Anda di halaman 1dari 5

KOROSI CELAH DAN KOROSI SUMURAN : SEL –

SEL KONSENTRASI
Posted on Juli 25, 2013 | Tinggalkan komentar
Sudah kehendak alam bila logam terkorosi, kecuali bila dicegah melalui kerja keras manusia. (T. H. Rogers
: Marine Corrosion.)

Orang sudah percaya bahwa baja nirkarat (stainless steel) mempunyai ketahanan luar biasa terhadap
korosi sehingga bila bahan ini yang dipilih maka masalah korosi akan pasti terpecahkan. Walaupun memang
benar bahwa baja nirkarat memperlihatkan kehebatannya dalam berbagai situasi, pada beberapa penerapan
tertentu justru sangat buruk sehingga harus diwaspadai. Banyak kegagalan pada komponen – komponen baja
nirkarat telah terjadi akibat korosi di celah – celah, atau di bagian – bagian tersembunyi karena volume –
volume kecil elektrolit yang terperangkap di situ bisa lebih aggresif dibandingkan kalau dalam volume besar.

Pembentukan lubang – lubang pada pipa tembaga untuk sistem – sistem air tawar jarang, tetapi ini
dapat terjadi bila teknik pembuatan pipa itu salah. Sepotong pipa tembaga bergaris tengah 25 mm yang rusak
akibat tertinggalnya selapis pelumas organik sesudah pipa terbentuk. Dalam pembuatannya pipa dianil, dan
temperatur tinggi membentuk selapis karbon di sepanjang bagian dalam pipa. Retak atau pecah yang
selanjutnya terjadi pada selaput karbon menyebabkan proses pembentukan sumuran yang aktif sekali
sehingga di tempat itu pipa akan tembus dalam waktu singkat. Ciri lubang – lubang akibat korosi ini adalah
terbentuknya gundukan – gundukan kecil melingkar yang merupakan hasil korosi di sekitar lubang.

Kendati korosi celah sama sekali bukan masalah yang baru, seperti korosi dwilogam, para perekayasa
sering masih kurang menghayati pentingnya perancangan dan pemilihan bahan secara tepat guna
mendapatkan ketahanan yang memadai terhadap korosi. Pada tahun 1981 dilaporkan bahwa salah satu
masalah paling serius dalam industri nuklir AS adalah serangan – serangan lokal pada tabung – tabung Incole
600 akibat korosi dalam celah – celah di antara tabung – tabung dan pelat – pelat penyangga dari baja karbon.
Karena sekitar 60 generator uap yang terkena masalah ini, biaya penanggulangannya ditaksir sekitar 6000
juta dollar.

MEKANISME KOROSI CELAH


Di masa lampau, penggunaan istilah korosi celah (crevice corrosion) dibatasi hanya untuk serangan
terhadap paduan – paduan yang oksidanya terpasifkan oleh ion – ion agresif seperti klorida dalam celah –
celah atau daerah – daerah permukaannya yang tersembunyi. Serangan dalam kondisi serupa terhadap logam
tidak terpasifkan dahulu disebut korosi aerasi diferensial. Sekarang orang cenderung mengabaikan
perbedaan tersebut, dan akibatnya korosi celah memperoleh banyak sebutan lain. Korosi aerasi diferensial
dan korosi sel kosentrasi adalah istilah – istilah yang merujuk ke aspek – aspek mekanisme korosi di dalam
celah atau retakan. Sedangkan nama – nama lain yang kurang umum timbul dalam situasi – situasi khusus
di tempat korosi celah ditemukan, misalnya korosi deposit, korosi retakan, korosi paking, korosi antarmuka,
korosi tapal, korosi garis air, dan korosi pasak. Jadi, definisi yang umum dan baik untuk korosi celah adalah
serangan yang terjadi karena sebagian permukaan logam terhalang atau terasing dari lingkungan dibanding
bagian lain logam yang menghadapi elektrolit dalam volume besar.

Baru – baru ini cukup banyak penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki perilaku elektrokimia di
dalam celah – celah, terutama berkat kemajuan teknologi yang memungkinkan telitinya pengukuran di celah
– celah yang luar biasa sempit; dari 25 hingga 100 μm. suatu mekanisme yang berlaku untuk hampir semua
situasi yang lazim dihadapi telah diusulkan oleh Fontana dan Greene. Sebagaimana halnya kebanyakan
mekanisme lain, kekecualian selalu ada, namun demikian mekanisme ini merupakan sebuah lompatan ke
depan yang besar dalam upaya pemahaman proses – proses itu.
Serangan ion – ion terhadap permukaan logam yang terpasifkan dipilih sebagai contoh karena
kombinasi ini paling sering dijumpai dalam kasusu – kasus korosi celah. Langkah – langkah yang terjadi
adalah sebagai berikut :

a) Mula – mula, elektrolit diandaikan mempunyai komposisi seragam. Korosi terjadi secara perlahan di
seluruh permukaan logam yang terbuka, baik di dalam maupun di luar celah. Proses – proses anoda dan
katoda berjalan dengan normal. Dalam kondisi – kondisi demikian, pembangkitan ion – ion logam positif
diimbangi secara elektrostatik oleh pembentukan ion – ion hidroksil negatif.

b) Pengambilan oksigen yang terlarut menyebabkan lebih banyak lagi difusi oksigen dari permukaan –
permukaan elektrolit yang kontak langsung dengan atmosfer. Oksigen di permukaan logam yang berhadapan
dengan sebagian besar elektrolit lebih mudah dikonsumsi ketimbang yang terdapat di dalam celah. Di dalam
celah, kekurangan oksigen menghalangi proses katodik sehingga pembangkitan ion – ion hidroksil yang
negatif dari tempat yang terkurung itun juga berkurang.

c) Produksi ion – ion positif yang berlebihan dalam celah menyebabkan ion – ion negatif dari elektrolit
di luar celah terdifusi ke dalam celah guna mempertahankan keadaan dengan energi potensial yang
minimum. Dengan hadirnya klorida, agaknya terbentuklah ion – ion kompleks antara klorida, ion – ion
logam dan molekul – molekul air. Para ahli yakin bahwa ion – ion itu mengalami hidrolisis (reaksi dengan
air), yang menghasilkan produk korosi, dan lebih penting lagi, ion – ion hidrogen yang mengurangi pH. Ini
dapat diterangkan dengan persamaan yang disederhanakan :

M+ + H2O → MOH + H+
Persamaan ini menggambarkan reaksi hidrolisis yang umum, dimana peran anion elektrolit (dalam hal ini
klorida) penting tetapi terlalu rumit diuraikan di sini. Kehadiran klorida diketahui mendorong terjadinya pH
– pH rendah karena kecenderungannya yang sangat rendah untuk bergabung dengan ion – ion hidrogen
dalam air. Selain itu, logam – logam seperti baja nirkarat yang sistem perlindungannya bergantung pada
pembentukan selaput pasif, diketahui tidak mantap bila dalam lingkungan klorida, dan dalam celah yang
aktif unsur yang sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kepasifan, yakni oksigen, tidak dapat masuk.
Ada pengecualian untuk titanium yang memiliki ketahanan istimewa terhadap korosi celah karena lapisan
oksidanya tidak reaktif terhadap ion klorida.

d) Peningkatan kosentrasi ion hidrogen mempercepat proses pelarutan logam yang pada gilirannya
membuat masalah semakin buruk. Demikian pula, pada saat yang sama peningkatan kosentrasi anion
(klorida) di dalam celah juga memperburuk keadaan. Sebuah ciri penting pada sel korosi celah yang
aktif adalah bahwa sel – sel itu bersifat otokatalitik, yaitu begitu reaksi dimulai sel – sel itu tidak bergantung
lagi pada keadaan di luar. Logam di dalam celah terkorosi dengan cepat sementara bagian luarnya terlindungi
secara katodik.

Yang menarik, bukan korosi besi dalam baja tahan “karat” yang merupakan proses paling merusak. Bukti –
bukti telah menunjukkan bahwa pelarutan dan hidrolisis kromium sesudahnyalah yang paling
memnyebabkan penurunan pH. Sekali lagi, secara sederhana ini digambarkan dengan persamaan :

Cr3+ + 3H2O → Cr(OH)3 + 3H+


Sedikit sekali keraguan bahwa pH suatu elektrolit dalam celah aktif dapat menjadi sangat asam : hanya dua
peristiwa yang dilaporkan tentang perubahan pH dalam celah pada paduan titanium dari 8,3 (di luar celah)
menjadi 2,3 (di dalam celah), dan dari 6 (di luar celah) menjadi 1 (di dalam celah). Dari kedua kosentrasi
yang berperan dalam mekanisme ini, yaitu kosentrasi oksigen dan kosentrasi ion, yang belakangan dianggap
memberikan efek paling nyata terhadap tingkat serangan karena pengaruhnya terhadap pH lokal.
KOROSI SUMURAN
Korosi sumuran (pitting corrosion) adalah korosi lokal yang secara selektif menyerang bagian permukaan
logam yang :

a) Selaput pelindungnya tergores atau retak akibat perlakuan mekanik;

b) Mempunyai tonjolan akibat dislokasi atau slip yang disebabkan oleh tegangan tarik yang dialami atau
tersisa;

c) Mempunyai komposisi heterogen dengan adanya inklusi, segregasi atau presipitasi.

Pengamatan terhadap lubang – lubang atau ceruk – ceruk akibat korosi celah kadang – kadang dapat
menyebabkan kita bingung tentang perbedaan antara kedua bentuk korosi itu. Sebuah makalah penting
mengenai ini yang ditulis oleh Wilde menguraikan sejumlah kesamaan yang menyolok antara mekanisme
penjalaran korosi celah dan korosi sumuran. Begitu terbentuk, sebuah ceruk menunjukkan perilaku yang
sangat mirip dengan proses korosi celah yang telah dijelaskan. Bagaimanapun korosi sumuran dapat
dibedakan dari korosi celah dalam fase pemicuan-nya. Jadi, sementara korosi celah dipicu oleh beda
kosentrasi oksigen atau ion – ion dalam elektrolit, korosi sumuran (pada permukaan yang datar) hanya dipicu
oleh faktor – faktor metalurgi.

Berikut ini kita akan membahas korosi sumuran pada besi atau baja karena mekanisme pembentukannya
menggambarkan kemajuan yang nyata dalam pemahaman tentang korosi ini.

Sudah banyak orang mengetahui bahwa bila selembar baja lunak yang bersih dibiarkan kehujanan dalam
beberapa hari akan terkorosi dengan cepat dan “karat” yang terbentuk akan berupa endapan keras, keropeng,
atau tonjolan – tonjolan bundar, pada bagian – bagian tertentu dimana titik – titik air menggenang lebih lama.
Kalau “karat” itu kemudian dihilangkan dengan sikat kawat, kita akan menjumpai lubang – lubang di tempat
yang semula tertutup hasil korosi. Pada tahap ini, kita menggunakan istilah “karat” dalam tanda kutip, karena
dalam penngertian sehari – hari kata itu berarti produk korosi kecoklatan yang terbentuk di permukaan besi
atau baja yang terkorosi. Produk korosi ini sesungguhnya suatu campuran dari sejumlah bahan kimia
sehingga kata “karat” sebetulnya mempunyai makna yang lebih tepat.

Penjelasan klasik tentang pembentukan ceruk di bawah titik air di permukaan besi antara lain diajukan oleh
Evans. Pembentukan sebuah ceruk didahului oleh korosi biasa di seluruh permukaan yang dibasahi air,
mungkin akibat efek batas butir sederhana. Konsumsi oksigen pada reaksi katoda normal dalam larutan netral
menyebabkan terjadinya gradien kosentrasi oksigen dalam elektrolit. Mudah dipahami bahwa daerah basah
yang bersebelahan dengan udara atau antarmuka elektrolit menerima oksigen dari difusi lebih banyak
ketimbang daerah di pusat tetesan air yang terletak paling jauh dari sumber pemasokan oksigen. Gradien
kosentrasi ini daerah di tengah itu mengalami polarisasi anodik sehingga terlarut dengan aktif :

Fe → Fe2+ + 2e–
Ion – ion yang dibangkitkan di daerah katoda terdifusi ke arah dalam dan bereaksi dengan ion – ion besi
yang terdifusi ke arah luar, sehingga terjadilah pengendapan produk korosi tak dapat larut di sekeliling
cekungan, atau ceruk. Ini selanjutnya menghambat difusi oksigen, mempercepat proses anodik di pusat
tetesan dan menyebabkan reaksi bersifat otokatalik.

Sampai di sini, ada baiknya kita memahami betul bagaimana ekspresi yang disederhanakan dalam persamaan
di atas. Langkah – langkah yang terjadi mungkin sebagai berikut :
a) Fe + H2O → Fe(H2O)ads
b) Fe(H2O)ads → Fe(OH–)ads + H+
c) Fe(OH–)ads → Fe(OH)ads + e–
d) Fe(OH)ads → Fe(OH)+ + e–
e) Fe(OH)+ + H+ → Fe2+ + H2O
Dalam ekspresi – ekspresidi atas, ads adalah kependekan dari adsorbed dan menyiratkan bahwa reaksi
berlangsung dalam fase padat di antarmuka pada/cair. Contoh ini tidak dimaksudkan untuk menakut – nakuti
pembaca, namun sekedar mengingatkan tentang rumitnya reaksi – reaksi yang sepintas tampak sederhana,
khususnya dalam proses yang dikenal sebagai pembentukan karat biasa.

1. 1. Home Contact Us Posts Comments Korosi Celah (Cresive Corrosion) Posted by aya |
0 Comment (http://www.cdcorrosion.com/mode_corrosion/corrosion_crevice.htm) Korosi
celah merupakan salah satu jenis korosi lokal yang menyerang pada celah-celah yang
umumnya terjadi karena adanya jebakan air atau elektrolit di antara celah
sambungandan retakan. Jebakan air juga dapat terjadi di bawah deposit pasir, debu,
scale dan produk korosi serta seal fleksibel, berpori atau berserat seperti kayu, plastik,
karet, semen, asbes, kain, dan lain-lain. Tahap – tahap terjadinya korosi celah: - Terjadi
reaksi korosi merata - Pada daerah celah tempat jebakan air, terjadi penipisan kadar
oksigen sehingga pembentukan OH- terhambat. Akibatnya terjadi kekurangan ion
negatif. - Ion negatif dari luar celah, misal ion Cl- berdifusi masuk ke dalam celah untuk
menyeimbangkan muatan. - Ion M+ terhidrolisis sehingga menyebabkan penurunan pH
di dalam celah - Penurunan pH menyebabkan reaksi korosi semakin parah - Korosi celah
ini bersifat autokatalitik artinya begitu reaksi awal terjadi, sel – sel tidak lagi bergantung
pada keadaan luar Pengendalian korosi celah dapat dilakukan dengan cara: (1) memilih
material yang tahan korosi. (2) Menurunkan agresifitas larutan dengan menurunkan
kandungan klorida, keasaman dan atau temperaturnya, menghambat aliran proses
pembentukan deposit, dan mengeliminasi terakumulasinya hidrolisa produk korosi. (3)
Memberi unsur penghambat di larutan (inhibitors). Penerapan cara ini harus
diperhitungkan dengan baik, karena apabila kandungan inhibitor yang terdapat dilarutan
tidak cukup, maka pada beberapa bagian peralatan dapat terjadi kerusakan berupa
lubang kecil yang dalam. (4) Menggunakan protekasi katodik untuk peralatan yang
digunakan di lingkungan laut, tetapi cara ini tidak selalu menjadi pilihan yang
memungkinkan untuk aliran proses kimia yang agresif. (5) Melakukan perencanaan
dengan menghindari adanya celah-celah. Peralatan harus direncanakan lengkap dengan
saluran pembuangan dan menghindarkan daerah yang menyebabkan tertahannya atau
mengendapnya larutan. Sambungan las temu (butt-joint) pada struktur akan lebih baik
diaplikasikan dibanding sambungan paku keling atau sambungan ulir. (6) Membersihkan
permukaan logam apabila memungkinkan, akan menurunkan terjadinya korosi sumuran
dan korosi celah. Menghilangkan partikel padat yang dilakukan untuk meminimalkan
pembentukan deposit. Labels: Korosi Income Rp 38 Juta / bulan Bisnis internet syariah
masa dpn. bisa dpt Rp.2 jt / hari, peluang sukses. www.grahabonus.com/onlin.. Income
Rp 38 Juta / bulan Bisnis internet syariah masa dpn. bisa dpt Rp.2 jt / hari, peluang
sukses. www.grahabonus.com/onlin.. Leave A Comment: Labels advanced material (6)
alternative energy (4) Belajar onlen (7) Korosi (2) pernak pernik (8) Polimer (9)
Scholarship (7) Seminar dan Pelatihan (1) superkonduktor (2) Blog Archive Kontributor
aya bayu hadiwinoto sjahroel siwahid ian_radhiansyah Link Menarik Jurnal Ilmiah
Berbahasa Indonesia Tips-Tips Kesehatan http://www.endaruji.co.cc Cerita-Cerita Lucu
Gaji 28 Juta/bulan, Mau? Penghasilan Saya Rp.28 Juta/bulan, Modal 105.000, Gabung
Sekarang! www.ladangjutawan.com Wow,Dpt 1,8 Juta hari ini Hanya untuk 25 orang.
Gaji 1.8 Juta Kerja cuma 30 Menit, Daftar Segera. ladangjutawan.com Prbesar
Mr.P+Grtis ML Oil Ebook Perbesar Mr.P & Tahan lama lengkap foto&Vdeo;Kmsutra &
Grtis ML Oil www.onterus.com Teman-Teman Pendukung Blog Ini with Google Friend
Connect Members (42) More » Already a member? Sign in Recent Posts Korosi Celah
(Cresive Corrosion) 08 MAY 2011 Korosi Batas Butir 06 MAY 2011 Phase Diagrams for
Metal and Alloy 17 NOV 2010 Bioceramics And Their Applications 01 NOV 2010 Korosi
Celah (Cresive Corrosion) - Material Science http://material-
sciences.blogspot.com/2011/05/korosi-celah-cresive-cor... 1 of 2 01/10/2013 14:20
2. 2. Beri komentar sebagai: Publikasikan Link ke posting ini Buat sebuah Link Entri
Populer ZEOLIT: STRUKTUR DAN FUNGSI Telah bertahun-tahun zeolit digunakan
sebagai penukar kation ( cation exchangers ), pelunak air ( water softening ), penyaring
molekul ( mol... Polimer Termoplastik dan Termoset Respon polimer terhadap gaya
mekanik pada peningkatan temperatur tergantung pada struktur molekul yang dominan
pada polimer. Perbedaan peril... Sekilas tentang nitrogen cair Berhubung tiap hari
menggunakan nitrogen cair, ada beberapa hal yang saya rasa menarik untuk
didiskusikan di sini. Di antaranya adalah, keti... Apakah blog ini berguna bagi anda? Iya
Tidak Votes so far: 1 Poll closed 1 (100%) 0 (0%) Copyright © Material Science. Design
by webbilgi.org Korosi Celah (Cresive Corrosion) - Material Science http://material-
sciences.blogspot.com/2011/05/korosi-celah-cresive-cor... 2 of 2 01/10/2013 14:20

Anda mungkin juga menyukai