Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGANTAR METODE PELAKSANAAN DAN PEMBONGKARAN


KONSTRUKSI

“K3 dan Rencana Keselamatan Konstruksi”

Disusun oleh :
Bintang Rezki Andesya Putra
2021210025

Dosen Pengampu :
Arman A, S.ST., MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
dengan judul Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi pada mata kuliah
Pengantar Metode Pelaksanaan dan Pembongkaran Konstruksi.

Adapun tujuan dari penyusunan tugas ini guna untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Pengantar Metode Pelaksanaan dan Pembongkaran Konstruksi yang
diampu oleh Bapak Arman A, S.ST., M.T.

Padang, 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Definisi K3 dan RKK .......................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian K3 dan RKK............................................................................... 3
2.1.2 Pentingnya penerapan K3 dan RK ............................................................... 3
2.1.3 Tujuan K3 konstruksi dan RKK ................................................................... 3
2.2 Prinsip Kerja K3 Konstruksi ........................................................................... 6
2.3 Elemen yang Terdapat dalam RKK .................................................................... 7
2.4 Jenis Bahaya Konstruksi ..................................................................................... 7
2.5 Cara Mengidentifikasi Potensi Bahaya dan Cara Mengendalikannya ................ 8
2.6 Alat Pelindung Diri (APD) .................................................................................. 9
2.7 Tantangan dan Hambatan Penerapan K3 dan RKK .......................................... 15
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 17
3.3 Kesimpulan........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSAKA .................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Pemerintah Republik
Indonesia, 2012). Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting bagi
produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya
manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih
produktivitas yang baik pula. Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja
tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi prima.
Sebaliknya, keadaan sakit atau gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja
tidak atau kurang produktif dalam melakukan pekerjaannya.

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat (Pemerintah Republik Indonesia, 2012). Pekerja
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain (Pemerintah Republik Indonesia, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu K3 dan RKK dalam konstruksi dan mengapa penting diterapkan?
2. Apa saja prinsip kerja K3 konstruksi dan bagaimana cara menerapkannya
dalam proyek konstruksi?
3. Apa saja elemen-elemen dalam RKK konstruksi?
4. Apa saja jenis bahaya konstruksi?
5. Bagaimana cara mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko di lingkungan
kerja konstruksi dan bagaimana cara mengendalikannya ?
6. Apa saja alat pelindung diri pada K3?

1
7. Apa saja tantangan dan hambatan dalam penerapan K3 dan RKK konstruksi
dan bagaiamana cara mengatasi tantangan tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui K3 dan RKK dalam konstruksi dan mengapa penting
diterapkan.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja K3 konstruksi
3. Untuk mengetahui elemen-elemen dalam RKK konstruksi.
4. Untuk mengetahui jenis bahaya konstruksi.
5. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko di
lingkungan kerja konstruksi dan bagaimana cara mengendalikannya .
6. Untuk mengetahui alat pelindung diri pada K3.
7. Untuk mengetahui tantangan dan hambatan dalam penerapan K3 dan RKK
konstruksi dan bagaiamana cara mengatasi tantangan tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi K3 dan RKK


2.1.1 Pengertian K3 dan RKK
K3 dalam konstruksi Merujuk pada Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi, yang merupakan serangkaian kegiatan untuk memastikan
dan melindungi keselamatan serta kesehatan para pekerja di sektor
konstruksi. RKK (Rencana Keselamatan Konstruksi) adalah dokumen yang
mempertahankan rencana penerapan SMKK (Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi) dan merupakan bagian integral dari dokumen
kontrak dalam proyek konstruksi. RKK mencakup unsur-unsur seperti
kepemimpinan tenaga kerja, perencanaan, dukungan, operasi, dan evaluasi
kinerja penerapan SMKK

2.1.2 Pentingnya penerapan K3 dan RK


Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan RKK (Rencana
Keselamatan Konstruksi) sangat penting dalam sektor konstruksi karena
alasan-alasan berikut:

1. Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja


Penerapan K3 dan RKK dapat membantu mengidentifikasi potensi
bahaya dan risiko di lingkungan kerja konstruksi, serta mengendalikan
paparan terhadap bahan berbahaya. Hal ini dapat membantu
meminimalkan risiko kecelakaan dan cedera kerja, serta meningkatkan
keselamatan dan kesehatan para pekerja di sektor konstruksi.
2. Meningkatkan Produktivitas
Dengan penerapan K3 dan RKK, perusahaan konstruksi dapat
menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif bagi para
pekerja. Hal ini dapat membantu meningkatkan produktivitas dan
efisiensi proyek konstruksi.

3
3. Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Peraturan
Konstruksi K3 dan RKK diatur dalam beberapa aturan peraturan dan
regulasi, seperti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017, Peraturan
Pemerintah Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2014, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012. Dengan menerapkan K3 dan RKK,
perusahaan konstruksi dapat memastikan kepatuhan terhadap peraturan
tersebut.
4. Meningkatkan Reputasi Perusahaan
Penerapan K3 dan RKK dapat membantu meningkatkan reputasi
perusahaan konstruksi di mata karyawan, mitra bisnis, dan
masyarakat. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan dan
citra perusahaan, serta membuka peluang bisnis yang lebih luas di masa
depan.

5. Meningkatkan Keberlanjutan
Dengan penerapan K3 dan RKK, perusahaan konstruksi dapat
memastikan keinginan proyek konstruksi dan meminimalkan dampak
negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal ini dapat
membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan
bagi generasi mendatang.
Dengan memperhatikan pentingnya penerapan K3 dan RKK dalam
konstruksi, perusahaan konstruksi dapat menciptakan lingkungan kerja yang
aman, sehat, dan produktif bagi para pekerja, serta memastikan keinginan
proyek konstruksi dan meningkatkan reputasi perusahaan.

2.1.3 Tujuan K3 konstruksi dan RKK

Yang mana didalam aturan tersebut membahas seputar keselamatan


tenaga kerja. Telah dibahas secara rinci mulai dari syarat K3 hingga
tujuannya. Inilah beberapa tujuan dari adanya rambu K3, diantaranya :

4
1. Berguna untuk mencegah, mengurangi, dan memadamkan berbagai
risiko kecelakaan, kebakaran, bahkan hingga peledakan.
2. Memberikan petunjuk atau kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri
sewaktu terjadi keadaan darurat.
3. Mampu memberikan sebuah pertolongan dan sebagai alat perlindungan
saat terjadi sebuah kecelakaan atau keadaan darurat lainnya.
4. Mengendalikan sebuah penyebarluasan suhu, debu, kotoran, angin,
suara, getaran, dan masih banyak faktor atau benda lainnya.
5. Mampu mengendalikan timbulnya sebuah penyakit akibat kerja, entah
fisik hingga psikis.
6. Dapat digunakan sebagai penyelenggara penyegaran udara, suhu, dan
kelembaban.
7. Mampu memperoleh sebuah penerangan yang sangat cukup saat
keadaan darurat.
8. Berguna untuk mengamankan dan memberikan kelancaran untuk proses
evakuasi keadaan darurat, bahkan dapat digunakan untuk memelihara
bangunan.
9. Mendapatkan sebuah keserasian antara pekerja dengan lingkungannya
dan memelihara kebersihan yang ada.
10. Dapat menyesuaikan dan menyempurnakan berbagai pengaman kerja.

Tujuan dari perencanaan RKK meliputi identifikasi bahaya, penilaian risiko,


sasaran khusus dan program khusus, menghitung biaya rencana keselamatan
konstruksi.
2.1.4 Cara Penerapan Prinsip Kerja K3 Konstruksi
Untuk menerapkan prinsip kerja K3 konstruksi dalam proyek konstruksi,
langkah-langkah berikut dapat dilakukan:

1. Pelatihan dan Sertifikasi : Memberikan pelatihan umum seputar


sistem manajemen K3 kepada pekerja, pengenalan alat-alat
perlindungan yang sesuai standar K3, serta sertifikasi kompetensi
setelah pelatihan.
2. Pemberian Alat Perlindungan : penyunting pekerja dilengkapi
dengan alat perlindungan diri yang sesuai standar K3 untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan mereka selama bekerja.

5
3. Pencegahan Kecelakaan : Melakukan upaya pencegahan agar
pekerja tidak mengalami kecelakaan atau penyakit akibat kerja,
seperti memberikan alat perlindungan yang sesuai dan mengikuti
pelatihan K3.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kerja K3 konstruksi dan menerapkan


langkah-langkah tersebut dengan baik, dapat membantu menciptakan
lingkungan kerja konstruksi yang aman, sehat, dan produktif bagi para
pekerja.

2.2 Prinsip Kerja K3 Konstruksi


Dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam proyek
konstruksi, terdapat beberapa prinsip kerja yang harus diperhatikan

1. Jaminan Keutuhan dan Kesempurnaan : Prinsip ini menjamin


keselamatan dan kesehatan pekerja dalam bekerja, dengan
memberikan perlindungan yang sesuai standar K3, pelatihan
pengetahuan umum seputar sistem manajemen K3, dan sertifikasi
setelah pelatihan kompetensi.
2. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan sebagai Hak Pekerja : Pekerja
memiliki hak untuk bekerja dalam lingkungan kerja yang berisiko
tinggi dengan jaminan keselamatan dan kesehatan mereka secara
fisik selama bekerja.
3. Perlindungan Aset Jangka Panjang : Tenaga kerja dianggap sebagai
aset jangka panjang yang harus dihargai dan dipenuhi hak-haknya,
sehingga perlindungan keselamatan dan kesehatan mereka di
lingkungan kerja sangat penting.

6
2.3 Elemen yang Terdapat dalam RKK
Rencana Keselamatan Konstruksi ( RKK ) adalah dokumen telaah
tentang Keselamatan Konstruksi yang memuat elemen SMKK yang merupakan
satu kesatuan dengan dokumen Kontrak.

Setiap RKK memuat elemen SMKK yang terdiri atas :

1. Kepemimpinan dan parisipasi tenaga kerja dalam keselamatan


konstruksi.
2. Perencanaan keselamatan konstruksi.
3. Dukungan keselamatan konstruksi.
4. Operasi keselamatan konstruksi.
5. Evaluasi kinerja penerapan SMKK.

2.4 Jenis Bahaya Konstruksi


Di lingkungan kerja konstruksi, terdapat beberapa jenis bahaya yang dapat
membahayakan keselamatan dan kesehatan para pekerja. Berikut adalah beberapa
jenis bahaya dalam konstruksi dan contohnya:

1. Bahaya Fisik : Bahaya fisik adalah bahaya yang dapat menyebabkan cedera
atau kerusakan fisik pada tubuh pekerja. Contohnya adalah jatuh dari
ketinggian, tertimpa benda berat, terkena ledakan, terkena listrik, dan
terjepit mesin.
2. Bahaya Kimia : Bahaya kimia adalah bahaya yang dapat menyebabkan
keracunan atau iritasi pada tubuh pekerja akibat paparan bahan kimia
berbahaya. Contohnya adalah paparan asap, gas beracun, bahan kimia
korosif, dan bahan kimia yang mudah terbakar.
3. Bahaya Biologis : Bahaya biologis adalah bahaya yang dapat menyebabkan
infeksi atau penyakit pada tubuh pekerja akibat paparan mikroorganisme
berbahaya. Contohnya adalah paparan virus, bakteri, jamur, dan parasit.
4. Bahaya Ergonomi : Bahaya ergonomi adalah bahaya yang dapat
menyebabkan cedera atau kerusakan pada tubuh pekerja akibat posisi kerja

7
yang tidak ergonomis. Contohnya adalah posisi duduk atau berdiri yang
tidak nyaman, gerakan yang berulang-ulang, dan pengangkatan beban yang
berat.
5. Bahaya Psikososial : Bahaya psikososial adalah bahaya yang dapat
menyebabkan stres atau gangguan mental pada tubuh pekerja akibat
tekanan kerja yang berlebihan atau lingkungan kerja yang tidak kondusif.
Contohnya adalah tekanan kerja yang tinggi, pelecehan verbal atau fisik,
dan diskriminasi.

2.3 Cara Mengidentifikasi Potensi Bahaya dan Cara Mengendalikannya


Untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko di lingkungan kerja
konstruksi, dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

1. Identifikasi Bahaya : Melakukan pengenalan terhadap potensi bahaya di


lingkungan kerja konstruksi, seperti bahaya fisik, kimia, biologi, dan
psikososial
2. Penilaian Risiko : Menilai risiko yang terkait dengan potensi bahaya yang
telah diidentifikasi, termasuk menentukan tingkat keparahan dan peluang
terjadinya kejadian atau kecelakaan kerja pada setiap bahaya yang
teridentifikasi
3. Pengendalian Risiko : mengumumkan rencana tindakan untuk
mengendalikan risiko yang telah diidentifikasi, termasuk menentukan
prioritas upaya perbaikan maupun pencegahan yang perlu dilakukan
4. Pelaporan dan Evaluasi : Melakukan pelaporan dan evaluasi terhadap kondisi
lingkungan kerja konstruksi secara berkala, serta melakukan tindakan
perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan
para pekerja

Untuk mengendalikan potensi bahaya dan risiko di lingkungan kerja konstruksi,


dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

8
1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) : Para pekerja di sektor konstruksi
harus menggunakan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan risiko yang
ada di lingkungan kerja
2. Pelatihan dan Pendidikan : Para pekerja di sektor konstruksi harus dibor dan
diberikan pendidikan terkait K3 dan RKK, termasuk cara mengidentifikasi
bahaya dan risiko, serta cara mengendalikannya
3. Pengawasan dan Inspeksi : Para pengawas dan inspektur harus melakukan
pengawasan dan inspeksi secara berkala terhadap kondisi lingkungan kerja
konstruksi, serta memberikan masukan terkait perencanaan, koordinasi, dan
lingkungan kerja
4. Partisipasi Pekerja : Para pekerja harus dilibatkan dalam upaya pencegahan
kecelakaan konstruksi, termasuk dalam melakukan identifikasi potensi
bahaya yang ada

Dengan memperhatikan cara-cara di atas, dapat membantu mengidentifikasi


potensi bahaya dan risiko di lingkungan kerja konstruksi, serta mengendalikan
paparan terhadap bahan berbahaya dan meminimalkan risiko kecelakaan dan
cedera kerja.

2.6 Alat Pelindung Diri (APD)


APD harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang
berlaku dan harus dipakai oleh pekerja pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis
pekerjaannya. Dasar hukum yang mengatur tentang pemakaian APD secara umum
dicantumkan pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Per.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Untuk
peraturan APD secara spesifik pada bidang konstruksi dicantumkan
pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.Komponen Alat Pelindung Diri Di Tempat

9
Kerja Bidang Konstruksi APD terdiri dari berbagai komponen untuk melindungi
bagian tubuh yang berbeda, seperti Alat Pelindung Kepala, Alat Pelindung Mata,
Alat Pelindung Telinga, Alat Pelindung Pernafasan, Alat Pelindung Tangan,
Pakaian Pelindung, dan Alat Pelindung Kaki. Ilustrasi lengkap dapat dilihat dari
Gambar 1.

Gambar 1: APD Konstruksi (Mentri Pupr)


1. Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala menjadi komponen terpenting yang harus digunakan
oleh setiap orang di lokasi proyek konstruksi. Alat pelindung kepala
digunakan untuk melindungi kepala dari benturan benda yang terjatuh, uap
panas atau dingin, hingga potensi kebakaran dan korosif. Alat pelindung
kepala terdiri dari beberapa kategori yang dibagi berdasarkan fungsi identitas
pegawai. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

10
Gambar 2 : Alat Pelindung Kepala (ahmad suparjo 2017)
2. Alat Pelindung Mata dan Wajah
Alat pelindung mata dan wajah diperlukan oleh setiap orang pada proyek
konstruksi untuk melindungi dari lemparan benda kecil, pengaruh cahaya,
pengaruh radiasi tertentu dan percikan cairan. Contoh alat pelindung mata
adalah google, dan kacamata (Gambar 3 a dan b). Sedangkan, contoh alat
pelindung wajah adalah visor, masker full face, topeng las (Gambar 3 c dan
d).

Gambar 3: (a) Kacamata (b) Googles (c) Masker Fullface (d) Topeng Las
(Febrian 2018)

3. Alat Pelindung Telinga

11
Alat pelindung telinga terkadang dibutuhkan di lokasi proyek konstruksi ketika
terdapat suara bising yang dapat menganggu kesehatan telinga. Sumbat telinga
atau ear plug dapat mengurangi intensitas suara 10 sampai dengan 15 dB dan
tutup telinga (ear muff) dapat mengurangi intensitas suara 20 sampai dengan 30
dB. Ear plug yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan
frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu. Contoh dari ear
muff dan ear plug dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 (a) Ear Plug (b) Ear Muff (sscovadonga )


4. Alat Pelindung Pernapasan
Pernafasan merupakan salah satu sistem organ pekerja proyek konstruksi yang
juga harus dilindungi dengan mencegah potensi kerusakan organ pernafasan.
Sumber bahaya seperti pencemaran di udara yang disebabkan oleh virus,
bakteri, partikel debu, kabut, asap atau uap logam terkadang ada pada lokasi
proyek konstruksi. Penentuan kebutuhan pelindung pernapasan tergantung
pada jenis gangguan pernafasan. Contoh pertama alat pelindung pernapasan
adalah masker (Gambar 5 a) yang digunakan untuk melindungi pernapasan
dari asap, debu, dan bau bahan kimia ringan. Sedangkan alat pelindung
pernapasan respirator (Gambar 5 b) melindungi pernapasan dari uap dan gas
berbahaya, partikel mist, atau partikel fume

12
Gambar 5 (alat pelindung pernapasan)(nurdianto 2016)

5. Alat Pelindung Tangan


Sarung tangan merupakan alat pelindung tangan pada proyek konstruksi.
Sarung tangan melindungi tangan dari bahaya paparan cairan tubuh,
menghindari luka lecet, luka teriris, luka terkena bahan kimia dan terhadap
temperatur ekstrim.

Gambar 6: Pelindung Tangan (Pusat Info Pelatihan K3, 2018)


Beberapa jenis sarung tangan yang digunakan di tempat kerja konstruksi
sebagai berikut :

1. Sarung Tangan Kulit, digunakan untuk pekerjaan pengelasan, pekerjaan


pemindahan pipa dll. Berfungsi untuk melindungi tangan dari permukaan
kasar (Gambar 6 a).
2. Sarung Tangan Katun, digunakan pada pekerjaan besi beton, pekerjaan
bobokan dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki tangga untuk
pekerjaan ketinggian (Gambar 6 b)
3. Sarung Tangan Karet, digunakan untuk pekerjaan listrik yang dijaga agar
tidak ada yang robek supaya tidak terjadi bahaya kena arus listrik (Gambar
6 c).
4. Sarung Tangan Asbes/Katun/Wool, digunakan untuk melindungi tangan
dari panas dan api. (Gambar 6 c)

13
6. Alat Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja merupakan alat pelindung kaki yang melindungi kaki
dari bahaya kejatuhan benda-benda berat, percikan cairan, tertusuk oleh benda-
benda tajam atau resiko terpleset. Contoh alat pelindung kaki antara lain boot,
sepatu anti listrik, sepatu anti licin, dan Steel Toe Boots (sepatu khusus yang
diberi pelat besi untuk melindungi jari-jari kaki dari kejatuhan dan benturan
benda-benda bahan bangunan).

Gambar 7: Pelindung Kaki (Pusat Info Pelatihan K3, 2018)


7. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung juga digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuh dari percikan cairan tubuh dan suhu panas atau dingin. Contoh pakaian
pelindung adalah baju, rompi, dan celemek yang biasanya terbuat dari bahan-
bahan bersifat kedap terhadap cairan dan bahan kimia, seperti bahan plastik
atau karet. Klasifikasi pakaian pelindung dapat dilihat dari warna pakaian
pelindung. Pakaian pelindung dibedakan berdasarkan banyak kategori, seperti
jenis proyek, jenis identitas pegawai, dan lainnya. Yang terpenting, pakaian
pelindung harus memiliki visibilitas yang tinggi agar para pekerja yang
memakainya mudah terlihat dan dikenali.

14
Gambar 8: Pakaian Pelindung (Pusat Info Pelatihan K3, 2018)

8. Alat Pelindung Jatuh Perorangan


Sabuk pengaman merupakan alat pelindung jatuh perorangan yang digunakan
pada lokasi proyek konstruksi. Sabuk pengaman berfungsi untuk melindungi
tubuh dari kemungkinan terjatuh. Sabuk pengaman biasanya digunakan pada
pekerjaan konstruksi di ketinggian dan pekerjaan memanjat. Ada beberapa
macam safety harness atau sabuk pengaman, yaitu penunjang dada (chest
harness), penunjang dada dan punggung (chest waist harness) dan penunjang
seluruh tubuh (full body harness). Harness yang digunakan pada tubuh akan
dihubungkan dengan tali pengaman yang dikaitkan pada besi penopang beban.

Gambar 9: Pelindung Jatuh Perorangan

2.7 Tantangan dan Hambatan Penerapan K3 dan RKK


Tantangan dan hambatan dalam penerapan K3 dan RKK konstruksi dapat menjadi
kendala dalam menciptakan lingkungan kerja konstruksi yang aman dan
sehat. Beberapa tantangan dan hambatan tersebut antara lain:
1. Kurangnya Kesadaran dan Keterlibatan: Para pekerja dan manajemen
mungkin tidak memiliki kesadaran yang cukup tentang pentingnya K3 dan

15
RKK, sehingga kurang terlibat dalam upaya pencegahan kecelakaan dan
cedera kerja.
2. Keterbatasan Sumber Daya: Keterbatasan sumber daya, seperti anggaran
dan tenaga kerja, dapat menjadi kendala dalam penerapan K3 dan RKK
secara efektif.
3. Kondisi Lingkungan Kerja yang Berubah: Kondisi lingkungan kerja yang
berubah-ubah, seperti cuaca yang tidak berubah atau perubahan desain
proyek, dapat mempengaruhi penerapan K3 dan RKK.
4. Kurangnya Penegakan Hukum: Kurangnya penegakan hukum terhadap
pelanggaran K3 dan RKK dapat mengurangi efektivitas upaya pencegahan
kecelakaan dan cedera kerja.
Untuk mengatasi tantangan dan hambatan dalam penerapan K3 dan RKK
konstruksi, dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Pelatihan dan Pendidikan: Memberikan pelatihan dan pendidikan terkait K3
dan RKK kepada para pekerja dan manajemen, sehingga mereka memiliki
kesadaran yang cukup tentang pentingnya K3 dan RKK.
2. Pengawasan dan Inspeksi: Melakukan pengawasan dan inspeksi secara
berkala terhadap kondisi lingkungan kerja konstruksi, serta memberikan
masukan terkait perencanaan, koordinasi, dan lingkungan kerja.
3. Partisipasi Pekerja: Melibatkan para pekerja dalam upaya pencegahan
kecelakaan dan cedera kerja, termasuk dalam melakukan identifikasi
bahaya potensial yang ada.
4. Penegakan Hukum: Meningkatkan penegakan hukum terhadap pelanggaran
K3 dan RKK, sehingga dapat meningkatkan efektivitas upaya pencegahan
kecelakaan dan cedera kerja.
Dengan memperhatikan tantangan dan hambatan dalam penerapan K3 dan RKK
konstruksi, serta menerapkan langkah-langkah tersebut dengan baik, dapat
membantu menciptakan lingkungan kerja konstruksi yang aman, sehat, dan
produktif bagi para pekerja.

16
BAB III
PENUTUP
2.8 Kesimpulan

Pelaksanaan prosedur K3 dalam pekerjaan konstruksi bangunan telah


diatur dengan berbagai aturan yang secara jelas memberikan batasan-batasan
dalam pekerjaan kosntruksi agar pekerjaan konstruksi berjalan dengan baik tanpa
menimbulkan bahaya. Prosedur K3 juga telah memberikan langkah-langkah
dalam mencegah dan menangani bahaya dan kecelakaan dalam proyek kosntruksi.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Rencana Keselamatan Konstruksi


(RKK) merupakan elemen penting dalam sektor konstruksi. Penerapan K3 dan
RKK dapat membantu meminimalkan risiko kecelakaan dan cedera kerja, serta
meningkatkan keselamatan dan kesehatan para pekerja di sektor konstruksi.Dalam
penerapan K3 dan RKK, terdapat beberapa unsur penting yang harus diperhatikan,
seperti pengenalan bahaya dan risiko, pengendalian risiko, pelatihan dan
pendidikan, pengawasan dan inspeksi, serta partisipasi pekerja. Selain itu, terdapat
juga beberapa alat perlindungan diri yang harus digunakan dengan benar untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja.

17
DAFTAR PUSAKA

Anonim, 2013. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan
Hukum. Balikpapan: Program Studi Teknik Sipil.

https://mutuinstitute.com/post/apa-itu-k3-konstruksi/ (24 Februari 2023)

https://kiscerti.co.id/artikel/rencana-keselamatan-konstruksi-rkk
https://www.ojs.unr.ac.id/index.php/teknikgradien/article/view/755

https://core.ac.uk/reader/296265694
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/fc523_Modul_3_Pengetahuan_Dasar_Kesela
matan_Konstruksi.pdf
https://setda.kulonprogokab.go.id/bpbj/download/F%20TENDER/MATERI%20
WORKSHOP%20PBJ/11.RKK%20Penawaran%20dan%20RK3K%20Pelaks%2
02019.pdf
https://www.pamungkas.id/2019/06/rencana-keselamatan-konstruksi-rkk-
bag1.html?m=0
https://lpse.kemenag.go.id/eproc4/dl/03e36e66be5cd8fbb80d6c75895476f71b54c
7fbc905518773343dd0fb87f7e1cfc465db09dacc7e4d547e76a35788b51ab53581e
c120ef07c091d6e910d7ba6627f43956e8cd979fa2af11ccba97ac896833bcebd7f1
9f983b831bae6d82b05
https://itjen.pu.go.id/welcome/kolom_read/107

18

Anda mungkin juga menyukai