Disusun Oleh:
Kelompok 1
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia dari-
Nya kami dapat melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dalam rangka
pelatihan Calon Ahli K3 Umum Batch 166. Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini
dilakukan untuk dapat menilai secara menyeluruh kegiatan observasi lapangan
dalam rangka upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT
Pundarika Atma Semesta.
Dalam rangka memenuhi kegiatan pembelajaran sebagai Calon Ahli K3
Umum yang dilaksanakan selama 12 (dua belas) hari yakni pada tanggal 19
September - 1 Oktober 2022, kami dari Kelompok 1 telah menyusun Laporan
Pelaksanaan PKL dengan tema Pengawasan Norma K3 Kesehatan Kerja, K3
Lingkungan Kerja & Bahan Berbahaya. Penyusunan laporan ini dilakukan dengan
pendekatan-pendekatan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
kami sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dan kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis,
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang................................................................................................3
1.2 Maksud dan Tujuan.........................................................................................5
1.3 Ruang Lingkup................................................................................................6
1.4 Dasar Hukum..................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................9
KONDISI ATAU FAKTA PERUSAHAAN....................................................................9
2.1 Gambaran Umum Perusahaan.......................................................................9
2.2 Temuan Hasil Observasi...............................................................................10
BAB III........................................................................................................................13
ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH...............................................................13
BAB IV........................................................................................................................34
PENUTUP...................................................................................................................34
4.1 Kesimpulan....................................................................................................34
4.2 Saran.............................................................................................................36
REFERENSI...............................................................................................................39
LAMPIRAN.................................................................................................................40
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
rehabilitatif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan kerja, serta penyakit umum.
Kondisi lingkungan kerja yang buruk dapat berpotensi menjadi penyebab para
pekerja mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan menurunnya
produktivitas kerja. Hal ini dapat menjadi sebuah faktor yang merugikan bagi
sebuah perusahaan bila produktivitasnya menurun, akibatnya tujuan
perusahaan akan sulit tercapai. Jika ruangan kerja tidak nyaman, panas,
sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja
kurang bersih, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja pekerja dan
dapat menurunkan produktivitas karyawan.
4
Keberadaan Ahli K3 Umum akan turut membantu mengurangi risiko
kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Pada penunjukan Ahli K3 Umum,
pemerintah telah mengatur tata caranya melalui Permenaker No. 2 Tahun
1992 disebutkan bahwa perusahaan yang memiliki pegawai lebih dari 100
orang atau memiliki pegawai kurang dari 100 orang namun mempunyai risiko
pekerjaan yang tinggi wajib mempunyai minimal satu orang Ahli K3 Umum.
Sebagai calon Ahli K3 Umum, agar dapat menerapkan baik dari sisi
pengetahuan dan keterampilan pengawasan khususnya dalam hal Norma K3
Kesehatan Kerja, K3 Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya maka
dilakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT Pundarika Atma Semesta
sebagai fasilitator objek. Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilakukan dengan dua
cara yaitu observasi langsung tempat kerja dan wawancara dengan seorang
Ahli K3 Umum yang juga sekaligus sebagai sekretaris P2K3 di PT Pundarika
Atma Semesta guna mengklarifikasi dan mencari informasi lebih dalam terkait
informasi yang didapat melalui observasi. Dengan kegiatan tersebut,
diharapkan mendapatkan informasi terkait hal-hal positif dan negatif yang
dapat ditemukan dan dilakukan analisis sebagai saran / rekomendasi
perbaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Maksud dan Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan pengamatan terhadap Norma K3 Kesehatan Kerja, Norma K3
Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya dengan cara mengamati tempat
kerja dengan tujuan Calon Ahli K3 Umum mampu mengidentifikasi
temuan pada penerapan K3 di perusahaan.
2. Setiap Calon Ahli K3 Umum mampu melakukan wawancara secara
langsung dengan penanggung jawab K3 di perusahaan untuk
mengklarifikasi dan memperdalam temuan-temuan yang telah
diidentifikasi berdasarkan observasi tempat kerja.
3. Setiap Calon Ahli K3 Umum mampu menganalisis masalah terkait
temuan-temuan yang didapat dari pengamatan dan wawancara agar
5
dapat memberikan saran/rekomendasi sesuai peraturan undang - undang
yang berlaku.
4. Sebagai salah satu syarat kelulusan pelatihan calon Ahli K3 Umum dari
Kementerian Tenaga Kerja.
5. Sebagai sarana proses pengembangan dan pembaharuan sistem yang
lebih baik untuk perusahaan terkait berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6
i. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja;
j. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No. 186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja;
k. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi No. KEP.
68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
Di Tempat Kerja;
l. Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan No. SE/01/MEN/1979 Tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Makan;
m. Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan No. M/3/HK.04/III/2020 tentang
Perlindungan Pekerja/Buruh dan Kelangsungan Usaha dalam Rangka
Pencegahan dan Penanggulangan COVID-19;
n. Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan No. M/7/AS.02.02/V/2020
tentang Rencana Keberlangsungan Usaha dalam Menghadapi Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Protokol Pencegahan
Covid-19 di perusahaan;
o. Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan No. M/8/HK.04/V/2020 tentang
Perlindungan Pekerja/Buruh dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja
karena Corona Virus Disease 2019 (Covid-19);
p. Keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja No. KEP.113/DJPPK/IX/2006
tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Ruang Terbatas (Confined Space);
q. Keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja No. 5/36/HM.01.IV/2020
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Keberlangsungan Usaha
Dalam Menghadapi Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19);
r. Keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja No. 5/76/HM.01.VII/2020
tentang Protokol Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kembali
Bekerja Dalam Pencegahan Penularan Covid-19.
7
2. Dasar Hukum Bahan Kimia Berbahaya
a. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah B3;
b. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. Per-03/MEN/1985 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian Asbes;
c. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. Per-03/MEN/1986 tentang
Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja Yang
Mengelola Pestisida;
d. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No. 187/MEN/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.
8
BAB II
9
kualitas produknya dengan beberapa standar pengetesan yaitu Pump
Performance Test, Spray Distance Test, Brake Test, dan Speed Roller Test.
10
terdokumentasi dengan baik sesuai rekomendasi dari Dinas Lingkungan
Hidup.
2. Telah dilakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran dengan baik
atas bahan kimia berbahaya dari gudang penyimpanan (inventarisasi
dilakukan harian dan bulanan dan dimonitor oleh PIC).
3. Telah terdapat petunjuk tertulis pengendalian dan penanggulangan
keadaan darurat. Serta adanya pintu dan jalan penyelamatan dengan
jumlah yang memadai.
4. Telah terdapat tempat sampah di setiap lokasi kerja yang telah dibedakan
berdasarkan jenis limbahnya (organik, non-organik, limbah B3) beserta
dengan keterangan kriterianya.
5. Telah disediakan APD untuk pengunjung/visitor dengan jumlah yang
memadai.
6. Proses pengelasan di area produksi telah dilengkapi dengan pipa
penghisap debu dan asap.
7. Ventilasi di ruang blasting Plant 1A terjaga dengan baik dikarenakan
adanya blower yang cukup besar yang digunakan untuk mengurangi
bahaya debu silika yang dihasilkan dari pekerjaan tersebut.
8. Telah dilakukan pengukuran lingkungan kerja selama 6 bulan sekali
meliputi pencahayaan, kebisingan, ventilasi, partikulat, air bersih.
9. Tersedianya peringatan untuk berpegangan pada handrail saat menaiki/
menuruni tangga.
10. Tersedianya tempat penyimpanan alat-alat untuk melakukan
pembersihan area kerja setiap hari sebelum jam kerja selesai.
11. Di area ruang terbuka pabrik telah disediakan jalur berwarna kuning
untuk pejalan kaki.
12. Telah dilakukan penandatanganan kerjasama antara perusahaan dengan
RS MH Tamrin untuk klinik perusahaan yang sudah memiliki SKP.
13. Perusahaan telah melakukan pelayanan kesehatan dengan upaya kuratif
dan rehabilitatif yang dilakukan oleh Dokter dan Paramedis dari RS yang
sudah memiliki SKP.
14. Telah terdapat petugas P3K sebanyak 1 (satu) orang yang tersertifikasi
Kemenaker. Hal tersebut sudah sesuai dengan ketentuan peraturan
11
dimana harus ada mminimal 1 (satu) orang Petugas P3K untuk setiap
100 orang karyawan dalam area dengan resiko bahaya tinggi.
15. Telah terdapat ruangan P3K yang tersedia di Plant 2 untuk seluruh
karyawan.
16. Telah terdapat 4 Kotak P3K Tipe B untuk 98 karyawan.
17. Perusahaan telah melakukan pemeriksaan tenaga kerja secara berkala
dan khusus melalui RS yang telah memiliki SKP.
18. Perusahaan telah memberikan fasilitas makan setiap hari kepada tenaga
kerja yang tersedia di Kantin oleh Koki perusahaan.
19. Pada Gedung Plant 1A belum dilengkapi dengan pemisahan jalur pejalan
kaki dan area produksi.
20. Terdapat tenaga kerja yang belum menggunakan APD lengkap seperti
syarat wajib APD yang digunakan di area produksi (tidak memakai
sarung tangan, safety google, atau face shield).
21. Tanda peringatan area kebisingan tidak diletakkan sesuai dengan
pajanan bahayanya.
22. Ruang gudang utama masih disimpan bersama antara bahan produksi
dengan bahan kimia berbahaya.
23. Belum dilakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di awal yang
dilakukan oleh perusahaan.
24. Belum terdapat program penanggulangan HIV AIDS.
25. Terdapat program pencegahan dan pengendalian Covid-19 di
perusahaan, sarana dan prasarana pendukungnya juga sudah tersedia,
namun masih ditemukan beberapa peraturan yang belum dijalankan
dengan baik, contohnya ada beberapa karyawan yang terkadang
membuka masker dan pengukuran suhu pada saat memasuki tempat
kerja tidak dijalankan.
26. Tidak adanya pengendalian terhadap debu asbes yang terkandung di
udara lingkungan kerja dikarenakan tidak ada aktivitas penggunaan
asbes atau bahan yang mengandung asbes di perusahaan.
27. Tidak adanya pengelolaan terhadap pestisida dikarenakan perusahaan
tidak menggunakan pestisida sebagai bahan produksi.
28. Tidak adanya prosedur bekerja pada ketinggian di perusahaan
dikarenakan tidak ada proses produksi dalam perusahaan yang
12
memerlukan persyaratan K3 Ketinggian dan aktivitas bekerja pada
ketinggian.
29. Tidak adanya Petugas K3 Ruang Terbatas di perusahaan dikarenakan
tidak adanya ruang terbatas/ruang tertutup di area produksi/area
perusahaan.
13
BAB III
1 Telah dilakukan Perawatan lingkungan PP No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3
pengelolaan limbah B3 tempat pengolahan limbah Pasal 12:
secara berkala paling agar selalu terjaga.
(1) Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan
lama 3 bulan masa
Penyimpanan Limbah B3;
simpan dan bekerja
(3) Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3, Setiap
sama dengan
Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki izin
perusahaan jasa
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3.
pengolah limbah B3
yang sudah memiliki
izin LHK, dan manifest
limbah terdokumentasi
dengan baik sesuai
rekomendasi dari Dinas
14
Lingkungan Hidup
2 Telah dilakukan Melakukan pencatatan Kepmenaker No. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan
pencatatan pemasukan potensi bahaya selalu Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
dan pengeluaran diperbaharui pada dokumen Pasal 16:
dengan baik atas bahan identifikasi bahaya dan (1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya
kimia berbahaya dari aspek K3L besar wajib (butir c) membuat dokumen pengendalian potensi
gudang penyimpanan bahaya besar
(inventarisasi dilakukan
harian dan bulanan dan
dimonitor oleh PIC).
3 Telah terdapat petunjuk Meningkatkan latihan Kepmenaker No. 186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan
tertulis pengendalian keadaan darurat untuk Kebakaran di Tempat Kerja
dan penanggulangan pekerja yaitu setahun 2x Pasal 2:
keadaan darurat. Serta (2) Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan
adanya pintu dan jalan kebakaran di tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
penyelamatan dengan meliputi:
jumlah yang memadai.
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran
dan sarana evakuasi;
15
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat
kerja;
e. Penyelenggaraan latihan dan geladi penanggulangan
kebakaran secara berkala;
f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih
dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan/atau tempat
kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat
4 Telah terdapat tempat Meningkatkan pengetahuan Permenaker No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan
sampah di setiap lokasi pekerja untuk penggolongan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
kerja yang telah jenis-jenis limbah agar tidak Pasal 33:
dibedakan berdasarkan salah dalam penempatan (1) Fasilitas Kebersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
jenis limbahnya limbah ayat (3) huruf b harus disediakan pada setiap Tempat Kerja.
(organik, non-organik, (2) Fasilitas Kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
16
limbah B3) beserta paling sedikit meliputi:
dengan keterangan
a. Toilet dan kelengkapannya;
kriterianya.
b. Loker dan ruang ganti pakaian;
c. Tempat sampah; dan
d. Peralatan kebersihan
Pasal 37:
(2) Tempat sampah sebagaimana dimaksud di ayat (1) paling
sedikit harus: terpisah dan diberikan label untuk sampah organik,
non organik, dan bahan berbahaya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
5 Telah disediakan APD APD untuk dapat dilakukan Permenakertrans No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat
untuk manajemen dengan baik dan Pelindung Diri
pengunjung/visitor dimonitor apabila terdapat Pasal 7 :
dengan jumlah yang APD yang rusak, retak atau (1) Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen
memadai. tidak dapat berfungsi dengan APD di tempat kerja.
baik dan habis masa (2) Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada Ayat (1),
pakainya/kadaluwarsa meliputi :
17
kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh;
c. Pelatihan;
d. Penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
e. Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. Pembinaan;
g. Inspeksi; dan
h. Evaluasi dan pelaporan.
6 Proses pengelasan di Mempertahankan Permenaker No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan
area produksi telah penggunaan pipa di seluruh Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
dilengkapi dengan pipa area kerja pengelasan dan Pasal 41:
penghisap debu dan lakukan perawatan (1) Pengurus dan/atau pengusaha wajib menyediakan sistem
asap. ventilasi udara untuk menjamin kebutuhan udara Pekerja
dan/atau mengurangi kadar kontaminan di Tempat Kerja.
(2) Sistem ventilasi sebagaimana dimaksud di ayat (1) dapat
bersifat alami atau buatan atau kombinasi keduanya.
7 Ventilasi di ruang Untuk terus dipertahankan Permenaker No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan
blasting Plant 1A agar ventilasi di ruang Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
terjaga dengan baik blasting terjaga dengan baik Pasal 41:
dikarenakan adanya serta dilakukan pembersihan (1) Pengurus dan/atau pengusaha wajib menyediakan sistem
blower yang cukup berkala untuk menghindari ventilasi udara untuk menjamin kebutuhan udara Pekerja
18
besar yang digunakan debu silika maupun debu dan/atau mengurangi kadar kontaminan di Tempat Kerja.
untuk mengurangi yang diakibatkan polusi (2) Sistem ventilasi sebagaimana dimaksud di ayat (1) dapat
bahaya debu silika yang udara luar bersifat alami atau buatan atau kombinasi keduanya.
dihasilkan dari
pekerjaan tersebut.
8 Telah dilakukan Melakukan pengujian Permenaker No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan
pengukuran lingkungan lingkungan kerja secara Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
kerja selama 6 bulan konsisten Pasal 5:
sekali meliputi (1) Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana
pencahayaan, dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan melalui kegiatan (huruf a)
kebisingan, ventilasi, pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja.
partikulat, air bersih.
9 Tersedianya peringatan Memastikan peraturan atau Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
untuk berpegangan rambu terpelihara dengan
Pasal 14:
pada handrail saat baik
Pengurus diwajibkan, butir (b) Memasang dalam tempat kerja
menaiki/ menuruni
yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
tangga.
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli Keselamatan Kerja
10 Tersedianya tempat Mempertahankan untuk Permenaker No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan
19
penyimpanan alat-alat penyimpanan alat-alat Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
untuk melakukan pembersihan area kerja Pasal 33:
pembersihan area kerja terjaga dengan baik serta (2) Fasilitas Kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
setiap hari sebelum jam dilengkapi dengan himbauan paling sedikit meliputi:
kerja selesai. untuk menyimpan kembali
a. Toilet dan kelengkapannya;
dengan baik peralatan
b. Loker dan ruang ganti pakaian;
pembersihan setelah
digunakan c. Tempat sampah; dan
d. Peralatan kebersihan
11 Di area ruang terbuka Agar dipertahankan dan Permen No. 03 PRT/M/2014 tentang Pedoman Perencanaan,
pabrik sudah dipelihara jalur yang sudah Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan
disediakan jalur ada serta dimonitor agar jalur Pejalan Kaki
berwarna kuning untuk tersebut tetap terlihat jelas, Pasal 4:
pejalan kaki. sehingga mudah dilihat oleh Fungsi dan manfaat prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki
pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a yaitu untuk
memfasilitasi pergerakan pejalan kaki dari satu tempat ke tempat
lainnya dengan menjamin aspek keselamatan dan kenyamanan
pejalan kaki.
20
Lampiran II Pedoman Penilaian Penerapan SMK3 :
Kriteria 6 : Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3
6.4 Area Terbatas
6.4.4 Rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar
dan pedoman teknis
12 Telah dilakukan Memastikan Perjanjian Kerja Permenakertrans No. 03/MEN/1982 tentang Pelayanan
penandatanganan Sama masih berlaku dan Kesehatan Kerja
kerjasama antara fasilitas dapat digunakan Pasal 3:
perusahaan dengan RS oleh karyawan tanpa adanya (1) Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan Pelayanan
MH Tamrin untuk klinik masalah administrasi antara Kesehatan Kerja.
perusahaan yang sudah perusahaan dan RS (2) Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja
memiliki SKP. rekanan. sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 4:
(1) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja dapat:
21
(2) Direktur mengesahkan cara penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan keadaan.
13 Perusahaan telah Upaya perusahaan dalam Permenakertrans No. PER.03/MEN/1982 tentang Pelayanan
melakukan pelayanan hal pemberian kesehatan Kesehatan Kerja
kesehatan dengan terhadap tenaga kerja sudah
Pasal 1:
upaya kuratif dan baik, diharapkan dapat
Dalam peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
rehabilitatif yang diteruskan secara konsisten
a. Pelayanan Kesehatan adalah usaha kesehatan yang
dilakukan oleh Dokter dan menambahkan upaya
dilaksanakandengan tujuan, poin (4) Memberikan
dan Paramedis dari RS preventif dan promotif
pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga
yang sudah memiliki
kerja yang menderita sakit.
SKP.
Pasal 2:
Tugas pokok pelayanan Kesehatan Kerja meliputi:
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk
kesehatan tenaga kerja.
14 Telah terdapat petugas 1. Setiap kegiatan P3K untuk Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan
P3K sebanyak 1 (satu) dapat di register dengan baik Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja
orang yang tersertifikasi oleh Petugas P3K dalam
Pasal 1:
22
Kemenaker. Hal buku kegiatan. Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
tersebut sudah sesuai 2. Pemberitahuan tentang (2) Petugas P3K di tempat kerja adalah pekerja/buruh yang
dengan ketentuan nama dan lokasi Petugas ditunjuk oleh pengurus/pengusaha dan diserahi tugas tambahan
peraturan dimana harus P3K di tempat kerja agar untuk melaksanakan P3K di tempat kerja.
ada mminimal 1 (satu) dipasang pada tempat yang
Pasal 2:
orang Petugas P3K mudah terlihat.
(1) Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K
untuk setiap 100 orang
di tempat kerja.
karyawan dalam area
dengan resiko bahaya Pasal 3:
tinggi. (1) Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari
Kepala Instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat.
Pasal 6 :
Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas, butir (c) mencatat
setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan
Pasal 7:
Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang nama dan
lokasi petugas P3K di tempat kerja pada tempat yang mudah
terlihat
23
15 Telah terdapat ruangan Melakukan Monitoring Permenakertrans No. PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan
P3K yang tersedia di mengenai kebersihan dan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja
Plant 2 untuk seluruh kerapian ruang P3K, Pasal 8:
karyawan memastikan penggunaan (1) Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
ruang P3K digunakan meliputi:
sebagaimana fungsinya.
a. ruang P3K.
Pasal 9:
(1) Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a dalam hal:
24
LAMPIRAN III
Jumlah Pekerja/Buru, Jenis Kotak P3K dan Jumlah Kotak P3K
17 Perusahaan telah Agar diteruskan dan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
melakukan dilakukan secara berkala
Pasal 8
pemeriksaan tenaga serta kontinu. Selain itu
kerja secara berkala perusahaan diharapkan (2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang
dan khusus melalui RS melakukan pemeriksaan berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang
yang telah memiliki kesehatan tenaga kerja yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
SKP. tidak bersifat general tetapi
Permenakertrans No. 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan
didasarkan pada jenis dan
Kesehatan Dan Keselamatan Tenaga Kerja Dalam
sifat pekerjaan yang
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
dilakukan oleh tenaga kerja
Pasal 6
25
Pasal 2:
Pasal 3:
18 Perusahaan telah Untuk teruskan dan SE Menakertrans No. SE.01/MEN/1979 tentang Pengadaan
memberikan fasilitas ditingkatkan dengan fasilitas Kantin dan Ruang Makan
makan setiap hari dan menu makan yang
kepada tenaga kerja bervariasi dan memenuhi
yang tersedia di Kantin nilai gizi tenaga kerja
oleh Koki perusahaan.
19 Pada Gedung Plant 1A Agar dibuat pemisahan jalur PP No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
belum dilengkapi yang jelas antara pejalan dan Kesehatan Kerja
dengan pemisahan jalur kaki dan area produksi Lampiran II Pedoman Penilaian Penerapan SMK3:
26
pejalan kaki dan area Kriteria 6: Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3
produksi. 6.4 Area Terbatas
6.4.2 Terdapat pengendalian atas daerah/tempat dengan
pembatasan izin masuk.
6.4.4 Rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar
dan pedoman teknis.
20 Terdapat tenaga kerja Agar lebih tegas lagi dalam Permenakertrans No. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung
yang belum hal penegakan kedisiplinan Diri
menggunakan APD tenaga kerja untuk menaati Pasal 6:
lengkap seperti syarat peraturan yang sudah dibuat, Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib
wajib APD yang sehingga tidak ada lagi memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya
digunakan di area tenaga kerja yang bekerja di dan risiko
produksi (tidak luar peraturan yang sudah
memakai sarung ditentukan oleh perusahaan
tangan, safety google, untuk mencegah kecelakaan
atau face shield). dan penyakit akibat kerja
21 Tanda peringatan area Sebagai upaya dalam Permenakertrans No. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung
kebisingan tidak pengendalian pajanan Diri
diletakkan sesuai kebisingan, perusahaan Pasal 5:
dengan pajanan dapat menempatkan Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis
bahayanya. peringatan area yang dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan
27
memiliki pajanan kebisingan APD di tempat kerja
tinggi sesuai dengan lokasi
pajanan bahayanya
22 Ruang gudang utama Agar perusahaan disarankan Kepmenaker No. Kep-187/MEN/1999 tentang Pengendalian
disimpan bersama untuk memisahkan atau Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
antara bahan produksi menyediakan ruangan Pasal 2:
dengan bahan kimia sesuai dengan fungsinya Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan,
berbahaya. memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya
di tempat kerja wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.
23 Belum dilakukan Membuat program Permenakertrans No. Per 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan
pemeriksaan kesehatan pemeriksaan kesehatan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan
tenaga kerja di awal untuk calon karyawan baru Kerja
yang dilakukan oleh yang akan bekerja di Pasal 2:
perusahaan perusahaan yang ditujukan (2) Semua Perusahaan sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 ayat
agar karyawan baru yang (2) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 harus mengadakan
diterima berada dalam Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja.
kondisi kesehatan yang Pasal 6:
setinggi-tingginya, tidak (1) Perusahaan-perusahaan yang diwajibkan melakukan
mempunyai penyakit pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada pasal 2, 3,
28
menular yang akan dan 5 wajib membuat rencana pemeriksaan kesehatan sebelum
mengenai karyawan lainnya, bekerja, berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus.
dan cocok untuk pekerjaan
Permenakertrans No. 03/MEN/1982 tentang Pelayanan
yang akan dilakukan
Kesehatan Kerja
sehingga keselamatan dan
Pasal 2:
kesehatan karyawan yang
Tugas pokok pelayanan Kesehatan Kerja meliputi:
bersangkutan dan karyawan
lain-lainnya dapat dijamin a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan
berkala dan pemeriksaan khusus.
24 Belum terdapat Perusahaan membuat Kepmenakertrans No. KEP. 68/MEN/IV/2004 tentang
program program-program sebagai Pencegahan dan Penaggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja
penanggulangan HIV upaya pencegahan dan Pasal 2:
AIDS penanggulangan HIV/AIDS (1) Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan
dimana hal itu perlu penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
dilakukan untuk mencegah
penularan HIV dan
menanggulangi dampak
negatif HIV/AIDS
29
di perusahaan, sarana perusahaan, 2. SE MENAKER No. M/7/AS.02.02/V/2020 tentang Rencana
dan prasarana 2. Melakukan pengawasan Keberlangsungan Usaha dalam Menghadapi Pandemi
pendukungnya juga dan pemeriksaan secara Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Protokol Pencegahan
sudah tersedia, namun berkala pada program Covid-19 di Perusahaan
masih ditemukan pencegahan dan 3. SE MENAKER No. M/8/HK.04/V/2020 tentang Perlindungan
beberapa peraturan pengendalian Covid-19 yang Pekerja/Buruh dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja karena
yang belum dijalankan telah dibuat, Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
dengan baik, contohnya 3. Memberikan pembinaan 3. KEPDIRJEN BINWASNAKER DAN K3 No.
ada beberapa karyawan kepada karyawan yang 5/36/HM.01.IV/2020 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
yang terkadang melanggar peraturan, Keberlangsungan Usaha Dalam Menghadapi Pandemi Corona
membuka masker dan 4. Membentuk tim tanggap Virus Disease 2019 (Covid-19)
pengukuran suhu pada Covid-19 untuk membantu 4. KEPDIRJEN BINWASNAKER DAN K3 No.
saat memasuki tempat mengawasi dan menjalankan 5/76/HM.01.VII/2020 tentang Protokol Keselamatan dan
kerja tidak dijalankan. program pencegahan dan Kesehatan Kerja (K3) Kembali Bekerja Dalam Pencegahan
pengendalian Covid-19 Penularan COVID-19
30
aktivitas penggunaan
asbes atau bahan yang
mengandung asbes di
perusahaan.
28 Tidak adanya prosedur - Permenaker No. 9 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
bekerja pada ketinggian Kesehatan Kerja Dalam Pekerjaan Pada Ketinggian
di perusahaan
dikarenakan tidak ada
proses produksi dalam
perusahaan yang
memerlukan
persyaratan K3
Ketinggian dan aktivitas
bekerja pada
31
ketinggian.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
33
8. Telah dilakukan pengukuran lingkungan kerja selama 6 bulan
sekali meliputi pencahayaan, kebisingan, ventilasi, partikulat,
air bersih.
9. Tersedianya peringatan untuk berpegangan pada handrail saat
menaiki/ menuruni tangga.
10. Tersedianya tempat penyimpanan alat-alat untuk melakukan
pembersihan area kerja setiap hari sebelum jam kerja selesai.
11. Di area ruang terbuka pabrik telah disediakan jalur berwarna
kuning untuk pejalan kaki.
12. Telah dilakukan penandatanganan kerjasama antara
perusahaan dengan RS MH Tamrin untuk klinik perusahaan
yang sudah memiliki SKP.
13. Perusahaan telah melakukan pelayanan kesehatan dengan
upaya kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan oleh Dokter dan
Paramedis dari RS yang sudah memiliki SKP.
14. Telah terdapat petugas P3K sebanyak 1 (satu) orang yang
tersertifikasi Kemenaker. Hal tersebut sudah sesuai dengan
ketentuan peraturan dimana harus ada mminimal 1 (satu)
orang Petugas P3K untuk setiap 100 orang karyawan dalam
area dengan resiko bahaya tinggi.
15. Telah terdapat ruangan P3K yang tersedia di Plant 2 untuk
seluruh karyawan.
16. Telah terdapat 4 Kotak P3K Tipe B untuk 98 karyawan.
17. Perusahaan telah melakukan pemeriksaan tenaga kerja secara
berkala dan khusus melalui RS yang telah memiliki SKP.
18. Perusahaan telah memberikan fasilitas makan setiap hari
kepada tenaga kerja yang tersedia di Kantin oleh Koki
perusahaan.
19. Pada Gedung Plant 1A belum dilengkapi dengan pemisahan
jalur pejalan kaki dan area produksi.
20. Terdapat tenaga kerja yang belum menggunakan APD lengkap
seperti syarat wajib APD yang digunakan di area produksi
(tidak memakai sarung tangan, safety google, atau face shield).
34
21. Tanda peringatan area kebisingan tidak diletakkan sesuai
dengan pajanan bahayanya.
22. Ruang gudang utama masih disimpan bersama antara bahan
produksi dengan bahan kimia berbahaya.
23. Belum dilakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di awal
yang dilakukan oleh perusahaan.
24. Belum terdapat program penanggulangan HIV AIDS.
25. Terdapat program pencegahan dan pengendalian Covid-19 di
perusahaan, sarana dan prasarana pendukungnya juga sudah
tersedia, namun masih ditemukan beberapa peraturan yang
belum dijalankan dengan baik, contohnya ada beberapa
karyawan yang terkadang membuka masker dan pengukuran
suhu pada saat memasuki tempat kerja tidak dijalankan.
26. Tidak adanya pengendalian terhadap debu asbes yang
terkandung di udara lingkungan kerja dikarenakan tidak ada
aktivitas penggunaan asbes atau bahan yang mengandung
asbes di perusahaan.
27. Tidak adanya pengelolaan terhadap pestisida dikarenakan
perusahaan tidak menggunakan pestisida sebagai bahan
produksi.
28. Tidak adanya prosedur bekerja pada ketinggian di perusahaan
dikarenakan tidak ada proses produksi dalam perusahaan yang
memerlukan persyaratan K3 Ketinggian dan aktivitas bekerja
pada ketinggian.
29. Tidak adanya Petugas K3 Ruang Terbatas di perusahaan
dikarenakan tidak adanya ruang terbatas/ruang tertutup di area
produksi/area perusahaan.
4.2 Saran
Mengacu kepada analisa dan rekomendasi yang telah kami diskusikan serta
dituangkan ke dalam BAB III, besar harapan kami agar masukan tersebut
dapat dipertimbangkan dalam hal peningkatan mutu dan kualitas terutama
35
dalam bidang K3 bagi PT Pundarika Atma Semesta. Berikut beberapa saran
yang dapat kami sampaikan demi tercipta lingkungan kerja yang aman, sehat
serta produktif di lingkungan perusahaan.
1. Agar dibuat pemisahan jalur yang jelas antara pejalan kaki dan area
produksi guna menjaga area produksi tetap terbatas dan tidak
diakses oleh orang yang tidak berkepentingan.
2. Agar lebih tegas lagi dalam hal penegakan aturan dan meningkatkan
kedisiplinan tenaga kerja untuk menaati peraturan yang sudah dibuat,
sehingga tidak ada lagi tenaga kerja yang bekerja di luar peraturan
yang sudah ditentukan oleh perusahaan untuk mencegah kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
3. Sebagai upaya dalam pengendalian pajanan kebisingan, perusahaan
dapat menempatkan peringatan area yang memiliki pajanan
kebisingan tinggi sesuai dengan lokasi pajanan bahayanya.
4. Agar perusahaan dapat memisahkan atau menyediakan ruangan
terpisah antara bahan produksi dan bahan kimia berbahaya sesuai
fungsinya.
5. Membuat program pemeriksaan kesehatan untuk calon karyawan
baru yang akan bekerja di perusahaan dengan tujuan agar karyawan
baru diterima tersebut berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-
tingginya, tidak mempunyai penyakit berat maupun menular yang
akan mengenai karyawan lainnya serta mempengaruhi produktivitas
kerja, serta cocok dalam hal pekerjaan yang akan dilakukan sehingga
keselamatan dan kesehatan karyawan yang bersangkutan serta
karyawan lain-lainnya dapat terjamin.
6. Perusahaan membuat program-program sebagai upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS dimana hal itu perlu dilakukan untuk
mencegah penularan HIV serta menanggulangi dampak negatif
HIV/AIDS.
7. Melakukan evaluasi terhadap program pengendalian covid-19,
melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara berkala pada
program pencegahan serta pengendalian Covid-19 yang telah dibuat,
36
memberikan pembinaan kepada karyawan yang melanggar peraturan,
membentuk tim tanggap Covid-19 untuk membantu mengawasi dan
menjalankan program pencegahan dan pengendalian Covid-19.
37
REFERENSI
38
LAMPIRAN
HASIL PENGAMATAN LAPANGAN
39
Gambar 2.b Petunjuk Pengendalian dan Penanggulangan Keadaan Darurat
serta Petunjuk Jalan Penyelamatan
40
Gambar 4. APD untuk Pengunjung/Visitor
41
Gambar 6.a Ventilasi Ruang Blasting Plant 1A
42
Gambar 7. Peringatan Pegangan Pada Handrail Tangga
43
Gambar 9. Jalur Pejalan Kaki Di Ruang Terbuka Pabrik
44
Gambar 11. Ruangan P3K
45
Gambar 13. Kantin Karyawan
Gambar 14. Gedung Plant 1A Yang Belum Dilengkapi Jalur Pejalan Kaki
46
Gambar 15. Tenaga Kerja Yang Tidak Memakai APD Lengkap
47
Gambar 16. Tanda Area Kebisingan Yang Tidak Pada Tempatnya
48