Anda di halaman 1dari 14

Pengertian Korosi

Korosi didefinisikan sebagai kerusakan atau deteorisasi dari suatu material yang
diakibatkan oleh pengaruh lingkungan sekitarnya. Korosi tidak hanya terjadi pada material
logam, melainkan juga dapat terjadi pada material non logam. Korosi dapat berlangsung
secara cepat maupun lambat, tergantung dari material yang dipakai.
Dalam prakteknya, semua kondisi lingkungan dapat mengakibatkan korosi. Beberapa
contohnya antara lain udara dan kelembabannya, segala jenis air, lingkungan yang dekat
dengan industri, gas, dan lain sebagainya. Pada umumnya material anorganik lebih cepat
terjadi korosi daripada material organik.
Korosi diklasifikasikan dari berbagai sisi. Salah satu metode membagi korosi menjadi
dua yaitu korosi pada temperatur rendah (low-temperature corrosion) dan korosi pada
temperatur tinggi (high-temperature corrosion). ada juga yang membagi korosi menjadi
korosi basah (wet corrosion) dan korosi kering (dry corrosion).
Korosi basah terjadi karena adanya kontak dengan zat cair. Contohnya adalah besi yang
terkorosi akibat terkena air. Korosi kering terjadi pada kondisi tanpa adanya fase cair atau
diatas titik pengembunan dari lingkungan sekitar. Contohnya adalah korosi pada baja
dikarenakan adanya reaksi dengan gas pada dapur listrik.
Pada gambar 1 menunjukkan adanya faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan material. Terlihat bahwa ketahanan terhadap korosi merupakan salah satu dari
aspek yang dibutuhkan. Sedangkan pada gambar 2 menunjukkan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi ketahanan korosi dari suatu material.

Gambar 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan material


Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 13

Gambar 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan korosi suatu material.


Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 13
Laju korosi dapat dinyatakan dalam beberapa satuan yang berbeda yaitu persentase berat
yang hilang (percent weight loss), miligram per centimeter kuadrat per hari (milligrams per
square centimeter per day), dan gram per inci kuadrat per jam (grams per square inch per
hour). Pernyataan mil per tahun (mills per year) merupakan cara yang paling baik untuk
menunjukkan laju korosi. Dibawah ini merupakan rumusnya :
mpy=

534 W
DAT

Dengan :

W = Berat yang hilang, mg


D = Masa jenis spesimen, g/cm3
A = Luasan dari spesimen, sq. in.
T = Waktu kedapatan (exposure time), jam

Reaksi Korosi
Logam yang terkorosi disebabkan karena logam tersebut mudah teroksidasi.
Menurut tabel potensial reduksi standar, selain logam emas umumnya logam-logam memiliki
potensial reduksi standar lebih rendah dari oksigen.
Jika setengah reaksi reduksi logam dibalikkan (reaksi oksidasi logam) digabungkan
dengan setengah reaksi reduksi gas O2 maka akan dihasilkan nilai potensial sel, Esel positif.
Jadi, hampir semua logam dapat bereaksi dengan gas O2 secara spontan.
Beberapa contoh logam yang dapat dioksidasi oleh oksigen ditunjukkan pada persamaan
reaksi berikut.
4Fe(s) + O2(g) + 2nH2O(l) 2Fe2O3.nH2O(s)
Zn(s) + O2(g) + 2H2O(l) Zn(OH)4(s)

Esel = 0,95 V
Esel = 0,60 V
2

Besi merupakan bahan yang sangat diperlukan dalam berbagai hal. Contohnya adalah
pada kontruksi jembatan, kerangka mobil, dan lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui, besi
juga sangat mudah terkena korosi. Untuk dapat mengendalikan korosi tentu harus memahami
bagaimana mekanisme korosi pada besi. Korosi tergolong proses elektrokimia, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3 Mekanisme Korosi pada Besi


Sumber : Chemistry: The Central Science, 2000
Besi memiliki permukaan yang kurang halus akibat komposisi yang tidak sempurna, juga
akibat perbedaan tegangan permukaan yang menimbulkan potensial pada daerah tertentu lebih
tinggi dari daerah lainnya. Pada daerah anodik (daerah permukaan yang bersentuhan dengan
air) terjadi pelarutan atom-atom besi disertai pelepasan elektron membentuk ion Fe2+ yang
larut dalam air.
Fe(s) Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dilepaskan mengalir melalui besi, sebagaimana elektron mengalir melalui
rangkaian luar pada sel volta menuju daerah katodik hingga terjadi reduksi gas oksigen dari
udara:
O2(g) + 2H2O(g) + 2e 4OH(aq)

Ion Fe2+ yang larut dalam tetesan air bergerak menuju daerah katodik, sebagaimana ionion

melewati

jembatan

garam

dalam sel

volta dan

bereaksi

dengan

ion-ion OH-

membentuk Fe(OH)2. Fe(OH)2 yang terbentuk dioksidasi oleh oksigen membentuk karat.

Fe2+(aq) + 4OH(aq) Fe(OH)2(s)


2Fe(OH)2(s) + O2(g) Fe2O3.nH2O(s)

Reaksi keseluruhan pada korosi besi adalah sebagai berikut (lihat mekanisme pada
Gambar 4 :

4Fe(s) + 3O2(g) + n H2O(l)

2Fe2O3.nH2O(s)
Karat

Akibat adanya migrasi ion dan elektron, karat sering terbentuk pada daerah yang agak
jauh dari permukaan besi yang terkorosi (lubang). Warna pada karat beragam mulai dari warna
kuning hingga cokelat merah bahkan sampai berwarna hitam. Warna ini bergantung pada jumlah
molekul H2O yang terikat pada karat.

Gambar 4 Mekanisme Korosi pada Besi


4

Sumber : perpustakaancyber.blogspot.com/2013

Delapan Jenis Korosi


Terdapat delapan jenis korosi yaitu :
1. Uniform corrosion (Korosi Seragam)
2. Galvanic corrosion (Korosi Galvanik)
3. Crevice corrosion (Korosi Celah)
4. Pitting corrosion (Korosi Lubang)
5. Intergranular corrosion (Korosi Intergranular)
6. Selective leaching (Peluluhan Selektif)
7. Erosion corrosion (Korosi Erosi)
8. Stress corrosion (Korosi Tegangan)
Untuk penjelasan masing-masing jenis korosi dijelaskan di bawah ini:
1. Uniform corrosion (Korosi Seragam)
Korosi seragam merupakan bentuk umum dari korosi. Korosi jenis ini biasanya
memiliki ciri reaksi kimia maupun elektrokimia yang seragam terjadi pada permukaan yang
luas. Logam yang terkena korosi seragam ini akan menjadi tipis dan mudah rusak. Sebagai
contoh, sebuah baja yang berada di lingkungan asam sulfur secara normal akan larut pada laju
korosi yang seragam pada seluruh permukaannya. Korosi seragam ini dapat dicegah ataupun
dikurangi dengan cara pelapisan (coating), menggunakan inhibitor, dan juga perlindungan
dengan menggunakan katoda. Contoh lain dari korosi seragam dapat dilihat pada gambar 5 di
bawah ini.

Gambar 5 Tangki yang tidak terurus terkena korosi di seluruh bagiannya


Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 40
2. Galvanic corrosion (Korosi Galvanik)
5

Korosi galvanik disebut juga korosi dwilogam yang merupakan perkaratan


elektrokimiawi apabila dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di
dalam elektrolit yang sama. Elektron akan mengalir dari metal yang kurang mulia (anodik)
menuju ke metal yang lebih mulia (katodik). Akibatnya metal yang kurang mulia berubah
menjadi ion-ion positif karena kehilangan elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ionion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa ini,
permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuk sumur-sumur karat atau jika merata
akan terbentuk karat permukaan.
Tabel 1 menjelaskan sebuah tabulasi yang disebut gaya elektromotif atau biasa disebut
deret emf. Untuk kemudahan, semua potensial terkait dengan elektroda hidrogen (H 2/H+) yang
mana mendekati nol. Potensial antarlogam dapat ditentukan dengan cara mengambil
perbedaan absolut diantara potensial standar emfnya.

Tabel 1 Deret emf standar logam

Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 42


Pada masalah korosi aktualnya, jarang terjadi pasangan galvanik antarlogam yang
setimbang. Kebanyakan efek dari korosi galvanik adalah hasil dari koneksi elektris dari dua
buah logam yang terkorosi. Oleh karena itu, deret galvanik diurutkan pada tabel 2 yang
berguna untuk melakukan prediksi hubungan galvanik.
Tabel 2 Deret galvanik dari logam umum dan paduan

Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 43


3. Crevice corrosion (Korosi Celah)
Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain atau non logam
dan diantaranya terdapat celah yang dapat menahan kotoran dan air sebagai sumber terjadinya
korosi. Konsentrasi oksigen pada mulut lebih kaya dibandingkan pada bagian dalam, sehingga
bagian dalam lebih anodik dan bagian mulut menjadi katodik. Maka terjadi aliran arus dari
dalam menuju mulut logam yang menimbulkan korosi.
Atau juga perbedaan konsentrasi zat asam. Diamana celah sempit yang terisi elektrolit
(pH rendah) maka terjadilah sel korosi dengan katodanya permukaan sebelah luar celah yang
basah dengan air yang lebih banyak mengandung zat asam dari pada daerah dalam yang
besifat anodik. Maka dari sinilah terjadinya korosi dengan adanya katoda dan anoda.

Gambar 6 Korosi celah (gasket) pada saluran pipa stainless steel berukuran besar
Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 52

4. Pitting corrosion (Korosi Lubang)


Korosi lubang terbentuk dari korosi yang bertempat pada suatu lubang. Lubang yang
dimaksudkan disini bisa saja berdiameter kecil maupun besar, tapi pada beberapa kasus korosi
ini menyerang lubang yang kecil. Lubang kecil ini terkadang terisolasi atau berdekatan yang
mengakibatkan lubang ini terlihat seperti permukaan yang kasar. Umumnya lubang kecil (pit)
ini dideskripsikan sebagai celah atau lubang yang mempunyai diameter permukaan yang
kurang lebih sama dengan kedalamannya. Karena terjadinya korosi pada bagian tersebut,
maka permukaan logam akan kehilangan massa dan menjadi takik. Takik-takik tersebut akan
bertambah dalam karena permukaan di dalam takik tidak sempat membentuk film pelindung
karena kecepatan cairan yang tinggi dan proses kavitasi akan berlangsung secara berulangulang.

Gambar 7 Korosi lubang pada tabung kondenser


Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 65

Gambar 8 Siklus korosi lubang


Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 65

5. Intergranular corrosion (Korosi Intergranular)


Korosi ini menyerang daerah terdekat dari batas butir, dengan tingkat korosi yang
relatif kecil pada butirnya. Korosi ini mengakibatkan logam yang terkorosi hancur dan atau
berkurang ketangguhannya. Korosi intergranular diakibatkan oleh ketidakmurnian batas butir
dari suatu logam, terlalu banyak unsur paduan, atau penipisan salah satu unsur pada batas
butir. Sejumlah kecil besi pada aluminium (kelaruan besi rendah), telah terlihat memisah
dikarenakan korosi intergranular. Salah satu contoh dari korosi ini adalah seperti yang terlihat
pada gambar 9 yaitu korosi intergranular yang terjadi pada daerah pengelasan.

Gambar 9 Korosi Intergranular pada daerah las


Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 76
9

6. Selective leaching (Peluluhan Selektif)


Selective leaching (Peluluhan Selektif) adalah suatu proses memisahkan sebuah unsur
dari paduan padat dengan proses korosi. Contoh yang paling umum yaitu pemisahan selektif
dari seng (zinc) dari paduan kuningan (biasa disebut dezincification). Proses serupa terjadi
pada paduan lain yang mana aluminium, besi, kobalt, kromium, dan unsur-unsur lain.
Kuningan yang umum dijumpai terdiri atas 30% seng dan 70% tembaga. Dezincification
dapat dilihat dengan mata telanjang dikarenakan paduan dianggap berwarna merah (warna
tembaga) yang kontras dengan warna kuning asli. Di bawah ini merupakan contoh gambar
dari spesimen yang diberikan proses dezincification.

Gambar 10 Dezincification pada pipa kuningan


Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 86
7. Erosion corrosion (Korosi Erosi)
Korosi erosi adalah percepatan atau penambahan laju penurunan mutu dari logam
dikarenakan pergerakan relatif antara fluida korosif dengan permukaan logam. Pada
umumnya proses ini lumayan cepat, dan melibatkan proses abrasi. Korosi erosi mempunyai
ciri yakni munculnya lekukan, alur, permukaan yang bergelombang, dan juga lubang yang

10

tersebar merata. Pada gambar 11, dapat dilihat sketsa yang menunjukkan korosi erosi yang
terjadi pada pipa heat-exchanger. Pada beberapa kasus, kerusakan yang diakibatkan korosi
erosi ini terjadi pada waktu yang relatif singkat, dan juga tiba-tiba membesar dikarenakan uji
evaluasi korosi dilakukan pada kondisi statis atau bisa juga efek dari erosi tidak
dipertimbangkan.

Gambar 11 Korosi erosi pada dinding pipa kondenser


Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 91

8. Stress corrosion (Korosi Tegangan)


Korosi tegangan atau biasa disebut retakan akibat korosi tegangan adalah retak yang
diakibatkan adanya tegangan tarik yang simultan dan juga adanya media korosi. Selama
terjadi retak yang diakibatkan oleh korosi tersebut, suatu logam atau paduan sebenarnya tidak
terkena sepenuhnya pada permukaan, sembari retak halus terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 12 di bawah ini.

11

Gambar 12 Penampang retak yang diakibatkan korosi tegangan pada stainless steel (500x)
Sumber : Mars G, Fontana, McGraw Hill. Corrosion Engineering. Halaman 110

Pencegahan Korosi
Pencegahan korosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut :
1. Pengecetan. Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan
udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya
melindungi besi terhadap korosi.
2. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan
mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air.
3. Pembalutan dengan Plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang
sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.
4. Tin Plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang
dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah
tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama
lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka
timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi
12

lebih negatif daripada timah (E Fe = -0,44 volt; E Sn = -0,44 volt). Oleh karena itu, besi
yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai
anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang
diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Galvanisasi (pelapisan dengan zink). Pipa besi, tiang telpon dan berbagai barang lain
dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun
lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan
katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak
dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian
besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi. Badan mobil-mobil baru pada umumnya
telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.
6. Chromium Plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan
kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil.
Chromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat
memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
7. Sacrificial Protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif
(berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium itu akan berkarat tetapi
besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau
badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.

Sumber :
Mars G. Fontana. Corrosion Engineering. Third Edition. McGraw Hill. 1987.
http://semboy.wordpress.com/korosi/
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/07/pengertian-korosi-penyebab-carapencegahan.html
13

http://teknikkimia2001.blogspot.com/2009/02/pengertian-korosi_20.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Corrosion_engineering

14

Anda mungkin juga menyukai