PENYELENGGARA
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
kunjungan industri di PT Gemala Kempa Daya tentang Keselamatan
Kesehatan Kerja (K3) bidang konstruksi, listrik dan penanggulangan
kebakaran.
Kelompok 1 (Satu)
2
DAFTAR KELOMPOK
Kelompok : 1 (Satu)
Ketua : Hendrawan
4. Nadya Meythalia S
Struktur :
Kelompok
DAFTAR ISI
3
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR KELOMPOK 3
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 LATAR BELAKANG 5
BAB IV PENUTUP 52
4.1. KESIMPULAN 52
4.2. SARAN 52
REFERENSI 53
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.1 LATAR BELAKANG
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur, serta
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. K3 telah menjadi sebuah kebutuhan dalam
setiap bagian kerja baik yang berada di lapangan ataupun di dalam ruangan.
Di dalam sebuah perusahaan, tenaga kerja merupakan aset yang tidak
dapat digandakan. Oleh karena itu tenaga kerja harus dijaga
keselamatannya, kesehatannya, dibimbing dan dikembangkan potensi
mengenai kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja dan kesehatan
kerja, sehingga dapat memberikan output yang optimal bagi perusahaan.
Potensi bahaya besar mengintai setiap tenaga kerja baik itu kecelakaan
ringan, kecelakaan besar, kebakaran, ledakan, pencemaran lingkungan, dan
penyakit akibat kerja yang dapat mengakibatkan tenaga kerja mengalami
kecacatan dan bahkan berpotensi meninggal dunia. Potensi bahaya besar
dapat diakibatkan karena ketidakmampuan, ketidakcakapan, kurangnya
kompetensi, kurangnya keahlian dan pemahaman terhadap alat-alat produksi.
K3 adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi tenaga kerja untuk
memperoleh jaminan atas keselamatan dan kesehatan kerja dalam
melakukan pekerjaan yang dapat mengancam dirinya baik berasal dari
individu maupun lingkungan kerjanya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan
dan sumber daya manusia. K3 tidak saja sangat penting dalam meningkatkan
jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu K3
mempunyai dampak positif atas keberlanjutan produktivitas kerja. Oleh sebab
itu, isu K3 pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan
oleh para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem
pekerjaan. Dengan kata lain, pada saat ini K3 bukan semata sebagai
kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap pekerja dan bagi
setiap bentuk kegiatan pekerjaan. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan
5
dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Kondisi keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan
termasuk rendah, padahal tenaga kerja adalah faktor penting bagi kegiatan
perusahaan, karena perusahaan tidak mungkin bisa lepas dari yang namanya
tenaga kerja.
6
Alamat : Kalihurip, Cikampek, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat, 41373 Indonesia
Tanggal : Selasa, 04 Oktober 2022
Waktu : 09:00-13.00 WIB
7
dan instalasi yang memiliki resiko besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radioaktif.
b. K3 Bidang Konstruksi
Pekerjaan konstruksi bangunan merupakan kompleksitas kerja yang
melibatkan bahan bangunan, pesawat/instalasi peralatan, tenaga kerja
dan penerapan teknologi yang dapat menjadi sumber terjadinya
kecelakaan kerja bahkan kematian dan kerugian material. Sesuai
dengan Undang-undang No.1 Tahun 1970, ruang lingkupnya adalah:
8
2. Undang-Undang No.1 Tahun 1970
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/Men/1980 tentang K3
Konstruksi Bangunan Terdiri dari : Kewajiban administrasi teknis
K3 dan kewajiban teknis K3 bagi pelaksana konstruksi/kontraktor
4. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga kerja dan Menteri
Pekerjaan Umum No.Kep.174/Men/1986 dan No.104/Kpts/1986,
terdiri dari;
a. Ada pengawasan fungsional dari Depnakertrans dan
Departemen Pekerjaan Umum (Kimpraswil)
b. Kewajiban setiap pengurus/pemimpin pelaksanaan pekerjaan
atau bagian pekerjaan pelaksana syarat-syarat K3
c. Pedoman pelaksanaan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja pada tempat kegiatan konstruksi.
c. K3 Bidang Listrik
1. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 02 Tahun 1989 tentang
Pengawasan Instalasi Penyalur Petir;
2. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 2000;
3. Kepdirjen Binwasnaker dan K3 Nomor No. 48/PPK&K3/VII/2015
tentang Pembinaan Teknisi K3 Listrik;
4. Kepdirjen Binwasnaker dan K3 Nomor No. 47/PPK&K3/VII/2015
tentang Pembinaan Calon K3 Listrik;
5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 12 Tahun 2015 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Listrik di Tempat Kerja,
pengusaha dan/atau pengurus wajib melaksanakan K3 di bidang
listrik di tempat kerja.
Pengimplementasian K3 di bidang listrik ini bertujuan untuk:
a. Melindungi keselamatan dan Kesehatan tenaga kerja dan
orang lain yang berada di dalam lingkungan tempat kerja dari
potensi bahaya listrik
b. Menciptakan instalasi listrik yang aman, handal dan
memberikan keselamatan bangunan beserta isinya
c. Menciptakan tempat kerja yang selamat dan sehat untuk
mendorong produktivitas
9
d. K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran
1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
Pasal 9 ayat (3), mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan
latihan penanggulangan kebakaran;
2. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
Pasal 4 ayat 2, tentang pemberian tanda-tanda pengenal atas
bahan, barang, produksi teknis dan aparat produksi guna
menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan
tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum
3. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI No. Kep.186/Men/1999
bahwa kebakaran di tempat kerja berakibat sangat merugikan baik
bagi perusahaan, pekerja maupun kepentingan pembangunan
nasional, oleh karena itu perlu ditanggulangi; bahwa untuk
menanggulangi kebakaran di tempat kerja, diperlukan adanya
peralatan proteksi kebakaran yang memadai, petugas
penanggulangan yang ditunjuk khusus untuk itu, serta
dilaksanakannya prosedur penanggulangan keadaan darurat;
bahwa agar petugas penanggulangan kebakaran di tempat kerja
dapat melaksanakan tugasnya secara efektif, perlu diatur
ketentuan tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja
dengan Keputusan Menteri;
4. Permenakertrans No. 04/Men/1980 tentang Syarat-Syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan APAR;
5. Permenakertrans No. 02/Men/1983 tentang Instalasi Kebakaran
Alarm Automatik;
6. Instruksi menaker No. 11/M/BW/1997 tentang pengawasan Khusus
K3 Penanggulangan Kebakaran.
7. Permen PU No. 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan Sistem
Proteksi Kebakaran pada Gedung dan Lingkungan
8. Permenkes No. 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perkantoran
10
BAB II
GAMBARAN PERUSAHAAN
11
didirikan oleh IGP Group adalah PT Gemala Kempa Daya, yaitu pada tanggal
7 Oktober 1980 dengan akte Nyonya Rukma Santi Hardjasatya, SH No.15
dan mendapat lisensi pada tanggal 22 September 1981. Dimana pemilik
saham dari perusahaan ini antara lain Astra Group, PT Sapta Panji Manggala,
PT Mudaya Corp, PT Trikirana Investindo Prima, PT Santiniluwansa Lestari
dan PT Wahanalaksana Kertaprachana. Pada bulan Januari dan Februari
1985 PT Gemala Kempa Daya melakukan uji coba produksi komersialnya
seperti rangka truk ukuran besar dengan menggunakan mesin press yang
dimilikinya, yaitu mesin press 2000 ton. Sedangkan pada bulan September
1987 perusahaan ini mulai memproduksi Backing Plate untuk sistem
pengereman mobil.
12
2.3 SARANA POKOK PERUSAHAAN
Sarana adalah seperangkat alat yang dapat bisa digunakan untuk
melangsungkan suatu kegiatan. Biasanya segala ini dapat berupa alat
pendukung sehingga dapat melancarkan progres dari suatu kegiatan. Sarana
sarana yang terdapat di perusahaan ini antara lain:
1. Stamping logam untuk pembuatan komponen otomotif Under Body;
2. Penyimpanan bahan baku (Steel Coil dan Steel sheet);
3. Mesin painting dan Area Terbatas untuk painting produk.
13
Gambar 1.1 Struktur Organisasi HSE
14
Menjadi perusahaan perusahaan kelas dunia melalui kemampuan
Quality, Cost, Delivery, Development, Safety, dan Management yang
excellent.
b. Misi
1) Mengembangkan industri komponen otomotif yang handal
kompetitif, serta menjadi mitra strategis bagi para pemain industri
otomotif Indonesia dan Regional.
2) Menjadi warga usaha yang bertanggung jawab dan memberikan
kontribusi positif kepada pemangku kepentingan (pemegang
saham, tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah).
Selain itu PT Gemala Kempa Daya juga telah menyiapkan tempat yang
sangat rapi serta aman untuk material bahan baku produksi, barang yang
sudah selesai produksi, dan menyiapkan rak-rak untuk penempatan material
maintenance. Untuk area pekerjaan hole making yang terdapat faktor fisika
berupa aspek (pencahayaan, kebisingan, kelembaban) telah dilakukan
pengujian oleh PJK3 yang memiliki SKP dan dilakukan secara rutin. Untuk
alat berat seperti Hoist Crane dan Forklift telah dilakukan pemeriksaan dan
pengujian secara berkala dilengkapi dengan Surat Keterangan (SUKET)
15
memenuhi layak operasi serta para operatornya yang sudah disertifikasikan
sehingga memiliki Surat Izin Operasi (SIO) yang berlaku.
Temuan Negatif, sewaktu observasi ke ruangan produksi masih
ditemukannya minim rambu peringatan yang dimana hal tersebut dapat
menimbulkan potensi bahaya. Sebaiknya untuk area produksi tersebut
ditambahkan warning sign agar meminimalisir potensi bahaya yang tidak
diinginkan.
Berdasarkan hasil observasi kembali perihal K3 listrik, bahwa dimana
perusahaan telah menerapkan instalasi kabel-kabel yang tidak berserakan,
panel-panel yang tertutup dengan rapat serta terkunci lalu sudah dibantu
dengan garis bantu di peletakannya. Selain itu instalasi penyalur petir telah
ditempatkan di area terbuka dan penerimaan ditempatkan lebih tinggi dari
bangunan gedung sehingga dapat mencakup area perusahaan tapi sangat
amat disayangkan ada area yang belum tersedianya rambu-rambu di sekitar
area trafo listrik lalu belum adanya pengaman pada unit aki di ruang genset
dan hydran ditambah belum adanya alas untuk penyimpanan aki di ruangan
genset.
Perusahaan memiliki sarana penanggulangan begitu baik, seperti
APAR, APAB, fire alarm hingga ketersediaan jockey pump, diesel pump, dan
electrical pump. Semuanya sudah dilakukan pemeliharaan yang baik, seperti
APAR yang diujikan pada ketentuan yang berlaku, bahkan untuk inspeksi
APAR dilakukan sebulan sekali. Penempatan APAR disesuaikan pada jenis
klasifikasi dengan ketentuan yang berlaku. Untuk Jalur evakuasi sudah
tersedia dan assembly point yang sudah ditentukan, memiliki tanda evakuasi
yang jelas, bahkan telah dilakukan simulasi tanggap darurat dan juga pada
pelatihan pemadaman kebakaran bekerja sama dengan dinas
penanggulangan kebakaran setempat. Perusahaan Juga memiliki unit
penanggulangan kebakaran yang sudah tersertifikasi untuk kelas A,B dan D,
namun belum memiliki sertifikasi kelas C.
16
17
BAB III
ANALISA
Berdasarkan kegiatan PKL/Observasi melalui video dan juga wawancara dengan PIC HSE di PT Gemala Kempa Daya diperoleh hasil
observasi berupa temuan positif dan temuan negatif. Kategori temuan tersebut didefinisikan sebagai berikut :
1. Temuan Positif adalah temuan kesesuaian pelaksanaan K3 di perusahaan yang diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara.
2. Temuan Negatif adalah temuan ketidaksesuaian pelaksanaan K3 di perusahaan yang diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara.
18
2 Terdapat rambu Tetap memelihara Permenakertrans No.1 tahun 1980
area terbatas rambu tanda area Tentang K3 pada Konstruksi
untuk mencegah terbatas, apabila Bangunan pada : Pasal 10 : Orang
akses masuk diperlukan dapat yang tidak berkepentingan,
orang yang tidak menambahkan kunci dilarang memasuki tempat kerja.
berkepentingan di pengaman pada pintu
area berbahaya. akses area kerja Lokasi : Tangga Akses Bak Equalizer
terbatas agar hanya
dapat diakses oleh
personil ahli.
19
4 Untuk area kerja Tetap dilakukan Permenakertrans No.1 tahun
sudah dilengkapi preventive 1980 Tentang K3 pada Konstruksi
dengan fasilitas maintenance dan Bangunan pada :
pencahayaan predictive Pasal 5 ayat 2 :
yang baik. maintenance sesuai Tempat-tempat kerja,
jadwal untuk tangga-tangga, lorong-lorong dan
menjamin proses gang-gang tempat orang bekerja
Lokasi : Area Hole Making
produksi tidak atau sering dilalui, harus
terganggu dilengkapi dengan penerangan
yang cukup sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pasal 9 : Kebisingan dan getaran
di tempat kerja tidak boleh
melebihi ketentuan Nilai Ambang
Batas (NAB) yang berlaku.
20
5 Setiap tangga Dilakukan Permenakertrans No. 1 Tahun
akses dilengkapi pengecekan rutin 1980 tentang K3 Pada Konstruksi
handrail untuk berkala untuk struktur Bangunan Pasal 3 Ayat 1:
meminimalisir tangga bangunan Pada setiap pekerjaan konstruksi
bahaya pekerja agar tetap aman bangunan harus diusahakan
terjatuh. digunakan pencegahan atau dikurangi
terjadinya kecelakaan atau sakit
akibat kerja terhadap tenaga
kerjanya.
21
b. K3 Bidang Listrik
22
magun (terpasang tetap), dan
bahan magun (terpasang tetap)
yang berdekatan dengan
perlengkapan listrik harus diberi
proteksi dari efek panas yang
berbahaya yang dihasilkan oleh
perlengkapan listrik, atau radiasi
termal, terutama efek berikut ini:
a) pembakaran atau penurunan
mutu (degradasi) bahan;
b) resiko luka bakar;
c) pemburukan fungsi keselamatan
dari perlengkapan yang terpasang.
23
2 Perusahaan sudah Dipelihara dengan Permenaker No. 12 Tahun 2015
dilengkapi pelaksanaan tentang K3 Listrik di Tempat Kerja
pembangkitan preventive Pasal 7 dan Pasal 11.
listrik Genset maintenance dan
dengan kapasitas predictive
2000 kVA dan maintenance serta
telah mempunyai dilakukan
SLO. pemeriksaan/penguji
an berkala setiap
Lokasi : Ruang Genset
tahun
24
4 Panel listrik Dipelihara, Permenaker No 33 Tahun 2015
ditempatkan dipertahankan dan tentang Keselamatan dan
menggunakan dilakukan Kesehatan Kerja (K3) Listrik di
frame di atas pemeriksaan berkala Tempat Kerja
lantai;
25
c. K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran
26
kebakaran;
d. Prosedur dalam
menghadapi keadaan
darurat bahaya Kebakaran.
e. Penyelenggaraan latihan
dan gladi penanggulangan
kebakaran secara berkala;
f. Memiliki buku rencana
penanggulangan keadaan
darurat kebakaran, bagi
tempat kerja yang
mempekerjakan lebih dari
50 (lima puluh) orang
tenaga kerja dan atau
tempat kerja yang
berpotensi bahaya
kebakaran sedang dan
berat.
27
2 Sudah disediakan Dilakukan - Permenkes No. 48 Tahun 2016
Alat Pemadam Api pengecekan/inspeksi Pasal 14 ayat 5 : Peralatan
Ringan (APAR) APAR setiap satu sistem perlindungan/
jenis dry chemical bulan sekali oleh Ahli pengamanan bangunan gedung
powder di K3 dan pemeriksaan dari kebakaran sebagaimana
beberapa lokasi 2 kali dalam 1 tahun dimaksud pada ayat (3) huruf b
antara lain depan oleh Ahli paling sedikit meliputi:
ruang genset, Penanggulangan a. Alat Pemadam Api Ringan
gudang limbah Kebakaran (APAR);
TPS B3, kantin b. Alat Pemadam Api Berat
karyawan, dll; (APAB) yang menggunakan
roda;
c. Sistem alarm kebakaran;
d. Hydrant halaman; Lokasi : TPS Limbah B3
e. Pemadam kebakaran tetap
yang menggunakan media
pemadaman air bertekanan
yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang;
f. Sistem sprinkler otomatis;
dan
28
g. Sistem pengendalian asap
- Permen PU No. 26/PRT/M/2008
tentang persyaratan Sistem
Proteksi Kebakaran pada
Gedung dan Lingkungan Bab V
sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Bagian 5.6 Alat Pemadam Api
Ringan
- Permenakertrans No.
04/Men/1980 tentang Syarat-
Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR Pasal 11
ayat (1) Setiap alat pemadam
api ringan harus diperiksa 2
(dua) kali dalam setahun, yaitu:
a. pemeriksaan dalam jangka
6 (enam) bulan;
b. pemeriksaan dalam jangka
12 (dua belas) bulan;
29
4 Alat Pemadam Api Dilakukan Permenakertrans No.
Ringan (APAR) pengecekan/inspeksi 04/Men/1980 tentang Syarat-
diletakan di area APAR setiap satu Syarat Pemasangan dan
yang mudah bulan sekali oleh Ahli Pemeliharaan APAR Pasal 4 :
terlihat dan K3 dan pemeriksaan (1) Setiap satu atau kelompok alat
diposisikan di atas 2 kali dalam 1 tahun pemadam api ringan harus
rangka platform oleh Ahli ditempatkan pada posisi yang
dengan jarak 15 Penanggulangan mudah dilihat dengan jelas,
meter; Kebakaran mudah dicapai dan diambil
serta dilengkapi dengan
pemberian tanda
pemasangan.
(2) Pemberian tanda pemasangan
tersebut ayat (1) harus sesuai
Lokasi : Area Produksi
dengan lampiran I.
(3) Tinggi pemberian tanda
pemasangan tersebut ayat (1)
adalah 125 cm dari dasar
lantai tepat diatas satu atau
kelompok alat pemadam api
ringan bersangkutan.
30
(4) Pemasangan dan penempatan
alat pemadam api ringan
harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran
seperti tersebut dalam
lampiran 2;
(5) Penempatan tersebut ayat
(1) antara alat pemadam api
yang satu dengan lainnya
atau kelompok satu dengan
lainnya tidak boleh melebihi
15 meter, kecuali ditetapkan
lain oleh pegawai pengawas
atau ahli keselamatan Kerja.
(6) Semua tabung alat pemadam
api ringan sebaiknya berwarna
merah.
31
5 Sudah disediakan Dilakukan - Permenkes No. 48 Tahun
Alat Pemadam Api pengecekan/inspeksi 2016 Pasal 14 ayat 5 :
Berat (APAB) jenis APAR setiap satu Peralatan sistem
CO2 dilengkapi bulan sekali oleh Ahli perlindungan/ pengamanan
dengan roda; K3 dan pemeriksaan bangunan gedung dari
2 kali dalam 1 tahun kebakaran sebagaimana
oleh Ahli dimaksud pada ayat (3) huruf
Penanggulangan b paling sedikit meliputi:
Kebakaran a. Alat Pemadam Api Ringan
(APAR);
b. Alat Pemadam Api Berat
(APAB) yang
menggunakan roda; Lokasi : Ruang Trafo
c. Sistem alarm kebakaran;
d. Hydrant halaman;
e. Pemadam kebakaran
tetap yang menggunakan
media pemadaman air
bertekanan yang dialirkan
melalui pipa-pipa dan
selang;
32
f. Sistem sprinkler otomatis;
dan
g. Sistem pengendalian asap
- Permen PU No.
26/PRT/M/2008 tentang
persyaratan Sistem Proteksi
Kebakaran pada Gedung dan
Lingkungan Bab V sistem
Proteksi Kebakaran Aktif
Bagian 5.6 Alat Pemadam Api
Ringan
- Permenakertrans No.
04/Men/1980 tentang Syarat-
Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR Pasal 2
ayat (1) Kebakaran dapat
digolongkan:
a. Kebakaran bahan padat
kecuali logam (Golongan
A);
b. Kebakaran bahan cair atau
33
gas yang mudah terbakar
(Golongan B);
c. Kebakaran instalasi listrik
bertegangan (Golongan C);
d. Kebakaran logam
(Golongan D).
Pasal 2 ayat (2) Jenis alat
pemadam api ringan terdiri:
a. Jenis cairan (air);
b. Jenis busa;
c. Jenis tepung kering;
d. Jenis gas (hydrocarbon
berhalogen dan
sebagainya)
Pasal 11 ayat (1) Setiap alat
pemadam api ringan harus
diperiksa 2 (dua) kali dalam
setahun, yaitu:
a. pemeriksaan dalam jangka
6 (enam) bulan;
b. pemeriksaan dalam jangka
34
12 (dua belas) bulan;
35
pipa dan selang;
f. Sistem sprinkler otomatis;
dan
g. Sistem pengendalian asap
- Permen PU No.
26/PRT/M/2008 tentang
persyaratan Sistem Proteksi
Kebakaran pada Gedung dan
Lingkungan bagian 7.4.5
Sistem Pipa Tegak Dan Slang
Atau Hidran Bangunan
7 Sudah dibentuk Konsistensi agar Kepmenaker No 186 Tahun 1999, Dokumentasi wawancara dan tanya jawab
Unit tetap dilakukan Unit Penanggulangan Kebakaran kepada narasumber.
Penanggulangan pembinaan di Tempat Kerja, Pasal 2;
Kebakaran kebakaran dan (1) Pengurus atau pengusaha
Petugas kebakaran pelaksanaan fire drill wajib mencegah, mengurangi
kelas D sebanyak rutin simulasi, dan memadamkan kebakaran,
8 Orang, kelas B 1 preventive latihan penanggulanggan
orang dan kelas A maintenance kebakaran di tempat kerja.
1 orang peralatan, juga (2) Kewajiban mencegah,
inspeksi mingguan mengurangi dan
36
guna memadamkan kebakaran di
mengidentifikasi tempat kerja sebagaimana
sumber-sumber dimaksud pada ayat (1)
potensi bahaya meliputi:
kebakaran. a. Pengendalian setiap bentuk
energi;
b. Penyediaan sarana deteksi,
alarm, pemadam kebakaran
dan sarana evakuasi;
c. Pengendalian penyebaran
asap, panas dan gas;
d. Pembentukan unit
penanggulangan kebakaran
di tempat kerja;
e. Penyelenggaraan latihan
dan gladi penanggulangan
kebakaran secara berkala;
f. Memiliki buku rencana
penanggulangan keadaan
darurat kebakaran, bagi
tempat kerja yang
37
mempekerjakan lebih dari
50 (lima puluh) orang
tenaga kerja dan atau
tempat kerja yang
berpotensi bahaya
kebakaran sedang dan
berat.
38
evakuasi serta pengendalian
penyebaran asap, panas dan
gas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, huruf b
dan huruf c dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
- Permenkes No. 48 Tahun 2016,
Standar K3 Perkantoran, Pasal
14 ayat 6 Persyaratan dan tata
cara evakuasi meliputi rute dan
pelaksanaan evakuasi.
39
3.3. ANALISA TEMUAN NEGATIF (KETIDAKSESUAIAN)
a. K3 Bidang Konstruksi
40
2 Kurang penerangan Memasang lampu Permenaker No 5 Tahun
lampu Pencahayaan sesuai 2018 Tentang Keselamatan dan
pencahayaan dengan kesehatan kerja lingkungan kerja
di area pengecatan standarisasi di area Permenakertrans No. 1 Tahun 1980
sehingga pengecatan. Ketika Tentang K3 Pada Konstruksi
mengandalkan Melakukan Bangunan Pasal 5 Ayat 2 : Tempat-
pencahayaan perencanaan Tempat kerja,
melalui ventilasi. bangunan, perlu Tangga-tangga, lorong-lorong dan
dipertimbangkan tempat orang bekerja atau sering
Mengenai dilalui, harus dilengkapi dengan
pencahayaan pada penerangan yang cukup sesuai
setiap ruangan dengan ketentuan yang berlaku.
41
b. K3 Bidang Listrik
42
1 Belum tersedia Penambahan rambu Undang-undang No.1 Tahun 1970
rambu-rambu bahaya tersengat tentang Keselamatan Kerja, Pasal 4
bahaya listrik, ayat 2, tentang pemberian tanda-
tanda pengenal atas bahan,
barang, produksi teknis
43
2. Belum tersedia Penambahan PUIL Tahun 2000 bagian 3
pengaman Aki Proteksi berupa mengenai Proteksi untuk
kerangka pengaman keselamatan
sebagai proteksi dari 3.2 Proteksi dari kejut listrik
sentuh langsung 3.2.1.a Proteksi dari sentuh
langsung atau proteksi dalam
pelayanan normal, maupun proteksi
dari sentuh tak langsung atau
proteksi dalam kondisi gangguan
3.2.1.b Proteksi dari sentuh
langsung atau proteksi dalam
Lokasi : Ruang Pompa Hidran
pelayanan normal
3.2.1.c Proteksi dari sentuh tak
langsung atau proteksi dalam
kondisi gangguan
44
3 Penyimpanan aki Penambahan PUIL Tahun 2000 bagian 3
tanpa alas, Proteksi berupa mengenai Proteksi untuk
langsung ke lantai kerangka pengaman keselamatan
sebagai proteksi dari 3.2 Proteksi dari kejut listrik
sentuh langsung 3.2.1.a Proteksi dari sentuh
langsung atau proteksi dalam
pelayanan normal, maupun proteksi
dari sentuh tak langsung atau
proteksi dalam kondisi gangguan
3.2.1.b Proteksi dari sentuh
langsung atau proteksi dalam
pelayanan normal
Lokasi : Ruang Genset
3.2.1.c Proteksi dari sentuh tak
langsung atau proteksi dalam
kondisi gangguan
45
c. K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran
46
2 Belum tersedianya Penyediaan Alat Permenkes No. 48 Tahun 2016
Alat Pemadam Api Pemadam Api Ringan Pasal 14 ayat 5 : Peralatan sistem
Ringan (APAR) (APAR) di setiap perlindungan/pengamanan
ruangan. bangunan gedung dari kebakaran
sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf b paling sedikit meliputi:
a. Alat Pemadam Api Ringan
(APAR);
b. Alat Pemadam Api Berat
Lokasi : Ruang Kerja
(APAB) yang menggunakan
roda;
c. Sistem alarm kebakaran;
d. Hydrant halaman;
e. Pemadam kebakaran tetap
yang menggunakan media
pemadaman air bertekanan
yang dialirkan melalui pipa- Lokasi : Gudang Finish Good
pipa dan selang;
f. Sistem sprinkler otomatis;
dan
g. Sistem pengendalian asap
47
Lokasi : Area Istirahat
48
c. penempatan dan
penggunaan alat
perkantoran; dan/atau
d. pengelolaan listrik dan
sumber api.
Pasal 14 ayat 5, Peralatan
sistem perlindungan/
Lokasi : Ruang Panel MDP
pengamanan bangunan
gedung dari kebakaran
sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b paling sedikit
meliputi:
a. Alat Pemadam Api Ringan
(APAR);
b. Alat Pemadam Api Berat
(APAB) yang
menggunakan roda;
c. sistem alarm kebakaran;
d. hydrant halaman;
e. pemadam kebakaran tetap
yang menggunakan media
49
pemadaman air
bertekanan yang dialirkan
melalui pipa-pipa dan
selang;
f. sistem sprinkler otomatis;
dan
g. sistem pengendalian asap
- Permenakertrans No.
PER.04/MEN/1980 Syarat-
syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat
Pemadaman Api Ringan -
Kebakaran, Pasal 2 ayat 1,
Kebakaran dapat digolongkan:
a. Kebakaran bahan padat
kecuali logam (Golongan
A);
b. Kebakaran bahan cair atau
gas yang mudah terbakar
(Golongan B);
c. Kebakaran instalasi listrik
50
bertegangan (Golongan C);
d. Kebakaran logam
(Golongan D).
Pasal 2 ayat 2 Jenis alat
pemadam api ringan terdiri:
a. Jenis cairan (air);
b. Jenis busa;
c. Jenis tepung kering;
d. Jenis gas (hydrocarbon
berhalogen dan
sebagainya)
51
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Secara umum PT Gemala Kempa Daya telah memenuhi standar peraturan
perundang-undangan K3 di Indonesia dengan pengaplikasian sistem
manajemen K3 di lingkungan kerja antara lain Astra Management System
(AMS), SMK3, ISO 9001, ISO 14001, ISO 45001:2015, OHSAS 18001:2007
serta Regulasi LK3. Dari hasil kunjungan industri, PT Gemala Kempa Daya
juga diketahui sudah melengkapi pekerja dengan APD, melengkapi setiap
ruang dengan rambu/poster K3, alat pemadam api ringan serta instalasi
hidran sebagai upaya penanggulangan jika terjadi kebakaran. Sebagai sarana
pendukung perusahaan PT Gemala Kempa Daya juga memiliki instalasi
genset, penyalur petir, serta TPS limbah B3.
4.2. SARAN
1. Selaku perusahaan yang memiliki potensi kebakaran meski sudah dilengkapi
unit penanggulangan dengan petugas kelas D, kelas B dan kelas A, akan
tetapi belum dilengkapi dengan petugas kelas C. Agar dapat memenuhi
Peraturan perundang-undangan maka dapat dipertimbangkan penyediaan
tenaga petugas kelas C sebanyak 1 (satu) orang.
2. Peningkatan dan mempertahankan budaya K3 agar lebih konsistensi
terhadap penerapan K3 sesuai Peraturan perundang-undangan seperti yang
sudah dilakukan mengingat masih adanya angka kecelakaan kerja yang
terjadi.
3. Berdasarkan pembahasan disimpulkan pada pembahasan sebelumnya
terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran kami untuk PT Gemala
Kempa Daya yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dimasa
mendatang. Yakni, sistem K3 yang sudah berjalan dengan baik tetap
dipertahankan ditingkatkan kembali sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan.
52
REFERENSI
53