Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PT. PLN (Persero) UPDK TELLO MAKASSAR


BIDANG K3 KESEHATAN KERJA, ERGONOMI, LINGKUNGAN KERJA DAN BAHAN
BERBAHAYA

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE - 64

KELOMPOK IV

1. ANGGA LOUIS EHITO CONARA


2. HARIS FADILAH
3. KAHIRUL AQLI
4. MUHAMMAD NARDIN
5. MUHAMMAD ARIFIN
6. RABIATUS SHOLEHAH
7. MUHAMMAD RIDHANI FAHMI

PENYELENGGARA
PT. INDOTAMA JASA SERTIFIKASI
Makassar, 20 Juni – 02 Juli 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena


berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, kami mampu menyelesaikan penyusunan
laporan praktik kerja lapangan ini. Laporan ini disusun berdasarkan hasil observasi
virtual dan wawancara pada PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian
Pembangkitan (UPDK) Tello Kota Makassar yang sebagai salah satu syarat kelulusan
dalam Pelatihan calon Ahli K3 Umum. Selama pelatihan, pelaksanaan PKL dan
penyusunan laporan, penyusun telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam kepada:
1. Seluruh Staff PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan
(UPDK) Tello Kota Makassar khususnya Pak Dedi yang telah memberikan
penjelasan program K3 disana.
2. Seluruh Staff di PT. INDOTAMA JASA SERTIFIKASI selaku penyelenggara
pelatihan Ahli K3 Umum, yang dengan sabar memberikan bimbingan dan saran
untuk menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan penyusunan
laporan.
3. Rekan-rekan peserta pelatihan Ahli K3 Umum angakatan Ke-64 Tahun 2022 yang
telah mampu menjaga suasana pelatihan yang kondusif dan dapat mewujudkan
kerja sama yang baik.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan. Penulis berharap semoga dapat memberikan manfaat
bagi semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
BAB I .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................................. 3
C. RUANG LINGKUP ............................................................................................ 4
D. DASAR HUKUM ............................................................................................... 8
BAB II ....................................................................................................................... 11
KONDISI PERUSAHAAN ......................................................................................... 11
A. Profil dan Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian
Pembangkitan (UPDK) Tello Kota Makassar ........................................................ 11
B. Visi Dan Misi Kantor PT. PLN ( Persero) Sektor Tello Kota Makassar ........... 12
BAB III ...................................................................................................................... 13
ANALISA .................................................................................................................. 13
A. ANALISA TEMUAN POSITIF ......................................................................... 13
B. ANALISA TEMUAN NEGATIF ........................................................................ 25
BAB IV...................................................................................................................... 30
PENUTUP ................................................................................................................ 30
A. KESIMPULAN ................................................................................................ 30
B. SARAN ........................................................................................................... 31
BAB V....................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada saat ini banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan


pesawat uap, pesawat tenaga dan produksi, pesawat angkat dan angkut, atau
menggunakan bahan kimia berbahaya, atau disana terdapat proses produksi
yang berdampak terhadap kondisi lingkungan kerja dimana apabila lingkungan
kerja tersebut tidak dikelola dengan baik maka tempat kerja tersebut akan
menjadi tidak sehat, tidak bersih atau tidak nyaman.
Bahan kimia merupakan suatu zat yang memiliki potensi menimbulkan
bahaya baik terhadap kesehatan maupun dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan. MSDS (Material Safety Data Sheet) adalah dokumen yang dibuat
khusus tentang suatu bahan kimia mengenai pengenalan umum, sifat-sifat
bahan, cara penanganan, penyimpanan, pemindahan dan pengelolaan limbah
buangan bahan kimia tersebut. bahan kimia memiliki potensi untuk
menimbulkan bahaya baik terhadap kesehatan maupun dapat menimbulkan
bahaya kecelakaan serta menimbulkan kurang sehatnya lingkungan.
Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau
determinan dalam kesejahteraan penduduk. Dimana lingkungan yang sehat
sangat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi
kerja/belajar.
Tempat kerja yang tidak sehat, tidak bersih dan tidak nyaman dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit akibat kerja (occupational disease) yang
tidak dikehendaki oleh semua pihak dan berdampak negatif terhadap
produktivitas kerja. Sebaliknya, tempat kerja yang bersih, sehat dan nyaman

1
akan dapat meningkatkan gairah kerja dan para akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas kerja.
Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan merupakan hak bagi
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Dengan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja tersebut diharapkan akan lebih menjamin
kondisi lingkungan kerja yang aman dan tenaga kerja selalu dalam keadaan
sehat, selamat dan sejahtera sehingga pada akhirnya dapat mencapai suatu
tingkat produktivitas kerja yang tinggi. Untuk mencapai kondisi tersebut maka
diperlukan upaya kesehatan kerja.
Upaya kesehatan kerja perlu dilaksanakan karena di tempat kerja
terdapat faktor-faktor risiko bahaya yang dapat mengakibatkan timbulnya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat
(1) Undang Undang No.1 Tahun 1970, bahwa pengurus perusahaan wajib
untuk melaksanakan syarat-syarat keselamatan kerja, dimana terdapat lebih
dari 50 % merupakan syarat-syarat kesehatan kerja. Dengan peraturan
perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja tersebut.
Kondisi di masyarakat pelaku di tempat kerja baik pekerja maupun
pengusaha masih banyak yang belum menyadari dan memahami adanya
sumber-sumber bahaya di tempat kerja dan peraturan perundangan bidang
kesehatan kerja, sehingga masih banyak perusahaan yang belum menerapkan
upaya kesehatan kerja sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Sesuai dengan peraturan perundangan K3 yang berlaku, pemantauan
dan pengendalian lingkungan kerja harus dilakukan di setiap tempat kerja
dalam rangka terwujudnya tempat kerja yang sehat, bersih dan nyaman serta
tercegahnya kemungkinan timbulnya penyakit akibat kerja (PAK).
Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-
elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat
maka sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat
pulalah ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah
mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah
sanitasi.
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan.
Dalam penerapan di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan
2
limbah, pengolaan sampah, control vektor, pencegahan dan pengontrolan
pencemaran tanah , sanitasi makanan, serta pencemaran udara. Sanitasi
merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan. Dalam
penerapan di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan limbah,
pengolaan sampah, control vektor, pencegahan dan pengontrolan pencemaran
tanah , sanitasi makanan, serta pencemaran udara.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Bahan
Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah
B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Limbah B3 terdiri dari limbah padat, cair dan gas. Limbah padat B3 ini
sering disebut sampah B3. Sampah B3 ini dapat dihasilkan dari aktivitas rumah
tangga dan sumber industri. Jenis sampah rumah tangga yang mengandung
B3 dan/atau sampah B3 sering disebut dengan istilah Sampah B3 Rumah
Tangga atau SB3-RT (Iswanto dkk, 2016).
Untuk meningkatkan penerapan peraturan perundangan di bidang
kesehatan kerja sebagai bagian dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3),
diperlukan pembinaan dan pengawasan yang lebih intensif bagi ahli K3.
Untuk memperluas jangkauan pengawasan oleh pegawai pengawas yang
jumlahnya terbatas diperlukan peningkatan jumlah ahli K3 melalui pembinaan
calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Berdasarkan hasil diskusi dari Supervisor dan amatan video dari PT.PLN (Persero)
UPDK TELLO MAKASSAR , maka penulis memiliki tujuan:

1. Tujuan Umum

3
a. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di PT.PLN (Persero) UPDK TELLO MAKASSAR
b. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis penggunaan bahan Kimia
berbahaya dan pengendaliannya di lingkup PT.PLN (Persero) UPDK
TELLO MAKASSAR
c. Untuk mengetahui solusi yang telah dan akan dilakukan dalam mengatasi
penghambat pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT.PLN
(Persero) UPDK TELLO MAKASSAR.
2. Tujuan Khusus
a. Dalam Pemeriksaan kesehatan terhadap calon pekerja dan pekerja yang
sdah diterima Kerja
b. Gizi Kerja dan penyelenggaraan makanan bagi tenaga kerja
c. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di tempat kerja
d. Pencegahan penyakit di tempat kerja
e. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
f. Penangan Limbah B3 Padat dan Cair
g. Sarana dan Prasarana penunjang di perusahaan

C. RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup K3 sangat luas, didalamnya termasuk perlindungan


teknis,perlindungan terhadap tenaga kerja/pekerja agar selamat dari bahaya
yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan, dan sebagai
usaha mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.K3 harus
diterapkan dan dilaksanakan disetiap tempat kerja (Triwibowo &
Pusphandani,2013).

Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) merupakan instrumen yang


memproteksi pekerja,perusahaan,lingkungan hidup, dan masyarakatnsekitar
dari bahaya akibat kerja. Perlindungan K3 bertujuan untuk
mencegah,mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja ( zero
accident ).

4
Penerapan konsep ini tidak boleh di anggap sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak
biaya(cost) perusahaan,melainkan harus di anggapsebagai bentuk investasi
jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa akan
datang.

Menurut sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam


ilmu kesehatan/kedokteran beserta praktek nya yang bertujuan,agar
pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial, dengan usaha usaha
Preventiv ,promotiv, dan kuratif,terhadap penyakit2/ gangguan-gangguan
kesehatan yang di akibatkan faktor2 pekerjaan dan lingkungan kerja. Serta
terhadap penyaki-penyakit umum. Keselamatan kerja sama dengan hygiene
perusahaan. Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:

1. Sasarannya adalah manusia


2. Bersifat medis

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai bentuk kondisi fisik,


mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau
gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk
berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.

Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat


tetap sehatbdan bukan sekedar mengobati,merawat ataumenyembuhkan
gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karnanya,perhatian utama dibidang
kesehatan lebih dtujukan kearah pencegahan terhadap kemungkinan
timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

Status kesehatan seseorang, menurut blum(1981)ditentukan oleh empat faktor


yaitu:

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik( alami,buatan),kimia(organik/


anorganik,logam berat,debu), biologik(virus,bakteri,mikroorganisme)
dan sosial budaya(ekonomi,pendidikan,pekrjaan)
2. Perilaku yang meliputi sikap,kebiasaan, tingkah laku

5
3. Pelayanan kesehatan: promotif,perawatan,pengobatan, pencegahan
kecacatan rehabilitasi. Dan
4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi


produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat sangat memungkinkan twrcapinya
hasil kerja yang lebih baik bila dobandingkan dengan pekerja yang twrganggu
kesehatannya.

Menurut Suma'mur (1976) kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu


kesehatan kesehatan/kedokteran bwserta prakteknya yang bertujuan agar
pekerja memperoleh derajat kesehatan. Konsep kesehatan kwrja dewasa ini
semakin banyak berubah,bukan sekedar kesehatan pada sektor industri sja
melainkan jugabmengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam
melakukan pekerjaannya.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin


peswat , alat kerja dan bahan dan proses pengelolalhannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara - cara melakukan pekerjaannya( sumakmur
1993).

Keselamatan kerja memiliki sifat sebagia berikut:

1. Sasarannya adalah lingkungan kerja


2. Bersifat tehnik

Pengistilahan keselamatan dan kesehatan kerja ( sebaliknya ), bermacam-


macam" ada yang menyebutnya higiene perusahaan dan kesehatan kwrja
(hyperkes) dan ada yang hanya disingkat k3. Dan dalam istilah asing dikenal
occupational saftey and health.

Keselamatan kerja atau occuptional safety , dalam istilah sehari hari sering
disebut dwngan safety saja,secara filosofi diartikan sebagai suatu
pemikirandan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik secara
jasmani maupun rohania tenaga kerja pada khususnya.

6
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.

Pengertian kecelakaan kerja(accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa


yang tidak di inginkan yg merugikan terhadapa manusia, merusak harta benda
atau lerugian terhadap proses.

Adapun ruang lingkup dari pelaporan ini adalah untuk mengetahui sistem
keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dibidang:

1. K3 Kesehatan Kerja, diterpakan disemua tempat kerja yang didalamnya


melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja. Bahaya alibat kerja
dan usaha yang dikerjakan, meliputi aspek perlindungan tenaga kerja
dari semua jenis pekrja dan jenjang keahliannya.
2. K3 Lingkungan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja melalui pengendalian
lingkungan kerja dan penerapan higiene dan sanitasi di tempat kerja

Adapun syarat k3 lingkungan kerja adalah:

 pengendalian faktor fisika dan faktor kimia agar berada dibawah NAB.
 pengendalian faktor biologi,faktor ergonomi,dan faktor psikologi kerja
agar memenuhibstandar
 penyediaan fasilitas kebersihan dan sarana higiene ditempat kerja
yang bersih dan sehat.
3. K3 bahan berbahaya.

Bahan nerbahaya dan beracun adalah zat,energi, dan /atau komponen lain
yang karena sifat,konsentrasi dan /atau jumlahnya baik secara langsug
maupun tidak langsug dapatemcemarkan dan / atau merusak lingkungan
hidup,membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup.

Adapunkriteria bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 7


ayat (3)terdiri dari :

 bahan beracun
 bahan sangat beracun

7
 cairan mudah terbakar

Adapun contoh bahan kimia berbahaya dan beracun :

 karbonmonoksida
 amonia
 klorin
 asam klorida
 asam sulfat

Konsep K3

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai bahan terhindar dari bahaya


selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan
salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja tidak ada seorang pun
.

D. DASAR HUKUM

Dalam pelaksanaan sistem manajemen K3 (SMK3) di Indonesia dilandasi


dengan dasar hukum K3 lingkungan kerja dan bahan beracun dan berbahaya (B3)
sebagai berikut :
1. Dasar Hukum Kesehatan Kerja
1. UU No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,
2. UU No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
3. PP No. 88 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Kerja
4. Permenaker No.02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja,
5. Permenakertrans No. Per.01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja,
6. Permennakertrans No.Per.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja,
7. Permennakertrans No. Per 15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan di tempat Kerja,
8. Permenakertrans No.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan
Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja

8
9. Permendagri RI No. 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Pembentukan
Komisi Penanggulangan HIV dan AIDS di daerah,
10. Permenkokesra RI No. 02 Tahun 2007 tentang Kebijakan Nasional
Penanggulangan HIV dan AIDS melalui Penggurangan Dampak Buruk
Penggunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Suntik,
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.70 Tahun 2016
tentang Standard dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
HK.01.07/MENKES/327/2020 tentang Penerapan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) Akibat Kerja Sebagai Penyakit Akibat Kerja Yang Spesifik Pada
Pekerjaan Tertentu
13. Keputusan Dirjen, Kep 53/DJPPK/VIII/2009 tentang Pelatihan dan
Pemberian Lisensi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di tempat
Kerja.

2. Dasar Hukum K3 Lingkungan


1. UU No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. UU No. 03 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengenai
Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
3. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
4. Permenaker No. 05 Tahun 2018 Tentang K3 Lingkungan Kerja
5. Permenakertrans No. 08 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri
6. Permenaker No. 09 Tahun 2016 Tentang K3 Dalam Pekerjaan Pada
Ketinggian.
7. SE Dirjen Binwasnaker No. 01 Tahun 2011 Tentang Juknis Pelaksanaan
Pembinaan Terhadap Ahli, Teknisi dan Petugas Lingkungan Kerja dan Bahan
Kimia Berbahaya.

3. Dasar Hukum K3 Bahan Kimia Berbahaya


a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
b. Permenaker No. 05 Tahun 2018 Tentang K3 Lingkungan Kerja.
c. Kepmenaker No. 187 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja

9
d. SE Menakertrans No. 140 Tahun 2004 Tentang Pemenuhan Kewajiban Syarat-
Syarat K3 di Industri Kimia Dengan Potensi Bahaya Besar.
e. SE Dirjen Binwasnaker No. 01 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Ahli, Teknisi dan Petugas Lingkungan
Kerja dan Bahan Kimia Berbahaya.
f. SK Dirjen Binwasnaker No. 84 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar/Menengah.

10
BAB II

KONDISI PERUSAHAAN

A. Profil dan Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian
Pembangkitan (UPDK) Tello Kota Makassar

PT PLN (Persero) adalah perusahaan yang bergerak dibidang ketenaga listrikan.


Untuk menjalankan proses bisnisnya, PLN membagi ke dalam beberapa Divisi,
Regional, dan Unit. Salah satunya adalah Regional Sulawesi yang di pimpin oleh
bapak Syamsul Huda selaku Direktur Bisnis Regional Sulawesi.

Dalam regional tersebut, terbagi dalam beberapa unit induk dan unit pelaksana
yang memiliki bidangnya masing-masing, mulai dari pembangkitan,
transmisi/penyaluran, distribusi, dan niaga.PT PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pengendalian dan Pembangkitan Tello adalah salah satu unit dibawah naungan PT
PLN (Persero) Unit Induk Pembangkitan & Penyaluran Sulawesi yang bergerak di
bidang pembangkitan.

PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Tello atau lebih


sering disebut PLN UPDK Tello beralamat di Jalan Urip Sumohardjo Km 7, Makassar
dengan luas areal 6 hektar. PLN UPDK Tello menaungi dan mengelola beberapa
pembangkit yang memproduksi listrik, yaitu Unit Layanan Pusat Listrik Tenaga Diesel
(ULPL-PLTD) Tello, Unit Layanan Pusat Listrik Tenaga Gas (ULPL-PLTG) Tello, Unit
Layanan Pusat Listrik Tenaga Diesel (ULPL-PLTD) Selayar, dan PLTU Barru yang di
kelola bersama anak perusahaan PT Indonesia Power.

PLN UPDK Tello dipimpin oleh Manager UPDK dan dibantu Oleh 3 Manager
Bagian di masing-masing bidang, yaitu; Manager Bagian Operasi & Pemeliharaan
(OPHAR) yang meliputi kegiatan pengelolaan pembangkit listrik mulai dari Energi
Primer, Perencanaan & Pengendalian Pengoperasian serta Pemeliharaan
Pembangkit, Transaksi energi, Lingkungan, K3 & Keamanan. Kedua Manager
Bagian Enjiniring (ENJ) yang meliputi kegiatan perencanaan perusahaan dan kinerja
perusahaan secara teknis. Ketiga, Manager Bagian Keuangan, SDM & Administrasi
(KSA)yang meliputi kegiatan finansial, SDM & Kepegawaian, serta Kesekretariatan &
11
Umum. PLN UPDK Tello memiliki pegawai berjumlah 239 orang terbagi dari Tenaga
Ahli Daya (Outsorcing) dengan sistem shift. Dalam meningkatkan kebutuhan listrik di
Makassar dan sekitarnya, maka pemerintah dalam hal ini PLN membangun Pusat
Listrik Tenaga Uap sebanyak 2 unit (2 x 12,500 MW) yang berlokasi di Tello. Pada
tahun 1971 mulai beroperasi dan diresmikan oleh presiden Republik Indonesia
Soeharto.Untuk menunjang kelancaran pasokan listrik, maka pada tahun 1973
dibangun 2 unit mesin Diesel dengan daya terpasang (2 x 2,8 MW) berlokasi di area
PLTU Tello.

Pada bulan Juli 2014, Unit PLTU Barru dijasa O&M kan ke Indonesia Power
sehubungan dengan SK Dir No 440.K/DIR/2014 tanggal 27 Agustus 2014, terjadi
perubahan struktur organisasi Sektor Pembangkitan Tello.

Pada bulan November 2018, PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tello resmi
berubah nama menjadi PT PLN (Persero) Unit Pelaksanan Pengendalian
Pembangkitan Tello.

B. Visi Dan Misi Kantor PT. PLN ( Persero) Sektor Tello Kota Makassar

1. Visi :
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang,

Unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani

2. Misi :
 Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang
saham
 Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat
 Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi

12
BAB III

ANALISA
A. ANALISA TEMUAN POSITIF
No Foto Temuan Analisis Dasar hukum
1. Pemberian APD Alat pelindung diri PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
kepada tamu digunakan untuk TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
untuk mereka para pekerja atau NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG
dari bahaya pengunjung ALAT PELINDUNG DIRI
yang ada di terhindar dari
Pasal 6
tempat kerja bahaya di PT.PLN
UPDK Tello (1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib
memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya
dan risiko.

2. Adanya kotak Dari adanya Permenakertrans No.Per.15/Men/VIII/2008 Tentang P3K Di


P3K tersedia kotak P3K Tempat Kerja
ini untuk Pasal 10
memudahkan para
Kotak P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b
petugas P3K untuk
memberikan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Penanganan a. terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar
pertolongan
putih dengan lambang P3K berwarna hijau;
pertama pada
kecelakaan untuk
pekerja yang

13
mengalami b. isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II
kecelakaan kerja Peraturan Menteri ini dan tidak
ringan di PT.PLN
UPDK Tello boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan untuk
tersebut pelaksanaan P3K di tempat kerja;

c. penempatan kotak P3K :

1. pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah
yang jelas, cukup cahaya serta mudah diangkat apabila akan
digunakan;

2. disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan jumlah kotak


P3K sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri
ini;

3. dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau
lebih masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K
sesuai jumlah pekerja/buruh;

4. dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung


bertingkat, maka masing- masing unit kerja harus menyediakan
kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.

14
3. Kebutuhan Dengan adanya PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
Pengguna APD terpampang tulisan TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
kebutuhan APD di NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG
PT.PLN UPDK ALAT PELINDUNG DIRI
Tello ini maka para
Pasal 5
pegawai dan tamu
mengetahui Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan
kebutuhan APD memasang rambu- rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di
yang perlu mereka
tempat kerja.
gunakan
Pasal 6

(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib
memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya
dan risiko.

(2) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan


pekerjaan apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan
dan persyaratan.

Pasal 7

(1) Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen


APD di tempat kerja.

15
4. Tempat Adanya PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
penyimpanan penyimpanan aalat TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
APD APD ini untuk NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG
perawatan APD ALAT PELINDUNG DIRI
supaya terawat
Pasal 2

(1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di


tempat kerja.

(2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.

(3) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh
pengusaha secara cuma-cuma.
5. Adanya tempat Tempat PP NO.74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
pembuangan pembuangan dan Beracun
limbah limbah sementara
sementara ini digunakan Keputusan Mentri Kep.187/Men/1999 Tentang pengendalian
untuk bahan kimia berbahaya di tempat kerja
penampungan
sementara limbah
B3 sebelum
dipisahkan antara
komponen oli dan
air

16
6. Sudah adanya Dengan dibuatnya Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. kep.
SOP prosedur SOP
187/MEN/1999
penyimpanan untuk
limbah B3 penyimpanan Pasal 19
limbah B3 ini agar (1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana
para pekerja
dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf c sekurang-kurangnya
terhindar dari
memuat :
bahaya PAK.
a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;

b. Kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan


kimia, serta pengoperasian dan pemeliharaan instalasi;

c. Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja;

d. Rencana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat;

e. Prosedur kerja aman.


7. Tata tertib Memudahkan Permenakertrans No. Per:08/MEN/VII/2010
pemakaian APD untuk para pekerja 1. Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2:
di tempat mengingat untuk
penyimpanan pemakaian APD “APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:
limbah cair
sementara
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran, atau peledakan;

Pasal 5

17
“Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis
dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan
APD di tempat kerja.”

8. Tersedia Toilet yang Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Fasilitas Toilet tersedia sudah
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
bersih dan
tercukupi, dari
Pasal 34 ayat 5 “Untuk menjamin kecukupan atas kebutuhan
hasil wawancara
kami juga jamban dengan jumlah tenaga kerja dalam satu waktu kerja harus
mendapTKn memenuhi ketentuan sebagai berikut;
informasi, bahwa
toilet di PT.PLN a. untuk 1-15 orang = 1 (satu) jamban;
UDPK Tello sudah
dipisah baik untuk b. untuk 16-30 orang = 2 (dua) jamban;
laki-laki dan c. untuk 31-45 orang = 3 (tiga) jamban;
perempuan.
d. untuk 46 -60 orang = 4 (empat) jamban;
e. untuk 61 - 80 orang = 5 (lima) jamban;
f. untuk 81 -100 orang = 6 (enam) jamban;
setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 (satu) jamban”

18
Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

Pasal 34 Ayat 3. “Penempatun Toilet sebagaimana maksud pada


ayat (1) hurus terpisah antara laki laki, perempuan, dan
penyandang cacat, serta diberikan tanda yang jelas.”

9. Tempat oil trap Dengan KEPMENAKER NO. KEP.187/MEN/1999


untuk tersedianya alat oil
Tentang pengendalian bahan kimia berbahaya ditempat kerja
memisahkan trip ini maka untuk
komponen oli limbah kimia di
dengan air perusahaan Pasal 2
PT.PLN UPDK
Tello ini dapat
dipisahkan terlebih Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan,
dahulu antara oli
memakai, memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di
dan air sebelum
limbah tersebut tempat kerja harus mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk
dibuang mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

10. Tersedia tempat Disediakan Permanaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Lingkungan Kerja.
sampah dari Tempat sampah ini
berbagai untuk menjaga Pasal 37
macam jenis kebersihan (1) tempat sampah dan peralatan kebersihan harus disedikan pada
sampah lingkungan sekitar setiap tempat kerja,
perusahaan dan (2) tempat sampah yang dimaksud paling sedikit harus :
dibedakan a. terpisah dan diberikan label untuk sampah organik,non organik
tergantung jenis dan bahan berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan
sampahnya. perundangan yang berlaku.

19
b. Dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari bahan kedap air; dan
d. Tidak menjadi sarang lalat atau binatang serangga yang lain.

11. Tersedia Dengan adanya Permenaker No. 03 Tahun 1982


Fasilitas disediakan tempat
kesehatan dan fasilitas kesehatan Pasal 4
1 dokter serta 2 untuk
1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
asisten dokter mempermudah
penanganan a. Di selenggarakan sendiri oleh pengurus
apabila ada
terdapat pekerja B.diselenggarakan oleh pengurus dgn mengadakan ikatan dengan
yang mengalami dokter atau pelayanan kesehatan lain
sakit. Dan untuk
Dokter yang ada di C. Pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama
fasilitas kesehatan menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan kerja
PT.PLN UDPK
Tello ini sudah 2. Direktur mengesahkan cara penyelenggaraan pelayanan
memiliki SIP dan kesehatan kerja sesuaidengaan keadaan
memiliki 2 asisten
dokter
Pasal 5
Penyelenggara pelayanan kesehatan kerja di pimpin dan di jalankan
oleh dokter yh disetujui oleh direktur

20
Pasal 6
1. Pengurus wajib memberikan kebebasan profesional kepada
dokter yang menjalankan pelayanan kesehatan kerja

2. Dokter dan tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan


kesehatan kerja bebas memasuki tempat tempat kerja untuk
melakukan pemeriksaan pemeriksaan dan mendapatkan
keterangan keterangan yang di perlukan
12. Sudah Dengan PERMANAKER NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG
menerapkan penerapan secara KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN
secara rutin rutin pengukuran KERJA
pengukuran lingkungan kerja Pasal Pasal 2
lingkungan kerja seperti ini maka
Pengusaha dan/ atau Pengurus wajib melaksanakan syarat-
seperti dapat
kebisingan,getar menghindarkan syarat K3 Lingkungan Kerja.
an,pencahayaa para pekerja dari Pasal 3
n, dan hygiene Penyakit Akibat
factor Kerja Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 meliputi:

a. pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di


bawah NAB;

b. pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan


Faktor Psikologi Kerja agar memenuhi standar

21
13. Terdapat stiker Untuk Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. kep.
tanda bahaya mempermudah
187/MEN/1999
untuk memasuki semua pegawai
tempat limbah dan tamu untuk Pasal 19
cair B3 mengenali tempat (1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana
yang berbahaya
dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf c sekurang-kurangnya
yang ada di
memuat :
PT.PLN UPDK
Tello a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;

b. Kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan


kimia, serta pengoperasian dan pemeliharaan instalasi;

c. Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja;

d. Rencana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat;

e. Prosedur kerja aman.


14. Perusahaan Perusahaan Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. kep.
sudah memiliki menggunakan
187/MEN/1999
ahli bidang K3 bahan kimia
kimia yang selama proses tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja maka
bersertifikat produksinya, dan perusahaan dengan kategori potensi bahaya besar wajib
perusahaan
menghasilkan mempekerjakan Ahli K3 Kimia sekurang – kurangnya 1 orang serta
limbah cair B3, Petugas K3 Kimia sekurang – kurangnya 2 orang (non shift) dan 5
maka perusaahaan
orang (shift). Sedangkan pada kategori menengah wajib
wajib meliki ahli K3
Kimia.

22
mempekerjakan Petugas K3 Kimia 1 orang (non shift) dan 3 orang
(shift): (pasal 18 ayat 1(b) dan pasal 17 ayat 1 (a)

15. Untuk petugas Dalam hasil Dasar hukum Permenaker NOMOR :


P3K sudah wawancara PER.15/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama pada
terlesensi 2 dengan pihak kecelakan ditempat kerja
Orang perusahaan, Pasal 3
perusahaan
(1) Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam
memiliki petugas
P3K sebanyak 2 Pasal 2 ayat (1) harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari
orang yang sudah Kepala Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
berlisensi setempat.(2) Untuk mendapatkan lisensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut :

a. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan;

b. sehat jasmani dan rohani;

c. bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K; dan

d. memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar di bidang

23
16. wawancara Terdapat Perusahaan PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
fasilitas berupa menyediakan air NOMOR 88 TAHUN 2OI9
air mineral dan mineral untuk TENTANG KESEHATAN KERJA
juga pudding menunjang
sehat kesehatan bagi
para
Pasal 3
pekerjanya,dan
memberikan (1) Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksuci
cemilan penunjang dalam Pasal 2 ditujukan kepada setiap orang yang berada di
kebutuhan gizi
Tempat Kerja.
berupa pudding
dan susu bagi para Pasal 5
pekerja yang
berkerja pada (2) Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana
resiko bahaya
tinggi dimaksud pada ayat (1) wajib dipenuhi oleh Pengurus atau
Pengelola Tempat Kerja dan Pemberi Kerja di semua Tempat Kerja.

Bagian Kedua Standar Kesehatan Kerja

17. wawancara Pemeriksaan PT.PLN UPDK UU NO. 1 TAHUN 1970


kesehatan awal Tello melakukan
dan pemeriksaan Pasal 8
pemeriksaan kesehatan pertama
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi
kesehatan bagi para calon
berkala pekerja dan juga mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
tes narkoba, untuk diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
para perkerja yang pekerjaan yang diberikan padanya.
sudah bekerja
pada PT.PLN
UPDK Tello

24
dilakukan (2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang
pemeriksaan berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang
berkala untuk ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
menghindari PAK.
(3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan
dengan peraturan perundangan.

B. ANALISA TEMUAN NEGATIF


No Foto Temuan Analisis Dasar hukum

25
1. Selang Dengan tidak disusun PERATURAN MENTRI KETEGANAGAKERJAAN
berserakan, atau diletakan selang REPUBLIK INDONESIA NO. 5 TAHUN 2018
tidak tertaata sebagai mana mestinya, TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHAAN
dengaan rapi, maka akan KERJA DI PASAL 43 DAN PASAL 44 TENTANG
dan tidak di mengakibatkan orang TATA LAKSANA KERUMAHTANGGAAN
tempatkan atau perkerja yang lalu
padaa tempat lalang didaerah tersebut
yang bias tersandung dan
semestinya. terjatuh.

2. Cat pada titik Ketika dalam keadaan PERMEN PUPR NO.14 TAHUN 2017 TENTANG
kumpul yang darurat baik pegawai dan PERSYARATAN KEMUDAHAN
berada di orang yang berada pada PEMBANGUNAN GEDUNG,
halaman sudah tempat kerja akan susah
pudar mengenali tanda titik Pasal 28
kumpul yang berada di
(1) Sarana pendukung evakuasi lainnya
tanah. Perancangan dan
sebagaimana
penyediaan titik kumpul
harus diindentifikasi dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf d terdiri
dengan jelas jelas, diberi atas:
tanda dan mudah dilihat.
a. rencana evakuasi;

b. sistem peringatan bahaya bagi pengguna;

c. pencahayaan eksit dan tanda arah;

d. area tempat berlindung (refuge area);

e. titik berkumpul; dan

26
f. lift kebakaran.

(2) Perancangan dan penyediaan sarana


pendukung evakuasi lainnya harus
memperhatikan:

a. kemudahan pencapaian yang bebas hambatan;

b. pengenalan, penandaan, dan penempatan pada

lokasi yang mudah terlihat dan dipahami oleh


Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung
Bangunan Gedung;

c. kecukupan pencahayaan; dan

d. proteksi terhadap api dan pengendalian asap.

3. Pembuangan Air pembuangan harus PERATURAN MENTRI


air yang di tertutup dan terbuat dari KETEGANAGAKERJAAN REPUBLIK
tambung pada bahan yang cukup kuat
INDONESIA NO. 5 TAHUN 2018 TENTANG
tempat yang serta air buangan harus
tidak mengalir tidak boleh KESELAMATAN DAN KESEHAAN KERJA
semestinya tergenang PASAL 27

(2) jika terdapat saluran air pembuangan


pada halaman, maka saluran air harus
tertutup dan terbuat dari bahan yang cukup
kuat serta air buangan harus mengalir dan
tidak boleh tergenang

27
4. Langit-langit Langit langit perlu segera Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang
pada bagian dilakukan perbaikan,
atap dan baik dengan pengecetan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
loteng sudah ulang maupun Lingkungan Kerja.
terlihat using, pembersihan.
kotor, dan
Pasal 28
berjamur.

(1) Penerapan Higiene dan Sanitasi pada


gedung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (2) huruf b meliputi;
a. dinding dan langit-langit;
b. atap; dan
c. lantai
(2) Penerapan Higiene dan Sanitasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk memastikan gedung dalam
kondisi:
a. terlepihara dan bersih;
b. kuat dan kokoh strukturnya; dan
cukup luas sehingga memberikan ruang
gerak paling sedikit 2 (dua) meter persegi
perorang.

28
29
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis terkait K3 KESEHATAN KERJA, K3 LINGKUNGAN


KERJA, K3 BAHAN BERBAHAYA dari PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA
PENGENDALIAN PEMBANGKITAN

(UPDK) TELLO KOTA MAKASSAR

dapat disimpulkan bahwa:

a. Keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan kerja adalah hal-hal yang wajib
untuk diperhatikan sehingga pengurus diwajibkan untuk memenuhi semua
kewajibannya terhadap pekerjanya guna untuk memenuhi program sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, serta memerhatikan aspek
lingkungan.

b. Keselamatan dan kesehatan kerja dibidang Lingkungan Kerja dan Bahan


Berbahaya perlu diperhatikan agar bahan-bahan berbahaya dilingkungan kerja dapat
diminimalisir oleh petugas sehingga tidak mencemari lingkungan kerja dan
masyarakat yang berada dapat terjamin dan terlindungi keselamatannya. Sehingg
dalam pelaksanaan penanganana limbah berbahaya dan lingkungan kerja yang sehat
dapat berjalan lancar dan dapat mengurangi kecelakaan kerja.

c. Keselamatan dan kesehatan kerja dibidang Kesehatan Kerja sangat penting


diperhatikan karena dalam fungsinya, beberapa Kesehatan Kerja yang digunakan
memiliki fungsi penting dintaranya Kota P3K ruang P3K, serta fasilitas penunjang dan

30
lain-lain sebagainya yang dapat mencipatakan lingkungan kerja sehat dan aman dari
kecelakaan kerja.

B. SARAN

a. Untuk di semua unit akan lebih baik jika selalu dilakukan pengawasan dan
edukasi terkait pemeliharan lingkungan kerja dan penggunaan APD.
b. Perlunya dilakukan sosialisa dan edukasi terhadap pentingnya memahami
bahan berbahaya dan bercun di lingkungan kerja.
c. Memperhatikan seluruh fasilitas penunjang yang berada di lingkungan kerja
baik ruang tunggu, kantin, kotak P3K, Ruang P3K dan Pemasangan rambu
mengenai bahan-bahan yang berbahaya.
d. Dan untuk temuan positif dari kelompok kami mohon untuk dipertahankan
kualitasnya.
e. Dan untuk temuan negative dari kelompok kami mohon dipertimbaangkan lagi
kebijakannya, agar mengurangi resiko kecelakaan kerja maupun PAK di
tempat kerja.

31
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

DIREKTRORAT PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAAN KESEHATAN KERJA, D. J. (2020). MODUL


PEMBINAAN CALON AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA UMUM.

DIREKTRORAT PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAAN KESEHATAN KERJA, D. J. (2020). MODUL


PENGAWASAN NORMA K3 LINGKUNGAN KERJA DAN BAHAN BERBAHAYA.

Taufiqullah. (2016, Mei 24). Artiker Safety . Retrieved from masteropik: Sumber : http://t-
masteropik.blogspot.co.id

UU No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja


UU No. 03 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengenai Hygiene Dalam
Perniagaan dan Kantor-Kantor
UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Permenaker No. 05 Tahun 2018 Tentang K3 Lingkungan Kerja
Permenakertrans No. 08 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri
Permenaker No. 09 Tahun 2016 Tentang K3 Dalam Pekerjaan Pada Ketinggian.
Kepmenaker No. 187 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat
Kerja
SE Menakertrans No. 140 Tahun 2004 Tentang Pemenuhan Kewajiban Syarat-Syarat K3 di
Industri Kimia Dengan Potensi Bahaya Besar.
SE Dirjen Binwasnaker No. 01 Tahun 2011 Tentang Juknis Pelaksanaan Pembinaan Terhadap
Ahli, Teknisi dan Petugas Lingkungan Kerja dan Bahan Kimia Berbahaya
SK Dirjen Binwasnaker No. 84 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Pengendalian Potensi Bahaya Besar/Menengah.

32

Anda mungkin juga menyukai