Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KONTRUKSI

BENTUK KASUS KECELAKAAN KERJA YANG TERJADI DAN CARA


MENGATASINYA

Oleh :

Dwi Lastri Utami (22323086)


Farel Alvarezi (22323091)
Febiana Avarel Khan (22323094)
Ghani Rakshanda (22323097)
Muhammad Arsil Azim (22323112)

Dosen Pengampu
Dr. Henny Yustisia, ST., M.T.

PRODI S1 TEKNIK SIPIL NK


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yangtelah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah K3 (Kesehatan
Keselamatan Kerja). Makalah ini berisikan tentang pengertian K3 menurut beberapa
ahli,macam-macam kecelakaan yang pernah dan bisa terjadi, penyebab terjadinya
kecelakaan, cara mengantisipasi apabila terjadinya kecelakaan tersebut.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yangsifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah yang
telah dibuat.Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orangk
khususnya pembaca dan semoga Allah SWT. Senantiasa meridhai segala urusankami.

Padang, 15 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II: KONSEP DASAR K3

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


B. Pentingnya K3 dalam Konstruksi dan Pertambangan
C. Sejarah Peraturan K3 di Indonesia

BAB III: BENTUK DAN PENYEBAB KECELAKAAN

A. Bentuk-Bentuk Kecelakaan dalam Konstruksi


1. Kecelakaan Akibat Pekerjaan di Ketinggian
2. Kecelakaan Terkait dengan Penggunaan Peralatan Berat
3. Kecelakaan Akibat Paparan Bahan Kimia Berbahaya
B. Bentuk-Bentuk Kecelakaan dalam Pertambangan
4. Kecelakaan Terkait dengan Alat Berat di Tambang
5. Kecelakaan Akibat Gas Metana dalam Pertambangan
6. Kecelakaan Terkait dengan Penggalian Tambang

BAB IV: PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KECELAKAAN

A. Pelatihan dan Kesadaran Keselamatan


1. Pelatihan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
2. Pelatihan Keselamatan Kerja di Ketinggian
B. Manajemen Risiko
3. Evaluasi dan Pengelolaan Risiko dalam Konstruksi
4. Pengawasan dan Pemantauan di Tambang
C. Peraturan dan Standar Keselamatan
5. Peran Peraturan Keselamatan Kerja
6. Standar Keselamatan di Tambang
D. Penanganan Kecelakaan
7. Tindakan Pertolongan Pertama
8. Evakuasi dan Pemulihan Korban
9. Investigasi Kecelakaan dan Pembelajaran dari Kasus-Kasus Terdahulu

BAB V: STUDI KASUS

 A. Kecelakaan di Pabrik Kimia di Cilegon, Banten


 B. Kecelakaan Proyek Konstruksi Jembatan di Surabaya, Jawa Timur
 C. Kecelakaan Pertambangan Batubara di Kalimantan Selatan
 D. Kecelakaan Ledakan Tambang di Sawah Lunto, Sumatra Barat

BAB VI: KESIMPULAN


 A. Kesimpulan dari Analisis Kasus-Kasus Kecelakaan
 B. Pentingnya Penerapan K3 dalam Konstruksi dan Pertambangan
 C. Upaya yang Dapat Dilakukan untuk Mencegah Kecelakaan

BAB VII: SARAN

 A. Saran untuk Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


 B. Perlunya Kesadaran dan Kepatuhan Terhadap K3
 C. Peran Pemerintah dan Industri dalam Mendorong Keselamatan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi salah satu
penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Risiko kegagalan
(risk of failures) selalu ada pada setiap aktifitas pekerjaan dan saat kecelakaan kerja
(work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, dapat mengakibatkan efek kerugian
(loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja harus
dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Secara historis peraturan tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia telah ada sejak pemerintahan
Hindia Belanda. Setelah jaman kemerdekaan dan diberlakukannya Undang-undang
Dasar 1945, maka beberapa peraturan termasuk peraturan keselamatan kerja yang
pada saat itu berlaku yaitu Veiligheids Reglement telah dicabut dan diganti dengan
Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970. Setiap kecelakaan pasti selalu
ada penyebabnya, kelalaian perusahaan yang hanya memusatkan diri pada keuntungan
merupakan penyebab besar terjadinya kecelakaan kerja. Minimnya pengetahuan
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagian besar disebabkan oleh masih
adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya
perusahaan, padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi/ santunan untuk
korban kecelakaan kerja lebih kecil dibandingkan keuntungan.

Tujuan manajemen risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah mengurangi
risiko K3 yang berpotensi mengakibatkan kerugian baik dalam prihal finansial
maupun citra dari perusahaan itu sendiri, mengetahui bagaimana kecelakaan terjadi
juga berguna dalam arti mengidentifikasi jenis kegagalan atau kesalahan apa saja
yang biasanya menyebabkan kecelakaan, sehingga tindakan dapat diambil untuk
mengatasi kegagalan tersebut sebelum ada kesempatan untuk terjadi, oleh karena itu
dengan berkurangnya risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) diharapkan dapat
mengurangi dampak kecelakaan pada area kerja serta meningkatkan keuntungan
organisasi dari sisi kesehatan maupun sisi keselamatan karyawan/pekerja dalam
melakukan pekerjaan di tempat kerjanya sesuai ekspektasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi dalam kontruksi?

2. Apa penyebab terjadinya kecelakan kerja dalam kontruksi?

3. Bagaimamna cara menccegah atau mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi

C. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bentuk kecelakaan kerja yang
dapat terjadi dalam kontruksi, menemukan penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan
memberikan solusi dalam mengatasi kecelakaan kerja yang terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian K3
Keselamatan kerja konstruksi mengacu pada upaya untuk menjaga keamanan dan
kesehatan pekerja yang terlibat dalam proyek konstruksi, serta untuk mengurangi
risiko kecelakaan, cedera, dan penyakit terkait pekerjaan di sektor konstruksi. Ini
adalah aspek yang sangat penting dalam industri konstruksi karena pekerjaan di
bidang ini sering melibatkan risiko yang tinggi, seperti penggunaan peralatan berat,
pekerjaan di ketinggian, paparan bahan kimia berbahaya, dan banyak faktor lainnya
yang dapat membahayakan keselamatan pekerja.

Beberapa aspek penting dari keselamatan kerja konstruksi meliputi:

1. Pelatihan: Pekerja konstruksi harus menerima pelatihan yang memadai untuk


menggunakan peralatan dengan benar, mengidentifikasi bahaya potensial, dan
menjalankan tugas mereka dengan aman.

2. Penggunaan Peralatan Pelindung Diri (APD): Pekerja harus menggunakan APD


yang sesuai, seperti helm, kacamata pelindung, alat pelindung telinga, dan
perlindungan pernapasan, untuk mengurangi risiko cedera.

3. Manajemen Risiko: Kontraktor dan pengawas proyek harus melakukan evaluasi


risiko untuk mengidentifikasi dan mengurangi potensi bahaya di lokasi konstruksi.
Langkah-langkah perencanaan dan pengelolaan risiko harus diimplementasikan.

4. Prosedur Keselamatan: Proyek konstruksi harus memiliki prosedur keselamatan


yang ketat dan dipatuhi oleh semua pekerja. Ini termasuk prosedur untuk menghindari
tabrakan peralatan, pengaturan zona bebas, dan prosedur evakuasi darurat.

5. Inspeksi dan Pemeliharaan Peralatan: Peralatan konstruksi harus diinspeksi secara


berkala untuk memastikan bahwa mereka berfungsi dengan baik dan aman digunakan.

6. Komunikasi: Komunikasi yang efektif antara semua pihak yang terlibat dalam
proyek konstruksi, termasuk kontraktor, pekerja, pengawas, dan pemilik proyek,
sangat penting untuk menjaga keselamatan.

Keselamatan kerja konstruksi memiliki dampak besar pada kesejahteraan pekerja,


biaya proyek, dan jangka waktu penyelesaian. Karena itu, upaya yang serius dan
berkelanjutan dalam meningkatkan keselamatan kerja konstruksi sangatlah penting
untuk mengurangi risiko cedera dan kematian di industri ini.

Dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah bidang yang
berfokus pada upaya untuk menjaga kesejahteraan dan keamanan para pekerja di
lingkungan kerja. Ini melibatkan berbagai kebijakan, prosedur, praktik, dan program-
program yang dirancang untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengurangi risiko
cedera, penyakit, dan gangguan yang dapat 3timbul akibat aktivitas pekerjaan. Tujuan
utama K3 adalah melindungi pekerja dan menciptakan lingkungan kerja yang aman
dan sehat.
B. Bentu-Bentuk Kecelakaan Kontruksi
Berikut adalah contoh kasus kecelakaan kerja yang pernah terjadi di Indonesia,
beserta tempat terjadinya kecelakaan, bentuk kecelakaannya, dan cara mengatasinya:

1.. Kecelakaan di Pabrik Kimia di Cilegon, Banten

Tempat Terjadinya: Pabrik kimia di Cilegon, Banten.


Bentuk Kecelakaan: Kecelakaan ledakan yang mengakibatkan luka bakar serius pada
beberapa pekerja.

Cara Mengatasinya:
1. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Rutin: Pabrik kimia harus melakukan pemeriksaan
rutin pada peralatan dan sistem yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan seperti
ledakan.
2. Pelatihan Keselamatan Kimia: Semua pekerja yang bekerja dengan bahan kimia
berbahaya harus menerima pelatihan yang memadai tentang cara menghadapi bahan
kimia tersebut dan tindakan evakuasi yang benar.
3. Penggunaan Peralatan Pelindung Diri (APD): Pekerja harus selalu mengenakan
APD yang sesuai, termasuk pakaian pelindung dan alat pernapasan jika diperlukan.
Kecelakaan di Konstruksi Jembatan di Surabaya, Jawa Timur

2.. Kecelakaan Proyek Kontruksi Jembatan di Surabaya, Jawa Timur

Tempat Terjadinya: Lokasi proyek konstruksi jembatan di Surabaya, Jawa Timur.


Bentuk Kecelakaan: Jatuh dari ketinggian karena kelalaian penggunaan alat
pengaman yang benar.

Cara Mengatasinya:
1. Pelatihan Keselamatan di Ketinggian: Pekerja konstruksi harus menerima pelatihan
khusus tentang keselamatan di ketinggian, termasuk penggunaan tali pengaman dan
peralatan pengaman lainnya.
2. Pengawasan Ketat: Kontraktor proyek harus memastikan bahwa semua pekerja
mengikuti prosedur keselamatan dan menggunakan alat pengaman dengan benar.
Inspeksi Rutin:
3. Melakukan inspeksi rutin terhadap peralatan pengaman untuk memastikan bahwa
semuanya dalam kondisi baik.

3.. Kecelakaan Pertambangan Batubara di Kalimantan Selatan

Tempat Terjadinya: Tambang batubara di Kalimantan Selatan.


Bentuk Kecelakaan: Tergulung oleh alat berat selama proses penambangan.

Cara Mengatasinya:
1. Pelatihan Keselamatan Tambang: Semua pekerja di tambang batubara harus
menjalani pelatihan keselamatan tambang yang ketat, termasuk cara menghindari
bahaya dari alat berat.
2. Pengawasan dan Rekayasa Keselamatan: Menerapkan sistem pengawasan yang
ketat dan teknologi keselamatan seperti sensor dan alarm untuk menghindari
kecelakaan dengan alat berat.
3. Evakuasi Darurat: Mengembangkan rencana evakuasi darurat yang efektif dan
melatih pekerja dalam tindakan evakuasi yang benar.

Setiap kasus kecelakaan kerja harus ditinjau secara mendalam untuk mengidentifikasi
penyebabnya dan mencegah kejadian serupa di masa depan. Pencegahan kecelakaan
melibatkan pendidikan, pelatihan, pemeliharaan peralatan, dan pengawasan yang ketat
untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman.

4. . Kecelakaan Ledakan Tambang di Sawah Lunto


Tempat terjadinya : Sawahlunto, Provinsi Sumatra Barat
Bentuk Kecelakaan : Ledakan yang diakibatkan oleh gas metana

Pada hari Selasa, tanggal 16 Juni 2009, sekitar pukul 10.00 WIB telah terjadi
kecelakaan di wilayah Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi batubara PT Dasrat
Sarana Arang Sejati di Bukit Bual/Ngalau Cigak, Kecamatan Talawi, Kota
Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. KP Eksploitasi PT Dasrat Sarana Arang Sejati
diterbitkan oleh Walikota Sawahlunto berdasarkan SK No.
05.39/PERINDAKOP/2006 berlaku mulai 2 Juni 2006 s.d 2 Juni 2011.
Pelaksana penambangan adalah kontraktor CV Cipta Perdana. Penambangan
dilakukan secara manual menggunakan alat gali belincong dengan membuat lubang-
lubang masuk di dalam lapisan batubara tanpa ada ventilasi memadai, hanya
mengandalkan ventilasi alami. Ketebalan lapisan batubara yang digali mencapai
sekitar 2,5 meter.
Kecelakaan yang terjadi diduga akibat ledakan gas metana (CH4), efek ledakan
mengakibatkan adanya lemparan material hingga sejauh 150 meter dari mulut
tambang, dan terlemparnya 14 orang yang berada pada jarak sekitar 50 meter dari
mulut tambang. Konsentrasi gas metana pada tambang batubara bawah tanah pada
kisaran 5 – 15% dapat menimbulkan ledakan (Handbook for Methane Control in
Mining, Dept of Health and Human Services, Pittsburgh – USA, 2006).
Korban meninggal 32 orang dan sudah dievakuasi (31 orang dievakuasi dari lubang
tambang dan 1 orang yang berada di luar tambang).Diperkirakan korban yang masih
di dalam lubang tambang dan belum diketahui kondisinya, 1 orang.Korban luka
parah/ringan dan dirawat 13 orang.

Cara Mengatasinya :

Kecelakaan tambang yang disebabkan oleh ledakan gas metana sangat serius dan
memerlukan tindakan yang cepat dan tepat. Berikut adalah langkah-langkah untuk
mengatasinya:

1. Evakuasi dan Pertolongan Pertama:


o Pastikan semua korban yang dapat dievakuasi segera dikeluarkan dari
tambang dan mendapatkan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi
masing-masing.
o Kirim segera para korban yang membutuhkan perawatan medis ke
fasilitas kesehatan terdekat.
2. Penyelamatan Korban yang Masih Tertinggal:
o Selidiki dengan hati-hati apakah ada korban yang masih tertinggal di
dalam tambang. Gunakan peralatan pelindung diri yang sesuai, seperti
masker anti-gas, untuk masuk kembali ke tambang jika diperlukan.
o Lakukan penyelamatan korban yang tertinggal dengan hati-hati,
mengikuti prosedur yang telah ditentukan untuk menghindari risiko
tambahan.
3. Penyelidikan Kecelakaan:
o Selidiki penyebab pasti ledakan gas metana dengan melibatkan tim ahli
dan penyidik kecelakaan tambang. Ini termasuk analisis ventilasi,
penggunaan alat yang sesuai, dan pelanggaran keselamatan tambang
yang mungkin terjadi.
o Lakukan penyelidikan menyeluruh untuk mengidentifikasi faktor
penyebab ledakan gas metana dan pihak yang bertanggung jawab.
4. Perbaikan Ventilasi:
o Pastikan ventilasi tambang diperbaiki agar dapat menyediakan aliran
udara yang cukup untuk menghindari penumpukan gas metana yang
berbahaya.
o Gunakan sistem ventilasi tambang yang efisien dan pastikan
penggunaannya sesuai dengan pedoman keselamatan.
5. Pelatihan dan Kesadaran Keselamatan:
o Lakukan pelatihan tambang yang komprehensif bagi semua pekerja,
termasuk penggunaan peralatan pelindung diri dan prosedur
keselamatan kerja.
o Tingkatkan kesadaran keselamatan dan pemahaman mengenai bahaya
gas metana di antara semua pekerja tambang.
6. Pemantauan Gas Metana:
o Pasang sistem pemantauan gas metana yang canggih dan terus-
menerus di seluruh tambang untuk memantau tingkat gas metana
secara real-time.
o Tetapkan batasan tingkat gas metana yang aman dan tindakan yang
harus diambil jika batasan tersebut terlampaui.
7. Kepatuhan Hukum dan Peraturan Keselamatan:
o Pastikan perusahaan pertambangan dan kontraktor patuh terhadap
semua peraturan dan pedoman keselamatan tambang yang berlaku.
8. Koordinasi dengan Otoritas:
o Kerjasama erat dengan otoritas pertambangan dan otoritas setempat
untuk memastikan langkah-langkah yang diambil sesuai dengan
regulasi yang berlaku.
9. Pengelolaan Dampak Sosial dan Psikologis:
o Berikan dukungan psikologis kepada korban dan keluarganya serta
kepada pekerja tambang yang terlibat dalam insiden ini.
10. Pemantauan dan Pembaruan Keselamatan:
o Terus memantau dan memperbarui langkah-langkah keselamatan
sesuai dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan terkini untuk
menghindari insiden serupa di masa depan.
Penting untuk diingat bahwa keselamatan tambang adalah prioritas utama, dan upaya
maksimal harus dilakukan untuk mencegah insiden serupa terjadi di masa depan.
Keselamatan pekerja tambang dan lingkungan sekitar tambang harus menjadi fokus
utama dalam operasi pertambangan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Keselamatan kerja harus menjadi prioritas utama dalam semua aktivitas


konstruksi dan pertambangan. Kecelakaan dapat dihindari atau
dikurangi dampaknya dengan menerapkan pelatihan yang memadai,
penggunaan peralatan pelindung diri (APD), manajemen risiko, prosedur
keselamatan yang ketat, inspeksi rutin, dan komunikasi yang efektif.
2. Setiap kecelakaan harus diselidiki secara menyeluruh untuk
mengidentifikasi penyebabnya. Ini membantu mencegah terulangnya
kejadian serupa di masa depan. Selain itu, penerapan peraturan dan
pedoman keselamatan yang berlaku sangat penting.
3. Keselamatan tambang, khususnya dalam kasus ledakan gas metana,
memerlukan perhatian khusus dan tindakan pencegahan yang ketat. Ini
melibatkan pemantauan gas, pelatihan khusus, pemeliharaan ventilasi
yang baik, dan koordinasi dengan otoritas terkait.

B. Saran

1. Perusahaan konstruksi dan pertambangan harus memastikan bahwa semua


pekerja mendapatkan pelatihan yang memadai tentang keselamatan kerja,
terutama dalam situasi yang berisiko tinggi seperti pekerjaan di ketinggian,
penggunaan bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian alat berat.
2. Penggunaan peralatan pelindung diri (APD) harus diawasi secara ketat, dan
pekerja harus diberikan insentif untuk mematuhi prosedur keselamatan.
3. Inspeksi rutin dan pemeliharaan peralatan dan fasilitas kerja harus menjadi
bagian dari rutinitas harian dalam industri konstruksi dan pertambangan.
4. Pemantauan gas metana di tambang harus dilakukan secara terus-menerus, dan
tindakan pencegahan yang efektif harus diambil jika tingkat gas metana
melebihi batas aman.
5. Keterlibatan aktif dari manajemen dan otoritas terkait dalam memastikan
kepatuhan terhadap peraturan keselamatan kerja sangat penting.
6. Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan harus menerima dukungan psikologis
yang memadai untuk membantu mereka pulih secara fisik dan mental.
Penerapan langkah-langkah ini akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang
lebih aman, mengurangi risiko kecelakaan, dan melindungi pekerja di industri
konstruksi dan pertambangan. Keselamatan kerja bukan hanya tanggung jawab
perusahaan, tetapi juga tanggung jawab bersama untuk menjaga keselamatan setiap
individu yang bekerja di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/berita/d-5955668/pabrik-kimia-di-cilegon-meledak-ini-fakta-
faktanya

https://radarbanjarmasin.jawapos.com/hukum-peristiwa/25/10/2022/kontraktor-
beberkan-kronologi-jatuhnya-girder-yang-timpa-pekerja-hingga-tewas/

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/67586-
berikut_daftar_lengkap_seluruh_korban_ledakan

https://katigaku.top/2016/04/21/5-kecelakaan-kerja-besar-di-indonesia/

http://www.esdm.go.id/siaran-pers/55-siaran-pers/2603-penanggulangan-dan-
investigasi-kecelakaan-tambang-batubara-di-sawahlunto.html

Anda mungkin juga menyukai