Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN KERUSAKKAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN

BASEMENT COOLING WATER PUMP ( CWP ) PLTU PEMBANGKITAN


SUMATERA UTARA BAGIAN UTARA SEKTOR PEMBANGKITAN BELAWAN

Hermansyah, ST, MT
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Asahan

ABSTRAK
Korosi umumnya terjadi pada material yang terbuat dari logam. Proses korosi terjadi
secara alami namun pengaruhnya dapat menyebabkan kekuatan dari material logam
menjadi berkurang. Usaha yang dilakukan untuk mencegah korosi adalah menghambat
laju korosi. PLTU Pada struktur bangunan sering dijumpai kerusakan yang
berakibatkan korosi didaerah pinggir laut terutama salah satunya pada bangunan PLTU
yang fungsinya sebagai Cooling Water Pump. Pada saat ini bangunan basement di
PLTU mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh faktor air laut dan kelembaban udara
dimana strukturnya mengalami korosi. Penelitian yang dilakukan ini dengan melakukan
beberapa proses terjadinya korosi yang sudah ada pada bangunan basement PLTU.
Untuk itu dilakukan pengecekan struktur dengan menggunakan Hammer Test dan alat
pemotong core sampling untuk mengetahui mutu beton pada bangunan basement
tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk di uji kuat tekan, pengujian karbonasi
terhadap beton dan pengujian penetrasi ion klorida. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui berapa besar kerusakan bangunan basement di PLTU. Hasil penelitian
menunjukkan bahwasannya ketebalan pada selimut beton 30 mm akan memiliki
kecepatan korosi 0,39 mm dengan ratio air semen 0,4 - 0,52 mm dengan ratio air semen
0,4 mm sedangkan ketebalan selimut beton 60 mm dengan kecepatan korosi mencapai
0,196 mm dengan ratio air semen 0,4 - 0,264 mm. Pada bangunan basement CWP PLTU
di pengaruhi adanya faktor karbonisasi yang mengakibatkan kerusakan pada tulangan
dengan kedalaman sekitar 10 mm. Pada bangunan CWP PLTU pengaruh korosi
terhadap bangunan mulai tidak aman pada tahun 25 dan 30 tahun.
Kata Kunci: Korosi, Karbon

I. PENDAHULUAN dengan cara memperlambat lajunya.


Korosi merupakan proses atau Kerusakan pada beton bertulang akibat
reaksi elektrokimia yang bersifat dan korosi disebabkan oleh karbonasi dan
berlangsung secara alamiah. Proses ini kontaminasi khlorida.
dapat mempengaruhi struktur bangunan Bangunan basemen pada
khususnya bangunan yang berada di bangunan PLTU Pulau Sicanang,
daerah pesisir. Dalam mekanismenya, Belawan adalah satu konstruksi beton
korosi tidak dapat dicegah atau bertulang yang mengalami kerusakan
dihentikan namum dapat dikendalikan akibat korosi. Letak bangunan berada di

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 13-21 13


pesisir dan berada di zona instrusiair menyebabkan timbulnya peristiwa
asin menyebabkan basement bangunan korosi. Faktor tersebut dapat
PLTU rusak. menimbulkan terjadinya peristiwa
Adapun tujuan dari penelitian korosi. Faktor tersebut dapat
ini adalah mengetahui seberapa besar menimbulkan terjadinya peristiwa
pengaruh unsur ion klorida dan korosi apabila komponen-komponen
karbonasi pada air laut terhadap tersebut terjadi hubungan satu sama lain
kekuatan beton bertulang. Berdasarkan yang menimbulkan terjadinya aliran
latar belakang diatas, yang menjadi elektron. Faktor yang mendasari korosi
rumusan masalah dalam penelitian ini tersebut dapat dilihat dalam suatu
adalah: Pengaruh kerusakan konstruksi rangkaian sel korosi basah.
beton bertulang yang berinteraksi Karbonasi akan menetralkan kondisi
dengan pengaruh air laut, Pengaruh ion basah pada beton sehingga lapisan pasif
klorida terhadap penurunan kekuatan baja tulangan menjadi tidak stabil.
beton bertulang dan pengaruh Sedangkan mekanisme kerusakannya
Karbonasi terhadap penurunan kekuatan diakibatkan serangan ion khlorida
beton bertulang. makan tulangannya berkarat. Masuknya
air laut ke dalam beton bertulang
II. PENDEKATAN TEORI berfungsi sebagai media bagi ion-ion
Korosi berasal dari bahasa latin yang menyebabkan korosi pada
“Corrodere” yang artinya perusakan tulangan seperti ion khlorida dan ion
logam atau berkarat akibat sulfat untuk melakukan penetrasi ke
lingkungannya. Korosi adalah dalam beton.
penurunan mutu logam akibat reaksi
elektrokimia dengan lingkungannya. 2.1. Mekanisme Terjadinya Korosi
Penurunan mutu logam tidak h anya Mekanisme terjadinya korosi ditinjau
melibatkan reaksi kimia namun juga dari aspek material adalah adanya
reaksi elektrokimia, yaitu antara bahan ragam jenis material yang menyatu
bersangkutan terjadi perpindahan dalam ukuran mikro atau makro.
elektron. Karena elektron adalah Keadaan struktur mikro, tidak lepas dari
sesuatu yang bermuatan negatif, maka historis metalurgi mengenai cara
pengangkutannya menimbulkan arus pembentukan dan perubahannya.
listrik. Banyak hal korosi menyebabkan Karena itulah proses-proses
penurunan daya guna suatu komponen pembentukan dan pengerjaan logam
atau peralatan terbuat dari logam seperti merupakan faktor yang menentukan.
peralatan pabrik, jembatan, peralatan
kimia dan sebagainya. 2.2. Faktor – Faktor Terjadinya
Peristiwa korosi tidak akan terjadi Korosi
dengan sendirinya melainkan ada Faktor yang terjadinya korosi adalah :
faktor-faktor tertentu yang Adanya ketidak homogenan baik dalam

14 KAJIAN KERUSAKKAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN BASEMENT COOLING WATER PUMP ( CWP ) PLTU
PEMBANGKITAN SUMATERA UTARA BAGIAN UTARA SEKTOR PEMBANGKITAN BELAWAN
Hermansyah, ST, MT
jenis maupun mikro termasuk ketidak faktor sebagai berikut: Karbonasi,
homogenan dalam beban fisik dan Klorida, Garam Magnesium dan
kimia (tegangan, suhu, konsentrasi Serangan Sulfat.
oksigen dan sebagainya). Adanya
larutan, air dan embun yang 2.4. Korosi Pada Baja Tulangan
mengandung garam sebagai elektrolit. Baja tulangan merupakan suatu bahan
Faktor – faktor yang mempengaruhi yang mudah mengalami korosi. Korosi
kecepatan korosi adalah : Homogenitas baja tulangan pada beton adalah sebuah
fisik dan kimia, Nilai elektro potensial proses elektrokimia. Sel korosi
didalam larutan, Kemampuan terbentuk karena perbedaan konsentrasi
membentuk lapisan pelindung, ion dan gas di sekitas logam. Secara
Hidrogen, Selain air dan oksigen normal, baja tulangan akan mempunyai
sebagai elektrolit juga gas pembentuk lapisan film tipis FeO. OH pada
asam(CO2, SO2, NaCL ) pada musim permukaannya yang akan membuat baja
penghujan atau pada kelembaban tinggi. pasif terhadap korosi. Pada proses
terjadinya korosi akan dihasilkan suatu
2.3. Korosi Beton Di Lingkungan senyawa baru yaitu karat (Fe2O3.nH2O).
Laut Setengah reaksi yang terjadi ialah:
Setiap konstruksi yang telah Fe Fe2+ + 2e
dibangun harus dievaluasi secara terus ½ O2 + H2O + 2e 2 OH-
menerus untuk menentukan kinerja Perubahan baja menjadi karat akan
bangunan. Ambruknya suatu menyebabkan pertambahan volumenya
infrastruktur seperti jembatan, jalan tergantung pada kondisi oksidasi
layang, dermaga dan lain-lain karena besinya. Penambahan volume (kurang
secara tiba-tiba sering terjadi korban lebih 600%) akan menyebabkan
akibat runtuhnya konstruksi bangunan ekspansi beton dan keretakan. Laju
baik itu dari segi finansial maupun korosi atau perusakan lapisan pelindung
keselamatan manusia. Salah satu yang diberikan kepada logam akan
penyebab kerusakan bangunan dipengaruhi oleh perubahan dari faktor
dilingkungan laut adalah korosi pada kelembaban relatif, temperatur, pH,
beton dan tulangan. Secara umum, konsentrasi oksigen, bahan pengotor
tulangan baja didalam beton tidak akan padat/terlarut dan konsentrasi larutan.
terkorosi, karena beton pada umumnya Pada proses korosi, baja tulangan
memiliki pH tinggi (sekitar 12.5), sifat dimasukkan dalam larutan asam sulfat,
pH tinggi atau basa/alkali pada beton reaksi kimia yang terjadi pada proses
terbentuk sebuah lapisan pasif yang korosi. Asam sulfat (H2SO4) bereaksi
menyebabkan baja terlindung dari dengan besi (Fe) pada baja tulangan.
pengaruh luar. Baja baru terkorosi bila Baja tulangan yang terkorosi seperti
lapisan pasif ini rusak (pH beton turun) Gambar 1.1 , volume karatnya lebih
yang biasanya disebabkan oleh faktor- besar kali dari volume bahan

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 13-21 15


asalnya sehingga mengakibatkan menyebabkan massa beton terdesak dan
keretakan pada beton. Hal ini pecah. Secara lengkapnya, proses
merupakan awal dari kerusakan beton terjadinya ettringite ini dapat dijelaskan
yang akhirnya menuju ke kerusakan sebagai berikut. Proses hidrasi antara
yang lebih parah sehingga secara semen (C3S dan C2S) dengan air
keseluruhan memperpendek usia pakai menjadi pasta semen
konstruksi yang bersangkutan. Baja (3CaO.2SiO2.3H2O disingkat CSH).
tulangan di dalam beton terkorosi C3S + H2O → CSH + Ca(OH)2C2S + H2O → CSH
+ Ca(OH)2.
apabila keadaan pasif hilang yaitu pH
Ca(OH)2 yang terjadi kemudian
lingkungan pada bidang kontak baja-
bereaksi dengan garam sulfat dari tanah
beton turun sampai < 9,5.
atau laut menjadi
Ca(OH)2 + MgSO4 → Mg(OH)2 + CaSO4.
CaSO4 yang terjadi bereaksi kembali
dengan C3A dari semen dan air
menjadiettringite.
C3A + CaSO4 + H2O → ettringite.

Gambar 1.1. Proses Korosi Pada Baja


Tulangan
Sumber : www.proseskorosi.com

2.5. Korosi Pada Beton


Korosi pada beton terjadi dipermukaan
bagian bawah lantai dermaga seperti
Gambar 1.2. Korosi pada beton terjadi
Gambar 1. 2. Proses Korosi Pada Beton
akibat terbentuknya ettringite akibat
2.6 Karbonisasi
reaksi kimia antara unsur kalsium di
Karbonasi adalah pelapukan batuan oleh
dalam beton dengan garam sulfat dari
karbon dioksida (CO2). Gas ini
luar. Sama seperti karat pada besi,
terkandung pada air hujan ketika masih
ettringite yang terjadi menyebabkan
menjadi uap air. Jenis batuan yang
pengembangan volume beton sehingga
mudah mengalami karbonasi adalah

16 KAJIAN KERUSAKKAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN BASEMENT COOLING WATER PUMP ( CWP ) PLTU
PEMBANGKITAN SUMATERA UTARA BAGIAN UTARA SEKTOR PEMBANGKITAN BELAWAN
Hermansyah, ST, MT
batuan kapur. Reaksi antara Fenolftalein adalah bahan putih atau
CO2 dengan batuan kapur pucat kristal kuning. Untuk digunakan
menyebabkan batuan rusak. Pelapukan sebagai indikator itu dilarutkan dalam
ini berlangsung dengan batuan air dan pelarut yang cocok seperti isopropil
suhu tinggi. Air yang banyak alkohol (isopropanol) dalam larutan
mengandung CO2 (zat asam arang) 1%.Larutan indikator fenolftalein
dapat dengan mudah melarutkan batu diterapkan pada permukaan fraktur
kapur (CaCO2). Peristiwa ini segar beton. Jika indikator berubah
merupakan pelarutan dan dapat ungu, pH di atas 8,6. Dimana solusi
menimbulkan gejala karst. Karbonasi tetap tidak berwarna, pH beton di
merupakan salah satu proses pelapukan bawah 8,6, menunjukkan karbonasi.
kimiawi. Selain karbonasi, proses Sebuah pasta penuh berkarbonasi
lannya yaitu hidrasi, hidrolisa, dan memiliki pH sekitar 8,4.Dalam
oksidasi. Karbonasi beton dikaitkan prakteknya, pH 8,6 hanya dapat
dengan korosi tulangan baja dan dengan memberikan warna sedikit merah muda
penyusutan. Namun, juga meningkatkan samar-samar terlihat. A, kuat segera,
baik kekuatantekan dan kuat tarik perubahan warna menjadi ungu
beton,sehingga tidak semua dampaknya menunjukkan pH yang agak tinggi,
pada beton buruk. Karbonasiyaitu : mungkin pH 9 atau 10. Beton dengan
peristiwa terbentuknya CaCO3 sebagai larutan pori pH 10-12 kurang alkali dari
akibat reaksi antara Ca(OH)2 dengan gas beton suara tapi masih akan
atau senyawa terlarut yang bersifat menghasilkan perubahan warna yang
asam. kuat dengan indikator fenolftalein.
Proses karbonasi berlangsung Karena itu berarti bahwa tes adalah
menurut reaksi sebagai berikut : indikator cenderung meremehkan
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O kedalaman yang karbonasi telah terjadi.
Ca(OH)2+ H2CO3 CaCO3 + 2H2O Dalam konfirmasi ini mikroskop,- baik
Ca(OH)2 + Ca(HCO3)  2CaCO3 + H2O mikroskop optik menggunakan tipis-
Ca(OH)2 + 2NaHCO3 CaCO2 + Na2CO3 +H2O bagian, atau scanning menggunakan
Proses karbonasi ini berlangsung dari mikroskop elektron bagian dipoles-efek
permukaan beton ke bagian dalam beton karbonasi menunjukan pada kedalaman
yang akhirnya mencapai bidang kontak lebih besar dariyang ditunjukkan oleh
baja beton. Apabila proses karbonasi indikator fenolftalein.
telah mencapai bidang kontak baja- Cara Untuk Mengukur Kedalaman
beton, pH lingkungan pada bidang Karbonasi
kontak baja-beton turun sampai < 9,5. Kedalaman karbonasi terbentuk dalam
Kedalaman yang terkena dampak dari perambatan/pergerakan karbon dioksida
permukaan beton dapat dengan mudah di dalam sampel beton. Nilai alkalinitas
ditampilkan dengan menggunakan beton dinyatakan dengan nilai pH yang
larutan indikator fenolftalein. sama12-13 mm, dengan perambatan /

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 13-21 17


pergerakan karbon dioksida Bangunan Basement CWP PLTU
menyebabkan reaksi yang mengurangi dikarenkan adanya faktor kelembaban
alkalinitas tersebut. Ini akan udara dan tumpahan air di mesin pompa
mempengaruhi permukaan baja dan pengolahan yang mana mesin pompa
kemudian merusak lapisan perlindungan tersebut mengisap air laut, akibatnya
pasif disekitar batang baja, proses struktur yang ada di bangunan tersebut
korosi pun akan terjadi. Oleh karena itu, mengalami kerusakan antara lain pada
sangat penting untuk menentukan balok, kolom maupun pada lantai.
kedalaman beton yang mengubah ke Kerusakan yang terjadi pada balok
karbonasi dan seberapa jauh dari atau dikarenakan selimut beton mengelupas,
dekat dengan jeruji baja itu. Tes ini sebagian cat rusak dan berwarna coklat
dilakukan dengan menyemprotkan akibat besi tulangan mengalami korosi.
permukaan beton yang rusak atau Kolom juga mengalami kerusakan
memecahkan / mematahkan ( beton ) dikarenakan selimut beton juga
menggunakan alat khusus untuk mengelupas akibatnya besi beton
memperoleh kedalaman karbonasi terlihat pada permukaan kolom.Tidak
dengan phenolphthalein dilarutkan hanya pada balok dan kolom yang
dalam alkohol. Test karbonisasi ini mengalami kerusakan seperti lantai juga
dilakukan dengan cara menyemprot tangga mengalami kerusakan.
bahan phenolphthalein kedalam beton.
Warna larutan menjadi merah muda
ketika menyentuh permukaan beton
dengan nilai alkalinitas pH sekitar 12 –
13,5 mm, dan warna berubah abu-bau
atau biru jika beton kehilangan
alkalinitas dan pH kurang dari 9. Hal ini
diperlukan bahwa bagian yang akan
diuji harus baru rusak baik itu pada Gambar 1. 3. Kerusakan Pada Balok
balok, kolom, lantai atau tangga. dan Kolom
Setelah mengukur kedalaman karbonasi Penyebab terjadinya keretakan pada
dipenutup beton dan jarak dari bangunan basement CWP adalah :
kedalaman karbonasi ke batangan baja, Adanya pengaruh faktor kelembaban
baik itu mencapai batang baja atau udara yang menyebabkan beton
tidak, ini mudah untuk mengevaluasi menggalami keretakan, adanya
resiko terjadinya korosi. pengaruh air laut yang mana terjadi
pasang surut maka bangunan basement
Identifikasi Kerusakan terjadi kerusakan pada struktur tersebut,
Dengan diadakannya tinjauan ke lokasi adanya pengaruh rembesan air dari
untuk mengetahui seberapa besar pompa mesin yang menyebabkan beton
tingkat kerusakan yang terjadi di mengelupas dan retak.

18 KAJIAN KERUSAKKAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN BASEMENT COOLING WATER PUMP ( CWP ) PLTU
PEMBANGKITAN SUMATERA UTARA BAGIAN UTARA SEKTOR PEMBANGKITAN BELAWAN
Hermansyah, ST, MT
Dengan demikian adanya kerusakan alkohol dan air.
atau keretakan pada bangunan basement Pengukuran ion klorida adalah
yang disebabkan adanya faktor air laut salah satu metode untuk test
dan kelembaban udara akibatnya beton pemeliharaan struktur beton yaitu pada
mengalami retak dan baja akan bangunan yang terletak di daerah sekitar
mengembang kemudian menjadi lingkungan laut, dimana ion klorida bisa
keropos. Tulangan yang mengembang buat korosi pada struktur beton.
atau bertambahnya volume baja akan
mengakibatkan keretakan yang lebih Tabel. Hasil Pengukuran Kedalaman
parah dan kerusakan beton. Karbon
Carbonation Depth
No Uraian
HASIL DAN PEMBAHASAN ( mm )
1 BALOK 5
Pengujian Kedalaman Karbonisasi
2 KOLOM 5
Karbonisasi pada beton adalah 3 LANTAI 10
masuknya unsur CO2 kedalam struktur 4 TANGGA 4
beton, sehingga menyebabkan tulangan
yang ada dalam konstruksi mengalami
korosi. Jika ini terjadi maka dalam
waktu yang relatif cepat ketahanan
struktur akan mengalami penurunan.
Test karbonisasi ini dilakukan dengan
cara menyemprot bahan
phenolphthalein kedalam beton. Warna
larutan menjadi merah muda ketika
menyentuh permukaan beton dengan
nilai alkalinitas pH sekitar 12 – 13,5
mm, dan warna berubah abu-abu atau
biru jika beton kehilangan alkalinitas Gambar 1. 4. Hasil Pengukuran Ion
dan pH kurang dari 9 mm. Hal ini Klorida
diperlukan bahwa bagian yang akan Untuk melakukan test klorida pertama –
diuji harus baru rusak baik itu pada tama, sampel diambil dari permukaan
balok, kolom, lantai atau tangga. struktur beton dengan menggunakan
Setelah mengukur kedalaman karbonasi alat kemudian inti sampel dipotong
dipenutup beton dan jarak dari dengan pemotong beton. Pemotong
kedalaman karbonasi ke batangan baja, tanpa menggunakan air setelah itu beton
baik itu mencapai batang baja atau di hancurkan menjadi potongan-
tidak, ini mudah untuk mengevaluasi potongan sekitar 5 mm dengan
resiko terjadinya korosi. Pengujian menggunakan palu, kemudian sampel
karbonisasi dilakukan dengan dihancurkan kembali menjadi bubuk,
menggunakan phenolphthalein dengan yang garis tengahnya kurang dari 150

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 13-21 19


m dengan menggunakan mesin
penggiling dan setelah itu harus
dikeringkan selama satu hari dibawah
kondisi ruang normal. Bubuk yang
dikeringkan secara alami dicampur dan
dikukur dalam suatu glass breaker,
kemudian asam sendawa HNO3 (2
mol/L) secara perlahan dituangkan ke
dalam glass breaker.
Tabel Hasil Analisa Klorida
No Sampel Kadar Klorida (%)
1-1 0,0097
1
1-2 0,0483 Gambar Kerusakan Kolom Bangunan
2-1 0,0113
2 CWP
2-2 0,0189
3-1 0,0539
3
3-2 0,0432
4-1 0,0444
4
4-2 0,0424
5-1 0,0164
5
5-2 0,0235

Foto Dokumentasi Kerusakan

Gambar. Kerusakan Balok Bangunan


CWP
Gambar Kerusakan Tangga Bangunan
CWP

20 KAJIAN KERUSAKKAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN BASEMENT COOLING WATER PUMP ( CWP ) PLTU
PEMBANGKITAN SUMATERA UTARA BAGIAN UTARA SEKTOR PEMBANGKITAN BELAWAN
Hermansyah, ST, MT
KESIMPULAN Universitas Katholik Parahyangan,
Dari hasil penelitian dan analisis Bandung, V.7. No.1. Juni.
data bangunan Basement Cooling Water Broomfield, J. P., J. Rodriguez, L.
Pump ( CWP ) PLTU Pembangkitan M. Ortega, and A. M. Garcia. 1993.
Sumatera Bagian Utara Sektor Corrosion rate measurementand life
Pembangkitan Belawan dapat diambil prediction for reinforced concrete
kesimpulan sebagai berikut : structures. In Proceedings of Structural
Hasil pengujian sampel pada aults and Repair—93 2:155–164.
bangunan basement CWP PLTU Bungey, J. H. ed. 1993. Non-
diperoleh kondisi tulangan pada destructive testing in civil engineering.
bangunan telah banyak mengalami International Conference of the British
korosi kedalaman karbonisasi mencapai Institute of Non-Destructive Testing,
10 mm. Liverpool University.
Pengaruh ion klorida pada sampel Cantrell A., (2002), “Steel Rebar
diperoleh kadar klorida mencapai Reinforcement Corrosion in Concrete
0,0539 % < 0,5 % dari berat beton. Hal Bridge Design”, Corrosion and Surface
ini diartikan bahwa ion klorida tidak Treatment of Materials, Material
mempengaruhi sifat – sifat fisik dari Science Engineering
beton. DepartementUndergraduate, University
of Washington.
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO T260-84. 1984. Standard
method of sampling and testing for total
chloride ion inconcrete ratio materials.
Washington, D.C.:
American Association of State
Highway Transportation Officers.
Alldred, J. C. 1993. Quantifying the
losses in cover-meter accuracy due to
congestion of reinforcement.
Proceedings of the Fifth
International Conference on Structural
Faults ./and Repair 2:125–130.
Anggraeni, I., Y.L.D.Adianto, dan
Agus S.S., 2005. Studi Analisis Masa
Layan Bangunan Beton
Bertulang Berdasarkan Kerusakan yang
Diakibatkan Korosi Yang disebabkan
Infiltrasi Gas CO2, Jurnal Teknik Sipil

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 13-21 21

Anda mungkin juga menyukai