Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KOROSI

DISUSUN OLEH:

Naufal Razzan Muhammad Hakim (21-15-1405)/(XII IPA 3)

GURU PENGAMPU:

Mubaid Isngari, S.Si

2023
BAB I

A. Pengertian KOROSI
korosi secara umum adalah rusaknya benda-benda logam yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan. Proses korosi dapat dijelaskan secara elektrokimia lho, misalnya pada proses
perkaratan besi yang membentuk oksida besi. Secara elektrokimia, proses perkaratan besi adalah
peristiwa teroksidasinya logam besi oleh oksigen yang berasal dari udara. Korosi pada besi
terjadi karena kontak dengan air. Pada besi tersebut ada yang menjadi anode dan ada yang
menjadi katode.

Berdasarkan nilai potensial reaksinya, besi merupakan logam yang mudah mengalami
korosi. Logam-logam lain yang mempunyai nilai potensial elektrode lebih besar dari 0,4 V akan
sulit mengalami korosi, sebab dengan potensial tersebut akan menghasilkan Eoreaksi < 0
(negatif) ketika kontak dengan oksigen di udara. Logam-logam perak, platina, dan emas
mempunyai potensial elektrode lebih besar dari 0,4 V sehingga sulit mengalami korosi.
a. Kerugian
a.a Besi yang terkena korosi akan bersifat rapuh dan tidak ada kekuatan. Ini sangat
membahayakan kalau besi tersebut digunakan sebagai pondasi bangunan atau jembatan.
Senyawa karat juga membahayakan kesehatan, sehingga besi tidak bisa digunakan sebagai
alat-alat masak, alat-alat industri makanan/farmasi/kimia.
a.b Tusukan Benda berkarat di bagian tubuh berpotensi terkena tetanus, karena bias
terinfeksi bakteri clostridium tetani.

b. Pencegahan
Pencegahan besi dari perkaratan bisa dilakukan dengan cara berikut.
1) Proses pelapisan
Besi dilapisi dengan suatu zat yang sukar ditembus oksigen. Hal ini dilakukan dengan
cara dicat atau dilapisi dengan logam yang sukar teroksidasi. Logam yang digunakan adalah
logam yang terletak di sebelah kanan besi dalam deret volta (potensial reduksi lebih negatif dari
besi). Contohnya: logam perak, emas, platina, timah, dan nikel.

2) Proses katode pelindung (proteksi katodik)


Secara alami pada permukaan logam dilapisi oleh suatu lapisan film oksida (FeO.OH).
Pasivitas dari lapisan film ini akan rusak karena adanya pengaruh dari lingkungan, misalnya
adanya penurunan pH atau alkalinitas dari lingkungan ataupun serangan dari ion-ion klorida.
Pada proses korosi terjadi reaksi antara ion-ion dan juga antar elektron. Anode adalah bagian dari
permukaan logam dimana metal akan larut.
Reaksinya :
Fe → 2 Fe2+ + 4e-
Dengan kata lain ion-ion besi Fe++ akan melarut dan elektron-elektron e- tetap tinggal pada
logam. Katode adalah bagian permukaan logam dimana elektron-elektron 4e- yang tertinggal akan
menuju kesana (oleh logam) dan bereaksi dengan O2 dan H2O.
O2 + H2O + 4e- —–> 4 OH-
Ion-ion 4 OH- di anode bergabung dengan ion 2 Fe2+ dan membentuk 2 Fe(OH)2. Oleh
kehadiran zat asam dan air maka terbentuk karat Fe2O3.
Reaksi perkaratan besi
a. Anoda: Fe(s) → Fe2+ + 2e
Katoda: 2 H+ + 2 e- → H2
2 H2O + O2 + 4e- → 4OH-
b. 2H+ + 2H2O + O2 + 3Fe → 3Fe2+ + 4OH- + H2
Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe2O3 . nH2O

B. Faktor Penyebab KOROSI

Faktor Penyebab Korosi


Pada umumnya ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya percepatan korosi, yaitu:

a. Uap air
Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor penting untuk
berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembab) akan mempercepat
berlangsungnya proses korosi.

b. Oksigen
Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya korosi. Korosi pada
permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini
merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O).
Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak
merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom logam
dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode.
Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media
tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O
yang mengalami kontak denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada
permukaan logam tersebut.

c. Larutan garam
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan. Hal
itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Air hujan banyak
mengandung asam, dan air laut banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan
korosi yang utama.

d. Permukaan logam yang tidak rata


Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya akan
berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan
korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.

e. Keberadaan Zat Pengotor


Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan sehingga
lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil
pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada
permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.

f. Kontak dengan Elektrolit


Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan menambah
terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran
elektron sehingga korosi meningkat.

g. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum, semakin
tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya
temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan
efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin
meningkat

h. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi
reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang
teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.

i. Metalurgi
• Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki kecenderungan
untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung mengalami korosi
• Efek Galvanic Coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat pada
logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan
potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang berbeda

j. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada logam.
Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk
memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi,
antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-
sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.

C. Bentuk-Bentuk KOROSI

Bentuk-bentuk korosi yang umum ditemukan pada korosi logam di lingkungan laut, yaitu;

a. Korosi merata (uniform attack)


Yaitu korosi yang terjadi pada pada permukaan logam yang berbentuk pengikisan permukaan
logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat permukaan terkonvensi oleh
produk karat yang biasanya terjadi pada peralatan-peralatan terbuka, misalnya permukaan luar pipa.
Bentuk korosi ini adalah sangat umum dan dicirikan oleh baja yang berkarat dilingkungan udara.
Disebut merata karena semua permukaan metal terexpose diserang dengan laju yang kurang lebih
sama, tetapi metal yang hilang jarang sekali betul-betul merata. Menurut teori electrochemical mixed
potential, proses anodic dan katodik terdistribusi merata pada seluruh permukaan metal. Dengan
demikian agar bentuk korosi ini terjadi, diperlukan sistem korosi yang menunjukkan keseragaman
(homogenitas) baik pada metal, media (perbedaan konsentrasi) dan faktor-faktor korosi lainnya.

Pada korosi tipe ini, laju korosi dapat dinyatakan dalam bentuk kehilangan ke tebalan metal menurut
waktu misalnya mm/tahun atau mikrometer/tahun. Biasanya laju korosi hanya dinyatakan pada satu
muka saja, dan bila kedua metal terserang korosi, total kehilangan ketebalan metal menjadi dua kali.

b. Korosi setempat (local corrosion)


Dalam beberapa hal perbedaan antara korosi merata dan korosi setempat tidak begitu tajam,
sungguhpun demikian adalah mungkin untuk memberikan beberapa bentuk korosi, mulai dari korosi
merata sampai korosi yang menghasilkan sumuran dalam, korosi setempat sulit diduga.

c. Korosi galvanik (galvanik corrosion)


Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam yang berbeda secara listrik berhubungan satu
sama lainnya berada dalam lingkungan korosif yang sama. Dalam kasus demikian, logam yang
berpotensial paling negatif (dalam keadaan tidak berhubungan) atau terkorosi, sebaliknya logam lain
(logam mulia dengan potensial korosi tinggi akan kurang terkorosi).
Korosi galvanik cenderung terlokalisir, kearah pembentukan sumuran, dan dalam sistem pipa akan
terjadi kebocoran-kebocoran. Dia merupakan masalah perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa
dan rangka banyak melibatkan pemakaian lebih dari satu macam metal.

d. Korosi sumuran (pitting)


Korosi sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari permukaan metal, terkorosi
membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari diameternya. Mekanisme
terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit diduga, sungguhpun demikian ada situasi
tertentu dimana korosi sumuran dapat diantisipasi:

1. Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup, terutama air laut, akan
terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja hingga pecahnya mill scale mengarah pada situasi
anode kecil / katoda besar.
2. Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan korosinya seperti stainless steel,
setiap rusaknya (pecah) lapis pasif, cenderung pembetukan korosi sumuran.

3. Dari segi praktis korosi sumuran terbentuk didalam air mengandung chloride, oleh karena itu sering
terjadi pada kodisi dilingkungan laut.

e. Korosi erosi
Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis misalnya erosi
(pengikisan), dengan korosi yang di timbulkannya tetap elektrokimia sifatnya. Immpingement attack
dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe korosi ini.
Korosi erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari permukaan metal oleh aksi
partikel abrasive yang ada di dalam air. Umumnya laju serangan korosi membesar dengan
membesarnya kecepatan. Ada lagi bentuk erosi atau mekanisme lain, misalnya korosi lembaran baja
yang terpancang di pantai, dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut
atau angin. Pada kasus ini lapis protektif di hilangkan.

f. Impingement attack
Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa dengan kecepatan cukup besar pada
permukaan metal. Hal ini dapat terjadi pada sistem pipa dimana perubahan arah tiba-tiba dari aliran
pada lengkungan dapat mengakibatkan kerusakan setempat, bagian lain dari pipa tidak terpengaruh.
Bentuk korosi ini akan terjadi pada setiap situasi dimana ada impingement (timpa bentur,tekan) air
yang biasanya mengandung gelembung udara pada kecepatan serendah 1 m/s.

g. Perusakan cavitasi
Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya gelembung di dalam air laut,
pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan tinggi dan perubahan tekanan cenderung
menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya terlokalisir dan terjadi di daerah tekanan rendah, air
bergejolak (boil) dan terbentuk dari partial vacumm. Bila air kembali ke tekanan normal, cavity
pecah, dengan membebaskan energi. Hal ini mengarah pada perusakan permukaan paduan logam.

h. Korosi celah (crevice corrosion)


Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua permukaan dengan bagian dalam celah lebih
anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi celah timbul dari formasi differensial aeration cell,
dimana metal yang terexpose di luar crivice lebih katodic terhadap metal di dalam celah. Arus katodic
yang besar bekerja pada daerah anodic yang kecil menghasilkan serangan korosi lokal yang intensif.
D. Proses Korosi Pada Besi

Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektro kimia (redoks). Pada permukaan besi (Fe) bisa
terbentuk bagian anoda dan katoda yang disebabkan oleh dua hal:

1. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi


Tetesan air pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi oksigen terlarut. Pada bagian
pinggir mengandung lebih oksigen terlarut, sehingga di bagian ini bertindak sebagai katoda (reaksi
reduksi). Pada bagian tengah tetesan oksigen terlarut relatif sedikit sehingga bagian ini bertindak
sebagai anoda (reaksi oksidasi).
Fe → Fe2+ + 2e-
Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ / besi (111) dalam senyawa
besi (111) oksida terhidrat. Dengan adanya garam (oksida asam) atau zat elektrolit akan mempercepat
reaksi perkaratan.

2. Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai EO red lebih besar dari besi.
Karena E0red besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan teroksidasi (anoda), hal ini dapat
menyebabkan terjadinya korosi atau menghasilkan karatan besi. Secara keseluruhan perkaratan besi
adalah sebagai berikut :
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida berikut akan
terjadi :
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi setengah redoksnya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O = + 1,23 volt
Anodik : Fe →Fe2+ + 2e- = + 0,44 volt
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi di atas berlangsung spontan.
Besi (11) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi atau oksida besi (111)
terhidrasi. Reaksinya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O = + 1,23 volt
Anodik : 2 Fe2+ → 2Fe3+ + 2e = - 0,77 volt
2 Fe2+ +½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O = + 0,46 volt
Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :
2 Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+
Fe2O3.x H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang dihasilkan dapat mempercepat
reaksi korosi selanjutnya.Ion Fe di alam akan teroksidasi lagi membentuk Fe2+ atau Fe3+ .
Sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan ion H+
dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx) yang di kenal dengan hujan
asam.Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk
Fe2O3.x(H2O). Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses perkaratan.Yaitu karat yang
dapat mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada umumnya logam-logam yang mempunyai
potensial elektroda negatif lebih mudah mengalami korosi. Logam mulia, logam yang mempunyai
potensial elektroda positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan logam dalam deret potensial bukan
satu-satunya faktor yang menyebabkan korosi. Faktor lain yang turut juga menentukan ialah lapisan
pada permukaan logam. Alumunium dan seng mudah dioksidasi dalam udara, akan tetapi lapisan tipis
dari oksida yang terbentuk pada permukaan melindungi bagian bawahnya terhadap korosi
selanjutnya.Kedua logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang kurang sempurna di
udara jika dibandingkan dengan besi yang kurang aktif. Karat yang terbentuk di permukaan besi
merupakan lapisan tipis yang berpori sehingga bagian bawahnya mudah mengalami korosi.

E. Dampak Korosi

Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak
langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau struktur
bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktivitas produksi, karena
terjadinya pergantian peralatan yang rusak akibat korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat
berupa terjadinya kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa, seperti kejadian runtuhnya jembatan
akibat korosi, terjadinya kebakaran akibat kebocoran pipa gas karena korosi, dan meledaknya
pembangkit tenaga nuklir akibat terjadinya korosi pada pipa uapnya. korosi yang menyebabkan
kebocoran pada pipa yang terbuat dari logam.

F. Pencegahan Korosi
Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya mencegah terjadinya korosi, yaitu:
a. Cara pelapisan (coating)
Pelapisan adalah cara umum dan paling banyak di terapkan dalam istilah tonase baja, untuk
mengendalikan korosi, untuk melindungi/isolasi paduan logam dari lingkungan yang korosif. Tersedia
banyak sekali macam pelapis dan yang paling umum adalah cat. Jembatan, pagar dan railing biasanya
dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng)
akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
Namun perlu diperhatikan potensial elektrode standar seng dan timah terhadap besi.
Fe2+ (aq) + 2e → Fe(s) EO = - 0,44 volt
Zn2+ (aq) + 2e → Zn(s) EO =- 0,76 volt
Sn2+ (aq) + 2e → Sn(s) EO =- 0,14 volt
Seng lebih mudah di oksidasi daripada besi. Jika besi dilapisi dengan seng, besi tidak akan berkarat
walaupun lapisan seng tersebut berlubang sekalipun. Besi lebih mudah dioksidasi daripada timah. Jika
besi dilapisi dengan timah, besi tidak akan berkarat.

b. Cara proteksi katodik (katode pelindung)


Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi yang
dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki penyimpan BBM. Logam
reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh karena logam Mg merupakan reduktor
yang lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi
oksida maka besi akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada Gambar 3. Berikut:

Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu diperiksa agar
jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya.
c. Perancangan
Dari segi korosi, perancangan dianggap berkaitan dengan perencanaan yang baik dan pembangunan
proyek. Ia meliputi pemilihan material dan pemilihan cara pengendaliannya dalam batas perancangan
keseluruhan. Perencanaan dan perancangan cara pengendalian korosi adalah merupakan pemecahan
masalah yang baik terhadap persoalan-persoalan yang di hadapi.
d. Anoda karbon
Metode ini biasanya digunakan untuk melindungi lambung kapal, jembatan, dan pompa air besi dari
korosi. Pelat magnesium dihubungkan dengan interval yang teratur sepanjang potongan pipa yang
terkubur, dan ini jauh lebih mudah untuk menggantikannya secara periodik dari pada mengganti
keseluruhan pipa.
e. Pelumuran dengan Oli
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan
air.
f. Pembalutan dengan Plastik
Berbagai macam barang misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastic
mencegah kontak dengan udara dan air.

BAB II

PENUTUP

1.Kesimpulan

1. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.

2. Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya. Pada dasarnya
peristiwa korosi adalah reaksi elektrokimia. Secara alami pada permukaan logam dilapisi oleh
suatu lapisan film oksida (FeO.OH. Pada proses korosi terjadi reaksi antara ion-ion dan juga
antar elektron. Anode adalah bagian dari permukaan logam dimana metal akan larut.

3. Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi celah,
korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique cracking)
dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi intergranular, dan
selective leaching.

4. Faktor yang mempengaruhi Korosi, yaitu :


a. Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2,
b. Keberadaan Zat Pengotor, Kontak dengan Elektrolit,
c. temperatur
d. pH
e. Mikroba

5. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung.
Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau struktur
bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktivitas produksi, karena
terjadinya pergantian peralatan yang rusak akibat korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat
berupa terjadinya kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa.

6. Pencegahan Korosi Berdasarkan proses terjadinya ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan elektrokimia.

7. Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip, yaitu: Mencegah kontak dengan oksigen
dan/atau air dan Perlindungan katoda (pengorbanan anoda).

Anda mungkin juga menyukai