Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MAKALAH

Pengertian Korosi, Teori Dasar Korosi, Jenis dan Bentuk Korosi, Dampak
Korosi, Polarisasi, Pasivasi, Diagram Pourbaix, dan Antar Muka Elektrolit-
Logam (Electrical Double Layer)

Disusun oleh:

MARYATI PUTRI UTAMI

1627011004

JURUSAN KIMIA

PROGRAM MAGISTER KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS LAMPUNG
KOROSI

1. Pengertian Korosi

Dari kebanyakan orang pastinya tidak asing lagi dengan yang


namanya korosi, yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Nama lain dari korosi yaitu karatan, korosi sendiri pada umumnya terjadi
pada benda-benda logam seperti besi. Korosi ialah reaksi antara logam
dengan zat-zat disekitarnya seperti udara dan air sehingga menimbulkan
senyawa baru. Dalam perkaratan senyawa baru yang dimaksud ialah zat
padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Untuk
rumus kimia dari karat besi yaitu Fe2O3.nH2O.

Korosi dapat terjadi karena adanya reaksi antara logam dan zat-zat
sekitarnya. Pada karatan, karatan ini dapat terjadi karena udara yang
lembab (oksigen dan air) bereaksi terhadap besi sehingga muncul zat baru
yaitu zat padat berwarna coklat kemerahan.

2. Teori Dasar Korosi


Peristiwa korosi itu sendiri merupakan proses elektrokimia yaitu
proses reaksi kimia yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu
dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif/anoda),
sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda psitif/katoda).
Elektron mengalir dari anoda ke katoda sehingga terjadilah peristiwa
korosi.1 Bagian besi yang hilang umumnya adalah bagian besi yang
mengalami kontak dengan air. Bagian ini disebut daerah anode,
sebagaimana reaksi oksidasi besi terjadi:
Fe (s)  Fe2+ (aq) + 2e
Ered= -0,44 Volt

Ketika atom-atom Fe kehilangan elektron, terbentuklah cekungan


di bagian hilangnya besi tersebut. Selanjutnya, elektron-elektron yang
terlepas tersebut akan mengalir ke bagian dengan konsentrasi oksigen
tinggi yang umumnya terletak di tepi tetesan air tempat terbentuknya
cekungan. Bagian ini disebut daerah katode, di mana elektron yang
terlepas dari atom besi mereduksi O2:
O2(g) + 2H2O(l) + 4e  4OH-(aq)
Eoks = + 0,40 Volt
Atau
O2(aq) + 4H+(aq) + 4e  2H2O(l)
Ered = +1,23 Volt

Pada umumnya, reaksi reduksi yang terjadi adalah reaksi reduksi


oksigen dengan H+, sebagaimana medium terjadinya korosi cenderung
bersifat asam dan reaksi reduksi dalam suasana asam cenderung lebih
spontan, sebagaimana potensial reduksinya lebih besar (+1,23 V). Ion H+
berasal dari asam H2CO3 yang terbentuk dari reaksi pelarutan karbon
dioksida dalam uap air di udara.
2Fe(s) + O2(g) + 4H+  2Fe2+(aq) + 2H2O(l)
Ered = + 1,67Volt

1
http://www.dosenpendidikan.com/penjelasan-korosi-beserta-penyebab-dan-
pencegahannya/
Proses pembentukan karat besi, Fe2O3∙nH2O yang merupakan
senyawa padatan yang berwarna coklat kemerahan, terbentuk pada reaksi
redoks yang berbeda dengan reaksi sebelumnya. Ion-ion Fe2+ yang
terbentuk pada daerah anode terdispersi dalam air dan bereaksi dengan O2
membentuk Fe3+ dalam karat. Keseluruhan reaksi pada proses ini adalah:

2Fe2+(aq) + ½ O2(g) + (2+n)H2O(l)(aq)  Fe2O3. nH2O(s) + 4H+(aq)

Secara keseluruhan, jika persamaan reaksi hilangnya besi dengan reaksi


pembentukan karat dijumlahkan maka diperoleh:

2Fe(s) + frac32O2(g) + nH2O(l)  Fe2O3.nH2O(s)

Gambar : Reaksi korosi pada besi2

Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi pada besi,


antara lain:
a. Konsentrasi H2O dan O2

Dalam kondisi kelembaban yang lebih tinggi, besi akan lebih


cepat berkarat. Selain itu, dalam air yang kadar oksigen
terlarutnya lebih tinggi, perkaratan juga akan lebih cepat. Hal

2
Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New Jersey:
Pearson Education, Inc.
ini sebagaimana air dan oksigen masing-masing berperan
sebagai medium terjadinya korosi dan agen pengoksidasi besi.

b. pH

Pada suasana yang lebih asam, pH < 7, reaksi korosi besi akan
lebih cepat, sebagaimana reaksi reduksi oksigen dalam suasana
asam lebih spontan yang ditandai dengan potensial reduksinya
lebih besar dibanding dalam suasana netral ataupun basa.

c. Keberadaan elektrolit

Keberadaan elektrolit seperti garam NaCl pada medium korosi


akan mempercepat terjadinya korosi, sebagaimana ion-ion
elektrolit membantu menghantarkan elektron-elektron bebas
yang terlepas dari reaksi oksidasi di daerah anode kepada
reaksi reduksi pada daerah katode.

d. Suhu

Semakin tinggi suhu, semakin cepat korosi terjadi. Hal ini


sebagaimana laju reaksi kimia meningkat seiring bertambahnya
suhu.

e. Galvanic coupling

Bila besi terhubung atau menempel pada logam lain yang


kurang reaktif (tidak mudah teroksidasi, potensial reduksi lebih
positif), maka akan timbul beda potensial yang menyebabkan
terjadinya aliran elektron dari besi (anode) ke logam kurang
reaktif (katode). Hal ini menyebabkan besi akan lebih cepat
mengalami korosi dibandingkan tanpa keberadaan logam
kurang reaktif. Efek ini disebut juga dengan efek galvanic
coupling.
Cara mencegah korosi pada besi, antara lain:

a. Menggunakan lapisan pelindung untuk mencegah korosi


langsung dengan H2O dan O2

Contoh lapisan pelindung yang dapat digunakan, antara lain


lapisan cat, lapisan oli dan gemuk, lapisan plastik, dan pelapisan logam
lain, seperti Sn, Zn, dan Cr. Pada pelapisan cat dan pelapisan plastik, bila
cat tergores/terkelupas atau plastik terkelupas, korosi akan mulai terjadi
bagian yang terpapar dengan udara tersebut. Pada pelapisan dengan oli dan
gemuk, perlu dilakukan pengolesan secara berkala.

Pada pelapisan timah (tin plating), timah lebih tahan korosi (kurang
reaktif) dibanding besi, di mana potensial reduksi besi lebih negatif (E° Fe
= −0,44 V; E° Sn = −0,14 V). Namun, sebagaimana efek galvanic
coupling, apabila lapisan timah tergores, maka timah justru akan
mempercepat korosi pada besi. Pelapisan timah umumnya dilakukan pada
kaleng-kaleng kemasan. Pelapisan timah umumnya digunakan pada
kaleng-kaleng kemasan dengan tujuan agar kaleng-kaleng bekas cepat
rusak dan hancur.

Pada pelapisan zink (galvanisasi), zink lebih reaktif dibanding besi


(E° Fe = −0,44 V; E° Sn = −0,76 V). Berbeda dengan timah, bila
lapisannnya tidak utuh, zink masih dapat melindungi besi dari korosi. Hal
ini terjadi sebagaimana terbentuknya sel elektrokimia dengan zink sebagai
anode yang teroksidasi dan besi sebagai katode. Mekanisme perlindungan
ini disebut perlindungan katode. Pelapisan zink umumnya digunakan pada
besi penopang konstruksi dan pipa besi.

Pada pelapisan kromium (chrome plating), kromium lebih reaktif


dibanding besi (E° Fe = −0,44 V; E° Cr = −0,74 V). Sama seperti zink,
mekanisme perlindungan katode juga terjadi pada pelapisan kromium
meskipun ada lapisan kromium yang rusak. Pelapisan kromium umumnya
digunakan pada ketel, setang, dan bemper mobil.
b. Menggunakan pelindung katodik

b.1. menggunakan logam lain yang lebih reaktif sebagai anode karbon

Logam lain yang lebih reaktif dari besi, seperti Zn, Cr, Al, dan Mg,
akan berfungsi sebagai anode korban yang menyuplai elektron yang
digunakan untuk mereduksi oksigen pada katode besi. Metode
perlindungan katode ini dapat dilakukan dengan pelapisan seperti pada
galvanisasi dan chrome plating ataupun dengan hanya menghubungkan
logam anode korban dengan besi. Sebagai contoh, pipa besi yang ditanam
di bawah tanah dan badan kapal laut umumnya dihubungkan dengan
batang magnesium. Magnesium akan berfungsi sebagai anode korban dan
besi menjadi katode yang terlindungi dari korosi (E° Fe = −0,44 V; E° Cr
= −2,37 V). Batang magnesium tersebut harus diganti secara berkala.

b.2. Menyuplai listrik dari luar

Untuk melindungi tangki besi bawah tanah juga dapat digunakan


anode inert seperti grafit yang dihubungkan dengan sumber listrik.
Elektron dari sumber listrik akan mengalir ke anode, lalu oksidasi yang
terjadi di anode akan melepas elektron yang akan mengalir menuju katode
tangki besi melalui elektrolit tanah.3 4

3
http://www.studiobelajar.com/korosi/

4
Artikel: Korosi – Pengertian, Faktor Penyebab, Cara Mencegah, Proses
Terjadinya
Kontributor: Nirwan Susianto, S.Si.
Alumni Kimia FMIPA UI
3. Jenis dan Bentuk Korosi
3.1. Uniform/general Corrosion (Korosi menyeluruh)

Pada korosi jenis korosi menyeluruh, seluruh permukaan logam


yang terekspose dengan lingkungan, terkorosi secara merata. Jenis korosi
ini mengakibatkan rusaknya konstruksi secara total.

Mekanisme Uniform Corrosion : dengan distribusi seragam dari


reaktan katodik atas seluruh permukaan logam yang terekspose. Pada
lingkungan asam (pH < 7), terjadi reduksi ion hidrogen dan pada
lingkungan basa (pH > 7) atau netral (pH = 7), terjadi reduksi oksigen.
Kedua berlangsung secara "seragam" dan tidak ada lokasi preferensial atau
lokasi untuk reaksi katodik atau anodik. Katoda dan anoda terletak secara
acak dan bergantian dengan waktu. Hasil akhirnya adalah hilangnya
kurang lebih yang seragam dimensi.

Cara pengendalian korosi menyeluruh, sebagai berikut :

 Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih
anodik
 Melakukan inhibitas dan proteksi katodik (cathodik protection)

3.2. Galvanic Corrosion (Korosi Galvanik)


Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi
ketika dua macam logam yang berbeda berkontak secara langsung dalam
media korosif.
Mekanisme korosi galvanik : korosi ini terjadi karena proses elektro
kimiawi dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung
di dalam elektrolit sama. Dimana electron mengalir dari metal kurang
mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya metal
yang kurang mulia berubah menjadi ion – ion positif karena kehilangan
electron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di
dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut,
permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur - sumur
karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan.

Gambar Mekanisme Korosi Galvanis

3.3. Selective Leaching Corrosion


Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih
komponen dari paduan larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan,
pelarutan selektif atau serangan selektif. Contoh dealloying umum adalah
dekarburisasi, decobaltification, denickelification, dezincification, dan
korosi graphitic.

Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan


memiliki potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit
yang sama. Paduan modern mengandung sejumlah unsur paduan berbeda
yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda. Beda potensial antara
elemen paduan menjadi kekuatan pendorong untuk serangan preferensial
yang lebih "aktif" pada elemen dalam paduan tersebut.

Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa terlarut


dari paduan tembaga-seng, meninggalkan lapisan permukaan tembaga
yang keropos dan rapuh.
3.4. Crevice Corrosion (Korosi Celah)

Korosi celah mengacu pada serangan lokal pada permukaan logam


pada, atau berbatasan langsung dengan, kesenjangan atau celah antara dua
permukaan bergabung. Kesenjangan atau celah dapat terbentuk antara dua
logam atau logam dan bahan non-logam. Di luar kesenjangan atau tanpa
celah, kedua logam yang tahan terhadap korosi. Kerusakan yang
disebabkan oleh korosi celah biasanya dibatasi pada satu logam di wilayah
lokal dalam atau dekat dengan permukaan yang bergabung.

Mekanisme Crevice Corrosion : dimulai oleh perbedaan


konsentrasi beberapa kandungan kimia, biasanya oksigen, yang
membentuk konsentrasi sel elektrokimia (perbedaan sel aerasi dalam kasus
oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan oksigen dan pH lebih
tinggi - tetapi klorida lebih rendah.
3.5. Pitting Corrosion (Korosi Sumuran)

Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang


dibatasi pada satu titik atau area kecil, dan membentukn bentuk rongga.
Korosi sumuran adalah salah satu bentuk yang paling merusak dari korosi.

Mekanisme Pitting Corrosion : Untuk material bebas cacat, korosi


sumuran disebabkan oleh lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies
unsur kimia agresif seperti klorida. Klorida sangat merusak lapisan pasif
(oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada dudukan oksida. Lingkungan
juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan
baja, misalnya) dan pitting dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan
air).

3.6. Intergranular Corrosion

Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut


"intercrystalline korosi" atau "korosi interdendritik". Dengan adanya
tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas butir dan jenis korosi ini
sering disebut "intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau hanya
"intergranular stress corrosion cracking".

Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari


beda potensial dalam komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa ditemui
dalam paduan casting. Pengendapan pada batas butir, terutama kromium
karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang diakui dan
diterima dalam korosi intergranular.

3.7. Stress Corrosion Cracking (SCC)

Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan


aksi secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan
dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk pengurangan bagian yang
terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga termasuk
intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan
paduan tanpa tegangan yang diberkan atau tegangan sisa. Retak korosi
tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan penggetasan hidrogen.
Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor
komponen, yaitu (1) Bahan rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan
elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya tegangan. Sebagai contoh, tembaga
dan paduan rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan terhadap
larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.

3.8. Erosion Corrosion

Erosi Korosi mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan


erosi dan korosi di hadapan cairan korosif yang bergerak atau komponen
logam yang bergerak melalui cairan korosif, yang menyebabkan
percepatan terdegradasinya suatu logam.

Mekanisme erosion corrosion : efek mekanik aliran atau kecepatan


fluida dikombinasikan dengan aksi cairan korosif menyebabkan
percepatan hilangnya dari logam. Tahap awal melibatkan penghapusan
mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi logam telanjang oleh
cairan korosif yang mengalir. Proses siklus ini sampai pelubangan
komponen terjadi.
Gambar mekanisme korosi erosi5

4. Dampak Korosi

Dampak korosi yang ditimbulkan sangat besar pengaruhnya


terhadap kehidupan manusia. Misalnya, dari segi ekonomi tingginya biaya
perawatan, dari segi keamanan misalnya robohnya bangunan atau
jembatan, dan dari segi lingkungan misalnya adanya proses pengkaratan
besii yang berasal dari berbagai konstruksi yang dapat mencemarkan
lingkungan.6

5. Polarisasi
Ketika suatu logam tidak berada dalam kesetimbangan larutan
yang mengandung ion-ionnya, potensial elektrodanya berbeda dari
potensial korosi bebas dan selisih antara keduanya biasanya disebut
polarisasi. Polarisasi atau penyimpangan dari potensial keseimbangan
sama dengan polarisasi anoda pada logam dan polarisasi katoda pada
lingkunganya.

5
http://m10mechanicalengineering.blogspot.co.id/2013/11/macam-macam-
bentuk-korosi.html/
6
Thretheway dan Chamberlain, 1991 (repository .usu.ac.id)
Polarisasi merupakan perubahan potensial dari keadaan stabil,
misalnya dari potensial elektroda rangkaian terbuka sebagai hasil dari
aliran arus. Hal ini juga mengacu pada perubahan potensial elektroda
selama elektrolisis, sehingga potensial dari sebuah anoda menjadi lebih
mulia, dan bahwa katoda lebih aktif, dibandingkan potensial masing-
masing reversibel. Sering dilakukan dengan pembentukan lapisan pada
permukaan elektroda.

Polarisasi adalah salah satu bentuk reaksi korosi yang merupakan


penyebab timbulnya karat pada kerusakan logam. Secara definitif
polarisasi itu adalah proses pengutuban ion hidrogen secara kimia listrik
sehingga terbentuk gas hidrogen dengan bantuan pengikatan elektron yang
dihasilkan dari proses degradasi logam.

Polarisasi kadang-kadang juga disebut sebagai "overvoltage" atau


"overpotential". Dalam beberapa buku elektrokimia, ada perbedaan antara
tegangan berlebih dan potential berlebih. Yang pertama mengacu pada
perbedaan antara potensial elektroda yang sebenarnya di mana elektrolisis
dimulai dan potensial elektroda reversibel (potensial redoks standar), yang
terakhir mengacu pada potensi penyimpangan dari keseimbangan potensial
dalam suatu sistem.

Dalam konteks korosi, polarisasi mengacu pada pergeseran


potensial dari potensial rangkaian terbuka (potensial korosi bebas) dari
sistem korosi. Jika pergeseran potensial dalam arah "positif" (atas Ecorr),
hal itu disebut "polarisasi anodik". Jika pergeseran potensial dalam arah
"negatif" (bawah Ecorr), hal itu disebut "polarisasi katodik".

Untuk semua logam dan paduan dalam lingkungan basah,


polarisasi katodik selalu mengurangi laju korosi. Proteksi katodik pada
dasarnya penerapan polarisasi katodik ke sistem korosi. Untuk sistem non-
pasif (misalnya baja dalam air laut), polarisasi anodik selalu meningkatkan
laju korosi. Untuk sistem yang menunjukkan transisi aktif ke pasif,
polarisasi anodik akan meningkatkan laju korosi pada awalnya dan
kemudian menyebabkan penurunan drastis laju korosi. Perlindungan
anodik dasarnya penerapan polarisasi anodik ke sistem korosi.

Polarisasi ada 2 macam yakni polarisasi aktivasi dan konsentrasi


polarisasi. Aktivasi polarisasi dapat berlangsung dengan kontrol urutan
reaksi pembentukan hidrogen yang pada logam dengan larutan yang
bersentuhan. Sedangkan konsentrasi polarisasi terjadi akibat adanya
konsentrasi hidroksil yang pekat sehingga pengontrolnya adalah
konsentrasi dari ion.

5.1. Polarisasi aktivasi

Proses elektrokimia yang dikontrol oleh reaksi berurutan pada


permukaan metal-elektrolit.

Polarisasi aktivasi mengacu pada proses elektrokimia yang


dikendalikan oleh urutan reaksi pada antarmuka logam - elektrolit . ini
mudah diilustrasikan dengan mempertimbangkan reaksi hidrogen - evolusi
pada seng selama korosi dalam larutan asam . Gambar 2-5 menunjukkan
secara skematik beberapa langkah yang mungkin dalam pengurangan
hidrogen pada permukaan seng . Langkah ini juga dapat diterapkan pada
pengurangan af spesies apapun pada permukaan logam . spesies pertama
harus diserap atau menempel ke permukaan sebelum reaksi dapat berjalan
sesuai dengan langkah 1. mengikuti , transfer elektron ( langkah 2 ) harus
terjadi, menghasilkan penurunan spesies . seperti yang ditunjukkan pada
langkah 3 , dua atom hidrogen menggabungkan untuk dari gelembung gas
hidrogen ( langkah 4 ) . kecepatan pengurangan ion hidrogen akan
dikendalikan oleh paling lambat langkah-langkah ini . ini adalah gambaran
yang sangat sederhana dari pengurangan hidrogen.

5.2. Polarisasi konsentrasi

Proses elektrokimia yang di kontrol oleh proses difusi elektrolit.

Polarisasi konsentrasi mengacu pada reaksi elektrokimia yang


dikendalikan oleh difusi dalam elektrolit. ini diilustrasikan dalam gambar
2-6 untuk kasus evolusi hidrogen. di sini, jumlah ion hidrogen dalam
larutan cukup kecil, dan tingkat reduksi dikendalikan oleh difusi ion
hidrogen pada permukaan logam. dicatat bahwa dalam hal ini pengurangan
tingkat dikendalikan oleh proses yang terjadi dalam solusi massal daripada
di permukaan logam. polarisasi aktivasi biasanya adalah faktor
pengendalian selama korosi dalam media yang mengandung konsentrasi
tinggi spesies yang aktif (misalnya, asam pekat). polarisasi konsentrasi
umumnya mendominasi ketika konsentrasi spesies direduksi kecil
(misalnya, asam encer, larutan garam soda). dalam kebanyakan kasus
polarisasi konsentrasi selama pembubaran logam biasanya kecil dan dapat
diabaikan, melainkan hanya penting selama reaksi reduksi.
Pentingnya membedakan antara polarisasi aktivasi dan polarisasi
konsentrasi tidak bisa terlalu ditekankan. tergantung pada apa kinf
polarisasi mengendalikan reaksi reduksi, variabel enviromental
menghasilkan efek yang berbeda. misalnya, setiap perubahan dalam sistem
yang meningkatkan laju difusi akan mengurangi efek polarisasi
konsentrasi dan karenanya meningkatkan laju reaksi. dengan demikian,
meningkatkan kecepatan atau agitasi dari medium korosif akan
meningkatkan tingkat hanya jika proses katodik dikendalikan oleh
polarisasi konsentrasi. jika kedua reaksi anoda dan katoda dikendalikan
oleh polarisasi aktivasi, agitasi tidak akan berpengaruh terhadap laju
korosi.7

6. Pasivasi
Pasivasi adalah suatu teknik elektrokimia yang digunakan untuk
melindungi logam melalui pembentukan film pasif pada permukaan suatu
logam atau material. Logam bila dicelupkan dalam larutan asam akan
mengalami proses pelarutan. Kemudian, terjadi pelepasan hidrogen dari
permukaan logam akibat adanya arus di katoda dan diikuti reduksi dari
oksigen.

Gambar. Struktur lapisan pasif pada permukaan logam

7
http://m10mechanicalengineering.blogspot.co.id/2013/11/polarisasi-korosi.html/
Gambar. Kurva antara potensial dan arus berbagai logam dalam larutan
elektrolit

Karakteristik sistem pasif meliputi daerah aktif, daerah pasif dan


daerah transpasif. Secara skematik dapat dilihat pada gambar di atas.
Kurva pada gambar di atas memperlihatkan bahwa suatu logam yang
dipasifkan pada potensial tertentu mempunyai 3 kemungkinan, berada
pada daerah aktif yang berarti logam mudah terkorosi, berada di daerah
pasif yang artinya logam terproteksi dari korosi atau pada daerah
transpasif, pada daerah iniakan terjadi pelepasan oksigen dan terjadi
pelarutan yang berarti korosi sumuran atau pitting corrosion. Oleh karena
itu, besarnya potensial yang harus dipilih harus tepat karena apabila
potensial yang dipilih berada pada derah aktif atau transpasif, yang terjadi
bukan perlindungan terhadap korosi melainkan justru terkorosi. Selain itu,
pH larutan juga berpengaruh pada proses pasivasi.8

Setiap logam mempunyai kurva potensial elektrode-arus yang


karakteristik, misalnya untuk permukaan logam Nikel yang berorientasi
(111), daerah aktif berada pada potensial elektrode 0 sampai 200 mV/EHS
(elektroda pembanding yang digunakan adalah elektrode hidrogen
standar), dan daerah transpasif tercapai mulai potensial 1400 mV/EHS

8
P. Marcus, V. Maurice. 2000. Material Sciences and Technology, edited by M Schutze. Vol 19.
London. Willey-VHC, 131-169
untuk pH larutan pasivasi 3.9 Atau dapat dikatakan daerah aman untuk
proses pasivasi adalah antara 200 sampai 1400 mV/EHS. Untuk logam
Cu, penelitian Strehblow menyebutkan bahwa daerah pasif terbentuk pada
potensial pH 0,58 sampai -0,059. Film pasif yang terbentuk merupakan
bilayer atau dua lapis yaitu Cu2O pada lapis dalam dan CuO/Cu(OH)2
pada lapisan luar.10

7. Diagram Pourbaix

Diagram potensial-pH atau diagram Pourbaix memetakan fasa-fasa


stabil logam dan senyawanya dalam larutan dengan pelarut air, yang
berada dalam kesetimbangan termodinamika, sebagai fungsi dari potensial
elektroda dan pH larutan. Dalam diagram potensial pH untuk besi terdapat
zona korosi, yaitu daerah reaksi pelarutan besi yang terletak dalam daerah
asam dan di daerah sempit pada kondisi sangat basa; zona pasif, yaitu
daerah terbentuknya selaput tak larut di permukaan logam yang
menghalangi proses korosi lebih lanjut; dan zona kebal, yaitu daerah yang
secara termodinamika keadaan sebagai logam adalah fasa paling stabil.
Gambar 1 memperlihatkan diagram Pourbaix sederhana untuk besi pada
keadaan standar pada suhu 25 0C.

9
E, Laksono. 2001. Interaction of the ammonia on passive film on Ni(III) surfaces Proceeding 6th
ISSM. Manchester. Great Britain.
10
P. Marcus, V. Maurice. 2000. Material Sciences and Technology, edited by M Schutze. Vol 19.
London. Willey-VHC, 142
Diagram Pourbaix adalah diagram yang menggambarkan keadaan
suatu bahan dengan potensial tertuntu dalam derajat keasaman (pH)
tertentu. Sumbu vertikal menunjukan potensial bahan, sedangkan subu
horisontal menunjukan pH. Potensial (E) mengacu pada elektroda standar
hidrogen yang dihitung dengan menggunakan persamaan Nernst.

Dimana, [C]C[D]d adalah hasil reaksi


[A]a[B]b adalah reaktan
E0 adalah potensial reduksi standar11

8. Antar-Muka Elektrolit Logam (Electrical Double Layer)

Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating


dikategorikan sebagai proses pengerjaan akhir (metal finishing). Secara
sederhana, electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam,
dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu
guna memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak
dilapis.

Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink), galvanis, perak,


emas, brass, tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaan masing-masing material.
Perbedaan utama dari pelapisan tersebut selain anoda yang digunakan,
adalah larutan elektrolisisnya. Dalam penelitian yang baru belakangan ini
(tahun 2004), dilakukan oleh Tadashi Doi dan Kazunari Mizumoto,
mereka menemukan larutan baru (elektrolisis) yang dinamakan larutan
citrate ( kekerasan deposit mencapai 440 VHN)

Proses electroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat


teknologi suatu material. Salah satu contoh perubahan fisik ketika material
dilapis dengan nikel adalah bertambahnya daya tahan material tersebut
terhadap korosi, serta bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun
dalam sifat mekanik, terjadi perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari
suatu material sesudah mengalami pelapisan dibandingkan sebelumnya.

Karena itu, tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu
untuk meningkatkan sifat teknis/mekanis dari suatu logam, yang kedua
melindungi logam dari korosi, dan ketiga memperindah tampilan
(decorative.

11
http://avtr-eng-d-24.blogspot.co.id/2012/11/diagram-pourbaix.html/
Perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui larutan
elektrolit sehingga ion logam mengendap pada benda padat yang akan
dilapisi. Ion logam diperoleh dari elektrolit maupun berasal dari pelarutan
anoda logam di dalam elektrolit. Pengendapan terjadi pada benda kerja
yang berlaku sebagai katoda.

Gambar. Skema proses electroplating

Reaksi kimia yang terjadi pada proses electroplating seperti yang


terlihat pada Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada KATODA

Pembentukan lapisan Nikel

Ni2+ (aq) + 2e– →Ni (s)

Pembentukan gas Hidrogen

2H+ (aq) + 2e– →H2 (g)

Reduksi oksigen terlarut

½ O2 (g) + 2H + →H2O (l)


Pada ANODA

Pembentukan gas oksigen

H2O (l) →4H + (aq) + O2 (g) + 4e–

Oksidasi gas Hidrogen

H2 (g) →2H+(aq) + 2e–

Mekanisme terjadinya pelapisan logam adalah dimulai dari


dikelilinginya ion-ion logam oleh molekul-molekul pelarut yang
mengalami polarisasi. Di dekat permukaan katoda, terbentuk daerah
Electrical Double Layer (EDL) yang bertindak seperti lapisan dielektrik.
Adanya lapisan EDL memberi beban tambahan bagi ion-ion untuk
menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial listrik dan dibantu
oleh reaski-reaksi kimia, ion-ion logam akan menuju permukaan katoda
dan menangkap electron dari katoda, sambil mendeposisikan diri di
permukaan katoda. Dalam kondisi equilibrium, setelah ion-ion mengalami
discharge menjadi atom-atom kemudian akan menempatkan diri pada
permukaan katoda dengan mula-mula menyesuaikan mengikuti susunan
atom dari material katoda.

Demikianlah secara ringkas mekanisme pelapisan logam, pada


artikel berikutnya akan dibahas lebih dalam lagi tentang proses chrome
plating dan pelapisan lainnya.12 13 14

12
http://www.infometrik.com/2009/08/pelapisan-logam-bagian-1/

13
Suhdi, Dasar-dasar Teori, draft thesis ITB 2009

14
Satoto Indrawan, Menjdai Pengusaha Electroplating Chrome, ANDI 2007. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai