Anda di halaman 1dari 28

MODUL KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA


(K3)
MODUL K3

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................1
1.2 PENDEKATAN K3..................................................................................................1
1.3 TUJUAN SMK3 KONSTRUKSI................................................................................2
BAB II KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA KONSTRUKSI...............3
2.1. PENYEBAB KECELAKAAN DAN TIMBULNYA PENYAKIT AKIBAT KERJA KONSTRUKSI
3
2.2. PENCEGAHAN KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA KONSTRUKSI............3
BAB III STRATEGI SISTEM K3................................................................................6
3.1 UMUM..................................................................................................................6
3.2 BEBERAPA ISTILAH...............................................................................................7
BAB IV PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3.....................................................9
4.1. KEBIJAKAN SISTEM MANAGEMEN K3.................................................................9
4.2. TAHAP PRA KONSTRUKSI..................................................................................9
4.3. TAHAP PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA....................................................10
4.4. TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI................................................................11
4.5. TAHAP PENYERAHAN HASIL AKHIR..................................................................12
4.6. BIAYA PENYELENGGARAAN SMK3...................................................................12
BAB V TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB..............................................................14
5.1 UMUM................................................................................................................14
5.2 PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)................................................................14
5.3 PENYEDIA JASA.................................................................................................15
5.4 KELOMPOK KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN..................................................17
BAB VI PERALATAN DAN RAMBU PERINGATAN K3..........................................19
6.1 PERALATAN KERJA.............................................................................................19
6.2 Rambu Peringatan...........................................................................................20

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI I


MODUL K3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan masyarakat terhadap kinerja konstruksi yang semakin tinggi


mengharuskan tuntutan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap pekerjaan
konstruksi yang semakin tinggi pula. Hal ini didorong pula oleh kenyataan bahwa
kepedulian terhadap K3 di sector konstruksi yang masih rendah, belum lengkapnya
peraturan dan penerapan K3 di sektor konstruksi serta karakteristik pekerjaan
konstruksi sendiri yang sebenarnya menuntut pemberlakukan K3 dengan standar
tinggi.
Karakteristik pekerjaan konstruksi tersebut antara lain menyangkut pemakaian
peralatan dari berbagai jenis, jumlah tenaga kerja (harian lepas) yang besar,
memiliki masa kerja terbatas dengan intensitas kerja yang tinggi, serta menyangkut
multi disiplin dan multi skill. Sementara di pihak lain kegiatan sector konstruksi
merupakan kegiatan yang amat penting bagi pembangunan, kecelakaan dan/atau
keterlambatan di sector ini menimbulkan dampak yang luas dalam kehidupan
masyarakat. Untuk itu diperlukan syarat dan ketentuan K3 yang baku dan dipatuhi
oleh seluruh pihak terkait yang kemudian diakomodir dengan terbitnya Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.

1.2 Pendekatan K3

Untuk memperbaiki kondisi keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi


umumnya dilakukan pendekatan dari 3 aspek yaitu aspek hukum, ekonomi dan
social kemanusiaan. Yang dimaksud dengan pendekatan aspek hukum adalah perlu
disusun ketentuan peraturan perundangan yang efektif mengikat untuk dipatuhi oleh
semua pihak terkait konstruksi.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 1


MODUL K3

Pendekatan aspek ekonomi adalah dengan sosialisasi kerugian materiil dan


terganggunya/menurunnya produktivitas kerja bila terjadi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja konstruksi. Sementara aspek sosial kemanusiaan dengan
menyampaikan data tentang timbulnya penderitaan bagi korban akibat
terabaikannya keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi baik yang diderita oleh
korban maupun keluarganya.
Khusus untuk aspek hukum telah terbit Peraturan Menteri PU tersebut di atas
yang bertujuan agar ada ketentuan yang mengikat bagi semua pihak terkait untuk
mencapai tujuan tercapainya K3 di bidang konstruksi.

1.3 Tujuan SMK3 Konstruksi

Mengingat berbagai kondisi yang dijelaskan di atas, Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) umumnya bertujuan untuk :
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
konstruksi
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
konstruksi;
c. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman untuk mendorong
produktivitas kerja yang tinggi

Soal latihan

1. Jelaskan konsep pendekatan K3 dari aspek Hukum, Ekonomi dan Sosial


Kemanusiaan
2. Jelaskan tujuan SMK3

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 2


MODUL K3

BAB II
KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA KONSTRUKSI

2.1. Penyebab Kecelakaan dan Timbulnya Penyakit Akibat Kerja Konstruksi

Penyebab Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja dapat dibedakan dalam 2


kelompok besar yaitu Faktor Manusia dan Faktor Teknis. Keduanya dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Penyebab faktor manusia timbul karena perilaku sembrono kurang
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu juga dapat timbul
karena kondisi fisik yang kurang sehat untuk pekerjaan tertentu.
Penyebab faktor teknis timbul karena berbagai sebab antara lain karena bahan
kerja, peralatan kerja, lingkungan kerja dan jenis kerja tertentu. Bahan pekerjaan
konstruksi meliputi berbagai jenis baik bahan alami maupun buatan yang dapat
menimbulkan pengaruh terhadap stamina fisik pekerja. Demikian pula peralatan
kerja baik yang bersifat manual maupun otomatis dapat menimbulkan pengaruh
beban, getaran, sinar, suara, panas dll. Lingkungan kerja dan jenis kerja konstruksi
juga bermacam-macam dari lingkungan kerja terbuka di tengah lapangan dengan
panas terik matahari sampai lingkungan tertutup gelap di dalam terowongan
maupun di dalam air.

2.2. Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja Konstruksi

Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja yang timbul karena factor manusia dan
factor teknis dapat dicegah dengan melakukan kegiatan-kegiatan antisipasi dan
pemantauan sebagai berikut :
a. Faktor Manusia
1) Pemilihan Tenaga Kerja

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 3


MODUL K3

Pemilihan tenaga kerja dapat dibagi lagi mengikuti jenis pekerjaannya skill atau
non skill. Selain kondisi fisik dan stamina yang sesuai untuk masing-masing jenis
pekerjaan tersebut sangat perlu dipertimbangkan kondisi psikologis tenaga kerja.
Hendaknya dapat dipilih jenis pekerja yang tidak sembrono, teliti, cakap, tidak
mudah tersinggung atau suka bertengkar dll.

2) Pelatihan sebelum mulai kerja


Sebelum memulai pekerjaan hendaknya ada pelatihan sebagai pengenalan
tentang jenis pekerjaan, peralatan dan hubungan antar masing-masing bagian
dalam keseluruhan pekerjaan. Ini penting agar tiap pekerja memahami dengan
benar alat yang akan digunakan beserta rambu-rambunya.

3) Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung


Selama pekerjaan berlangsung hendaknya selalu ada pembinaan dan
pengawasan agar jika terjadi kekeliruan atau kesalahan kecil dapat diberikan
peringatan perbaikan segera. Kesalahan kecil apalagi yang terjadi berulang-
ulang dapat memicu terjadinya kecelakaan yang tidak diharapkan. Pembinaan
juga penting untuk melakukan penilaian apakah pekerja pantas dipertahankan
ataukah harus dipindah dan/ atau diberhentikan.

4) Evaluasi setelah kegiatan


Ecaluasi dilakukan setiap interval waktu tertentu atau setiap tahap pekerjaan
tertentu untuk dapat memperkirakan apakah produktivitas tertentu dapat dicapai
atau ditingkatkan. Biasanya karena tuntutan produktivitas, jumlah dan skill
pekerja serta metoda pekerjaan perlu dilakukan penyesuaian.

b. Faktor Teknis
1) Perencanaan Kerja yang baik.
Perencanaan kerja yang baik merupakan factor penting untuk mencegah
terjadinya kecelakaan. Urutan waktu pekerjaan, pemakaian ruang untuk kerja
stock bahan dan peralatan kerja, akses kepada alat pendukung, jika terjadi

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 4


MODUL K3

hambatan atau kesalahan kecil ataupun besar adalah contoh hal-hal yang
memerlukan perencanaan sebelumnya. Jika perencanaan diabaikan maka akan
terjadi kesemrawutan, saling menunggu ataupun menganggur karena ketidak
jelasan kerja yang dapat mengarah kepada turunnya produktivitas ataupun
kecelakaan dan penyakit akibat kerja konstruksi.

2) Pemeliharaan dan perawatan peralatan.


Kondisi peralatan yang baik merupakan syarat nagi keselamatan dan kesehatan
kerja. Alat yang mengalami keausan, kebocoran atau terlepas bagian
komponennya dapat memicu terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

3) Pengawasan dan pengujian peralatan kerja.


Pengawasan dan pengujian peralatan selama pekerjaan berlangsung mutlak
diperlukan untuk menjaga agar tidak kinerja alat dapat dijaga dan tidak
membahayakan bagi pekerja dan lingkungannya. Pengujian alat harus dilakukan
secara periodic atau setiap terjadi laporan penurunan produktivitas atau
gangguan komponen alat.

4) Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman.


Mengingat setiap alat mempunyai spesifikasi tertentu, untuk mencapai target
tertentu diperlukan metoda dan teknik konstruksi yang aman. Faktor ini
merupakan bagian lebih detil dari perencanaan kerja yang baik khusus tentang
pemilihan alternative teknik management konstruksi.

5) Penerapan Sistem Manajemen Mutu.


Penerapan Sistem Managemen Mutu diperlukan agar setiap proses dalam
keseluruhan pekerjaan dapat berjalan dengan optimal. Proses yangkurang baik
dapat mengakibatkan kecelakaan atau gangguan kerja.

Soal latihan
1. Jelaskan penyebab kecelakaan dan sakit akibat kerja karena factor manusia.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 5


MODUL K3

2. Jelaskan penyebab kecelakaan dan sakit akibat kerja karena factor teknis
3. Bagaimana upaya pencegahan penyebab dalam pertanyaan no 1
4. Bagaimana upaya pencegahan penyebab dalam pertanyaan no 2

BAB III
STRATEGI SISTEM K3

3.1 Umum

Strategi penerapan system K3 meliputi urutan tahapan kegiatan Identifikasi,


Evaluasi, Menyusun Perencanaan (Develops the Plan), Pelaksanaan
(Implementation) dan Pemantauan (Monitoring). Kegiatan ini dilakukan menerus
dengan umpan balik dari kegiatan Monitoring. Kegiatan ini dapat dirinci menjadi
masing-masing komponennya seperti dijelaskan dalam uraian di bawah ini.

a. Identifikasi
Setiap proyek konstruksi persungaian memiliki karakteristik yang berbeda sesuai
dengan morphologi sungai setempat juga jenis konstruksi yang akan dibangun.
Perlu dilakukan kegiatan identifikasi dan inventarisasi berbagai potensi bahaya
yang dapat timbul selama kegiatan konstruksi. Selanjutnya perlu dipetakan
sesuai lokasi dan jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Misalnya di lokasi tepi
tikungan sungai di pinggir jalan raya ada potensi besar terjadi longsoran, atau di
hamparan sawah dataran rendah tertentu ada potensi kenaikan muka air (banjir)
secara cepat dll.

b. Evaluasi
Setelah tahap identifikasi perlu dilakukan evaluasi tentang potensi bahaya di
masing-masing lokasi tersebut dan dilakukan evaluasi tingkat prioritas
penanganan berdasarkan Hazard Ratingnya. Penanganan yang akan dilakukan
berdasarkan Hazard Rating tersebut disusun dalam sebuah table dan penjelasan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 6


MODUL K3

tentang kegiatan K3 apa yang akan dilakukan di tiap lokasi sesuai dengan jenis
konstruksi yang akan dibangun.

c. Menyusun Rencana K3
Berdasarkan Identifikasi dan Evaluasi kemudian disusun rencana kegiatan K3
konstruksi mengikuti konsep managemen K3. Rencana kegiatan ini perlu dibuat
secara detil lengkap dengan masing-masing elemen kegiatan K3 yang akan
dilakukan beserta biaya yang diperlukan. Rencana kegiatan K3 dicantumkan
dalam kontrak dan menjadi satu kesatuan dengan kontrak yang juga menjadi
kesatuan terpadu dengan kegiatan pelaksanaan fisik kontruksi persungaian.

d. Pelaksanaan K3
Rencana K3 yang telah disusun hendaklah dilaksanakan dengan baik sesuai
yang telah tercantum dalam rencana K3 kontrak. Apabila terjadi perubahan
karena kondisi setempat maka rencana K3 perlu disesuaikan dan mendapat
persetujuan PPK

e. Pemantauan
Susun program untuk monitoring dan inspeksi terjadwal. Hasil pemantauan
merupakan bahan masukan umpan balik bagi penyesuaikan Rencana K3
ataupun bahan pembelajaran bagi penyusunan Rencana K3 baru di lokasi dan
pekerjaan persungaian yang sejenis

3.2 Beberapa Istilah

Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang dimulai dari
kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan mengendalikan risiko.
Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap keselamatan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 7


MODUL K3

umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber
bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan konstruksi.
Potensi bahaya adalah kondisi (orang, peralatan, mesin, instalasi, bahan, cara
kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan) yang berpotensi menimbulkan
gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran, ledakan, pencemaran dan
penyakit akibat kerja.
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.
Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis bersertifikat (oleh lembaga yang
berwenang sesuai UU) yang mempunyai kompetensi khusus di bidang K3
Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi SMK3
Konstruksi.
Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa
dan/atau organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti Pelatihan / bimbingan
teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU, dibuktikan dengan surat keterangan mengikuti
pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU.
Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan atau Pokja ULP adalah perangkat
ULP yang berfungsi melaksanakan pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
Rencana K3 Kontrak yang selanjutnya disingkat RK3K adalah dokumen lengkap
rencana penyelenggaraan SMK3 Konstruk si Bidang PU dan merupakan satu
kesatuan dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh
Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan
sebagai sarana interaksi antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam
penyelenggara an SMK3 Konstruksi Bidang PU.

Soal latihan
1. Jelaskan strategi penerapan K3
2. Jelaskan beberapa istilah yang ada dalam teks diatas secara ringkas
dengan kalimat sendiri.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 8


MODUL K3

BAB IV
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3

4.1. Kebijakan Sistem Managemen K3

Sesuai dengan Permen PU nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem


Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bidang Pekerjaan Umum,
setiap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bidang PU wajib menerapkan SMK3
Konstruksi Bidang PU. Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU ditetapkan
berdasarkan potensi bahaya. Potensi bahaya tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat berbahaya dan/atau
mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai kontrak
diatas Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar Rp). Pelaksanaan Konstruksi
dengan potensi bahaya tinggi wajib melibatkan Ahli K3 konstruksi.
b. Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya dan/atau
mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau nilai kontrak
dibawah Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah). Pelaksanaan
konstruksi dengan potensi bahaya rendah wajib melibatkan Petugas K3
konstruksi.

SMK3 Konstruksi Bidang PU tersebut diterapkan pada tiap tahapan pekerjaan


konstruksi sejak tahap pra konstruksi, pemilihan penyedian barang/jasa,
pelaksanaan konstruksi dan tahap penyerahan hasil akhir pekerjaan.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 9


MODUL K3

4.2. Tahap Pra Konstruksi

Sejak tahap pra konstruksi managemen K3 harus telah mulai di telaah dan
dicermati. Telaah tersebut hendaknya mulai muncul pada tahapan sebagai berikut:
a. Rancangan Konseptual (Studi Kelayakan, Survei dan Investigasi) wajib
memuat telaahan aspek K3.
b. Penyusunan Detailed Engineering Desain (DED) wajib:
1. Mengidentifikasi bahaya, menilai Risiko K3 serta pengendaliannya pada
penetapan kriteria perancangan dan pemilihan material, pelaksanaan
konstruksi, serta Operasi dan Pemeliharaan;
2. Mengidentifikasi dan menganalisis Tingkat Risiko K3 dari kegiatan/proyek
yang akan dilaksanakan, sesuai dengan Tata Cara Penetapan Tingkat
Risiko K3 Konstruksi pada Lampiran 1;
c. Penyusunan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa wajib memuat:
1. Potensi bahaya, jenis bahaya dan identifikasi bahaya K3 Konstruksi yang
ditetapkan oleh PPK berdasarkan Dokumen Perencanaan atau dari
sumber lainnya;
2. Kriteria evaluasi untuk menilai pemenuhan persyaratan K3 Konstruksi
termasuk kriteria penilaian dokumen RK3K.

4.3. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Pada tahap pemilihan Penyedia Barang/Jasa telaahan tentang managemen K3


harus muncul dalam dokumen atau rapat-rapat dengan urutan pembahasan sebagai
berikut :
a. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa harus memuat persyaratan K3
yang merupakan bagian dari ketentuan persyaratan teknis.
b. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa harus memuat ketentuan
tentang kriteria evaluasi RK3K.
c. Untuk pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi, wajib dipersyaratkan
rekrutmen Ahli K3 dan dapat dipersyaratkan sertifikat SMK3 perusahaan.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 10


MODUL K3

d. Pada saat aanwijzing, potensi, jenis, identifikasi bahaya K3 dan


persyaratan K3 wajib dijelaskan.
e. Evaluasi teknis RK3K Penawaran dilakukan terhadap sasaran dan program
K3 dalam rangka pengendalian jenis bahaya K3.
f. Dalam evaluasi penawaran, Pokja dapat melibatkan Ahli K3 / Petugas K3
apabila diantara anggotanya tidak ada yang memiliki sertifikat Ahli K3 /
Petugas K3.
g. Apabila diketahui bahwa RK3K Penawaran tidak memenuhi kriteria
evaluasi teknis K3, maka penawaran dapat dinyatakan gugur.
h. RK3K Penawaran yang disusun oleh Penyedia Jasa, merupakan bagian
dari usulan teknis dokumen penawaran, sebagaimana diatur dalam
pedoman pemilihan penyedia barang/jasa yang berlaku di lingkungan
Kementerian PU.
i. Rencana Biaya K3 harus dihitung berdasarkan kebutuhan seluruh
pengendalian risiko K3 sesuai dengan RK3K Penawaran.
j. Apabila Penyedia Jasa tidak memperhitungkan biaya K3 atau rencana
biaya K3 yang diperhitungkan ternyata tidak mencukupi untuk pelaksanaan
program K3 maka Penyedia Jasa tetap wajib melaksanakan program K3
sesuai dengan RK3K yang telah disetujui oleh PPK.
k. Penyedia Jasa yang telah ditetapkan sebagai pemenang, wajib melengkapi
RK3K dengan rencana penerapan K3 untuk seluruh tahapan pekerjaan.

4.4. Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Pada tahap pelaksanaan konstruksi telaahan tentang managemen K3 harus


muncul dalam dokumen dan rapat-rapat pembahasan sebagai berikut:
a. RK3K dipresentasikan pada rapat persiapan pelaksana an pekerjaan / Pre
Construction Meeting (PCM) oleh Penyedia Jasa, untuk disahkn dan
ditandatangani PPK.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 11


MODUL K3

b. RK3K yang telah disahkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
dokumen kontrak dan menjadi acuan penerapan SMK3 pada pelaksanaan
konstruksi.
c. Dalam hal pekerjaan konstruksi dilaksanakan oleh beberapa Penyedia Jasa
dalam bentuk Kerja Sama Operasi (KSO), Pemimpin KSO harus menetapkan
Kebijakan K3 Konstruksi yang berlaku untuk seluruh Penyedia Jasa.
d. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat ketidaksesuaian dalam
penerapan RK3K dan/atau perubahan dan/atau pekerjaan tambah/kurang,
maka RK3K harus ditinjau ulang dan disetujui oleh PPK.
e. Dokumentasi hasil pelaksanaan RK3K dibuat oleh penyedia jasa dan
dilaporkan kepada PPK secara berkala sebagai bagian dari laporan
pelaksanaan pekerjaan.
f. Apabila terjadi kecelakaan kerja, Penyedia Jasa wajib membuat laporan
kecelakaan kerja kepada PPK, Dinas Tenaga Kerja setempat, paling lambat 2
x 24 jam.
g. Penyedia Jasa wajib melaksanakan perbaikan dan peningkatan kinerja sesuai
hasil evaluasi kinerja RK3K yang dilakukan tiga bulanan, dalam rangka
menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan RK3K.

4.5. Tahap Penyerahan Hasil Akhir

Pada tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan telaahan tentang managemen K3


dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pada saat pelaksanaan uji coba dan laik fungsi sistem (testing dan
commissioning) untuk penyerahan hasil akhir pekerjaan, Ahli K3 / Petugas K3
harus memastikan bahwa prosedur K3 telah dilaksanakan.
b. Laporan Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan wajib memuat hasil kinerja SMK3,
statistik kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta usulan perbaikan untuk
proyek sejenis yang akan datang.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 12


MODUL K3

4.6. Biaya penyelenggaraan SMK3

Untuk menjamin bahwa managemen K3 dapat terlaksana tanpa hambatan biaya


maka biaya-biaya berikut ini wajib dimasukkan menjadi bagian kontrak yang dibahas
dalam Pre Construction Meeting.
a. Biaya penyelenggaraan SMK3 mencakup:
1. Penyiapan RK3K;
2. Sosialisasi dan promosi K3;
3. Alat pelindung kerja;
4. Alat pelindung diri;
5. Asuransi dan perijinan;
6. Personil K3;
7. Fasilitas sarana kesehatan;
8. Rambu-rambu; dan
9. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3.
b. Rencana biaya penyelenggaraan SMK3 menjadi bagian dari RK3K, yang
disepakati dan disetujui pada saat rapat Pre Construction Meeting.

Soal latihan
1. Jelaskan kebijakan SMK3 Konstruksi Departemen PU
2. Jelaskan pelaksanaan SMK3 pada tahap pra konstruksi
3. Jelaskan pelaksanaan SMK3 pada tahap pemilihan penyedia jasa
4. Jelaskan pelaksanaan SMK3 pada tahap pelaksanaan konstruksi
5. Jelaskan pelaksanaan SMK3 pada tahap penyerahan hasil pekerjaan.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 13


MODUL K3

BAB V
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

5.1 Umum

Mengingat bahwa keberhasilan managemen K3 sangat tergantung dari


personil yang memiliki tugas dan tanggung jawab mengenai K3, maka perlu
dipastikan peran dan tanggung jawab pejabat atau personil tertentu dalam
managemen pelaksanaan konstruksi persungaian. Akan disampaikan peran dan
tanggung jawab masing-masing yaitu PPK, Penyedia Jasa, Anggota Pokja ULP
serta uraian lebih detil tentang RK3K.

5.2 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Sesuai ketentuan Permen PU nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem


Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bidang Pekerjaan Umum
seorang PPK wajib:
a. Menerapkan SMK3 untuk setiap paket pekerjaan;
b. Mengidentifikasi dan menetapkan potensi bahaya K3;

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 14


MODUL K3

c. Dalam mengidentifikasi bahaya dan menetapkan potensi bahaya K3 dapat


mengacu hasil dokumen perencanaan atau berkonsultasi dengan Ahli K3;
d. Menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang sudah memperhitungkan
biaya penyelenggaraan SMK3;
e. Menyusun dan menetapkan Dokumen Kontrak yang telah memuat ketentuan
penerapan SMK3;
f. Membahas dan mengesahkan RK3K yang disusun oleh Penyedia Jasa saat
rapat persiapan pelaksanaan, atas dasar rekomendasi Ahli K3 / Petugas K3;
g. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan RK3K;
h. Melakukan evaluasi thd kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja untuk
perbaikan dan laporan ke Kasatker;
i. Dalam melakukan pengawasan pelaksanaan RK3K dan evaluasi kinerja, PPK
dibantu oleh Ahli K3 / Petugas K3 dari internal dan/atau eksternal;
j. Memberi surat peringatan secara bertahap kepada Penyedia Jasa apabila
tidak melaksanakan RK3K yang telah ditetapkan;
k. Menghentikan bagian pekerjaan yang dinilai berisiko K3 apabila peringatan
ke-2 tidak ditindaklanjuti oleh Penyedia Jasa;
l. Dalam kondisi Penyedia Jasa melakukan pekerjaan yang dapat berakibat
fatal, PPK dapat menghentikan pekerjaan sampai ada perbaikan secara
memadai;
m. Segala risiko kerugian akibat penghentian pekerjaan tersebut di atasmenjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa;
n. Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja konstruksi, apabila PPK
tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf k, l
dan/atau huruf m di atas;
o. Memberikan Surat Keterangan Nihil Kecelakaan Kerja kepada Penyedia Jasa
yang telah melaksanakan SMK3 tanpa terjadi kecelakaan kerja;
p. Untuk pekerjaan konstruksi yang bersifat swakelola, pihak yang berperan
sebagai penyelenggara wajib membuat RK3K Kegiatan Swakelola;

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 15


MODUL K3

q. Membuat analisis, kesimpulan, rekomendasi dan rencana tindak lanjut


terhadap laporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang diterima
dari Penyedia Jasa.

5.3 Penyedia Jasa

Penyedia Jasa mempunyai peran dan tanggung jawab sebagai partner


Pengguna Jasa mewujudkan konstruksi persungaian sesuai rencana. Penyedia jasa
ini memiliki peran dan tanggung jawab seperti berikut ini.
a. Berhak meminta penjelasan kepada Pokja ULP tentang Risiko K3 termasuk
potensi bahaya saat Rapat Penjelasan Pekerjaan;
b. Menyampaikan RK3K Penawaran sebagai lampiran dokumen penawaran;
c. Penyedia Jasa wajib menyerahkan RK3K pada rapat persiapan pelaksanaan
kontrak untuk disetujui oleh PPK.
d. RK3K disusun paling sedikit berisi: Kebijakan K3 Proyek; Organisasi K3;
Perencanaan K3; Pengendalian dan Program K3; Pemeriksaan dan Evaluasi
Kinerja K3; Tinjauan Ulang Kinerja K3.
e. RK3K dapat direvisi sesuai dengan kondisi lokasi pekerjaan.
f. Penyedia Jasa berkewajiban untuk memutakhirkan RK3K jika terjadi
addendum kontrak dan peristiwa kompensasi dengan persetujuan PPK,
dimana persetujuan PPK tidak mengubah kewajiban kontraktual penyedia.
g. Apabila ditetapkan sebagai pemenang lelang maka:
1) Ia harus menyampaikan RK3K yang memuat seluruh kegiatan yang akan
dilaksanakan pada saat Pre Construction Meeting (PCM);
2) Menugaskan Ahli K3 untuk setiap paket pekerjaan yang mempunyai
Tingkat Bahaya K3 Tinggi atau Petugas K3 untuk paket pekerjaan dengan
Tingkat Bahaya K3 Rendah.
h. Menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3 dalam harga
penawaran sebagai bagian dari biaya umum;
i. Membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 sebagai bagian dari
Dokumen Serah Terima Kegiatan pada akhir kegiatan;

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 16


MODUL K3

j. Melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan


setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan
penyakit akibat kerja konstruksi dalam bentuk laporan bulanan;
k. Menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK;
l. Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
apabila tidak menyelenggarakan SMK3 sesuai dengan RK3K;
m. Mengikutsertakan pekerjanya dalam program perlindungan tenaga kerja
selama kegiatan pekerjaan konstruksi;
n. Melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk inspeksi yang
meliputi:
1. Tempat kerja;
2. Peralatan kerja;
3. Cara kerja;
4. Alat Pelindung Kerja;
5. Alat Pelindung Diri;
6. Rambu-rambu; dan
7. Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.

5.4 Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan

Kelompok Unit Layanan Pengadaan sesuai Permen PU mempunyai tugas dan


fungsi :
a. Memeriksa kelengkapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan memastikan
bahwa biaya SMK3 telah dialokasikan dalam biaya umum.
b. Apabila HPS belum mengalokasikan biaya SMK3, maka Pokja ULP wajib
mengusulkan perubahan kepada PPK untuk dilengkapi.
c. Menyusun dokumen pemilihan Penyedia Barang/Jasa sesuai kriteria yang di
dalamnya memuat:
1) Uraian Pekerjaan;
2) Potensi Bahaya;
3) Identifikasi bahaya K3;

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 17


MODUL K3

4) Persyaratan RK3K sbg bgn dokumen usulan teknis;


5) Evaluasi teknis untuk menilai pemenuhan persyaratan (sasaran dan
program) K3 yang tertuang dalam RK3K;
6) Mensyaratkan Ahli K3 utk pekerjaan dengan potensi bahaya K3 tinggi
(punya) sertifikat SMK3 perusahaan;
7) Melibatkan Petugas K3 untuk pekerjaan yang mempunyai potensi bahaya
K3 rendah.
d. Memberikan penjelasan saat aanwijzing serta menuangkan dalam berita
acara tentang potensi dan identifikasi bahaya dari pekerjaan yang akan
dilelangkan.
e. Menilai pemenuhan RK3K terkait dengan ketentuan dalam pelaksanaan
Pemilihan Barang/Jasa.
Soal latihan
1. Jelaskan tugas dan fungsi PPK dalam SMK3
2. Jelaskan tugas dan fungsi Penyedia Jasa dalam SMK3
3. Jelaskan tugas dan fungsi Pokja ULP dalam SMK3
4. Jelaskan isi RK3K

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 18


MODUL K3

BAB VI
PERALATAN DAN RAMBU PERINGATAN K3

6.1 Peralatan Kerja

Peralatan kerja sebuah proyek konstruksi umumnya terdiri atas beberapa


bagian standar sebagai berikut:
a. Tabung Pemadam Kebakaran
b. Pagar Pengamanan
c. Penangkal Petir
d. Pemeliharaan Jalan Kerja dan Jembatan Kerja
e. Jaring Pengamanan pada Bangunan Tinggi
f. Pagar Pengaman Lokasi Proyek
g. Tangga
h. Peralatan P3k
i. Alat Pelindung Diri

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 19


MODUL K3

6.2 Rambu Peringatan

Seperti halnya peralatan kerja rambu peringatan untuk sebuah proyek


konstruksi persungaian juga terdiri atas beberapa rambu standar sebagai berikut:
a. Peringatan Bahaya dari Atas
b. Peringatan Bahaya Benturan Kepala
c. Peringatan Bahaya Longsoran
d. Peringatan Bahaya Api
e. Peringatan Tersengat Listrik
f. Penunjuk Ketinggian (Bangunan Lebih Dari 2 Lantai)
g. Penunjuk Jalur Instalasi Listrik Kerja Sementara
h. Penunjuk Batas Ketinggian Penumpukan Material
i. Larangan Memasuki Area Tertentu
j. Larangan Membawa Bahan-Bahan Berbahaya
k. Petunjuk untuk Melapor (Keluar Masuk Proyek)

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 20


MODUL K3

Beberapa contoh peringatan kerja :

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 21


MODUL K3

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 22


MODUL K3

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 23


MODUL K3

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 24


MODUL K3

Soal latihan
1. Sebutkan kelengkapan alat kerja

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 25


MODUL K3

2. Sebutkan kelengkapan rambu peringatan kerja

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 26

Anda mungkin juga menyukai