KELOMPOK 4
1. FARID MAMPAWA
2. KHADIJAH SYAMSUDDIN
3. MUH. IHSAN
4. HAMDANI SYAM
5. AHMAD YUSUF FADRI
6. MUH. ROBINZA KASMIN
7. SEFRIANTO LAPATAU
8. IRFANDI
PENYELENGGARA
PT. KASIROMUA JASA UTAMA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala
karunia-Nya, sehingga kami kelompok 2 angkatan 57 pelatihan calon Ahli K3
Umum dapat menyelesaikan tugas laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT.
PELABUHAN INDONESIA (Persero) MAKASSAR TERMINAL
PETIKEMAS sebagai salah satu tahap dan syarat kelulusan pada pelatihan Calon
Ahli K3 Umum.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyusun berdasarkan kondisi yang
telah kami temui di lapangan dalam hal ini PT. Pelindo Indonesia Makassar,
Terminal Petikemas. Penyusunan laporan ini kami laksanakan dengan penuh
semangat dan kerja sama antar kelompok dan juga dengan bantuan berbagai pihak
yang mendukung kami dalam melaksanakan PKL. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada :
Penyusun
Kelompok Empat
II
DAFTAR ISI
Judul Halaman
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 22
B. Rekomendasi 22
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Maksud
Pelasanaan Praktek Kerja Lapangan pada PT. Pelabuhan Indonesia (Persero)
Makassar, Terminal Petikemas ini dimaksudkan agar peserta pelatihan Calon Ahli
K3 umum memahami penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
K3, dalam hal ini yang menjadi focus kelompok empat (4) adalah K3 Lingkungan
Kerja, K3 Kesehatan Kerja dan Bahan kimia Berbahaya.
2. Tujuan
a) Menganalisa penerapan K3 pada PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) Makassar
Terminal Petikemas, baik penerapan yang bersifat positif dan Tindakan atau
penerapan yang bersifat negatif.
b) Mengetahui dasar hukum dari temuan hasil analisa yang telah dilakukan.
c) Mengetahui manfaat dari penerapan K3 yang baik serta mengetahui potensi
bahaya dari tindakan yang bersifat negatif dalam penerapan K3 pada PT.
Pelabuhan Indonesia (Persero) Makassar Terminal Petikemas.
C. Ruang Lingkup
2
Hiegene adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya
kepada usaha kesehatan individu maupun usaha pribadi hidup manusia. Sanitasi
adalah usaha Kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatan kepada usaha
Kesehatan lingkungan hidup manusia. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau
lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau
yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya termasuk semua ruangan, lapangan, halaman
dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian yang berhubungan dengan tempat
kerja tersebut. (dalam Permen Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018 tentang K3
lingkungan Kerja).
Faktor fisika adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja yang
bersifat fisika, diakibatkan oleh penggunaan mesin, peralatan, bahan, dan kondisi
lingkungan di sekitar tempat kerja yang dapat mengakibatkan gangguan dan penyakit
akibat kerja pada tenaga kerja, meliputi iklim kerja, kebisingan, getaran , radiasi
gelombang mikro, radiasi ultra ungu (ultra violet), radiasi medan magnet statis,
tekanan udara dan pencahayaan.
Faktor kimia adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja yang
bersifat kimiawi, diakibatkan oleh penggunaan bahan kimia dan turunannya di
tempat kerja yang dapat mengakibatkan penyakit pada pekerja, meliputi kontaminan
kimia di udara berupa gas, uap, dan partikulat.
Faktor biologi adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja yang
bersifat biologi, diakibatkan oleh makhluk hidup meliputi hewan, tumbuhan dan
produknya serta mikroorganisme yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja.
Faktor ergonomi adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pekerja,
diakibatkan oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang meliputi cara kerja,
posisi kerja, alat kerja, dan beban angkat terhadap pekerja.
Faktor psikologi adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas pekerja,
diakibatkan oleh hubungan antar personal di tempat kerja, peran dan tanggung jawab
terhadap pekerjaan (dalam Permen Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018 tentang
K3 lingkungan Kerja).
Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
dijelaskan pada pasal 3, syarat-syarat keselamatan kerja yaitu “(g) Mencegah dan
mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap,
3
uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran; (h) Mencegah
dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis,
peracunan, infeksi dan penularan”
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menjelaskan
Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan yaitu “Memberdayakan dan
mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi; mewujudkan
pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan kepada
tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja dan keluarganya”
Pedoman Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 05 Tahun 2018 tentang
K3 Lingkungan Kerja ini mencakup faktor fisika, faktor kimia, indeks pajanan
biologi, faktor biologi, faktor ergonomi, faktor psikologi dan standar kualitas udara.
Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja meliputi:
1. Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah
NAB.
2. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi
Kerja agar memenuhi standar.
3. Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja
yang bersih dan sehat.
4. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3
di bidang Lingkungan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No.8/MEN/VII/2010 menjelaskan bahwa setiap pengusaha wajib menyediakan alat
pelindung diri (APD) bagi pekerja/buruh di tempat kerja. Alat pelindung diri yang
digunakan harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
APD yang dimaksud meliputi pelindung kepala, pelindung mata dan muka,
pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta perlengkapannya, pelindung tangan,
pelindung kaki, pakaian pelindung, alat pelindung jatuh perorangan dan atau
pelampung. Kewajiban setiap perusahaan yang berkaitan dengan alat pelindung diri
4
seperti tersebut dalam permenaker No.8 tahun 2010 ini harus dipenuhi. Karena hal
ini menyangkut legal compliance status dari perusahaan.
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada elemen ke-6, Keamanan Bekerja
Berdasarkan SMK3 yaitu menjelaskan tentang Pengusaha atau pengurus melakukan
penilaian risiko lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-daerah yang memerlukan
pembatasan izin masuk. Rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar dan
pedoman teknis.
2. K3 Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah segala hal yang berkaitan dengan program kesehatan
untuk para karyawan atau pekerja. Bila kesehatan karyawan terjaga, perusahaan akan
memiliki sumber daya manusia yang sehat, jarang absen, dan bekerja dengan lebih
produktif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan adalah sebagai berikut:
1. Beban kerja, baik fisik, mental, maupun sosial. Oleh karena itu, pemberi
kerja perlu mengupayakan penempatan pekerja agar sesuai dengan
kemampuan tiap pekerja.
2. Kapasitas kerja, yang bisa jadi berbeda-beda antarkaryawan. Kapasitas
kerja tiap karyawan biasanya tergantung latar belakang pendidikan,
keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, dan keadaan gizi tiap
karyawan.
Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia , fisika dan atau toksikologi berbahaya
terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
a. Kriteria bahan kimia
Kriteria bahan kimia ditempat kerja dan nilai ambang kuantitasnya (NAK),
sebagaimana yang tertera dalam lampiran III kepmenaker No.Kep.187/Men/1999
tentang pengendalian bahan kimia berbahaya ditempat kerja.
5
Bahan kimia berbahaya mempunyai sifat mudah meledak, mudah menyala
atau terbakar, oksidator, racun, karsigonenik, iritasi, sensitifitas, teratogenic,
mutagenik atau korosif. Cara bahan kimia masuk ke dalam tubuh (rouce of entry)
dapat melalui kulit.
b. Pengaruh bahan kimia
Pengaruh negatif bahan kimia terhadap Kesehatan yaitu dapat terjadi
iritasi, menimbulkan alergi, menyebabkan sulit bernafas menimbulkan alergi,
menyebabkan sulit bernafas menimbulkan keracunan sistemik, menyebabkan
kerusakan/kelainan janin.
6
2) Label harus diletakan di tempat yang mudah diketahui oleh tenaga kerja
dan pengawas ketenagakerjaan, yang isinya meliputi keterangan sebagai
berikut :
a) Nama produk
b) Identitas bahaya
c) Tanda bahaya dan artinya
d) Uraian resiko dan penangaulanganya
e) Tindakan pencegahan
f) Instruksi dalam hal terkena dan terpapar
g) Instruksi kebakaran
h) Instruksi tumpahan dan bocoran
i) Instruksi pengisian dan penyimpanan
j) Referensi nama, alatmat dan nomor telepon pabrik pembuat dan atau
distributor
d. Bahaya lingkungan
1) Bahaya akuatik akut atau jangka pendek;
2) Bahaya akuatik kronik atau jangka Panjang; dan
3) Berbahaya terhadap lapisan ozon
e. Petugas k3 dan ahli k3 kimia
1) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahaqn kimia berbahaya
dengan melebihi NAK wajib memilki petugas K3 kimia sekurang-
kurangnya 2 orang apabila sistem kerja non shift dan sekurang-
kurangnya 5 orang apabila sistem kerjan shift.
2) Perusahaan dan industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya
kurang dari NAK wajib memiliki petugas K3 kimia sekurang-kurangnya
1 orang apa bila system kerja bukan non shift dan sekurang-kurangnya 3
orang apabila system kerja shift
f. Pemeriksaan dan pengujian faktor kimia ditempat kerja
1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai bahaya besar wajib
melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia di tempat kerja
sekurang-kurangnya sekali setahun
7
2) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai bahaya menengah wajib
melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia di tempat kerja
sekurang-kurangnya sekali setahun
3) Pemeriksaan dan pengujian faktor kimia tersebut dapat dilakukan oleh
pusat keselamatan dan kesejahteraan kerja, balai keselamatan dan
Kesehatan kerja, serta balai Hiperkes dan keselamatan kerja atau pihak-
pihak lain yang ditunjuk Menteri, yang kemudian dipergunakan sebagai
acuan dalam melakukan pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat
kerja.
D. Dasar Hukum
1. K3 Lingkungan Kerja
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
3. Permenaker 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Lingkungan
Kerja
4. Permenakertrans Nomor Per.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri
5. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
2. K3 Kesehatan Kerja
1. Undang–Undang Republik Indonesia No.40 tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
2. Permenakertrans No. 1 Tahun 1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
3. Permenakertrans No. 3 Tahun 1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
4. Permenakertrans No. 2 Tahun 1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Kerja
5. Permenakertrans No. PER–15/MEN/VII/2018 Tentang Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan di Tempat Kerja
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 8 Tahun 2010
tentang Alat Pelindung Diri
8
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
KEP.68/MEN/IV/2004 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
Ditempat Kerja.
8. Permenakertrans RI No: PER.11/MEN/VI/2005 Tentang Pencegahan dan
penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya Di Tempat kerja.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Traansmigrasi dan Koperasi No:
PER.01/MEN/1976 Tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Dokter
Perusahaan.
10. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE. 01/MEN/1979
Tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI no. Per-01/MEN/1979
Tentang kewajiban latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Bagi Paramedis Perusahaan.
9
BAB II
FAKTA DAN MASALAH
10
B. Kondisi Lapangan
Kondisi lingkungan kerja K3 PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) Terminal
Petikemas Makassar sudah cukup baik berdasarkan beberapa temuan di tempat kerja.
Tempat kerja yang memiliki rambu-rambu khusus diberbagai tempat. Seperti rambu
tanda pemakaian APD, rambu-rambu pelarangan merokok dan kawasan rokok
berdasarkan Permenaker 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Lingkungan Kerja, Permenakertrans Nomor Per.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat
Pelindung Diri, Permenaker 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Lingkungan Kerja dan Perpres No. 7 Tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja.
PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) Terminal Petikemas Makassar juga melaksanakan
pengukuran lingkungan kerja fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan
Permenaker 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Lingkungan Kerja.
11
BAB III
ANALISA DAN REKOMENDASI
A. Analisa Temuan K3
1. K3 Lingkungan Kerja
Temuan Positif
N Dasar
Dokumentasi Analisa Saran
o. Hukum
1. Adanya rambu Meningkat 1. Permenake
pemakaian alat kan r 5 Tahun
pelindung pengawasa 2018
pendengaran n lebih Tentang
sebelum agar Keselamat
memasuki area pekerja an Dan
rumah pompa yang Kesehatan
masuk agar Lingkunga
memakai n Kerja
APD 2. Permenake
lengkap rtrans
Nomor
Per.08/ME
N/VII/201
0 Tentang
Alat
Pelindung
Diri
2. Adanya rambu- Mengeduk 1. Permenake
rambu larangan asikan dan r 5 Tahun
merokok dan mengsosial 2018
area untuk isasikan Tentang
merokok untuk bahaya Keselamat
mengatasi yang an Dan
terjadinya ditimbulka Kesehatan
kebakaran dan n asap Lingkunga
memberikan rokok n Kerja
perlidungan 2. Perpres
bagi pekerja No. 7
terhadap Tahun
kesehatan 2019
Tentang
Penyakit
Akibat
Kerja
12
3. Adanya 10 Seluruh 1. Permenake
buah toilet karyawan r 5 Tahun
yang ada ataupun 2018
tersebar visitor Tentang
diseluruh area dapat Keselamat
kerja dan menjaga an Dan
toiletnya kebersihan Kesehatan
dipisahkan toilet Lingkunga
berdasarkan n Kerja
jenis kelamin
Temuan Negatif
Potensi Dasar
No. Dokumentasi Analisa Saran
bahanya Hukum
1. Faktor Visitor Perlunya 1.Permenake
Fisika, maupun peningkata r 5 Tahun
yaitu pekerja n 2018
terpaparnya yang pengawasa Tentang
suara berada di n Keselamat
bising yang dalam dilapangan an Dan
diakibatkan tidak agar Kesehatan
oleh suara mematuhi semua Lingkunga
mesin rambu pekerja n Kerja
produksi yang dapat 2.Permenake
yang tertera, mematuhi rtrans
bersumber pada segala Nomor
dari mesin depan peraturan Per.08/ME
pompa pintu yang ada. N/VII/201
masuk Serta 0 Tentang
ruang pemberia Alat
pompa m sanksi Pelindung
tertetera terhadap Diri
rambu pekerja
memakai yang
alat melanggar
pelindung aturan
telinga.
2. Faktor Tidak Klasifikasi 1. Permenak
biologi, dipilahny tempat er 5
apabila a tempat pembuang Tahun
sampah sampah an sampah 2018
ditumpuk seusai harus Tentang
dan tidak klasifikasi dibuat Keselama
dipilah bisa nya mengingat tan Dan
13
menjadi area Kesehata
sarang tempat n
kuman dan sampah Lingkung
bakteri tersebut an Kerja
yang berada
merupakan didepan
penyebab rumah
utama pompa
penyakit yang
menyimpa
n bahan
B3
14
n oleh diletakkan sikan Lingkung
kapal ke secara kemungki an Kerja
powe sembaran nan energi
station gan yang listrik
dimana yang dapat
kabel terjadi
tersebut
dari
power
station ke
mesin
kapal
Faktor Kurangny Perlunya 1. Permenak
fisika, a housekeep er 5
akibat housekee ing dan Tahun
kurang ping/ pembersih 2018
housekeepi pembersih an pada Tentang
ng pekerja an mesin dan Keselama
dapat terhadap alat-alat tan Dan
terkena mesin kerja Kesehata
paparan yang sehingga n
debu yang beroperasi tidak Lingkung
5.
dapat timbulnya an Kerja
terhirup kecelakaan 2. Perpres
oleh kerja No. 7
pekerja akibat Tahun
yang dapat mesin dan 2019
dapat PAK serta Tentang
menyebabk keawetan Penyakit
an infeksi mesin Akibat
saluran terjaga. Kerja
pernafasan
6. Saat wawancara Pengukura Tidak Harus
dengan narasumber n adanya dilakukan 1. Permenak
lingkungan pengujian pengukura er 5
/
kerja/ n agar Tahun
pengukur
hygiene an melihat 2018
industri hygiene lingkunga Tentang
harus industri n kerja Keselama
dilakukan dari pihak apakah tan Dan
agar ketiga sudah Kesehatan
mengetahui yaitu sesuai Lingkung
Balai K3
potensi dengan an Kerja
setempat/
15
bahaya dan PJK3 NAB yang
risiko yang akan dipersyarat
diakibatkan tetapi kan sesuai
pengukur
oleh perundang
an hanya
aktivitas dilakukan -undangan
yang oleh Balai yang
dimbulkan Lingkung berlaku
oleh an Hidup
terminal yang
bongkar mengukur
baku
muat
mutu
Pelindo lingkunga
n
16
2. K3 Kesehatan Kerja
Temuan Positif
No Dokumentas
Analisa Saran Dasar Hukum
. i
1. Saat Pekerja Dengan adanya 1. Permennkertrans
wawancara PT.pelindo BPJS Ketenaga No.Per.
dengan melakukan kerjaan dapat 02/Men/1980
narasumber medical check up memberi tentang
setiap 6 bulan perlindungan dan pemeriksaan
sekali dan jaminan kesehatan tenaga
memiliki BPJS kesehatan kepada kerja.
ketenakejaan para 2. Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 40
Tahun 2004
tentang Sistem
Jaminan Sosial
Nasional
2. Saat PT.Pelindo Terdapatnya 1. Permenkertras
wawancara memiliki 1 buah klinik dapat No.
dengan klinik sendiri di digunakan untuk 03/Men/1982
narasumber kantor pusat dan menolong para tentang
bekerja sama pekerja bila ada pelayanan
dengan pihak kecelakaan kerja kesehatan kerja.
ketiga (Kimia dan juga dapat 2. Undang-Undang
Farma dan Prodia) digunakan Republik
guna pelayanan sebagai tempat Indonesia
kesehatan. untuk mengecek Nomor 40
kesehatan para Tahun 2004
pekerja pekerja tentang Sistem
Jaminan Sosial
Nasional.
3. Saat Berdasarkan Alangkah lebih 1. Permenakertrans
wawancara penuturan baiknya jika No. PER-
dengan narasumber kotak P3k selalu 15/MEN/VII/20
narasumber bahwa PT. dicek 08 tentang P3K.
Pelindo Makassar ketersediaannya.
dilengkapi dengan
kotak P3K yang
terdapat di dalam
kantor utama yang
isinya telah
memenuhi syarat.
Juga memiliki
Petugas P3K yang
berasal dari ahli
17
K3.
Temuan Negatif
Potensi
No. Dokumentasi Analisa Saran Dasar Hukum
bahanya
1. Saat Jika terjadi P3K Hanya Alangkah baiknya Permenakertrans
Wawancara kecelakaan ada dalam di setiap ruangan No. PER-
dengan kerja di lokasi ruangan, dan diluar 15/MEN/VII/200
narasumber bongkar muat tidak pada ruangan maupun 8 tentang P3K.
ada luka dan tempat kerja di tempat bongkar
pendarahan, yang muat PT.Pelindo
maka tidak memiliki harus ada kotak
bisa langsung resiko lebih P3K ini sangat
di berikan P3K tinggi penting karena
yang seperti jika ada terjadi
menyebabkan workshop kecelakaan ringan
pendarahan ( luka kecil bisa
hebat dan membantu
infeksi setidaknya ada
sebelum pertolongan
dibawa ke pertama)
klinik.
2. Saat Berdasarkan Seharusnya PT. Permenkertras
Wawancara wawancara Pelindo memiliki No. 03/Men/1982
dengan narasumber dokter dan tentang pelayanan
narasumber tidak paramedis yang kesehatan kerja.
mengetahui lengkap
jumlah dikarenakan
dokter dan jadwal kerja yang
paramedis 24 jam dengan 3
yang ada di shift.
perusahaan.
18
3. Bahan Kimia Berbahaya
Temuan Negatif
Potensi
No. Dokumentasi Analisa Saran Dasar Hukum
bahanya
1. Wawancara Jika petugas Tidak Pengurus Keputusan
dengan yang terdapatnya seharusnya Menteri
Narasumber bertanggung petugas menyediakan Tenaga Kerja
jawab bukanlah kimia di PT. petugas k3 RI No
khusus petugas Pelindo kimia demi Kep/187/1999
kimia maka Makassar penanganan Tentang
bahaya yang Petugas k3 terkait bahan Pengendalian
dapat terjadi kimia lebih kimia yang Bahan Kimia
adalah mengetahui lebih tepat. Berbahaya Di
penanganan pengidentifi Tempat Kerja
bahan kimia kasian
yang tidak tepat. bahaya,
Hal ini dapat pelaksanaka
menimbulkan n prosedur
kecelakaan kerja kerja aman
dan penyakit dan
akibat kerja melakukan
prosedur
penanggula
ngan
keadaan
darurat
terkait
bahan kimia
berbahaya.
Karena
menurut
kami PT.
Pelindo
makassar
mempunyai
potensi
bahaya
menengah.
20
2. Dari observasi Hal ini dapat Ketidak Alangkah Keputusan
video dan menyebabkan jelasan lebih baiknya Menteri
wawancara kesalahan terdapat pengurus Tenaga Kerja
dengan penggunaan dan atau membuat dan RI No
narasumber penanganan tidaknya meletakan Kep/187/1999
oleh pekerja label bahan label bahan Tentang
sehingga kimia kimia Pengendalian
menyebabkan berbahaya. tersebut di Bahan Kimia
kecelakaan Dari video tempat kerja Berbahaya Di
kerja. hanya agar mudah Tempat Kerja
ditemukan diketahui
Form oleh orang
MSDS tidak yang akan
ditemukan memakainya.
label begitu
juga dengan
wawancara
dengan
narasumber.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan dapat yang telah kami lakukan di
PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) dapat disimpulkan:
a. K3 Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja K3 di PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal
Petikemas Makassar sudah cukup baik. Namun, ada beberapa hal yang perlu
untuk diperbaiki seperti kepatuhan penggunaan APD di tempat kerja baik
pekerja ataupun tamu, kurangnya rambu listrik berbahaya di power station,
tidak ada perlindungan kabel, serta kurangnya pembersihan area kerja
khususnya di rumah pompa.
b. K3 Kesehatan Kerja
Pelaksanaan Kesehatan di PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal
Petikemas Makassar sudah berjalan dengan baik dapat dibuktikan dengan
kerutinan medical check up oleh pihak perusahaan, perusaahan dengan pihak
vendor memiliki klinik oleh, serta kotak P3K yang tersedia di kantor utama.
b. K3 Bahan Kimia berbahaya
Pelaksanaan terkait bahan di PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Terminal
Petikemas Makassar sudah berjalan cukup baik melalui beberapa temuan
positif seperti form MSDS dan peneydiaan tempat pembuangan sementara
limbah B3 yang memenuhi syarat Namun, kekurangannya adalah petugas
kimia belum ada.
B. Rekomendasi
1. K3 Lingkungan Kerja
22
b. Klasifikasi tempat pembuangan sampah harus dibuat mengingat area
tempat sampah tersebut berada didepan rumah pompa yang
menyimpan bahan B3
c. Perlunya pemetaan terhadap tempat/area yang berbahaya untuk
melaksanakan upaya untuk peningkatan bahaya yang timbul akibat
lingkungan kerja.
d. Memberikan engginering control terhadap kabel yang berserahkan
agar mengisolasikan kemungkinan energi listrik yang dapat terjadi
e. Perlunya housekeeping dan pembersihan pada mesin dan alat-alat
kerja sehingga tidak timbulnya kecelakaan kerja akibat mesin dan
PAK serta keawetan mesin terjaga.
2. K3 Kesehatan Kerja
23