Anda di halaman 1dari 14

Laporan Akhir Praktikum

KOROSI

LAJU KOROSI

Dosen Pengampu:
Drs. S. Sigit Udjiana, M.Si.

Disusun Oleh:
Muhammad Faheda Irsyadilla Arhab (2241420046)

28 OKTOBER 2023

TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI MALANG
TAHUN 2023
A. Tujuan Praktikum
Untuk dapat dapat memahami pengaruh lingkungan terhadap laju korosi bahan

B. Dasar Teori

Dalam bidang Teknik, terutama di Teknik industri sangat penting mempelajari


secara baik tentang bahan-bahan karena bahan tersebut dugunakan untuk berbagai
keperluan, salah satunya bahan yang terbuat dari besi atau baja yang merupakan bahan
logam. Dengan penggunaan bahan tersebut maka dalam menggunakan bahan tersebut
diharapkan untuk menjaga ketahanan suatu bahan dari korosi

Korosi merupakan penurunan mutu logam oleh reaksi elektrokimia dengan


lingkungannya. Korosi yang terjadi pada logam tidak dapat dihindari, tetapi hanya dapat
dicegah dan dikendalikan sehingga struktur atau komponen mempunyai masa pakai/guna
yang lebih lama (Fajar Sigit, M, 2013).

Korosi ini sebenarnya merupakan peristiwa oksidasi logam oleh oksigen yang ada
di udara dan bereaksi membentuk oksidanya. Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi
yang disertai pertukaran elektron antara pereaksi, yang menyebabkan keadaan oksidasi
berubah. Dari sejarahnya, istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen
diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil
dari dalam suatu zat. Kemudian pengangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga
kehilangan hidrogen harus disebut dengan oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain dimana
baik oksigen maupun hidrogen yang tidak ambil bagian belum bisa dikelompokkan
sebagai oksidasi atau reduksi sebelum definisi oksidasi dan reduksi yang paling umum,
yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron, disusun orang (Svehla, 1990).

Contoh reaksi oksidasi dari reaksi reduksi sebagai berikut:


+¿ −¿¿
2 +2 e ¿
Zn → Zn (reaksi oksidasi)
−¿¿
+¿+2 e ¿
2H → H
2
(reaksi reduksi)

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena
logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain
yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari
bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam
bentuk senyawabesi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama
pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi
(kembali menjadi senyawa besi oksida).

KLASIFIKASI KOROSI DILIHAT DARI JENIS BENTUKNYA

Dilihat dari bentuknya klasifikasi korosi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Korosi Merata (Uniform Attack)


Korosi merata merupakan korosi dengan serangan merata pada seluruh
permukaan logam. Korosi terjadi pada permukaan logam yang terkena lingkungan
korosif
b. Korosi logam tak sejenis (Galvanic Corossion)
Korosi galvanic terjadi jika dua logam yang berbeda tersambung melalui elektrolit
sehingga salah satu dari logam tersebut akan terserang korosi sedangkan logam yang
lainnya terlindung dari korosi
c. Korosi Erosi (Erosion Corossion)
Korosi erosi disebabkan kombinasi fluida korosif dan kecepatan aliran yang
tinggi. Bagian fluida yang kecepatan alirannya rendah akan mengalami laju korosi
rendah, sedangkan fluida kecepatan tinggi menyebabkan terjadinya erosi dan dapat
menggerus lapisan pelindung sehingga mempercepat korosi
d. Korosi Sumuran (Pitting Corossion)
Korosi sumuran terjadi karena adanya serangan korosi local pada permukaan
logam sehingga membentuk cekungan atau lubang pada permukaan logam
e. Korosi Batas Butir (Intergranular Corrosion)
Korosi menyerang pada batas bulir akibat adanya segregasi dari unsur pasif
seperti krom meninggalkan batas bulir sehingga pada batas bulir bersifat anodik
f. Retak Pengaruh Lingkungan (Environmentally Induced Cracking)
Merupakan patah getas dari logam paduan ulet yang beroperasi di lingkungan
yang menyebabkan terjadinya korosi seragam
g. Korosi Celah (Crevice Corossion)
Mirip dengan korosi galvanic, dengan pengecualian pada perbedaan konsentrasi
media korosifnya. Celah atau ketidakteraturan permukaan lainnya seperti celah paku
keling (rivet), baut, washer, gasket, deposit dan sebagainya, yang bersentuhan dengan
media korosif dapat menyebabkan korosi terlokalisasi
h. Korosi Aliran (Flow Induced Corossion)
Korosi aliran adalah peningkatan laju korosi yang disebabkan oleh turbulensi
fluida dan perpindahan massa akibat dari aliran fluida diatas permukaan logam

KLASIFIKASI KOROSI DILIHAT DARI JENIS REAKSINYA

Dilihat dari jenis klasifikasi korosi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Reaksi Kimia Secara Langsung


Korosi ini disebabkan karena terjadi reaksi kimia secara langsung dengan
lingkungannya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan lingkungannya dapat berupa
udara dengan sinar matahari, temperature tinggi, tekanan tinggi, embun, air tawar, air
laut, air danau, air sungai, dan air tanah yang berupa tanah pertanian, tanah rawa,
tanah kapur, dan tanah pasir berbat-batu.
b. Reaksi Elektrokimia
Korosi yang didasarkan proses elektrokimia terdiri dari 4 komponen utama, yaitu:
Anoda biasanya terkorosi dengan melepaskan elektron-elektron dari atom-atom
logam netral untuk membentuk ion ion yang bersangkutan. Katoda biasanya tidak
mengalami korosi, walaupun mungkin menderita kerusakan dalam kondisi kondisi
tertentu. Elektrolit adalah larutan yang menghantarkan listrik. Antara anoda dan
katoda harus ada hubungan listrik agar arus dalam sel korosi mengalir
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam dapat terkorosi dan
kecepatan laju korosi suatu logam. Suatu logam yang sama belum tentu mengalami
kasus korosi yang sama pula pada lingkungan yang berbeda. Begitu juga dua logam
pada kondisi lingkungan yang sama tetapi jenis materialnya berbeda, belum tentu
mengalami korosi yanga sama. Dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi korosi suatu logam, yaitu faktor
metalurgi dan faktor lingkungan.

a. Faktor Metarulogi

Faktor metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat
tahan terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi,
jenis korosi apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat
menyebabkan terkorosi, ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.

Yang termasuk dalam faktor metalurgi antara lain


 Jenis logam dan paduannya
Pada lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi.Sebagai
contoh, aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan
air biasa, sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah
terkorosi.
 Morfologi dan homogenitas
Bila suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka
paduan tersebut akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yang
berbeda-beda pada tiap daerahnya.
 Perlakuan panas
Logam yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal
atau perubahan fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-
800 0C terhadap baja tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan
krom karbida pada batas butir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi
intergranular pada baja tersebut. Selain itu, beberapa proses heat treatment
menghasilkan tegangan sisa. Bila tegangan sisa tesebut tidak dihilangkan,
maka dapat memicu terjadinya korosi retak tegang
 Sifat mampu fabrikasi dan pemesinan
Merupakan suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang
baik setelah proses fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah
fabrikasi memiliki tegangan sisa atau endapan inklusi maka memudahkan
terjadinya retak.

b. Faktor Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:


 Komposisi kimia
Ion-ion tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibatkan
jenis korosi yang berbeda-beda.Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki
sifat korosif yang berbeda dimana air laut mengandung ion klor yang sangat
reaktif mengakibatkan korosi.
 Konsentrasi
Konsentrasi dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi
kecepatan korosi yang terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada
laju korosi yang berbeda dari besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau
pekat, dimana pada larutan encer, Fe akan mudah larut dibandingkan dalam
H2SO4 pekat. Suatu logam yang berada pada lingkungan dengan kandungan
O2 yang berbeda akan terbagi menjadi dua bagian yaitu katodik dan anodik.
Daerah anodik terbentuk pada media dengan konsentrasi O2 yang rendah dan
katodik terbentuk pada media dengan konsentrasi O2 yang tinggi.
 Temperatur
Pada lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi
kinetika reaksi kimia akan meningkat. Semakin tinggi temperatur, maka laju
korosi akan semakin meningkat, namun menurunkan kelarutan
oksigen. Sehingga pada suatu sistem terbuka, diatas suhu 80 0C, laju korosi
akan mengalami penurunan karena oksigen akan keluar sedangkan pada suatu
sistem tertutup, laju korosi akan terus menigkat karena adanya oksigen yang
terlarut.

Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur berbagai barang


atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah
dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel). Akan tetapi, proses
ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi. Cara – cara pencegahan korosi
besi adalah sebagai berikut :

 Mengecat. jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan


kontak besi dengan udara dan air.
 Melumuri dengan oli dan gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas
dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dan air.
 Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan
keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi udara
dan air.
 Galvanisasi (pelapisan dengan zink). Berbeda dengan timah, zink dapat
melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi
karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode.
 Tin plating (pelapisan dengan timah). Pelapisan dilakukan secara elektrolisis
yang disebut electroplating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi
yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan
oksigen dan air.
 Cromium plating (pelapisan dengan kromium).sama sperti zink, kromium
dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
 Memasifkan permukaan logam dengan memberi bahan kimia seperti natrium
fosfat

Untuk menghitung laju korosi dapat digunakan rumus:

C. Metodologi Percobaan

1. Alat dan Bahan


Alat
- Jangka Sorong
- Neraca Analitik
- Gelas Plastik

Bahan
- Pelat Besi 3 Buah
- Larutan Asam
- Larutan Basa
- Larutan Garam
- Akuades

2. Skema Kerja

CUCI 4 PLAT BESI, KERINGKAN, KEMUDIAN UKUR


DIMENSI PLAT BAJA (CATAT DATA)

ISI 4 GELAS DENGAN 4 LARUTAN (BASA, ASAM,


GARAM, NETRAL) LALU MASUKKAN KAPAS
HINGGA AIR TERSERAP KAPAS
LETAKKAN 4 PLAT BESI DI ATAS KAPAS DAN TUTUP
WADAH DENGAN PLASTIK

SIMPAN SELAMA KURANG LEBIH 4 MINGGU


(SETIAP 1 MINGGU DIBUKA DAN BERSIHKAN PLAT BESI DAN TIMBANG)

HITUNG LAJU KOROSI

D. Data pengamatan

 Awal Percobaan

Panjang Lebar Tebal A A W0


Lingkungan pH
(cm) (cm) (cm) (cm2) (in2) (gram)
Asam 3,45 3,083 2,929 0,187 20,308 3,147 6,4267
Basa 9,5 3,147 2,971 0,188 20,999 3,254 6,3234
Garam 6 3,059 2,856 0,213 19,992 3,098 11,7895
Netral 7 3,018 3,098 0,221 21,402 3,317 12,3489

 Data Berat Spesimen Tiap Minggu

Benda Uji Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4


Besi (Asam) 6,4267 6,4166 6,3973 6,3781 6,3575
Besi (Basa) 6,3234 6,3165 6,3090 6,2936 6,2873

Besi 11,7895 11,7691 11,7325 11,7172 11,7003


(Garam)
Besi 12,3489 12,2881 12,2213 12,1754 12,1496
(Netral)

Lama Pengujian : 1 bulan (4 minggu)

 Perhitungan
 Asam

Minggu 1
T = 168 jam
V = p ×l ×t
= 3,083cm ×2,929cm × 0,187cm
= 1,6886cm3
m = W0
= 6,4267gram
m
ρ =
v
6,4267 g g
= 3
=3,8059 3
1,6886 cm cm
A = 2 (pl + pt + lt)
= 2 ((3,083 × 2,929) + (2,929 × 0,187) + (3,083 × 0,187 ))
= 20,308cm2
W = W0 – Wt
= 6,4267 gram – 6,4166gram
= 0,0101g
K×W
Laju korosi =
DAT
6
3 , 45 × 10 × 0,0101 gram
= 3,8059 g × 20,308 cm2 ×168 jam
3
cm
= 2,6834 mpy (Baik sekali)
Dengan perhitungan yang sama, didapatkan data pada kondisi asam tiap minggu sebagai
berikut

Tabel 4. Data Laju Korosi pada Kondisi Asam Tiap Minggu


D Relative Corrosion
Minggu ke- W (g) (g/cm3) A (cm2) T (j) Laju korosi (mm/y) Resistance

20,308
week 0-1 0,0101 3,8059 168 2,683531264 Baik Sekali
week 1-2 0,0193 3,8059 20,308 168 5,12793598 Baik
week 2-3 0,0192 3,8059 20,308 168 5,101366364 Baik
week 3-4 0,0206 3,8059 20,308 168 5,473340995 Baik
week 3-5 0,0692 3,8059 20,308 672 4,596543651 Baik Sekali

 Basa

Minggu 1
T = 168 jam
V = p ×l ×t
= 3,147cm ×2,971cm × 0,188cm
= 1,7577cm3
m = W0
= 6,3234gram
m
ρ =
v
6 , 3234 g g
= 3
=3,5989 3
1,7577 cm cm
A = 2 (pl + pt + lt)
= 2 ((3,147 × 2,917) + (2,917 × 0,188) + (3,147 × 0,188 ))
= 20,999cm2
W = W0 – Wt
= 6,3234 gram – 6,3165 gram
= 0,069g
K×W
Laju korosi =
DAT
6
3 , 45 ×10 × 0,0069 gram
= 3,5989 g × 20,999 cm2 ×168 jam
3
cm
= 1,8749 mpy (Baik sekali)
Dengan perhitungan yang sama, didapatkan data pada kondisi asam tiap minggu sebagai
berikut
Tabel 5. Data Laju Korosi pada Kondisi Basa Tiap Minggu
D Relative Corrosion
Minggu ke- W (g) (g/cm3) A (cm2) T (j) Laju korosi (mm/y) Resistance
week 0-1 0,0069 3,5989 20,999 168 1,874953542 Baik Sekali
week 1-2 0,0075 3,5989 20,999 168 2,03799298 Baik Sekali
week 2-3 0,0154 3,5989 20,999 168 4,18467892 Baik Sekali
week 3-4 0,0063 3,5989 20,999 168 1,711914103 Baik Sekali
week 3-5 0,0361 3,5989 20,999 672 2,452384886 Baik Sekali

 Garam

Minggu 1
T = 168 jam
V = p ×l ×t
= 3,059cm ×2,856cm × 0,213cm
= 1,8606cm3
m = W0
= 11,7895gram
m
ρ =
v
11,7895 g g
= 3
=6,3364 3
1,8606 cm cm
A = 2 (pl + pt + lt)
= 2 ((3,059 × 2,856) + (2,856 × 0,213) + (3,059 × 0,213 ))
= 19,992cm2
W = W0 – Wt
= 11,7895gram – 11,7691 gram
= 0,0204g
K×W
Laju korosi =
DAT
6
3 , 45 ×10 × 0,0204 gram
= 6,3364 g ×19,992 cm2 × 168 jam
3
cm
= 3,3070 mpy (Baik sekali)
Dengan perhitungan yang sama, didapatkan data pada kondisi asam tiap minggu sebagai
berikut
Tabel 6. Data Laju Korosi pada Kondisi Garam Tiap Minggu
D Relative Corrosion
Minggu ke- W (g) (g/cm3) A (cm2) T (j) Laju korosi (mm/y) Resistance
week 0-1 0,0204 6,3364 19,992 168 3,307052979 Baik Sekali
week 1-2 0,0366 6,3364 19,992 168 5,933242109 Baik Sekali
week 2-3 0,0153 6,3364 19,992 168 2,480289734 Baik Sekali
week 3-4 0,019 6,3364 19,992 168 3,080098363 Baik Sekali
week 3-5 0,0913 6,3364 19,992 672 3,700170796 Baik Sekali

 Netral

Minggu 1
T = 168 jam
V = p ×l ×t
= 3,018cm ×3,098cm × 0,221cm
= 2,0663cm3
m = W0
= 12,3489gram
m
ρ =
v
12,3489 g g
= 3
=5,9763 3
2,0663 cm cm
A = 2 (pl + pt + lt)
= 2 ((3,018 × 3,098) + (3,098 × 0,221) + (3,018 × 0,221))
= 21,402cm2
W = W0 – Wt
= 12,3489gram – 12,2881 gram
= 0,0608g
K×W
Laju korosi =
DAT
6
3 , 45 ×10 × 0,0608 gram
= 5,9763 g × 21, 402cm2 ×168 jam
3
cm
= 9,7617 mpy (Baik sekali)
Dengan perhitungan yang sama, didapatkan data pada kondisi asam tiap minggu sebagai
berikut
Tabel 7. Data Laju Korosi pada Kondisi Netral Tiap Minggu
D Relative Corrosion
Minggu ke- W (g) (g/cm3) A (cm2) T (j) Laju korosi (mm/y) Resistance
week 0-1 0,0608 5,9763 21,402 168 9,76172666 Baik Sekali
week 1-2 0,068 5,9763 21,402 168 10,91772061 Baik Sekali
week 2-3 0,0459 5,9763 21,402 168 7,369461409 Baik Sekali
week 3-4 0,0258 5,9763 21,402 168 4,142311642 Baik Sekali
week 3-5 0,2005 5,9763 21,402 672 8,047805079 Baik Sekali

E. Pembahasan

Pada praktikum ini, dilakukan penentuan laju korosi. Korosi adalah proses rusaknya
logam yang disebabkan oleh reaksi kimia antara logam tersebut dengan lingkungannya.
Sampel yang digunakan adalah plat besi, yang diuji dengan 4 lingkungan yang berbeda –
beda. Lingkungan ini antara lain : asam, basa, garam, dan netral.

Pada proses korosi, mula – mula dilakukan tahap awal, yaitu membersihkan plat besi
(diamplas), kemudian dicuci menggunakan sabun dan air untuk menghilangkan lemak yang
menempel. Kemudian plat dikeringkan dan ditimbang untuk mengetahui bobot awal sebelum
proses korosi terjadi. Plat kemudian dimasukkan ke dalam lingkungan yang telah dibuat.
Kemudian mendiamkan plat dalam lingkungan selama 4 minggu (28 hari ). Setelah 28 hari
plat besi didiamkan dalam lingkungan yang berbeda, diperoleh data pengaruh lingkungan
terhadap laju korosi.

Pada besi 1 (asam) mengalami kehilangan berat sebesar 0,0692 gram atau 69,2
miligram, baja 2 (basa) mengalami kehilangan berat sebesar 0,0361 gram atau 36,1 miligram,
besi 3 (garam) mengalami kehilangan berat sebesar 0,0892 gram atau 89,2 miligram , dan
pada besi 4 (netral) mengalami kehilangan berat sebesar 0,1993 atau 199,3 miligram. Semua
itu adalah berat awal besi hingga berat besi pada minggu ke empat. Laju korosi pada plat besi
1 sebesar 2,6834 mpy, laju korosi pada plat besi 2 sebesar 1,8749 mpy, laju korosi pada plat
besi 3 sebesar 3,3070 mpy, dan laju korosi pada plat besi 4 sebesar 9,7617 mpy.
Dari hasil laju korosi yang diperoleh, besi lebih mudah berkarat/terkorosi pada
lingkungan netral, dilanjutkan garam, dilanjutkan asam dan yang terakhir atau paling lambat
pada lingkungan basa. Data yang kami hitung tidak sesuai dengan refrensi yang ada,
sebenarnya lingkungan yang mudah berkarat mulai dari Basa – Asam – Garam – Netral. Hal
ini dikarenakan pH netral yaitu 7 sehingga menghambat laju korosi. Sedangkan basa
memiliki pH lebih dari 7 sehingga lebih cepat mengalami korosi.
Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan rumus Fe2O3.XH2O. Pada
proses pengamatan, besi (Fe) bertindak sebagai pereduksi dan oksigen (O2) yang terlarut
dalam air bertindak sebagai pengoksidasi. Persamaan reaksi pembentukan karat
+¿ −¿¿
2 +2 e ¿
Anode : Fe → Fe (reaksi oksidasi)
−¿¿
+ ¿+ 4 e ¿
Katode : O2 +4 H → 2H 2 O (reaksi reduksi)

Logam Fe yang letaknya jauh dari permukaan kontak dengan udara akan dioksidasi
menjadi ion Fe2+ . Ion ini larut dalam tetesan air. Tempat terjadinya reaksi oksidasi di salah
satu ujung tetesan air ini disebut anode. Ion Fe2+ yang terbentuk bergerak dari anode ke
katode melalui tetesan air, sedangkan elektron mengalir dari anode ke katode melalui logam.
Elektron ini selanjutnya mereduksi O2 dari udara dan menghasilkan air. Ujung tetesan yang
merupakan tempat terjadinya reaksi reduksi ini disebut katode. Sebagian O2 dari udara larut
dalam tetesan air dan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang membentuk karat besi
(Fe2O3.XH2O).

F. Kesimpulan

1. Korosi adalah proses suatu logam mengalami reaksi oksidasi di udara bebas. Korosi
juga merupakan reaksi redoks antara logam dengan zat yang ada di sekitarnya dan
menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Senyawa tersebut biasanya berupa
oksida logam atau logam karbonat
2. Pengaruh lingkungan terhadap spesimen logam sangat berperngaruh. Apabila
spesimen diletakkan dalam lingkungan yang dingin maka proses laju korosi
menjadi sangat lambat dan apabila dalam keadaan panas maka juga
memperlambat korosi.
3. Faktor yang menyebabkan terjadinya korosi :
- Oksigen
- Air
- Keektrolitan larutan
- Luas Permukaan Logam
- Sel elektrokimia
4. Laju korosi memiliki dampak yang signifikan pada infrastruktur, kendaraan, dan
peralatan, sehingga pemahaman mendalam terhadap mekanisme korosi sangat penting.
Penelitian terus dilakukan untuk mencari inovasi baru yang dapat meningkatkan
ketahanan material terhadap korosi. Dengan demikian, upaya perlindungan terhadap
logam dari korosi bukan hanya merupakan tantangan teknik, tetapi juga merupakan
bagian integral dari berbagai sektor industri.
G. Daftar Pustaka

Fajar Sidiq, M. (2013). Analisa Korosi Dan Pengendaliannya. Journal Foundry


Vol. 3 No. 1. ISSN, 2087-2259.

Praktikum Pengetahuan Bahan Teknik-Modul 2-Laju Korosi Laboratoriom Sistem


Manufaktur Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura

Trethewey, K.R. dan J. Chamberlain. 1991.Korosiuntuk Mahasiswa dan Rekayasawan.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

M, Imam Budiman. 2013. “Laporan Laju Korosi Dan Pengendaliannya”


https://mimanbud.wordpress.com/2013/05/28/laju-korosi/.

Anda mungkin juga menyukai