Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

MAKALAH KELOMPOK I

JUDUL
MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI K3

DISUSUN OLEH :
ASRUDIN (2030331003)
MUH. SYAHRIR (2030331001)
SYSWANDY (2030331001)

PEROGRAM STUDI
REKAYASA INFRASTRUKTUR DAN LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS FAJAR MAKASSAR
2021

ii | P a g e
KATA PENGATAR

Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat dan segala limpahan rahmat serta
karunianya sehingga kelompok kami senantiasa mendapatkan kemudahan dan
kesempatan untuk menyelesaikan penulisan tugas makalah ini.

Sebagai peserta didik, kami menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis yang
dihasilkan masih sangat jauh dari kata sempurnah. Namun demikian patut
disyukuri karena meskipun penuh keterbatasan pengetahuan tugas makalah ini
dapat kami selesaikan dan dipresentasikan sesuai waktu yang ditetapkan oleh
Dosen Pengampuh Mata Kuliah “Sistem Manajemen K3”.

Kalaupun terselip kebaikan dan kemanfaatan dari penulisan makalah ini, tentu
saja tidak lepas dari bimbingan dan arahan Dosen Pengampu Mata Kuliah yang
kami hormati dan banggaakan Ibu DR. Erniati, ST., MT.

Oleh karena itu dengan segalah kerendahan hati, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu DR. Erniati, ST., MT selaku dosen pengampu mata
kuliah “Sistem Manajemen K3”, semoga ketulusan dan kebaikan Ibu bernilai
Ibadah disisi Allah SWT, serta dilimpahkan kebaikan dunia akhirat. Aamiin Ya
Rabbal Aalamiin.

Makassar, 08 Mei 2021


Penulis,

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………. 2
1.4 Manfaat Penulisan ………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………. 3
2.1 Landasan Teori …………………………………………… 3
2.2 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi .. 5
2.2.1 Penerapan SMK3 pada Tahap Pra Konstruksi ……... 8
2.2.2 Penerapan SMK3 pada Tahap Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa ……………………………… 11
2.2.3 Penerapan SMK3 Pada Tahap Pelaksanaan
Konstruksi ………………………………………….. 12
2.3.4 Penerapan SMK3 Pada Tahap Penyerahan
Hasil Akhir Pekerjaan………………………………. 13
2.3 Administrasi K3……………………………………..………. 13
BAB III PENUTUP…………………………………………………………. 15
3.1 Kesimpulan………………………………………………….. 15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman pada era modernisasi dan masipnya
pembangunan diberbagai sector mulai dari proyek industry teknologi
manufaktur, industry pertambangan, industry pertanian, perkebunan,
kelautan, hingga pembangunan inprastruktur bidang konstruksi, dan lain
sebagaimnya telah menjadi bahagian tak terpisahkan dalam aktivitas
manusia modern saat ini. Kemajuan tersebut disatu sisi memberikan
manfaat tumbuh kembangnya perekonomian dalam kehidupan berbangsa
dan bernega, namun pada sisi yang lain bisa berubah menjadi malapetaka
terutama mereka yang berapada pada kelas pekerja atau karyawan apabila
factor Keselamatan dan Kesehatan Kerja masih cenderung terabaikan.

Dalam rilis media online Liputan6.com pada tanggal 12 Januari 2021,


Menteri Keternagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan bahwa angka
kecelakaan kerja tahun 2020 meningkat dari tahun sebelumnya. Berdasarkan
data BPJS Ketenagakerjaan kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan
yaitu, dari 114.000 kasus kecelakaan pada tahun 2019, menjadi 177.000
kasus kecelakaan kerja dalam rentang waktu Januari hingga Oktober 2020
(https://www.liputan6.com). Angka tersebut dihitung berdasarkan jumlah
klaim yang diajukan oleh pekerja yang mengalami kecelakaan kerja, artinya
angka kecelakaan kerja yang sesungguhnya jauh lebih besar, karena belum
semua tenaga kerja menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Lebih ironis karena kecelakaan kerja yang sering terjadi justru dialami oleh
perusahaan-perusahaan besar yang memiliki sumber daya yang memadai,
yang secara finansial seharusnya mampu meminimalisir terjadinya
kecelakaan dilokasi kerja. Kenyataan Ini menandakan bahwa kecelakaan
kerja tidak hanya berpotensi terjadi pada perusahaan-perusahaan yang
minim sumber daya serta finansial, akan tetapi dapat dialami oleh semua
pelaku usaha, apabila mulai dari level manajemen hingga pada tataran
pelaku dilapangan tidak konsisten dan berkomitmen penuh untuk
menerapkan SMK3.

Menyadari hal itu, tentu saja dibutuhkan kesadaran kolektif seluruh


stakeholders baik pemerintah maupun para pelaku usaha untuk lebih serius
dalam menerapkan budaya K3 khususnya dilokasi kerja karena kecelakaan
tidak hanya menyebabkan kematian, kerugian moril dan material serta
kerusakan lingkungan, namun juga mempengaruhi produktivitas dan
kesejahteraan masyarakat.

Komitmen dan konsistensi dalam penyelenggaraan Sistem Manajemen dan


Keselamatan serta Kesehatan Kerja (SMK3) disemua sector pembangunan,
secara langsung akan menekan kecelakaan kerja, yang pada akhirnya akan

1|Page
meningkatkan produktivitas kerja para pelaku usaha sekaligus terdorongnya
progresivitas pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


Jika angka kecelakaan kerja secara nasional terus meningkat dari tahun
ketahun, maka tidak menutup kemungkinan adanya ruang-ruang kosong
dalam penerapan SMK3 yang belum disentuh secara apik oleh seluruh
stakeholdes baik dilevel pemerintahan maupun dirana pelaku usaha dan
seluruh pirantinya.

Oleh karena itu, penulis mencoba melokalisasi permasalahan pada pekerjaan


konstruksi bidang ke PU an, mulai dari level kebijakan hingga pada tataran
teknis operasional, yaitu bagaimana merunut system manajemen dan
administrasi K3 mulai dari tahap pra konstruksi sampai pada tahap
penyerahan akhir pekerjaan

1.3. Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami proses penerapan SMK3
yang bersifat implementatif dengan menelisik berbagai teori dan merujuk
pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dengan berfokus pada
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 05/PRT/M/2014 yang mengatur tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum.

1.4. Manfaat Penulisan


Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang Manajemen dan
Administrasi K3. Dan sebagai sumbangsi pemikiran kepada pembaca
apabila memperoleh manfaat dari penulisan makalah ini.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disingkat K3 Konstruksi
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Sedangkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (PP No. 50 tahun 2012).

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2014 yang


mengatur tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, mendefinisikan
beberapa istilah dalam SMK3 sebagai berikut (Permen PU No.
05/PRT/M/2014) :
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya
disingkat K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan
konstruksi.
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat SMK3 Konstruksi
Bidang PU adalah bagian dari sistem manajemen organisasi
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengendalian risiko K3
pada setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum.
3. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup bangunan gedung, bangunan sipil, instalasi mekanikal dan
elektrikal serta jasa pelaksanaan lainnya untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain dalam jangka waktu tertentu.
4. Ahli K3 Konstruksi adalah tenaga teknis yang mempunyai kompetensi
khusus di bidang K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi
yang berwenang sesuai dengan Undang-Undang.
5. Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna
Jasa dan/atau organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti
pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU, dibuktikan
dengan surat keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3
Konstruksi Bidang PU.
6. Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan,
mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi

3|Page
dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan,
kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit
akibat kerja.
7. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja.
8. Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap
keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang
dapat timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan
konstruksi.
9. Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang
dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko
dan mengendalikan risiko.
10. Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU adalah biaya yang diperlukan
untuk menerapkan SMK3 dalam setiap pekerjaan konstruksi yang harus
diperhitungkan dan dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.
11. Rencana K3 Kontrak yang selanjutnya disingkat RK3K adalah
dokumen lengkap rencana penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang
PU dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak suatu
pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh
Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi
antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam penyelenggaraan
SMK3 Konstruksi Bidang PU.
12. Monitoring dan Evaluasi K3 Konstruksi yang selanjutnya disingkat
Monev K3 Konstruksi adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi
terhadap kinerja Penyelenggaraan K3 Konstruksi yang meliputi
pengumpulan data, analisa, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan
penerapan K3 Konstruksi.

OHSAS 18001, 2007 menjelaskan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) merupakan kondisi-kondisi dan factor-faktor yang berdampak atau
dapat berdampak pada kesehatan, keselamatan karyawan atau pekerja lain
termasuk pekerja kontrak serta personil kontraktor dan/atau orang lain di
tempat kerja (Sambul, 2021).

Menurut Mathis dan Jakson (2017) mendefinisikan K3 secara terpisah yaitu,


Kesehatan, keselamatan dan keamanan. Kesehatan merujuk pada kondisi
fisik dan mental serta stabilitas emosi secara umum. Disebutkan bahwa
individu yang sehat adalah yang terhindar dari penyakit, sedera, dan
masalah mental serta emosi yang bisa mengganggu aktivitas manusia
normal pada umumnya. Adapun keselamatan menurut Mathus dan Jakson
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang, tujuan
utama dari program keselamatan kerja adalah untuk mencegah kecelakaan
atau cedera dalam bekerja. Dengan demikian maka mutlak karyawan harus
dibekali pengetahuan yang menyeluruh mengenai K3, sehingga dapat
memberikan perlindungan kepada tenag kerja dan pihak lain yang berada di
lokasi kerja, dan sedapat mungkin mengendalikan risiko terhadap peralatan,
asset dan sumber produksi untuk dapat dipergunakan secara aman dan

4|Page
efisien demi menghindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(Suryawan, dkk 2018).

Keselamatan Kerja menurut Fergusel, 2015 yang dikutif Fitrah Amaliah


Alamsyah, 2018) Keselamatan berasal dari kata dasar bahasa inggris yaitu
kata “safety” dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya
seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss).
Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan
maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan
berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya
kecelakaan. Dengan demikian, keselamatan kerja dapat diartikan
perlindungan fisik karyawan agar aman dari penderitaan dan kerugian di
lokasi kerja Maulana dkk, 2015 dalam kutifan Fitrah Amaliah Alamsyah,
(2018).

Menurut Sumakmur (1993) yang dikutif oleh Fitrah Amaliah Alamsyah,


(2018) Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa
yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta
benda atau kerugian terhadap proses. Pengertian hampir celaka, yang dalam
istilah safety disebut dengan insiden (incident), ada juga yang menyebutkan
dengan istilah “near-miss” atau “near-accident”, adalah suatu kejadian
atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit
berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta
benda atau kerugian terhadap proses. Kecelakaan kerja dapat dikurangi
dengan pengidentifikasi bahaya yang kemungkinan terjadi pada lingkungan
kerja. Apabila hal tersebut diterapkan dengan baik, maka kemungkinan
pencegahan kecelakaan akan meningkat dan berdampak pada kepuasan
karyawan dalam bekerja (Fajri dkk, 2017 dalam Fitrah Amaliah Alamsyah,
2018).

Menurut Lalu yang dikutif Fergusel (2015) dalam Fitrah Amaliah Alamsyah
(2018) Kesehatan Kerja adalah bagian kesehatan yang bertujuan agar
tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik,
mental, maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara
optimal.

2.2 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3)


Kata Manajemen di adopsi dari Bahasa Perancis kouno yaitu management,
yang diartikan sebagai seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Manajemen didefinisikan
sebagai penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran
atau pemimpin yang bertanggung jawab atas jalannya suatu proses (KBBI,
2008).

Merujuk pada pengrtian dasar di atas, maka manajemen itu sendiri


merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang
terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

5|Page
pengendalian terhadap sumber-sumbar daya yang terbatas dalam usaha
mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien (Abrar Husein, 2008
dalam Pangkey et al., 2012). Oleh karena itu secara sistematis fungsi
manajemen menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
untuk itu perlu diterapkan fungsi-fungsi dalam manajemen itu sendiri seperti
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating) dan pengawasan dan pengendalian (controlling).

Adapun Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditinjau dari segi keilmuan
dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke
dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disingkat
SMK3 (Soemaryanto, 2002 dalam Pangkey et al., 2012).

Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselematan dan Kesehatan Kerja


(SMK3) setidak-tidaknya memiliki lima manfaat menurut Tarwaka, 2008
antara lain :
1. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur
system operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan,
insiden dan kerugian-kerugian lainnya.
2. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3
di perusahaan.
3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan
bidang K3.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang
K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.
5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Peberapan K3 untuk pekerjaan Konstruksi bidang Pekerjaan Umum


selanjutnya di jabarkan dalam SMK3 sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum memiliki 5 (lima) lima prinsip dasar dalam penerapannya,
meliputi :
1. Kebijakan K3.
2. Perencanaan K3.
3. Pengendalian Operasional.
4. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3; dan
5. Tinjauan Ulang Kinerja K3

Ke lima prinsif dasar SMK3 Konstruksi Bidang PU di atas, secara konsisten


harus diterapkan dalam setiap level tahapan dalam pekerjaan konstruksi
yaitu pada tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Pra Konstruksi :
a. Rancangan Konseptual, meliputi Studi Kelayakan/Feasibility
Study, Survei dan Investigasi;
b. Detailed Enginering Design (DED);
c. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.

6|Page
2. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa (Procurement);
3. Tahap Pelaksanaan Konstruksi; dan
4. Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan.

Dr. F.A. Gunawan, dalam bukunya yang berjudul “Safety Leadership :


Kepemimpinan Keselamatan Kerja”, memaparkan sedikitnya terdapat 8
hambatan pelaksanaan K3 di Indonesia, yaitu:
1. Masih banyak pimpinan perusahaan yang hanya mengejar targer
produksi dan penghematan biaya tanpa mempertimbangkan besar
kecilnya risiko yang timbul dari keputusan yang diambil. Pihak
manajemen masih berpikir bahwa keselamatan kerja hanya menambah
biaya dan menghambat produksi. Mereka belum melihat aspek biaya
dari segi risiko keselamatan yang mungkin terjadi terhadap bisnis.
2. Terdapat kebiasaan yang dilakukan pihak manajemen, harus terjadi
kecelakaan terlebih dahulu baru mereka memperhatikan segi
keselamatan. Segi keselamatan akan diperkuat bila sudah terdapat
korban terlebih dahulu. Kebiasaan tersebut mengakibatkan tidak
konsistennya pelaksanaan sistem manajemen keselamatan kerja bila
belum terjadi kecelakaan dengan korban jiwa. Bahkan saat terjadi
kecelakaan inipun, banyak pihak yang mencari kambing Hitam dan
tidak memperbaiki sistem yang menjadi akar permasalahan dari
kejadian tersebut. Jadi tidak heran bila bermunculan korban lain dengan
pola kecelakaan yang serupa.
3. Masih banyak perusahaan yang hanya mengutamakan pencapaian
kinerja jangka pendek, laba jangka pendek misalnya.
Hal tersebut menyebabkan upaya Keselamatan Kerja yang seringkali
tersingkirkan oleh tuntutan kinerja keuangan tersebut. Keadaan ini
mengakibatkan Lingkungan kerja yang rawan risiko keselamatan kerja.
4. Masih rendahnya kesadaran sebagian besar tenaga kerja terhadap
keselamatan kerja. Banyak tenaga kerja yang hanya patuh terhadap
peraturan dan prosedur keselamatan bila diawasi. Padahal pengawasan
tidak mungkin dilakukan sepanjang waktu. Hal ini diperburuk dengan
pemikiran bahwa mereka akan tetap selamat apabila melakukan hal-hal
berbau jalan pintas yang berisiko tinggi. Asal nasib tidak sial maka
akan tetap selamat.
5. Keadaan ekonomi dan sosial Indonesia sering dijadikan alasan
pelanggaran terhadap peraturan keselamatan. Misalnya, dengan alasan
memberdayakan sumber daya lokal, maka pimpinan mengizinkan
penggunaan tenaga kerja lokal yang tidak sesuai kompetensinya
menjadi pekerja musiman tanpa memberikan pengetahuan dan
kemampuan di Industri yang memiliki risiko tinggi.
6. Terdapat kesenjangan antara kenyataan dalam era Teknologi tinggi
yang mengandung bahaya dan Risiko dengan kesadaran dan cara
pandang manusia terhadap risiko tersebut. Sehingga banyak pimpinan
dan pekerja yang tidak sadar telah mengambil jalan pintas berisiko
tinggi dalam melaksanakan aktivitas pekerjaannya.
7. Belum terbentuk perpaduan keselamatan kerja dalam kurikulum
pendidikan terkait. Di negara maju, seorang lulusan Teknik kimia sudah

7|Page
dibekali dengan Ilmu mengidentifikasi, memahami dan mengendalikan
bahaya yang ada dalam proses industrinya. Di Indonesia masih belum
sepenuhnya dilaksanakan, sehingga para lulusan yang memiliki bidang
berisiko tinggi masih banyak yang belum memiliki kesadaran akan
bahaya dan Risiko.
8. Lemahnya Pemerintah dalam menerapkan peraturan keselamatan kerja.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan jumlah dan mutu dari para ahli
keselamatan kerja yang ada di Pemerintah. Lemahnya penerapan
diperburuk oleh sikap pembiaran yang dilandasi alasan ekonomi.

Hambatan sebagaimana dikemukakan oleh Dr. F.A. Gunawan merupakan


hambatan yang harus dihadapi oleh semua pihak sekaligus menjadi daya
dorong untuk terus menerus menata kebijakan di level pemerintahan dan
memacu perubahan pola pikir para pimpinan perusahaan dan pengusaha
pada umumnya, oleh pekerja itu sendiri, terutama Ahli K3 atau petugas K3
yang merupakan ujung tombak konsisten tidaknya penerapan SMK3 dalam
pelaksanaan setiap pekerjaan konstruksi di bidang ke PU an.

2.2.1 Penerapan SMK3 pada Tahap Pra Konstruksi


Pada tahap pra konstruksi semua unsur yang terlibat pada tahapan ini harus
memastikan pokok-pokok pemikiran dan rumusan yang dikehendaki
Permen PU No. 05/PRT/M/2014 telah diatur secara detail dan menyeluruh
yaitu :
1. Rancangan Konseptual (Studi Kelayakan, Survei dan Investigasi) wajib
memuat telaahan aspek K3.
2. Penyusunan Detail Engineering Desain (DED) wajib :
a. mengidentifikasi bahaya, menilai Risiko K3 serta pengendaliannya
pada penetapan kriteria perancangan dan pemilihan material,
pelaksanaan konstruksi, serta Operasi dan Pemeliharaan;
b. mengidentifikasi dan menganalisis Tingkat Risiko K3 dari
kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan, sesuai dengan Tata Cara
Penetapan Tingkat Risiko K3 Konstruksi pada Lampiran 1 Permen
PU No. 05/PRT/M/2014;
3. Penyusunan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa wajib memuat :
a. potensi bahaya, jenis bahaya dan identifikasi bahaya K3 Konstruksi
yang ditetapkan oleh PPK berdasarkan Dokumen Perencanaan atau
dari sumber lainnya;
b. kriteria evaluasi untuk menilai pemenuhan persyaratan K3
Konstruksi termasuk kriteria penilaian dokumen RK3K.

Dalam standar dokumen pemilihan (SDP) Pengadaan Pekerjaan


Konstruksi yang disusun dan diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat yang merupakan lampiran dari Permen
PUPR No. 14 Tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan
Jasa Konstruksi Melalui Penyedia, telah mewajibkan setiap pengguna
jasa untuk lebih awal menetapkan item / uraian pekerjaan dan
identifikasi bahaya yang akan ditimbulkan. Selanjutnya hasil

8|Page
identifikasi tersebut menjadi satu kesatuan dari persyaratan yang harus
dipenuhi oleh setiap calon penyedia (Permen PUPR No. 14, 2020).

No Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya


1 Pemasangan Rangka Atap Baja Pekerja Terjatuh dan
Ringan mengakibatkan luka
berat atau meninggal
dunia
2 dst
Tabel 2.1. Contoh penetapan uraian pekerjaan dan identifikasi
bahaya dalam dokumen pemilihan penyedia

Sedangkan kriteria evaluasi untuk menilai pemenuhan persyaratan K3


Konstruksi termasuk kriteria penilaian dokumen RK3K, telah diatur
secara rinci dan detail melalui Surat Edaran Menteri PUPR No.
22/SE/M/2020 tentang Persyaratan Pemilihan Dan Evaluasi Dokumen
Penawaran Pengadaan Jasa Konstruksi Sesuai Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020
Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia (SE Menteri PUPR No. 22, 2020).

Dalam surat edaran tersebut calon penyedia dinyatakan memenuhi


persyaratan RKK, apabila memenuhi persyaratan 5 (lima) elemen
SMK3 dan menyampaikan Pakta Komitmen Keselamatan Konstruksi.
Elemen SMK3 terdiri dari :
1. Eelemen-1 Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam
Keselamatan Konstruksi, yaitu minimal menyampaikan surat Pakta
Komitmen Keselamatan Konstruksi;

Contoh Pakta Komitmen Keselamatan Konstruksi

9|Page
2. Elemen-2 Perencanaan keselamatan konstruksi, yaitu minimal
menyampaikan Tabel B1 berisikan Identifikasi bahaya, Penilaian
risiko, Pengendalian dan Peluang dan table B2 berisikan Rencana
tindakan (sasaran & program);

Contoh Tabel B1 Identifikasi bahaya, Penilaian risiko, Pengendalian dan


Peluang

Contoh table B2 berisikan Rencana tindakan (sasaran & program)

3. Elemen-3 Dukungan Keselamatan Konstruksi, yaitu minimal


menyampaikan jadwal program komunikasi;

4. Elemen-4 Operasi Keselamatan Konstruksi, yaitu minimal


menyampaikan table analisis keselamatan pekerjaan;

10 | P a g e
5. Elemen-5 Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi yaitu minimal
menyampaikan jadwal Inspeksi dan Audit.

2.2.2 Penerapan SMK3 pada Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa


Pada tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa pihak Pengguna jasa, Pokja
Pemilihan dan Penyedia wajib mematuhi ketentuan Permen PU No.
05/PRT/M/2014 yaitu :
1. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa harus memuat persyaratan
K3 Konstruksi yang merupakan bagian dari ketentuan persyaratan
teknis.
2. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa harus memuat ketentuan
tentang kriteria evaluasi RK3K.
3. Untuk pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi, wajib dipersyaratkan
rekrutmen Ahli K3 Konstruksi dan dapat dipersyaratkan sertifikat
SMK3 perusahaan.
4. Pada saat aanwijzing, potensi, jenis, identifikasi bahaya K3 dan
persyaratan K3 Konstruksi wajib dijelaskan.
5. Evaluasi teknis RK3K Penawaran dilakukan terhadap sasaran dan
program K3 dalam rangka pengendalian jenis bahaya K3.
6. Dalam evaluasi penawaran, Pokja dapat melibatkan Ahli K3
Konstruksi/Petugas K3 Konstruksi apabila diantara anggotanya tidak
ada yang memiliki sertifikat Ahli K3 Konstruksi/Petugas K3
Konstruksi.
7. Apabila berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa RK3K Penawaran
tidak memenuhi kriteria evaluasi teknis K3 dalam dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa, maka penawaran dapat dinyatakan gugur.
8. RK3K Penawaran yang disusun oleh Penyedia Jasa untuk usulan
penawaran dalam pemilihan penyedia barang/jasa, merupakan bagian
dari usulan teknis dalam dokumen penawaran, sebagaimana diatur
dalam pedoman terkait pemilihan penyedia barang/jasa yang berlaku di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.
9. Rencana Biaya K3 harus dihitung berdasarkan kebutuhan seluruh
pengendalian risiko K3 Konstruksi sesuai dengan RK3K
Penawaran.
10. Apabila Penyedia Jasa tidak memperhitungkan biaya K3 Konstruksi
atau rencana biaya K3 Konstruksi yang diperhitungkan ternyata tidak
mencukupi untuk pelaksanaan program K3 maka Penyedia Jasa tetap
wajib melaksanakan program K3 Konstruksi sesuai dengan RK3K yang
telah disetujui oleh PPK.

11 | P a g e
11. Penyedia Jasa yang telah ditetapkan sebagai pemenang, wajib
melengkapi RK3K dengan rencana penerapan K3 Konstruksi untuk
seluruh tahapan pekerjaan.

Contoh Penyusunan Biaya SMK3

2.2.3 Penerapan SMK3 Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi


Pada tahap Pelaksanaan Konstruksi pihak Pengguna Jasa dan Penyedia
wajib mematuhi ketentuan Permen PU No. 05/PRT/M/2014 yaitu :
1. RK3K dipresentasikan pada rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi/Pre Construction Meeting (PCM) oleh Penyedia Jasa, untuk
disahkan dan ditanda tangani oleh PPK dengan menggunakan Format
pada Lampiran 2 Permen PU No. 05/PRT/M/2014.
2. RK3K yang telah disahkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
dokumen kontrak pekerjaan konstruksi dan menjadi acuan penerapan
SMK3 pada pelaksanaan konstruksi.
3. Dalam hal pekerjaan konstruksi dilaksanakan oleh beberapa Penyedia
Jasa dalam bentuk Kerja Sama Operasi (KSO), Pemimpin KSO harus

12 | P a g e
menetapkan Kebijakan K3 Konstruksi yang berlaku untuk seluruh
Penyedia Jasa.
4. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat ketidaksesuaian dalam
penerapan RK3K dan/atau perubahan dan/atau pekerjaan
tambah/kurang, maka RK3K harus ditinjau ulang dan disetujui oleh
PPK.
5. Dokumentasi hasil pelaksanaan RK3K dibuat oleh penyedia jasa dan
dilaporkan kepada PPK secara berkala (harian, mingguan, bulanan dan
triwulan), yang menjadi bagian dari laporan pelaksanaan pekerjaan.
6. Apabila terjadi kecelakaan kerja, Penyedia Jasa wajib membuat laporan
kecelakaan kerja kepada PPK, Dinas Tenaga Kerja setempat, paling
lambat 2 x 24 jam.
7. Penyedia Jasa wajib melaksanakan perbaikan dan peningkatan kinerja
sesuai hasil evaluasi kinerja RK3K yang dilakukan triwulanan, dalam
rangka menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan RK3K.

2.2.4 Penerapan SMK3 Pada Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan


Pada tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan pihak Pengguna Jasa harus
memastikan bahwa Penyedia telah mematuhi ketentuan Permen PU No.
05/PRT/M/2014 yaitu :
1. Pada saat pelaksanaan uji coba dan laik fungsi sistem (testing dan
commissioning) untuk penyerahan hasil akhir pekerjaan, Ahli K3
Konstruksi/Petugas K3 Konstruksi harus memastikan bahwa prosedur
K3 telah dilaksanakan.
2. Laporan Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan wajib memuat hasil kinerja
SMK3, statistik kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta usulan
perbaikan untuk proyek sejenis yang akan datang.

2.3 Administrasi K3
Secara etimologis kata administrasi berasal dari Bahasa Inggris
“administration”, dengan bentuk infinitifnya to administer yang diartikan
sebagai to manage (mengelola). Administrai juga dapat berasal dari Bahasa
Belanda “administratie”, yang memiliki pengertian mencakup tata usaha,
manajemen dari kegiatan organisasi, manajemen sumber daya.

Dari pengertian tersebut, administrasi mempunyai pengertian dalam arti


sempit dan arti yang luas. Dalam arti sempit administrasi sering diartikan
dengan kegiatan ketatausahaan. Tata usaha pada hakikatnya merupakan
pekerjaan pengendalian informasi. Tata usaha juga sering diartikan sebagai
kegiatan yang berkaitan dengan tulis menulis/mencatat, menggandakan,
menyimpan, atau yang dikenal dengan clerical work. Administrasi dalam
arti luas diartikan sebagai kerjasama. Istilah administrasi berhubungan
dengan kegiatan kerjasama yang dilakukan manusia atau sekelompok orang
sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Kerjasama adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang secara bersama-sama,
teratur dan terarah berdasarkan pembagian tugas sesuai dengan kesepakatan
bersama (Silalahi, 2013 dalam Lina Marliana, 2019).

13 | P a g e
Dari pengertian di atas, dapat dipahami secara ilustratif bahwa Administrasi
K3 Pekerjaan Konstruksi Bidang PU merupakan rangkian proses dan
kegiatan dalam pengendalian program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi mulai dari tahap pra konstruksi hingga penyerahan akhir
kegiatan konstruksi, sehingga dengan demikian akan terlihat adanya
perpaduan yang serasi antara pelaksanaan pekerjaan dilapangan dengan
pekerjaan administrasi di atas meja. Pekerjaan penatausahaan dan
pelaksanaan prosedur untuk bekerja secara aman dapat melalui sosialisasi,
pembuatan tools, form pembuatan prosedur serta pemantauan pelaksanaan
administrasi (LP2K3L A2K4, n.d.).

14 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang disingkat SMK3 merupakan aktualisasi penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Konstruksi (K3). Oleh karena itu untuk meminimalisasi
terjadinya kecelakaan kerja di lokasi kerja, maka penyelenggaraan SMK3
harus memenuhi 5 (lima) prinsif dasar dalam penerapannya yakni :
(1) Kebijakan K3 yaitu melalui Penetapan Kebijakan dan Penjaminan
Komitmen K3;
(2) Perencanaan K3 yaitu melalui Perencanaan Pemenuhan Kebijakan,
Tujuan dan Sasaran Penerapan K3;
(3) Pengendalian Operasional yaitu melalui Penerapan Rencana K3
secara Efektif dgn Mengembangkan Kemampuan dan Mekanisme
Pendukung yang Diperlukan utk Mencapai Kebijakan, Tujuan dan
Sasaran K3;
(4) Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3 yaitu melalui Pengukuran,
Pemantauan, dan Pengevaluasian Kinerja K3;dan
(5) Tinjauan Ulang Kinerja K3 yaitu melalui Peninjauan secara Teratur
dan Peningkatan Penerapan SMK3 secara Berkesinambungan.

2. Ke lima prinsif dasar SMK3 Konstruksi Bidang PU di atas, secara


konsisten harus diterapkan dalam setiap level tahapan dalam pekerjaan
konstruksi yaitu pada tahapan sebagai berikut :
(1) Tahap Pra Konstruksi :
a. Rancangan Konseptual, meliputi Studi Kelayakan/Feasibility
Study, Survei dan Investigasi;
b. Detailed Enginering Design (DED);
c. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
(2) Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa (Procurement);
(3) Tahap Pelaksanaan Konstruksi; dan
(4) Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan.

3. Agar program SMK3 dapat dipertanggung jawabkan dikemudian hari ada


dan tidak adanya kecelakaan kerja, maka seluruh proses mulai dari tahap
pra konstruksi sampai dengan tahap penyerahan hasil akhir pekerjaan
harus terdokumentasi dengan utuh, baik dalam bentul visual maupun
dalam bentuk lembar administrasi.

4. Kecelakaan kerja akan cenderung meningkat setiap tahunnya, apabila


hambatan penerapan K3 sebagaimana dikemukakan Dr. F. A. Gunawan
menjadi budaya kerja bahkan sebagai nalar pengambilan kebijakan, yang
terus menerus dipertahakan oleh semua pelaku usaha dan pemerintah
khususnya dalam setiap level tingkatan kebijakan.

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Fitrah Amaliah Alamsyah. (2018). Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


( Smk3 ) Terhadap Kepuasan Kerja Tenaga Kerja Konstruksi Disusun
Oleh : Jurnal Tugas Akhir Studi, 1(1), 1–12.
KBBI. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Lina Marliana. (2019). Definisi Administrasi Dalam Berbagai Sudut Pandang.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
LP2K3L A2K4. (n.d.). Modul 4 - Manajemen Dan Administrasi K3.
Pangkey, F., Malingkas, G. Y., & Walangitan, D. O. R. (2012). PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (SMK3) PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA
(Studi Kasus: Pembangunan Jembatan Dr. Ir. Soekarno-Manado). Jurnal
Ilmiah MEDIA ENGINEERING, 2(2), 100–113.
Permen PU No. 05/PRT/M/2014. (2014). PERATURAN MENTERI
PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2014 Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) KONSTRUKSI
BIDANG PEKERJAAN UMUM. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum,
41.
Permen PUPR No. 14. (2020). Permen No. 14 Tahun 2020 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia.
https://jdih.pu.go.id/detail-dokumen/2749/1
PP No. 50 tahun 2012. (2012). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 50 TAHI.IN 2012 TENTANG i PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA. Presiden Republik Indonesia, 21(3), 1–27.
Sambul, S. A. P. (2021). Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap
Produktivitas. 2(2), 18–23.
SE Menteri PUPR No. 22. (2020). Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Tentang Persyaratan Pemilihan
Dan Evaluasi Dokumen Penawaran Pengadaan Jasa Konstruksi Sesuai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 14
Tahun 2020 Tentang Sta. Sustainability (Switzerland), 11(1), 1–14.
https://jdih.pu.go.id/detail-dokumen/2654/1
Suryawan, P. dan R. (2018). Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja Pada Pt. Pandawa Surya Sentosa Di Kota
Balikpapan, Kalimantan Timur. Jurnal Administrasi Publik, 4(61), 1–8.
Dr. F. A. Gunawan, Safety Leadership [Kepemimpinan Keselamatan Kerja],
penerbit Dian Rakyat

16 | P a g e
10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai