Anda di halaman 1dari 11

Nama: Muhammad Rizal Ramadhani

Nim: 201222018152831

Prodi: teknik sipil

Korosi
A. Pengertian Korosi

Kerusakan merupakan proses redoks pada permukaan logam dan lingkungannya. Korosi
adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi ini, yaitu reaksi kimia antara
logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang ada di
dalam matrik logam itu sendiri.. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat.

Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3 . XH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-
merah. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi berlaku sebagai anode, dimana besi
mengalami oksidasi.

Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e E0 = + 0,44 V

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi yang berlaku
sebagai katode, dimana oksigen tereduksi.

O2(g) + 2H2O(l) + 4e → 4OH-(aq) E0 = + 0,40 V

atau

O2(g) + HH+(aq) + 4e → 2H2O(l) E0 = + 1,23 V

Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III)
yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3 . XH2¬O, yaitu karat besi.
Maka reaksi yang terjadi :

Anode : 2Fe(s) → 2Fe2+(aq) + 4e E0 = + 0,44 V

Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e → 4OH-(aq) E0 = + 0,40 V

Reaksi Sel : 2Fe(s) + O2(g) + 2H2O(l) → 2Fe2+(aq) + 4OH-(aq) E0reaksi = 0,84 V

Ion Fe2+ tersebut kemudian mengalami oksidasi lebih lanjut dengan reaksi :
4Fe2+(aq) + O2(g) + (4 + 2n) H2O → 2Fe2O3 . nH2O + 8H+(aq)

Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan dan bagian mana
yang bertindak sebagai katode bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau
perbedaan rapatan logam itu. Korosi besi memerlukan oksigen dan air.

B. Proses Terjadinya Korosi

Oleh karena besi merupakan bahan utama untuk berbagai konstruksi maka pengendalian
korosi menjadi sangat penting. Untuk dapat mengendalikan korosi tentu harus memahami
bagaimana mekanisme korosi pada besi. Korosi tergolong proses elektrokimia, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses korosi pada besi

Besi memiliki permukaan tidak halus akibat komposisi yang tidak sempurna, juga akibat
perbedaan tegangan permukaan yang menimbulkan potensial pada daerah tertentu lebih tinggi
dari daerah lainnya. Pada daerah anodik (daerah permukaan yang bersentuhan dengan air)
terjadi pelarutan atom-atom besi disertai pelepasan elektron membentuk ion Fe2+ yang larut
dalam air.

Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e–

Elektron yang dilepaskan mengalir melalui besi, sebagaimana elektron mengalir melalui
rangkaian luar pada sel volta menuju daerah katodik hingga terjadi reduksi gas oksigen dari
udara: O2(g) + 2H2O(g) + 2e– → 4OH–(aq)
Ion Fe2+ yang larut dalam tetesan air bergerak menuju daerah katodik, sebagaimana ion-ion
melewati jembatan garam dalam sel volta dan bereaksi dengan ion-ion OH– membentuk
Fe(OH)2. Fe(OH)2 yang terbentuk dioksidasi oleh oksigen membentuk karat.

Fe2+(aq) + 4OH–(aq) → Fe(OH)2(s)

2Fe(OH)2(s) + O2(g) → Fe2O3.nH2O(s)

Reaksi keseluruhan pada korosi besi adalah sebagai berikut (lihat mekanisme pada
Gambar 2)

4Fe(s) + 3O2(g) + n H2O(l) → 2Fe2O3.nH2O(s)

Karat

Akibat adanya migrasi ion dan elektron, karat sering terbentuk pada daerah yang agak jauh
dari permukaan besi yang terkorosi (lubang). Warna pada karat beragam mulai dari warna
kuning hingga cokelat merah bahkan sampai berwarna hitam. Warna ini bergantung pada
jumlah molekul H2O yang terikat pada karat.

Gambar 2. Mekanisme korosi pada besi

Emas dengan potensial reduksi standar 1,5 V lebih besar dibandingkan potensial reduksi
standar gas O2 (1,23 V) sehingga emas tidak terkorosi di udara terbuka. Di alam emas
terdapat sebagai logam murni.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Korosi


Korosi pada permukaan suatu logam dapat dipercepat oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2

Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks. Reaksi
yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada
oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran
karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Hal tersebut menimbulkan
perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe)
bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air
akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi
redoks pada peristiwa korosi. Jika jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak dengan
permukaan logam semakin banyak, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada
permukaan logam tersebut.

b. Keberadaan Zat Pengotor

Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan
sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu
karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi
reduksi gas oksigen pada permukaan logam yang mengakibatkan proses korosi semakin cepat
pula.

c. Kontak dengan Elektrolit

Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan
menambah terjadinya reaksi tambahan. Konsentrasi elektrolit yang besar dapat meningkatkan
laju aliran elektron sehingga laju korosi meningkat.

d. Temperatur

Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum,
semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan
meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar dan laju korosi pada logam
semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada
perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat
gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan
bermotor).

e. pH

Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya
reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+ (aq) + 2e– → H2

Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang
teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.

f. Metalurgi

•Permukaan logam Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan
memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi. Permukaan Logam yang Kasar
Cenderung Mengalami Korosi.

•Efek Galvanic Coupling Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-
atom unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic
Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E°
antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan
kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi
oksidasi pada daerah anode.

g. Mikroba

Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada
logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui
reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang
mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri
reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus
ferroxidans.

D. Bentuk-Bentuk Korosi

Bentuk-bentuk korosi yang umum ditemukan pada korosi logam di lingkungan laut,
yaitu;

a. Korosi merata (uniform attack)

Yaitu korosi yang terjadi pada pada permukaan logam yang berbentuk pengikisan permukaan
logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat permukaan
terkonvensi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada peralatan- peralatan terbuka,
misalnya permukaan luar pipa. Bentuk korosi ini adalah sangat umum dan dicirikan oleh baja
yang berkarat dilingkungan udara. Disebut merata karena semua permukaan metal terexpose
diserang dengan laju yang kurang lebih sama, tetapi metal yang hilang jarang sekali betul-
betul merata. Menurut teori electrochemical mixed potential, proses anodic dan katodik
terdistribusi merata pada seluruh permukaan metal. Dengan demikian agar bentuk korosi ini
terjadi, diperlukan sistem korosi yang menunjukkan keseragaman (homogenitas) baik pada
metal, media (perbedaan konsentrasi) dan faktor-faktor korosi lainnya. Pada korosi tipe ini,
laju korosi dapat dinyatakan dalam bentuk kehilangan ke tebalan metal menurut waktu
misalnya mm/tahun atau mikrometer/tahun. Biasanya laju korosi hanya dinyatakan pada satu
muka saja, dan bila kedua metal terserang korosi, total kehilangan ketebalan metal menjadi
dua kali.

b. Korosi setempat (local corrosion)

Dalam beberapa hal perbedaan antara korosi merata dan korosi setempat tidak begitu tajam,
sungguhpun demikian adalah mungkin untuk memberikan beberapa bentuk korosi, mulai dari
korosi merata sampai korosi yang menghasilkan sumuran dalam, korosi setempat sulit diduga.

c. Korosi galvanik (galvanik corrosion)

Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam yang berbeda secara listrik berhubungan
satu sama lainnya berada dalam lingkungan korosif yang sama. Dalam kasus demikian, logam
yang berpotensial paling negatif (dalam keadaan tidak berhubungan) atau terkorosi,
sebaliknya logam lain (logam mulia dengan potensial korosi tinggi akan kurang terkorosi).
Korosi galvanik cenderung terlokalisir, kearah pembentukan sumuran, dan dalam sistem
pipaakan terjadi kebocoran-kebocoran. Dia merupakan masalah perencanaan karena dalam
pabrik, sistem pipa dan rangka banyak melibatkan pemakaian lebih dari satu macam metal.
Bila berbagai macam paduan digunakan dalam perencanaan dapat diharapkan akan terjadi
masalah-masalah dan masalah tersebut lebih kritis pada lingkungan laut. Oleh karena ituharus
diusahakan pemakaian paduan logam yang berbeda-beda, haruslah jangan sampai
menimbulkan masalah korosi.

d. Korosi sumuran (pitting)

Korosi sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari permukaan metal,
terkorosi membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari diameternya.
Mekanisme terbentuknya korosi sumuran, sangat kompleks dan sulit diduga, sungguhpun
demikian ada situasi tertentu dimana korosi sumuran dapat diantisipasi:

- Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale di bawah kondisi tercelup, terutama air
laut, akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja hingga pecahnya mill scale
mengarah pada situasi anode kecil / katoda besar.

- Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan korosinya seperti
stainless steel, setiap rusaknya (pecah) lapis pasif, cenderung pembetukan korosi sumuran.

- Dari segi praktis korosi sumuran terbentuk di dalam air mengandung chloride, oleh
karena itu sering terjadi pada kodisi di lingkungan laut.

e. Korosi erosi
Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis misalnya erosi
(pengikisan), dengan korosi yang di timbulkannya tetap elektrokimia sifatnya. Immpingement
attack dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe korosi ini. Korosi erosi cenderung
mengarah pada penghilangan lapis protektif dari permukaan metal oleh aksi partikel abrasive
yang ada di dalam air. Umumnya laju serangan korosi membesar dengan membesarnya
kecepatan. Ada lagi bentuk erosi atau mekanisme lain, misalnya korosi lembaran baja yang
terpancang di pantai, dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut
atau angin. Pada kasus ini lapis protektif di hilangkan.

f. Impingement attack

Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa dengan kecepatan cukup
besar pada permukaan metal. Hal ini dapat terjadi pada sistem pipa dimana perubahan arah
tiba-tiba dari aliran pada lengkungan dapat mengakibatkan kerusakan setempat, bagian lain
dari pipa tidak terpengaruh. Bentuk korosi ini akan terjadi pada setiap situasi dimana ada
impingement (timpa bentur, tekan) air yang biasanya mengandung gelembung udara pada
kecepatan serendah 1 m/s.

g. Perusakan cavitasi

Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya gelembung di dalam air
laut, pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan tinggi dan perubahan tekanan cenderung
menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya terlokalisir dan terjadi di daerah tekanan
rendah, air bergejolak (boil) dan terbentuk dari partial vacumm. Bila air kembali ke tekanan
normal, cavity pecah, dengan membebaskan energi. Hal ini mengarah pada perusakan
permukaan paduan logam.

h. Korosi celah (crevice corrosion)

Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua permukaan dengan bagian dalam celah
lebih anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi celah timbul dari formasi differensial
aeration cell, dimana metal yang terexpose di luar crivice lebih katodic terhadap metal di
dalam celah. Arus katodic yang besar bekerja pada daerah anodic yang kecil menghasilkan
serangan korosi lokal yang intensif.

E. Dampak Korosi

Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung
spontan, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali.

Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
kerusakannya. Korosi pada logam menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Hasil riset yang
berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan kerugian akibat korosi yang
menyerag permesinan industri, infrastruktur, samapai perangkat transportasi di negara adidaya
tersebut mencapai 276 miliar dollar AS. Jembatan yang runtuh akibat korosi yang terjadi pada
tiang penahannya. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan
kerugian tidak langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya
aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak akibat korosi, bahkan
kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa,
seperti kejadian runtuhnya jembatan akibat korosi, terjadinya kebakaran akibat kebocoran
pipa gas karena korosi, dan meledaknya pembangkit tenaga nuklir akibat terjadinya korosi
pada pipa uapnya. korosi yang menyebabkan kebocoran pada pipa yang terbuat dari logam

F. Cara Mencegah Korosi

1. Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air Korosi besi memerlukan oksigen dan air.
Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah
dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif
seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai
pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat
mampercepat proses korosi.

2. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda) Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan
logam lain yang lebih aktif akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di
sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan
sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi
oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam
pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa
bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus
dikontrol dan diganti.

3. Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat Misalnya besi dicampur
dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).

4. Pengecatan Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan
udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya
melindungi besi terhadap korosi.

5. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin.
Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air.
6. Pembalutan dengan Plastik Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang
sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.

7. Tin Plating (pelapisan dengan timah) Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi
dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebuttin plating. Timah
tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama
lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka
timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi
lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan
membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah
mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng- kaleng
bekas cepat hancur.

8. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink) Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain
dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun
lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan
katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak
dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian
besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada
umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.

9. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium) Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan
kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil.
Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat
memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.

10. Metode Pelapisan (Coating) Metode pelapisan adalah suatu upaya mengendalikan korosi
dengan menerapkan suatu lapisan pada permukaan logam besi. Misalnya, dengan pengecatan
atau penyepuhan logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah.
Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi)
sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan
dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi
lebih lanjut. Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak
membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi besi.
Seng adalah logam yang lebih reaktif dari besi, seperti dapat dilihat dari potensial setengah
reaksi oksidasinya:

Zn(s) → Zn²⁺(aq) + 2e⁻ E⁰ = –0,44 V

Fe(s) → Fe²⁺(g) + 2e⁻ E⁰ = –0,76 V

Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis seng habis
maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal (tanpa seng). Paduan logam
juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi. Baja stainless steel terdiri atas baja
karbon yang mengandung sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua logam tersebut membentuk
lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi baja menyerupai sifat logam mulia sehingga
tidak terkorosi.

11. Proteksi Katodik Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk
mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina,
dan tanki penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi.
Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi
terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi akan terkorosi.

Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut.

Anode : 2Mg(s) → 2Mg2+(aq) + 4e–

Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e– → 4OH–(aq)

Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s)

Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu diperiksa
agar jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya.

12. Penambahan Inhibitor Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu
lingkungan korosif dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi.
Inhibitor korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu
inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi.

a. Inhibitor anodik Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan
cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang banyak
digunakan adalah senyawa kromat dan senyawa molibdat.

b. Inhibitor katodik Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi
dengan cara menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas
oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik
adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.

c. Inhibitor campuran Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat


proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi
ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa
silikat, molibdat, dan fosfat.

d. Inhibitor teradsorpsi Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat


mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis
yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah
merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane..
DAFTAR PUSTAKA

- Makalah korosi (slideshare.net)

Anda mungkin juga menyukai