Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN KOROSI
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-
senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3 dan H2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-
merah.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena
logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain
yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari
bijih mineralnya. Contohnya bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk
senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan
besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja
tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali
menjadi senyawa besi oksida).
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial
terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

B. BENTUK KOROSI
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi
sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak
fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion
induced hydrogen), korosi intergranular, selective leaching, dan korosi erosi. Berikut
merupakan penjelasan dari bentuk-bentuk korosi diatas :

1. Korosi merata
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan
logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi

1|Kasus Riil Korosi


pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung
akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan
pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang
mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa
penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
2. Korosi galvanik
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan
berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami
korosi, sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam
yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah
dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial
lebih tinggi.
3. Korosi sumuran
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka
akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan
pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan
elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara
perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi
sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat
kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah
mendadak.
4. Korosi celah
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen.
Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar
dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada
suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah
masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar
menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda
sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
5. Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion
fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced
hydrogen) adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat
pengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang
mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat
sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia
2|Kasus Riil Korosi
dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatik terjadi akibat tegangan
berulang dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi
karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.
6. Korosi intergranular
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat
terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi
pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur
425 – 815oC karbida krom akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan
krom dibawah 10%, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan
menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
7. Selective leaching
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan
salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan
tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan
terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang
potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya
lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan
tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang
digunakan sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang
akan menyebabkan paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.

C. PERKEMBANGAN KOROSI
Korosi pada logam menimbulkan kerugian tidak sedikit. Hasil riset yang
berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan kerugian akibat korosi
yang menyerang permesinan industri, infrastruktur, sampai perangkat transportasi di
negara adidaya itu mencapai 276 miliar dollar AS. Ini berarti 3,1 persen dari Gross
Domestic Product (GDP)-nya. sebenarnya, negara-negara di kawasan tropis seperti
Indonesia paling banyak menderita kerugian akibat korosi ini. tetapi, tidak ada data
yang jelas di negara-negara tersebut tentang jumlah kerugian setiap tahunnya.
Korosi yang dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas
korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi
hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi
yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian
3|Kasus Riil Korosi
sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan
mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi
serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan
menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu
faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas,
proses kimia, transportasi dan industri kertaspulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut
hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian
dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut, banyak
institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk
mengurangi bahaya korosi tersebut.
Mikroba merupakan suatu mikrooranisme yang hidup di lingkungan secara
luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan
air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada
rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan
fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya.
Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga
danprotozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di
lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme
umumnya berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada
permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau
biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk
lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.
Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa
centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat
meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar
dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam / film atau logam / deposit tanpa
melihat efek dari sifat bulk electrolyte.
Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu :
 Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen.
 Jenis aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen.
 Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.
 Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen.

4|Kasus Riil Korosi


BAB II

KASUS RIIL KOROSI

A. SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA SENG


1. Senyawa Seng
Seng diambil dari bahasa Belanda yaitu zink adalah unsur kimia dengan
lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia merupakan
unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa aspek kimiawi seng
mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini berukuran
hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan oksidasi +2. Seng
merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki lima isotop
stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida).
Kuningan, yang merupakan campuran aloi tembaga dan seng, telah lama
digunakan paling tidak sejak abad ke-10 SM. Logam seng tak murni mulai
diproduksi secara besar-besaran pada abad ke-13 di India, manakala logam ini
masih belum di kenal oleh bangsa Eropa sampai dengan akhir abad ke-16. Para
5|Kasus Riil Korosi
alkimiawan membakar seng untuk menghasilkan apa yang mereka sebut sebagai
"salju putih" ataupun "wol filsuf". Kimiawan Jerman Andreas Sigismund
Marggraf umumnya dianggap sebagai penemu logam seng murni pada tahun
1746. Karya Luigi Galvani dan Alessandro Volta berhasil menyingkap sifat-sifat
elektrokimia seng pada tahun 1800. Pelapisan seng pada baja untuk mencegah
perkaratan merupakan aplikasi utama seng. Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi
penggunaannya pada baterai dan aloi.
Terdapat berbagai jenis senyawa seng yang dapat ditemukan, seperti seng
karbonat dan seng glukonat (suplemen makanan), seng klorida (pada deodoran),
seng pirition (pada sampo anti ketombe), seng sulfida (pada cat berpendar), dan
seng metil ataupun seng dietil di laboratorium organik.
Seng merupakan zat mineral esensial yang sangat penting bagi tubuh.
Terdapat sekitar dua milyar orang di negara-negara berkembang yang kekurangan
asupan seng. Defisiensi ini juga dapat menyebabkan banyak penyakit. Pada anak-
anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan pertumbuhan, mempengaruhi
pematangan seksual, mudah terkena infeksi, diare, dan setiap tahunnya
menyebabkan kematian sekitar 800.000 anak-anak di seluruh dunia. Konsumsi
seng yang berlebihan dapat menyebabkan ataksia, lemah lesu, dan defisiensi
tembaga. Dalam bahasa sehari-hari, seng juga dimaksudkan sebagai pelat seng
yang digunakan sebagai bahan bangunan.

2. Sifat Fisik Seng


Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan
bersifat diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak
berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal
heksagonal.
Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun menjadi dapat
ditempa antara 100 sampai dengan 150°C. Diatas 210°C, logam ini kembali
menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan memukul-mukulnya.
Seng juga mampu menghantarkan listrik. Dibandingkan dengan logam-logam
lainnya, seng memiliki titik lebur (420°C) dan titik didih (900°C) yang relatif
rendah. Dan sebenarnya pun titik lebur seng merupakan yang terendah di antara
semua logam-logam transisi selain raksa dan kadmium.
Terdapat banyak sekali aloi yang mengandung seng. Salah satu contohnya
adalah kuningan (aloi seng dan tembaga). Logam-logam lainnya yang juga
6|Kasus Riil Korosi
diketahui dapat membentuk aloi dengan seng adalah aluminium, antimon, bismut,
emas, besi, timbal, raksa, perak, timah, magnesium, kobalt, nikel, telurium, dan
natrium. Walaupun seng maupun zirkonium tidak bersifat feromagnetik, aloi
ZrZn2 memperlihatkan feromagnetisme di bawah suhu 35 K.

3. Sifat Kimia Seng


Reaktivitas seng memiliki konfigurasi elektron [Ar]3d104s2 dan
merupakan unsur golongan 12 tabel periodik. Seng cukup reaktif dan merupakan
reduktor kuat. Permukaan logam seng murni akan dengan cepat mengusam,
membentuk lapisan seng karbonat, Zn5(OH)6CO3, seketika berkontak dengan
karbon dioksida. Lapisan ini membantu mencegah reaksi lebih lanjut dengan
udara dan air. Seng yang dibakar akan menghasilkan lidah api berwarna hijau
kebiruan dan mengeluarkan asap seng oksida. Seng bereaksi dengan asam, basa,
dan non-logam lainnya seng yang sangat murni hanya akan bereaksi secara lambat
dengan asam pada suhu kamar. Asam kuat seperti asam klorida maupun asam
sulfat dapat menghilangkan lapisan pelindung seng karbonat dan reaksi seng
dengan air yang ada akan melepaskan gas hidrogen.
Seng secara umum memiliki keadaan oksidasi +2. Ketika senyawa dengan
keadaan oksidasi +2 terbentuk, elektron pada kelopak elektron terluar s akan
terlepas, dan ion seng yang terbentuk akan memiliki konfigurasi [Ar]3d10. Hal ini
mengijinkan pembentukan empat ikatan kovalen dengan menerima empat
pasangan elektron dan mematuhi kaidah oktet. Stereokimia senyawa yang
dibentuk ini adalah tetrahedral dan ikatan yang terbentuk dapat dikatakan sebagai
sp3. Pada larutan akuatik, kompleks oktaherdal, [Zn(H 2O)6]2+, merupakan spesi
yang dominan. Penguapan seng yang dikombinasikan dengan seng klorida pada
temperatur di atas 285°C mengindikasikan adanya Zn2Cl2 yang terbentuk, yakni
senyawa seng yang berkeadaan oksidasi +1. Tiada senyawa seng berkeadaan
oksidasi selain +1 dan +2 yang diketahui. Perhitungan teoritis mengindikasikan
bahwa senyawa seng dengan keadaan oksidasi +4 sangatlah tidak memungkinkan
terbentuk.
Sifat kimiawi seng mirip dengan logam-logam transisi periode pertama
seperti nikel dan tembaga. Ia bersifat diamagnetik dan hampir tak berwarna. Jari-
jari ion seng dan magnesium juga hampir identik. Oleh karenanya, garam kedua
senyawa ini akan memiliki struktur kristal yang sama. Pada kasus di mana jari-jari

7|Kasus Riil Korosi


ion merupakan faktor penentu, sifat-sifat kimiawi keduanya akan sangat mirip.
Seng cenderung membentuk ikatan kovalen berderajat tinggi. Ia juga akan
membentuk senyawa kompleks dengan pendonor N- dan S-.

B. DESKRIPSI LINGKUNGAN KOROSI PADA ATAP SENG RUMAH


Seng adalah salah satu dari sekian banyak bangunan yang sering digunakan
sebagai penutup atap. Ukuran seng datar yang digalvanisir (disepuh) berkisar 915 mm
x 1830 mm dengan beberapa macam tebal yang kurang dari 1 mm. ukuran tebal yang
kurang dari 1 mm dinyatakan dengan BWG. Ukuran seng gelombang biasa yang di
galvanisir berkisar 760 mm x 1830 mm dengan beberapa macam–macam tebal yang
dinyatakan dengan BWG. Seng mempunyai lebar propil 76 mm, tinggi propil 16 mm
dan banyaknya gelombang ada 10.
Kelebihan atap seng yaitu bobotnya rendah, harganya murah, pemasangannya
mudah sekaligus dapat menghemat biaya. Namun kekurangan atap seng apabila
terkena air hujan yang banyak mengandung garam maka seng lebih mudah berkarat,
selain itu karena jatuhnya air hujan maka akan menimbulkan suara yang berisik. Seng
juga tidak mempunyai sifat isolasi panas & dingin artinya kalau udara di luar panas /
dingin maka di dalam ruangan akan terasa lebih panas / dingin juga. Berikut contoh
gambar seng yang mengalami korosi.

Gambar 1. Proses Awal Korosi

8|Kasus Riil Korosi


Gambar 2. Proses Korosi Ke-2

Gambar 3. Proses Korosi Ke-3

Gambar 4. Seng Terkorosi Semua (Merata)

C. PENYEBAB KOROSI
Perilaku atau sifat seng selama berada pada lingkungan atmosfir telah sering
diperiksa pada tes yang dilakukan di seluruh dunia. Kinerja seng dalam lingkungan
atmosfer dapat diramalkan dalam batas yang wajar.
Perbandingan yang tepat dari perilaku seng pada lingkungan atmosfer yang
korosif sedikit kompleks karena banyak faktor yang terlibat, seperti :
 Arah angin
 Intensitas asap korosif
 Jumlah garam diudara
 Periode relatif dari kelembaban atau kondensasi dan kekeringan.
9|Kasus Riil Korosi
Namun, secara umum diketahui bahwa laju korosi seng rendah; itu berkisar
dari 0,13 pM / tahun di atmosfer pedesaan kering untuk 0,013 mm / tahun di lebih
lingkungan atmosfer industri yang lembab.
Seng lebih tahan korosi daripada baja di atmosfer alam, pengecualian kondisi
ini jika atmosfer dalam ruangan dimana lingkungannya korosif, baik baja dan seng
sangat rentan terkena korosi tetapi tetap seng memiliki ketahanan yang lebih baik dari
pada baja. Sebagai contoh, di atmosfer pantai laju korosi seng adalah sekitar 1 / 25
dari baja.
Faktor-faktor penting yang mengontrol tingkat di korosi seng dalam paparan
atmosfer adalah :
 Durasi dan frekuensi kelembaban
 Tingkat di mana permukaan mengering
 Tingkat polusi industri atmosfer.
Pada udara kering, seng secara perlahan diserang oleh oksigen atmosfer.
Sebuah lapisan tipis oksida padat terbentuk pada permukaan seng, dan kemudian
membentuk lapisan luar di atasnya. Meskipun kadang-kadang lapisan luar tersebut
melepaskan diri, lapisan bawah tetap dan melindungi logam membatasi interaksi
dengan oksigen. Dengan kondisi tersebut, yang terjadi di beberapa daerah beriklim
tropis, seng teroksidasi dengan sangat lambat.
Atmosfer korosi telah didefinisikan untuk mencakup proses korosi yang
terjadi di udara pada suhu antara -18 sampai 70°C di tempat terbuka dan di ruang
tertutup dari segala jenis. Memburuknya korosi ini kadang-kadang disebut pelapukan.
Definisi ini mencakup berbagai macam lingkungan dari tingkat corrosivities yang
berbeda-beda. Faktor-faktor yang menentukan corrosivity atmosfer termasuk polusi
industri, polusi laut, kelembaban, suhu (terutama penyebaran antara kelembapan
tertinggi dan terendah yang mempengaruhi kondensasi dan penguapan) dan curah
hujan.

D. KERUGIAN / POTENSI KERUGIANNYA


Ditinjau dari segi kerugian akibat proses korosi, dapat digolongkan menjadi
tiga jenis, yaitu kerugian dari segi biaya korosi itu sangat tinggi atau mahal, kerugian
dari segi pemborosan sumber daya mineral yang sangat tinggi dan kerugian dari segi
keselamatan jiwa manusia juga sangat membahayakan . Berikut penjelasannya :
1. Kerugian ekonomi akibat korosi.
Menurut sumber dari Biro Klasifikasi Indonesia pada tahun 1997 mengatakan
bahwa pada umumnya biaya pengendalian korosi di Indonesia berkisar antara 2

10 | K a s u s R i i l K o r o s i
hingga 3,5 % dari GNP. Biaya pengendalian korosi disini adalah semua biaya
yang timbul dalam usaha untuk menanggulangi korosi mulai dari desain sampai
dengan proses pemeliharaan suatu struktur bangunan.
2. Pemborosan sumber daya mineral akibat korosi.
Pada dasarnya proses korosi dapat juga didefinisikan sebagai proses kembalinya
logam teknis ke bentuk asalnya di alam. Bentuk asalnya logam di alam adalah
senyawa-senyawa mineral yang abadi di perut bumi. Pada umumnya senyawa-
senyawa mineral logam tersebut merupakan ikatan kimia antara unsur logam
dengan unsur halogen misalnya oksigen, belerang dan sebagainya. Dengan adanya
proses korosi pada struktur bangunan di tempat-tempat yang tersebar diseluruh
dunia, mengakibatkan sumber daya mineral yang semula berbentuk logam teknis
telah berubah menjadi produk korosi yang tersebar tanpa bisa direcavery untuk
dijadikan logam teknis kembali.
3. Proses korosi dapat membahayakan jiwa manusia.
Sering diberitakan bahwa timbulnya kecelakaan yang menelan puluhan bahkan
ratusan korban jiwa atau mencederai manusia disebabkan karena kegagalan dari
suatu konstruksi bangunan akibat korosi. Di dunia pelayaran, korban manusia
yang meninggal akibat kapal tenggelam jumlahnya sudah sangat banyak. [Graver,
1985]

E. PROSES TERJADINYA KOROSI


Proses dasar korosi logam sangat sederhana yaitu atom-atom yang
mengandung logam bereaksi dalam larutan atau membentuk gugusan ion yang
bermuatan positip, sehingga dapat terkorosi karena mengalami oksidasi. Poses korosi
dapat dijelaskan sebagai proses elektrokimia reaksi redoks (reduksi oksidasi). Logam
yang mengalami korosi akan bertindak sebagai anode (reaksi oksidasi) dan zat
pengotornya akan bertindak sebagai katode (reduksi).
Korosi yang diartikan sebagai perubahan dari logam atau oksida logam atau
perubahan logam dari yang bervalensi kosong menjadi berisi. Jadi korosi adalah
logam-logam yang dapat berubah bilangan oksidasinya. Misalnya bilangan
oksidasinya terus meningkat apabila terkena air maupun udara.
Contoh : Seng terkena asam

Zn + 2 HCl ------------- ZnCl2 + H2

Zn ------------- Zn2+
11 | K a s u s R i i l K o r o s i
Artinya bilangan oksidasinya naik dari valensi kosong menjadi bervalensi 2.

Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion
dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang
menyerap elektron tersebut dengan laju yang sama. Proses katodik biasanya
merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya.
Salah satu penyebab korosi pada atap seng adalah air hujan yang mengenai
permukaan seng dimana mengandung asam. Proses reaksi korosi dengan tingkat
keasaman dalam lingkungan asam :
Anode : Fe (s) → Fe2+ (aq) + 2e [x 4] Eo = + 0,44 V

Fe2+ (aq) → Fe3+ (aq) + e [x 4] Eo = – 0,77 V

Katode : O2 (g)+ 4H+ (aq) + 4 e → 2 H2O (l) [x3] Eo = +1,23 V

Redoks : 4Fe (s) + 3O2 (g) + 12H+ (g) → 4Fe3+ (aq) + 6H2O (l) Eo = +0,90 V

Ion Fe3+ yang terbentuk di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh air
membentuk karat , besi (III) oksida :

4 Fe3+ (aq) + 12 H2O (l) → 2 Fe2O3.6H2O (s) + 12H+ (aq) (karat)

Pengertian korosi secara scientist adalah korosi sebagai peristiwa bereaksinya


logam-logam dengan lingkungannya yang merusak sifat-sifat logam tersebut dan
merugikannya. Peristiwa korosi seperti yang disebutkan di atas adalah peristiwa yang
merugikan. Salah satu cara untuk menghindarinya adalah dengan mencat logam
tersebut, tetapi harganya menjadi mahal.
Untuk suatu susunan logam, atom-atom yang berada dipinggir susunan
mempunyai potensial dan energi yang tinggi dan mudah bereaksi, maka mudah
terkorosi. Korosi tidak dapat dicegah sama sekali tetapi dapat dihambat sebab korosi
merupakan peristiwa alam yang bereaksi spontan.

12 | K a s u s R i i l K o r o s i
BAB III

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KOROSI

A. PENCEGAHAN KOROSI
Pencegahan pada kasus korosi ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Memberi lapisan pelindung dengan cat khusus besi atau dengan zat anti karat.
Salah satu cara pencegahan serangan korosi/karat terhadap atap seng
adalah dengan cara menggunakan lapisan bahan organik atau cat. Pemberian
lapisan cat dilakukan pada permukaan seng, sehingga faktor penyebab korosi
tidak dapat mengenai seng secara langsung. Keunggulan lapisan cat pada sistem

13 | K a s u s R i i l K o r o s i
proteksi korosi mudah cara penerapannya, dapat dilapis ulang dan lapisannya
memiliki nilai estetika. Faktor sangat penting yang mempengaruhi umur lapisan
cat terletak pada kelayakan persiapan permukaan logam sebelum dilapisi cat.
2. Pada permukaan seng diberi oli atau vaselin.
Pemberian oli atau vaselin ini dapat menghambatan kontak langsung
antara logam dengan oksigen atau air.

B. PENGENDALIAN KOROSI
Pengendalian pada kasus korosi ini dapat dilakukan dengan cara :
Penanganan pada atap seng yang bocor adalah dengan menambal, selain biaya
yang murah juga saat pengerjaan tidak mengganggu aktifitas yang berada dibawah
atap tersebut. Biaya penambalan atap 1 m2 ± Rp. 50.000,- umur rencana bisa bertahan
lebih dari lima tahun. Sebuah pungujian menunjukkan pada tahun 2002 diadakan
penambalan atap seng, hingga tahun 2008 ini kondisi atap yang ditambal masih
terlihat baik. Sedangkan bahan yang diperlukan untuk penambalan adalah sebagai
berikut :

 Elastex (contoh menggunakan buatan Nippon Paint)

Gambar 5. Elastex

 Mett 455 (serat fiber)

Gambar 6. Serat Fiber

 HCl

14 | K a s u s R i i l K o r o s i
Gambar 7. HCl

 Cromet (Contoh merk yang kami gunakan Bodelax metal primer zinc 900)

Gambar 8. Cromet

 Cat Silver (Merk Bee brand)

Cara Pengerjaan :
1. Korosi dibersihkan dengan sikat kawat
2. Kemudian dikwaskan HCL
3. Setelah benar-benar bersih dicat dengan Bodelax.
4. Setelah kering lapiskan Met dan Elastex.
5. Kemudian dicat dengan cat warna silver
*untuk warna cat dapat disesuaikan dengan warna seng

Dengan melakukan penambalan, dapat menghemat biaya sebesar Rp. 16.000


untuk setiap 1 m2 luas seng (bukan luas atap, luas seng tergantung dengan type
gelombang). Diluar perhitungan terhentinya/terganggunya aktifitas yg berada dibawah
atap. Perhitungan berdasarkan umur seng dan umur penambalan.
Gambar dibawah ini adalah saat pengerjaan penambalan atap :

15 | K a s u s R i i l K o r o s i
Gambar 9. Contoh Pengerjaan Penambalan Atap

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

16 | K a s u s R i i l K o r o s i
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-
senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi atapun seng atap rumah.
Pada seng atap rumah terjadi korosi merata, adalah korosi yang terjadi secara
serentak diseluruh permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami
korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu.
Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi,
keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk
senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara
lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive
maintenance).
Salah satu cara pencegahan serangan korosi/karat terhadap atap seng adalah
dengan cara menggunakan lapisan bahan organik atau cat. Pemberian lapisan cat
dilakukan pada permukaan seng, sehingga faktor penyebab korosi tidak dapat
mengenai seng secara langsung. Keunggulan lapisan cat pada sistem proteksi korosi
mudah cara penerapannya, dapat dilapis ulang dan lapisannya memiliki nilai estetika.
Faktor sangat penting yang mempengaruhi umur lapisan cat terletak pada kelayakan
persiapan permukaan logam sebelum dilapisi cat.

B. SARAN
Agar korosi tidak terjadi, harus dilakukan perawatan yang baik dan rutin.
Sesuai dengan langkah-langkah pengendalian yang telah dijelaskan diatas. Hal ini
sangat bertujuan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat korosi ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://teknikkimia2001.blogspot.it/2009/02/pengertian-korosi_20.html

17 | K a s u s R i i l K o r o s i
http://mcnugraha.wordpress.com/category/jenis-korosi

http://aprilina05.wordpress.com/2010/01/18/korosi-dan-penecegahannya-dalam-kehidupan-
sehari-hari/

18 | K a s u s R i i l K o r o s i

Anda mungkin juga menyukai