Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Korosi adalah gejala yang timbul secara alami: pengaruhnya dialami oleh
hampir semua zat dan diatur oleh perubahan-perubahan energi. Pengkajian
tentang perubahan energi disebut termodinamika, suatu bidang yang kaya sekali
dengan definisi, besaran-besaran variabel (juga disebut parameter) dan
persamaan-persamaan. Sistem didefinisikan sebagai suatu massa tertentu zat yang
kita minati. Di sekeliling sistem itu kita membayangkan suatu dinding pembatas
khayal yang memisahkannya dari lingkungan sekitar.Energi tidak dapat diciptakan
ataupun dimusnahkan. Semua perubahan spontan terjadi disertai pelepasan energi
bebas dari sistem ke lingkungan sekitar.
Pernyataan pertama adalah Hukum Pertama Termodinamika yang penting
sekali dalam pengkajian perubahan-perubahan yang terjadi ketika logam
mengalami korosi. Pernyataan kedua adalah salah satu bentuk Hukum Kedua
Termodinamika. Ketika korosi berlangsung secara alami proses yang terjadi
bersifat spontan sehingga karena itu disertai pelepasan energi bebas. Hukum
termodinamika mengungkapkan kepada kita tentang kuatnya kecenderungan
keadaan energi tinggi untuk berubah ke keadaan energi rendah. Kecenderungan
inilah yang membuat logam-logam bergabung kembali dengan unsur-unsur yang
ada di lingkungan, yang akhirnya membentuk gejala yang disebut korosi. Korosi
adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya.

2.1. Korosi
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan
lingkungannya. Penurunan mutu logam tidak hanya melibatkan reaksi kimia
namun juga reaksi elektrokimia, yaitu antara bahan-bahan bersangkutan terjadi
perpindahan elektron. Karena elektron adalah sesuatu yang bermuatan negatif,
maka pengangkutannya menimbulkan arus listrik. Dalam banyak hal korosi
menyebabkan penurunan daya guna suatu komponen atau peralatan yang dibuat
dari logam seperti peralatan pabrik, peralatan kimia, pembuatan jembatan dan
sebagainya. Peristiwa korosi tidak akan terjadi dengan sendirinya melainkan ada
factor-faktor tertentu yang menyebabkan timbulnya peristiwa korosi.
Semua proses alam cenderung untuk merubah secara spontan ke arah
tercapainya suatu keseimbangan. Oleh karena itu, produk yang berada pada
tingkat energi tinggi cenderung berubah kembali menjadi bentuk asalnya. Prinsip
dasar korosi yaitu adanya reaksi kimia disertai perpindahan elektron. Korosi
terjadi jika terpenuhinya empat buah syarat pokok korosi. Syarat tersebut adalah
1. Logam anoda
2. Logam katoda
3. Hubungan listrik.
4. Elektrolit
Korosi merupakan proses degradasi, deterorisasi, pengerusakan materil
yang di sebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.Adapun prosesnya
yakni merupakan reaksi redoks antara satu logam dengan berbagai zat di
sekelilingnya tersebut.Dalam bahasa sehari-hari korosi di sebut dengan
perkaratan.Kata korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya
pengrusakan logam atau perkaratan.jadi jelas korosi di kenal sangat
merugikan.Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan
lingkungannya,yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan.Sistem ini di
katakan setimbang bila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain
yang lebih stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu dari banyak jenis
logam yang penggunaanya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari.Namun
kekurangan dari besi adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami
korosi.Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai jual ada
fungsi komersialnya.Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan.

2.2. Besi
Besi adalah unsur kimia dengan simbol Fe (dari bahasa Latin: ferrum) dan
nomor atom 26. Merupakan logam dalam deret transisi pertama.[3] Ini adalah
unsur paling umum di bumi berdasarkan massa, membentuk sebagian besar
bagian inti luar dan dalam bumi. Besi adalah unsur keempat terbesar pada kerak
bumi. Kelimpahannya dalam planet berbatu seperti bumi karena melimpahnya
produksi akibat reaksi fusi dalam bintang bermassa besar, di mana produksi nikel-
56 (yang meluruh menjadi isotop besi paling umum) adalah reaksi fusi nuklir
terakhir yang bersifat eksotermal. Akibatnya, nikel radioaktif adalah unsur
terakhir yang diproduksi sebelum keruntuhan hebat supernova. Keruntuhan
tersebut menghamburkan prekursor radionuklida besi ke angkasa raya. Seperti
unsur golongan 8 lainnya, besi berada pada rentang tingkat oksidasi yang lebar,
−2 hingga +6, meskipun +2 dan +3 adalah yang paling banyak.
Unsur besi terdapat dalam meteorit dan lingkungan rendah oksigen
lainnya, tetapi reaktif dengan oksigen dan air. Permukaan besi segar nampak
berkilau abu-abu keperakan, tetapi teroksidasi dalam udara normal menghasilkan
besi oksida hidrat, yang dikenal sebagai karat. Tidak seperti logam lain yang
membentuk lapisan oksida pasivasi, oksida besi menempati lebih banyak tempat
daripada logamnya sendiri dan kemudian mengelupas, mengekspos permukaan
segar untuk korosi.
2.3. Klasifikasi Korosi
Pembagian menurut bentuk, pada umumnya adalah untuk membedakan
hasil atau produk korosi yang dapat dilihat, dengan maksud pada mulanya untuk
mencatat dan menggolongkan jenis-jenis kerusakan akibat korosi yang terjadi
pada struktur atau komponen, sehingga memudahkan dalam analisa. Dengan
memahami bentuk dan penyebabnya akan memudahkan upaya-upaya ke arah
pengendalian atau perbaikan dalam desain.
Korosi dapat diklasfikasikan dengan bebarapa cara. Salah satu diantaranya
adalah perbedaan atas korosi temperatur rendah dan korosi temperatur tinggi. Cara
lain membedakan atas korosi oksidasi secara langsung dan korosi elektrokimia. Di
samping itu ada cara pembedaan menurut wet corrosion dan dry corrosion. Wet
corrosion didefinisikan bila lingkungan terdapat dalam bentuk cairan atau larutan
elektrolit, contohnya adalah proses korosi pada baja yang disebabkan oleh air.
1. Pitting Corrosion
2. Crevice Corrosion
3. Bimetal Corrosion
4. Stray Current Corrosion
5. Selective Corrosion
6. Erosion Corrosion
7. Cavitation Damage
8. Fretting Corrosion
9. Intergranular Corrosion
10. Fatigue Corrosion
11. Hydrogen Damage
12. Stress Corrosion Cracking
Pitting corrosion adalah bentuk perusakan lokal yang terjadi karena pada
posisi tertentu di permukaan bahan, laju pelarutan jauh melebihi daerah lain
disekitarnya. Pitting dimulai oleh absoprsi anion (misalnya ion klorida), pada
tempat kedudukan dimana terdapat cacat. Cacat ini dapat berupa guratan,
dislokasi, cacat struktur atau perbedaan komposisi bahan. Ion klorida mampu
mempercepat perlarutan atom-atom bahan logam yang kemungkinan terbentuk
pit. Setelah itu pertambahan jumlah pit akan berlanjut sendiri.
Crevice corrosion adalah bentuk khusus dari pitting corrosion. Beberapa
tahun yang lalu masih dianggap bahwa bentuk ini disebabkan karena perbedaan
konsentrasi ion logam dan konsentrasi antara celah dan daerah sekitarnya.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa memang ada perbedaan konsentrasi
saat berlangsungnya korosi, namun hal ini bukan penyebab utama. Faktor lain
yang dominan adalah migrasi ion-ion tertentu,terutama klorida ke dalam celah
untuk keseimbangan muatan. Celah tempat korosi ini ditandai dengan adanya
warna kuning,sehingga menyebabkan hilangnya estetika pada konstruksi.
Korosi galvanik atau bimental corrosion adalah suatu bentuk korosi yang
terjadi bila dua logam yang tidak sama berhubungan secara elektrik dan berada
dalam lingkungan yang korosif. Pada keadaan demikian terbentuk beda potensial
yang menyebabkan mengalirnya elektron atau timbul arus listrik, sehingga logam
mudah terkorosi menjadi anodik dan logam yang lebih tahan korosi menjadi
katodik. Dengan ini laju pelarutan logam yang mudah terkorosi semakin tinggi
dan laju pelarutan logam yang tahan korosi semakin rendah.
Stray current corrosion adalah suatu bentuk korosi yang disebabkan oleh
sumber arus yang berada di laur sistem. Korosi ini dapat menyebabkan sebagian
konstruksi logam yang terbenam di dalam tanah berair habis tanpa diketahui.
Korosi selektif adalah korosi dalam bentuk pemisahan selektif dari satu atau lebih
komponen dari paduan logam. Sebagai hasilnya akan tertinggal logam yang lebih
mulia berupa kerangka struktur semula yang berongga. Dezincification pada
paduan kuningan (alloy tembaga), dimana seng terkorosi dengan meninggalkan
rongga berpori yang terdiri dari tembaga dan unsur paduannya.
Korosi erosi adalah gejala percapatan laju korosi oleh erosi atau gerakan
relatif antara lingkungan korosif dan permukaan logam. Gerakan ini biasanya
sangat cepat dan dapat menyebabkan terjadinya keausan atau abrasi. Korosi
lainnya seperti cavitation damage adalah suatu bentuk khusus dari korosi erosi
yang disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya gelembung-gelembung uap dalam
cairan dan dipermukaan logam. Kerusakan seperti ini sering terjadi pada turbin,
impeller pompa dan pada permukaan dimana terdapat laju alir yang tinggi dan
perubahan tekanan. Akibatnya air tidak mampu mengalir dengan baik.
Fretting corrosion adalah gejala korosi yang terjadi pada permukaan
bahan yang berkontak kerana vibrasi atau slip. Bentuk ini disebut juga sebagai
friction oxidation, chating, wear oxidation atau falsibrinelling. Korosi ini tampak
sebagai pit atau alur di permukaan logam yang dikelilingi oleh produk korosi.
Pada dasarnya korosi jenis ini adalah bentuk khusus dari korosi erosi yang terjadi
di atmosfer. Korosi antar butir sering terjadi baja tahan karat sebagai akibat dari
proses heat treatment atau pengelasan. Dalam keadaan tertentu bidang antarmuka
butiran menjadi reaktif sehingga terjadi korosi lokal disekitar batas butir. Stress
corrosion cracking didefinisikan sebagai kegagalan spontan suatu logam karena
retak dan patah karena pengaruh gabungan antara tegangan tarik dan korosi.
2.3.1. Cracking
Bahan konstruksi logam yang mengalami kerusakan dalam bentuk retak
atau patah, umumnya dapat dilihat dengan jelas secara visual . Tetapi untuk
mengetahui tipe kerusakan ini secara lebih mendetil diperlukan pengkajian
mikrokopis. Cracking dapat terjadi karena beban menanggung beban yang
melebihi tensile strength. Kerusakan dapat berupa patah ulet atau patah getas
tergantung kekerasan bahan dan temperatur operasi yang digunakan.
Korosi ini biasanya terlihat permukaan yang tertutup oleh produk korosi
dan daerah yang mengalami patah getas. Korosi lelah sering dijumpai pada
keadaan dimana terjadi pitting. Pit yang terbentuk merupakan stress raisers dan
titik awal dimana retakan dimulai. Kerusakan karena hidrogen adalah istilah
umum yang menyatakan kerusakan mekanis suatu logam yang disebabkan oleh
hidrogen. Kerusakan ini dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu:
1. Hydrogen Blistering
2. Hydrosgen Embrittlement
3. Decarbonization
4. Hydrogen Attack

2.4 Corrosion Cost


Berdasarkan kerugian yang ditimbulkan oleh korosi (corrosion cost) dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kerugian langsung dan kerugian tidak
langsung. Kerugian langsung akibat korosi ini adalah biaya yang dikeluarkan
untuk penggantian peralatan yang rusak karena korosi, sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kerugian akibat korosi
diberbagai negara adalah kira-kira 5% dari GNP. Kerugian tidak langsung adalah
biaya yang timbul karena adanya gangguan operasi antara lain
1. Terhentinya operasi pabrik
2. Kontaminasi produk
3. Ancaman terhadap keselamatan
4. Biaya perawatan ekstra
5. Biaya operasional ekstra

2.5 Teknik Pengendalian Korosi


Proses korosi dapat dikendalikan dengan menekan laju reaksi oksidasi
(anoda) atau reaksi reduksi (katoda) atau dengan mencegah kontak langsung
antara lingkungan dengan bahan konstruksi logam yang bersangkutan. Pada
dasarnya jika di dalam sistem tidak terjadi perpindahan elektron, proses
elektrokimia tidak akan berlangsung. Bertolak dari kenyataan itu, teknik-teknik
pengendalian korosi yang dikenal dikelompokkan menjadi lima bagian yaitu
pemilihan material, proteksi katodik, proteksi anodik, inhibisi,pengendalian
lingkungan,dan pelapisan logam. Hal ini saling berhubungan satu sama lain.
Dalam catatan para peneliti dan pengamat korosi, adanya pasangan-
pasangan alami dari alloy logam dengan lingkungan korosif yang sesuai dan
paling ekonomis untuk dipakai dalam konstruksi. Pada diagram sistem korosi
terlihat bahwa laju korosi mendekati nol apabila potensial sistem bergeser ke arah
negatif mendekati Eo logam M. untuk mencapai keadaan itu kepada struktur
konstruksi yang akan dilindungi harus disuplai arus tandingan sebesar I app dari
suatu sumber arus searah. Teknik ini dikenal dengan teknik arus tandingan atau
impressed current. Pada teknik arus tandingan digunakan rectifier yang merubah
arus bolak-balik menjadi searah, sebagai sumber arus searah.
Proteksi anodik adalah kebalikan dari protensi katodik. Teknik ini hanya
bisa diterapkan pada bahan konstruksi yang mempunyai sifat pasif. Laju reaksi
kimia sangat dipengaruhi oleh adanya senyawa lain, meskipun senyawa itu hanya
terdapat dalam jumlah yang kecil. Proses korosi yang terjadi adalah reaksi kimia,
hal ini berlaku pada sistem konstruksi logam yang terjadi terhadap lingkungannya.
Senyawa-senyawa kimia tertentu secara spsifik dapat teradsopsi di
permukaan struktur logam, dimana proses korosi berlangsung dan berinterferensi
baik dengan reaksi anodik maupun reaksi katodik. Interferensi tersebut
menyebabkan reaksi anodik dan katodik terhambat, sehingga secara keseluruhan
proses korosi juga terhambat. Senyawa yang mempunyai kemampuan seperti ini
disebut inhibitor korosi. Inhibitor korosi dapat digunakan sebagai pengendali
korosi. Teknik pengendalian korosi seperti ini dikenal dengan istilah teknik
inhibisi. Proses korosi dapat dipandang sebagai serangan komponen-komponen
senyawa kimia yang terkandung di dalam lingkungan terhadap konstruksi logam.
Agresifitas lingkungan berhubungan dengan jumlah dan jenis komponen
yang terkandung didalamnya. Semakin banyak komponen agresif, maka semakin
tinggi laju korosi atau sebaliknya. Pada permukaan konstruksi dilapisi dengan
bahan lain yang mempunyai sifat kedap terhadap penetrasi senyawa kimia dan
mempunyai daya hantar listrik sangat rendah. Bahan yang dapat digunakan
sebagai lapisan pelindung eksternal beraneka ragam. Namun secara sederhana
dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Lapisan lindung logam
2. Polimer atau plastik
3. Elastomer
4. Lapisan lindung organik
2.4.1. Pelapisan Logam
Pelapisan akan mengisolasi logam dari media korosifnya, sehingga
mencegah terjadinya korosi logam oleh lingkungannya. Logam yang digunakan
sebagai bahan pelapis terbuat dari bahan logam yang lebih inert maupun yang
kurang inert. Pada logam yang lebih inert, logam yang dilapisi akan terlindungi
dari paparan pada media korosi. Ketika ada cacat, logam akan terkorosi lebih
hebat, dan bagian dalam yang terkorosi akan keropos. Contohnya adalah pada
pelapisan logam mulia, seperti emas, perak, platina dan titanium.
Pada logam yang kurang inert, selain merupakan pelapisan secara fisik
juga melindungi secara elektrokimia bagi logam yang dilapisi. Logam yang
dilindungi baru akan terkorosi jika semua logam pelindung sudah habis terkorosi.
Karena terjadi sebuah sel galvanic dimana logam pelindung sebagai anoda dan
yang dilindungi sebagai katoda. Contohnya pada sistem besi galvanisasi, yaitu
besi yang dilapisi dengan aluminium. Metode pelapisan logam dapat berupa:
1. Dipping (pencelupan untuk logam yang berukuran kecil)
2. Cladding (pembungkusan)
3. Spraying (penyemprotan untuk logam yang berukuran besar)
4. Electrodeposition
5. Vapor deposition
6. Diffusion
Dripping merupakan cara dengan memanskan logam pelapis sampai
dengan meleleh lebur, kemudian mencelupkan bahan alat yang akan dilapisi ke
dalam leburan tersebut dan merendamnya sebentar. Alat yang akan dilapisi
diangkat lalu dibiarkan dingin di udara. Cara ini sangat bergantung pada
kebersihan alat yang dilapisi dan logam yang melebur, daya pembasahan serta
daya lekat, dan dimensi alat. Cladding adalah cara dimana lembaran logam
dibungkus pada alat yang akan dilapisi sehingga terselubung oleh mantel pelapis.
Proses spraying ini terdiri dari ekspos kawat pelapis atau penyemburan
serbuk logam pelapis ke arah api pelelehan. Hal ini biasanya digunakan oksigen
dan asetilen, sehingga cairan lelehan logam pelapis yang berbentuk butiran halus
menempel ke permukaan logam yang akan dilapisi dan kemudian membeku.
Contohnya adalah pada mobil tangki, tangki penyimpanan dari segala jenis tipe,
jembatan, kapal, alat pendingin dan produk dari baja.
Proses electrodeposition adalah proses dimana dilakukannya perendaman
logam yang akan dilapisi (sebagi katoda) di dalam larutan dari logam yang akan
dilapiskan (sebagai anoda). Hasil pelapisan bergantung pada besarnya arus, waktu
penyepuhan dan komposisi elektrolit. Proses vapour deposition adalah proses
dimana vaporisasi logam dilakukan pada tekanan vakum sehingga suhu
vaporasinya tidak terlalu tinggi. Caranya dengan memasukkan logam pelapis ke
dalam ruang vakum, kemudian memanaskannya dengan pemanas listrik. Uapnya
diendapkan di permukaan logam yang akan dilapisi. Contohnya pada pelapisan
komponen-komponen kritis dari pesawat angkasa. Proses difusi dilakukan dengan
melakukan heat treatment pada logam yang akan dilapisi dalam suasana
lingkungan logam pelapis. Logam yang akan dilapisi dibungkus dalam pelapis
berbentuk solid kemudian dimasukkan ke dalam alat difusi dan di heat treatment.
2.5. Korosi Elektrokimia
Pada umumnya proses pengkaratan terdiri dari proses elektrokimia, yang
mekanismenya sama dengan yang terjadi di dalam baterai lampu senter. Baterai
terdiri dari elektroda yang terbuat dari mangkuk yang terbuat dari seng dan
elektroda karbon. Kedua elektroda tersebut dipisahkan oleh elektrolit yang terdiri
dari larutan amonium klorida. Ketika elektroda karbon dihubungkan dengan
elektroda mangkuk seng melalui sebuah bola lampu, maka bola lampu tersebut
akan menyala karena terjadinya arus listrik yang mengalir dari katoda ke anoda
melalui elektrolit NH4Cl. Karena serangan karat tersebut, mangkuk seng akan
berlubang (perforated) hanya dalam beberapa jam saja. Ketika kabel penghubung
dilepas, arus listrik terputus, sulit terjadi korosi pada seng. Apabila dengan kondisi
tidak tersambung tersebut, proses pengkaratan seng menjadi sangat lambat, yang
umumnya disebabkan oleh besi yang tertanam di dalam permukaan seng.
Kotoran tersebut bekerja sebagai katoda terhadap seng yang bersifat
anodik, sehingga terjadi aliran elektron dari anoda ke katoda dan menyebabkan
karat di daerah anoda. Bentuk karat elektro kimiawi yang paling sering ditemukan
adalah proses elektrokimia dari oksida metal. Oksidasi adalah terlepasnya elektron

dari suatu atom, misal terlepasnya elektron dari atom seng. Suatu potensial
tertentu yang dikandung setiap metal yang bertendensi untuk berkarat atau
teroksidasi disebut potensial elektroda.
2.6. Faktor yang Mempengaruhi Korosi
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub
muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan
logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar
terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode. Permukaan
logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi. Korosi akan sangat cepat
terjadi pada logam yang potensialnya rendah.
Bila dua logam yang berbeda potensial bersinggungan dan terjadi pada
lingkungan berair atau lembap maka akan dapat terjadi sel elektrokimia secara
langsung, sehingga logam yang potensialnya rendah akan segera melepas elektron
(oksidasi) bila bersentuhan dengan logam yang potensialnya lebih tinggi dan akan
mengalami oksidasi oleh 02 dariudara. Jika dilihat dari deret sel volta, dari kiri
kekanan makin mudah mengalami reduksi, sedangkan dari kanan kekiri makin
mudah mengalami oksidasi.
Tipe bakteri tertentu dapat mempercepat korosi, karena mereka akan
menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), selama masa
putaran hidupnya. CO2 akan menurunkan pH secara berarti sehingga menaikkan
kecepatan korosi. H2S dan besi sulfida (Fe2S2 ) hasil reduksi sulfat (SO42-) oleh
bakteri pereduksi sulfat pada kondisi anaerob, dapat mempercepat korosi bila
sulfat ada di dalam air. Zat-zat ini dapat menaikkan kecepatan korosi. Jika terjadi
korosi logam besi maka hal ini dapat mendorong bakteri besi (iron bacteria)
untuk berkembang, karena mereka senang dengan air yang mengandung besi
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi.
Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi.
Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi
kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi
redoks semakin besar Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur
dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya
menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools) atau dikenai panas
secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).

Anda mungkin juga menyukai