KELOMPOK IV
PENYELENGGARA
PT. INDOTAMA JASA SERTIFIKASI
Makassar, 20 Juni – 02 Juli 2022
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan. Penulis berharap semoga dapat memberikan manfaat
bagi semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
BAB I .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................................. 3
C. RUANG LINGKUP ............................................................................................ 4
D. DASAR HUKUM ............................................................................................... 8
BAB II ....................................................................................................................... 11
KONDISI PERUSAHAAN ......................................................................................... 11
A. Profil dan Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian
Pembangkitan (UPDK) Tello Kota Makassar ........................................................ 11
B. Visi Dan Misi Kantor PT. PLN ( Persero) Sektor Tello Kota Makassar ........... 12
BAB III ...................................................................................................................... 13
ANALISA .................................................................................................................. 13
A. ANALISA TEMUAN POSITIF ......................................................................... 13
B. ANALISA TEMUAN NEGATIF ........................................................................ 25
BAB IV...................................................................................................................... 30
PENUTUP ................................................................................................................ 30
A. KESIMPULAN ................................................................................................ 30
B. SARAN ........................................................................................................... 31
BAB V....................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
akan dapat meningkatkan gairah kerja dan para akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas kerja.
Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan merupakan hak bagi
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Dengan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja tersebut diharapkan akan lebih menjamin
kondisi lingkungan kerja yang aman dan tenaga kerja selalu dalam keadaan
sehat, selamat dan sejahtera sehingga pada akhirnya dapat mencapai suatu
tingkat produktivitas kerja yang tinggi. Untuk mencapai kondisi tersebut maka
diperlukan upaya kesehatan kerja.
Upaya kesehatan kerja perlu dilaksanakan karena di tempat kerja
terdapat faktor-faktor risiko bahaya yang dapat mengakibatkan timbulnya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat
(1) Undang Undang No.1 Tahun 1970, bahwa pengurus perusahaan wajib
untuk melaksanakan syarat-syarat keselamatan kerja, dimana terdapat lebih
dari 50 % merupakan syarat-syarat kesehatan kerja. Dengan peraturan
perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja tersebut.
Kondisi di masyarakat pelaku di tempat kerja baik pekerja maupun
pengusaha masih banyak yang belum menyadari dan memahami adanya
sumber-sumber bahaya di tempat kerja dan peraturan perundangan bidang
kesehatan kerja, sehingga masih banyak perusahaan yang belum menerapkan
upaya kesehatan kerja sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Sesuai dengan peraturan perundangan K3 yang berlaku, pemantauan
dan pengendalian lingkungan kerja harus dilakukan di setiap tempat kerja
dalam rangka terwujudnya tempat kerja yang sehat, bersih dan nyaman serta
tercegahnya kemungkinan timbulnya penyakit akibat kerja (PAK).
Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-
elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat
maka sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat
pulalah ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah
mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah
sanitasi.
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan.
Dalam penerapan di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan
2
limbah, pengolaan sampah, control vektor, pencegahan dan pengontrolan
pencemaran tanah , sanitasi makanan, serta pencemaran udara. Sanitasi
merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan. Dalam
penerapan di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengolaan limbah,
pengolaan sampah, control vektor, pencegahan dan pengontrolan pencemaran
tanah , sanitasi makanan, serta pencemaran udara.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Bahan
Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah
B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Limbah B3 terdiri dari limbah padat, cair dan gas. Limbah padat B3 ini
sering disebut sampah B3. Sampah B3 ini dapat dihasilkan dari aktivitas rumah
tangga dan sumber industri. Jenis sampah rumah tangga yang mengandung
B3 dan/atau sampah B3 sering disebut dengan istilah Sampah B3 Rumah
Tangga atau SB3-RT (Iswanto dkk, 2016).
Untuk meningkatkan penerapan peraturan perundangan di bidang
kesehatan kerja sebagai bagian dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3),
diperlukan pembinaan dan pengawasan yang lebih intensif bagi ahli K3.
Untuk memperluas jangkauan pengawasan oleh pegawai pengawas yang
jumlahnya terbatas diperlukan peningkatan jumlah ahli K3 melalui pembinaan
calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Berdasarkan hasil diskusi dari Supervisor dan amatan video dari PT.PLN (Persero)
UPDK TELLO MAKASSAR , maka penulis memiliki tujuan:
1. Tujuan Umum
3
a. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di PT.PLN (Persero) UPDK TELLO MAKASSAR
b. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis penggunaan bahan Kimia
berbahaya dan pengendaliannya di lingkup PT.PLN (Persero) UPDK
TELLO MAKASSAR
c. Untuk mengetahui solusi yang telah dan akan dilakukan dalam mengatasi
penghambat pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT.PLN
(Persero) UPDK TELLO MAKASSAR.
2. Tujuan Khusus
a. Dalam Pemeriksaan kesehatan terhadap calon pekerja dan pekerja yang
sdah diterima Kerja
b. Gizi Kerja dan penyelenggaraan makanan bagi tenaga kerja
c. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di tempat kerja
d. Pencegahan penyakit di tempat kerja
e. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
f. Penangan Limbah B3 Padat dan Cair
g. Sarana dan Prasarana penunjang di perusahaan
C. RUANG LINGKUP
4
Penerapan konsep ini tidak boleh di anggap sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak
biaya(cost) perusahaan,melainkan harus di anggapsebagai bentuk investasi
jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa akan
datang.
5
3. Pelayanan kesehatan: promotif,perawatan,pengobatan, pencegahan
kecacatan rehabilitasi. Dan
4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Keselamatan kerja atau occuptional safety , dalam istilah sehari hari sering
disebut dwngan safety saja,secara filosofi diartikan sebagai suatu
pemikirandan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik secara
jasmani maupun rohania tenaga kerja pada khususnya.
6
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Adapun ruang lingkup dari pelaporan ini adalah untuk mengetahui sistem
keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dibidang:
pengendalian faktor fisika dan faktor kimia agar berada dibawah NAB.
pengendalian faktor biologi,faktor ergonomi,dan faktor psikologi kerja
agar memenuhibstandar
penyediaan fasilitas kebersihan dan sarana higiene ditempat kerja
yang bersih dan sehat.
3. K3 bahan berbahaya.
Bahan nerbahaya dan beracun adalah zat,energi, dan /atau komponen lain
yang karena sifat,konsentrasi dan /atau jumlahnya baik secara langsug
maupun tidak langsug dapatemcemarkan dan / atau merusak lingkungan
hidup,membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup.
bahan beracun
bahan sangat beracun
7
cairan mudah terbakar
karbonmonoksida
amonia
klorin
asam klorida
asam sulfat
Konsep K3
D. DASAR HUKUM
8
9. Permendagri RI No. 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Pembentukan
Komisi Penanggulangan HIV dan AIDS di daerah,
10. Permenkokesra RI No. 02 Tahun 2007 tentang Kebijakan Nasional
Penanggulangan HIV dan AIDS melalui Penggurangan Dampak Buruk
Penggunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Suntik,
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.70 Tahun 2016
tentang Standard dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
HK.01.07/MENKES/327/2020 tentang Penerapan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) Akibat Kerja Sebagai Penyakit Akibat Kerja Yang Spesifik Pada
Pekerjaan Tertentu
13. Keputusan Dirjen, Kep 53/DJPPK/VIII/2009 tentang Pelatihan dan
Pemberian Lisensi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di tempat
Kerja.
9
d. SE Menakertrans No. 140 Tahun 2004 Tentang Pemenuhan Kewajiban Syarat-
Syarat K3 di Industri Kimia Dengan Potensi Bahaya Besar.
e. SE Dirjen Binwasnaker No. 01 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Ahli, Teknisi dan Petugas Lingkungan
Kerja dan Bahan Kimia Berbahaya.
f. SK Dirjen Binwasnaker No. 84 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar/Menengah.
10
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN
A. Profil dan Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian
Pembangkitan (UPDK) Tello Kota Makassar
Dalam regional tersebut, terbagi dalam beberapa unit induk dan unit pelaksana
yang memiliki bidangnya masing-masing, mulai dari pembangkitan,
transmisi/penyaluran, distribusi, dan niaga.PT PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pengendalian dan Pembangkitan Tello adalah salah satu unit dibawah naungan PT
PLN (Persero) Unit Induk Pembangkitan & Penyaluran Sulawesi yang bergerak di
bidang pembangkitan.
PLN UPDK Tello dipimpin oleh Manager UPDK dan dibantu Oleh 3 Manager
Bagian di masing-masing bidang, yaitu; Manager Bagian Operasi & Pemeliharaan
(OPHAR) yang meliputi kegiatan pengelolaan pembangkit listrik mulai dari Energi
Primer, Perencanaan & Pengendalian Pengoperasian serta Pemeliharaan
Pembangkit, Transaksi energi, Lingkungan, K3 & Keamanan. Kedua Manager
Bagian Enjiniring (ENJ) yang meliputi kegiatan perencanaan perusahaan dan kinerja
perusahaan secara teknis. Ketiga, Manager Bagian Keuangan, SDM & Administrasi
(KSA)yang meliputi kegiatan finansial, SDM & Kepegawaian, serta Kesekretariatan &
11
Umum. PLN UPDK Tello memiliki pegawai berjumlah 239 orang terbagi dari Tenaga
Ahli Daya (Outsorcing) dengan sistem shift. Dalam meningkatkan kebutuhan listrik di
Makassar dan sekitarnya, maka pemerintah dalam hal ini PLN membangun Pusat
Listrik Tenaga Uap sebanyak 2 unit (2 x 12,500 MW) yang berlokasi di Tello. Pada
tahun 1971 mulai beroperasi dan diresmikan oleh presiden Republik Indonesia
Soeharto.Untuk menunjang kelancaran pasokan listrik, maka pada tahun 1973
dibangun 2 unit mesin Diesel dengan daya terpasang (2 x 2,8 MW) berlokasi di area
PLTU Tello.
Pada bulan Juli 2014, Unit PLTU Barru dijasa O&M kan ke Indonesia Power
sehubungan dengan SK Dir No 440.K/DIR/2014 tanggal 27 Agustus 2014, terjadi
perubahan struktur organisasi Sektor Pembangkitan Tello.
Pada bulan November 2018, PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tello resmi
berubah nama menjadi PT PLN (Persero) Unit Pelaksanan Pengendalian
Pembangkitan Tello.
B. Visi Dan Misi Kantor PT. PLN ( Persero) Sektor Tello Kota Makassar
1. Visi :
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang,
2. Misi :
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang
saham
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi
12
BAB III
ANALISA
A. ANALISA TEMUAN POSITIF
No Foto Temuan Analisis Dasar hukum
1. Pemberian APD Alat pelindung diri PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
kepada tamu digunakan untuk TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
untuk mereka para pekerja atau NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG
dari bahaya pengunjung ALAT PELINDUNG DIRI
yang ada di terhindar dari
Pasal 6
tempat kerja bahaya di PT.PLN
UPDK Tello (1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib
memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya
dan risiko.
13
mengalami b. isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II
kecelakaan kerja Peraturan Menteri ini dan tidak
ringan di PT.PLN
UPDK Tello boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan untuk
tersebut pelaksanaan P3K di tempat kerja;
1. pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah
yang jelas, cukup cahaya serta mudah diangkat apabila akan
digunakan;
3. dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau
lebih masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K
sesuai jumlah pekerja/buruh;
14
3. Kebutuhan Dengan adanya PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
Pengguna APD terpampang tulisan TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
kebutuhan APD di NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG
PT.PLN UPDK ALAT PELINDUNG DIRI
Tello ini maka para
Pasal 5
pegawai dan tamu
mengetahui Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan
kebutuhan APD memasang rambu- rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di
yang perlu mereka
tempat kerja.
gunakan
Pasal 6
(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib
memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya
dan risiko.
Pasal 7
15
4. Tempat Adanya PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
penyimpanan penyimpanan aalat TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
APD APD ini untuk NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG
perawatan APD ALAT PELINDUNG DIRI
supaya terawat
Pasal 2
(2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
(3) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh
pengusaha secara cuma-cuma.
5. Adanya tempat Tempat PP NO.74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
pembuangan pembuangan dan Beracun
limbah limbah sementara
sementara ini digunakan Keputusan Mentri Kep.187/Men/1999 Tentang pengendalian
untuk bahan kimia berbahaya di tempat kerja
penampungan
sementara limbah
B3 sebelum
dipisahkan antara
komponen oli dan
air
16
6. Sudah adanya Dengan dibuatnya Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. kep.
SOP prosedur SOP
187/MEN/1999
penyimpanan untuk
limbah B3 penyimpanan Pasal 19
limbah B3 ini agar (1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana
para pekerja
dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf c sekurang-kurangnya
terhindar dari
memuat :
bahaya PAK.
a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
Pasal 5
17
“Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis
dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan
APD di tempat kerja.”
8. Tersedia Toilet yang Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan
Fasilitas Toilet tersedia sudah
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
bersih dan
tercukupi, dari
Pasal 34 ayat 5 “Untuk menjamin kecukupan atas kebutuhan
hasil wawancara
kami juga jamban dengan jumlah tenaga kerja dalam satu waktu kerja harus
mendapTKn memenuhi ketentuan sebagai berikut;
informasi, bahwa
toilet di PT.PLN a. untuk 1-15 orang = 1 (satu) jamban;
UDPK Tello sudah
dipisah baik untuk b. untuk 16-30 orang = 2 (dua) jamban;
laki-laki dan c. untuk 31-45 orang = 3 (tiga) jamban;
perempuan.
d. untuk 46 -60 orang = 4 (empat) jamban;
e. untuk 61 - 80 orang = 5 (lima) jamban;
f. untuk 81 -100 orang = 6 (enam) jamban;
setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 (satu) jamban”
18
Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
10. Tersedia tempat Disediakan Permanaker No. 5 Tahun 2018 Tentang Lingkungan Kerja.
sampah dari Tempat sampah ini
berbagai untuk menjaga Pasal 37
macam jenis kebersihan (1) tempat sampah dan peralatan kebersihan harus disedikan pada
sampah lingkungan sekitar setiap tempat kerja,
perusahaan dan (2) tempat sampah yang dimaksud paling sedikit harus :
dibedakan a. terpisah dan diberikan label untuk sampah organik,non organik
tergantung jenis dan bahan berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan
sampahnya. perundangan yang berlaku.
19
b. Dilengkapi dengan penutup dan terbuat dari bahan kedap air; dan
d. Tidak menjadi sarang lalat atau binatang serangga yang lain.
20
Pasal 6
1. Pengurus wajib memberikan kebebasan profesional kepada
dokter yang menjalankan pelayanan kesehatan kerja
21
13. Terdapat stiker Untuk Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. kep.
tanda bahaya mempermudah
187/MEN/1999
untuk memasuki semua pegawai
tempat limbah dan tamu untuk Pasal 19
cair B3 mengenali tempat (1) Dokumen pengendalian potensi bahaya besar sebagaimana
yang berbahaya
dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf c sekurang-kurangnya
yang ada di
memuat :
PT.PLN UPDK
Tello a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
22
mempekerjakan Petugas K3 Kimia 1 orang (non shift) dan 3 orang
(shift): (pasal 18 ayat 1(b) dan pasal 17 ayat 1 (a)
23
16. wawancara Terdapat Perusahaan PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
fasilitas berupa menyediakan air NOMOR 88 TAHUN 2OI9
air mineral dan mineral untuk TENTANG KESEHATAN KERJA
juga pudding menunjang
sehat kesehatan bagi
para
Pasal 3
pekerjanya,dan
memberikan (1) Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksuci
cemilan penunjang dalam Pasal 2 ditujukan kepada setiap orang yang berada di
kebutuhan gizi
Tempat Kerja.
berupa pudding
dan susu bagi para Pasal 5
pekerja yang
berkerja pada (2) Penyelenggaraan Kesehatan Kerja sebagaimana
resiko bahaya
tinggi dimaksud pada ayat (1) wajib dipenuhi oleh Pengurus atau
Pengelola Tempat Kerja dan Pemberi Kerja di semua Tempat Kerja.
24
dilakukan (2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang
pemeriksaan berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang
berkala untuk ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
menghindari PAK.
(3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan
dengan peraturan perundangan.
25
1. Selang Dengan tidak disusun PERATURAN MENTRI KETEGANAGAKERJAAN
berserakan, atau diletakan selang REPUBLIK INDONESIA NO. 5 TAHUN 2018
tidak tertaata sebagai mana mestinya, TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHAAN
dengaan rapi, maka akan KERJA DI PASAL 43 DAN PASAL 44 TENTANG
dan tidak di mengakibatkan orang TATA LAKSANA KERUMAHTANGGAAN
tempatkan atau perkerja yang lalu
padaa tempat lalang didaerah tersebut
yang bias tersandung dan
semestinya. terjatuh.
2. Cat pada titik Ketika dalam keadaan PERMEN PUPR NO.14 TAHUN 2017 TENTANG
kumpul yang darurat baik pegawai dan PERSYARATAN KEMUDAHAN
berada di orang yang berada pada PEMBANGUNAN GEDUNG,
halaman sudah tempat kerja akan susah
pudar mengenali tanda titik Pasal 28
kumpul yang berada di
(1) Sarana pendukung evakuasi lainnya
tanah. Perancangan dan
sebagaimana
penyediaan titik kumpul
harus diindentifikasi dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf d terdiri
dengan jelas jelas, diberi atas:
tanda dan mudah dilihat.
a. rencana evakuasi;
26
f. lift kebakaran.
27
4. Langit-langit Langit langit perlu segera Permenaker No. 5 Tahun 2018 Tentang
pada bagian dilakukan perbaikan,
atap dan baik dengan pengecetan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
loteng sudah ulang maupun Lingkungan Kerja.
terlihat using, pembersihan.
kotor, dan
Pasal 28
berjamur.
28
29
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan kerja adalah hal-hal yang wajib
untuk diperhatikan sehingga pengurus diwajibkan untuk memenuhi semua
kewajibannya terhadap pekerjanya guna untuk memenuhi program sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, serta memerhatikan aspek
lingkungan.
30
lain-lain sebagainya yang dapat mencipatakan lingkungan kerja sehat dan aman dari
kecelakaan kerja.
B. SARAN
a. Untuk di semua unit akan lebih baik jika selalu dilakukan pengawasan dan
edukasi terkait pemeliharan lingkungan kerja dan penggunaan APD.
b. Perlunya dilakukan sosialisa dan edukasi terhadap pentingnya memahami
bahan berbahaya dan bercun di lingkungan kerja.
c. Memperhatikan seluruh fasilitas penunjang yang berada di lingkungan kerja
baik ruang tunggu, kantin, kotak P3K, Ruang P3K dan Pemasangan rambu
mengenai bahan-bahan yang berbahaya.
d. Dan untuk temuan positif dari kelompok kami mohon untuk dipertahankan
kualitasnya.
e. Dan untuk temuan negative dari kelompok kami mohon dipertimbaangkan lagi
kebijakannya, agar mengurangi resiko kecelakaan kerja maupun PAK di
tempat kerja.
31
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Taufiqullah. (2016, Mei 24). Artiker Safety . Retrieved from masteropik: Sumber : http://t-
masteropik.blogspot.co.id
32