanakan diperusahaan meliputi:


1. Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran
Pemeriksaan, Pengujian, dan pengukuran harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai
dengan tujuan dan sasaran K3 serta frekuensinya dengan obyek mengacu pada peraturan dan
standar yang berlaku.
Prosedur pemeriksaan, pengujian,dan pengukuran secara umum meliputi:
a. Personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang cukup;
b. Catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang berlangsung harus dipelihara
dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja dan kontarktor kerja yang terkait.
c. Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk menjamin telah
dipenuhinya standar K3;
d. Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan ketidaksesuaiaan terhadap
persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran.
e. Penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan penyebab permasalahan
dari suatu insiden; dan
f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang .
2. Audit Internal SMK3
Audit Internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan
SMK3 .
Audit SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil yang memiliki
kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan audit internal dapat menggunakan kriteria audit eksternal sebagaimana tercantum
pada lampiran II PP 50, dan pelaporannya dapat menggunakan format laporan yang tercantum
pada lampiran III peraturan tersebut.
Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti
sumber bahaya yan didapatkan ditempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh pengurus
dalam proses tinjauan ulang manajemen.
Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3 harus
didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan dan penecegahan. Pemantauan dan
evaluasi kinerja serta audit SMK3 dijamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh
pihak manajemen.

5. Berdasarkan Dasar hukum UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, serta PP No. 50
tahun 2012 tentang penerapan SMK3; pasal 18 Ayat (1): Menyatakan Pengawasan
ketenagakerjaan pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
6. Dasar Hukum : Permenker RI Nomor PER.04/MEN/1987
Tugas P2K3 : P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan
kesehatan kerja,
Untuk Melaksanakan Tugas, P2K3 Mempunyai Fungsi :
a. Menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
tempat kerja
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja :
- berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3
- Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja
- Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
- cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam :
- Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja
- Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik
- Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dankesehatan
kerja
- Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan
- Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja;
- hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi;
- Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakanmakanan di
perusahaan
- Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan Mengembangkan pelayanan
kesehatan tenaga kerja;
- Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil;
- Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan dan
kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, perusahaan,
kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga.

Anda mungkin juga menyukai