Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Kimia

Korosi dan Reaksi Elektrolisis

Disusun oleh:

1. I Made Satria Prima Artha (19)


2. Komang Dian Prasasti (23)
3. Luh Ade Keisha Mayuri Winarta (24)
4. Ni Komang Hany Trisia Dinda Rani (31)
5. Rescyel Graceia Tranata Sirait (40)
6. Supit, Billy Christopher (41)
7. Theresia Flora Saputri (42)

Kelas XII MIPA 2

SMA NEGERI 4 DENPASAR


2022/2023
PRAKTIKUM I

KOROSI

I. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum kimia ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh berbagai sampel terhadap korosi pada paku besi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi korosi pada besi.

II. Landasan Teori


II.1Korosi
Korosi atau kerap disebut dengan peristiwa perkaratan merupakan kerusakan
atau degredasi pada suatu material terutama logam yang terjadi akibat adanya
reaksi kimia di sekitar lingkungannya. Reaksi yang dimaksud adalah reaksi
redoks antara bahan logam dengan berbagai zat yang ada di sekitar
lingkungannya. Reaksi redoks pada proses korosi termasuk ke dalam proses
elektrokimia dikarenakan terjadi secara spontan. Pada peristiwa korosi, logam
akan mengalami oksidasi sedangkan oksigen akan mengalami reduksi. Salah
satu contoh peristiwa korosi adalah perkaratan pada besi. Pada korosi besi,
bagian tertentu besi akan mengalam oksidasi dan berlaku sebagai anoda
dengan reaksi : Fe(s)Fe2+(aq) + 2e. Kemudian elektron yang dilepaskan di
anoda akan mengalir ke bagian lain dari besi yang bertindak sebagai katoda
sehingga oksigen akan tereduksi dengan reaksi : O2(g) + 4H+(aq) + 4e 
2H2O(l) atau O2(g) + 2H2O(l) + 4e  4OH-(aq). Setelah itu, ion besi(II) yang
terbentuk pada anoda akan teroksidasi membentuk ion besi(III) yang
kemudian akan membentuk suatu senyawa oksida terhidrasi berupa karat. Jika
dituliskan maka persamaan reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :

Anoda : Fe(s)Fe2+(aq) + 2e E = +0,44 V


Katoda : O2(g) + 2H2O(l) + 4e  4OH- (aq) E = +0,40 V
-------------------------------------------------------------------------------------------- +
Reaksi : 2Fe(s) + O2(g) + 2H2O(l)  2Fe2+(aq) + 4OH-(aq) E = +0,84V

Reaksi pada oksidasi lanjut yang terjadi pada Fe2+ dapat dituliskan dengan :
4Fe2+(aq) + O2(g) + (4+2n)H2O(l)  2Fe2+O3.nH2O + 8H+(aq)
Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya korosi maka diciptakan deret volta
dan hukum Nersnt. Kecepatan korosi juga tergantung dari berbagai faktor
seperti ada tidaknya lapisan oksida yang menghalangi beda potensial terhadap
elektroda lainnya. Kemudian untuk peristiwa korosi itu sendiri juga
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :
1. Air dan kelembapan udara
Semakin tinggi kadar uap air di sekitar logam, semakin mudah logam
mengalami korosi. Jika logam berada di daerah yang memiliki kadar air
rendah, proses terjadinya korosi akan berjalan lebih lambat.
2. Elektrolit
Elektrolit merupakan tempat atau media yang menjadi tempat
berlangsungnya transfer muatan. Hal itu mengakibatkan oksigen di udara
lebih mudah mengikat elektron. Contohnya air hujan yang bersifat asam
dan air laut yang bersifat asin mampu menjadi media pemercepat korosi.
3. Permukaan logam yang tidak rata
Logam yang permukaannya tidak rata akan mudah mengalami korosi
diakibatkan oleh terbentuknya kutub-kutub muatan di permukaan
logamnya yang berperan sebagai anoda dan katoda.
4. pH atau derajat keasaman
Pada suasana yang lebih asam, pH < 7, reaksi korosi besi akan lebih cepat,
sebagaimana reaksi reduksi oksigen dalam suasana asam lebih spontan
yang ditandai dengan potensial reduksinya lebih besar dibanding dalam
suasana netral ataupun basa.

II.2Karat
Karat merupakan hasil dari korosi pada suatu logam dengan rumus kimia karat
besi adalah Fe2O3.nH2O. Karat yang terbentuk pada logam akan mempercepat
proses pengaratan berikutnya. Oleh sebab itu, karat disebut juga
dengan autokatalis. Timbulnya karat dapat menimbulkan kerugian bagi
material barang hingga tubuh apabila masuk ke dalam diri. Beberapa kerugian
yang diberikan yakni :
1. Perangkat akan menjadi rusak
Material besi yang berkarat akan rapuh sehingga perlahan bentuk dari
barang akan rusak atau tidak sempurna dikarenakan korosi dapat
menurunkan efisiensi dan kekuatan barang.
2. Racun bagi tubuh
Meski karat memiliki komposisi air dan besi namun tetap saja akan
menjadi racun apabila masuk ke dalam tubuh. Terlebih lagi karat juga
mudah larut terutama pada pH asam. Jika karat tersebut masuk ke dalam
tubuh dalam jumlah banyak akan menyebakan hemokromatosis, konstipasi
hingga gejala keracunan logam yang lebih berat.

2.3 Cara Mencegah Perkaratan


1. Cara modifikasi lingkungan.
Oksigen (O2) dan kelembaban udara merupakan faktor penting dalam
proses pengaratan, mengurangi kadar oksigen atau menurunkan
kelembaban udara dapat memperlambat proses pengantaraan. Sebagai
contoh, kelembaban di dalam gudang dapat dikurangi dengan
mendinginkan gudang menggunakan pengondisi udara (Air
Conditioner / AC).
2. Cara modifikasi besi.
Ketika besi membentuk aloi (logam campuran) dengan unsur-unsur
tertentu, besi akan lebih tahan terhadap pengaratan. Baja (aloi dari
besi) mengandung sebelas persen hingga dua belas persen kromium
dan sedikit mengandung karbon, disebut stainless steel. Baja
merupakan material tahan karat dan sering digunakan dalam industri,
untuk bahan kimia, dan dalam rumah tangga.
3. Cara proteksi katodik.
Jika logam besi dihubungkan dengan seng, besi tersebut akan sukar
mengalami korosi. Hal ini disebabkan seng lebih mudah teroksidasi
dibandingkan dengan besi.  Seng akan beraksi dengan oksigen dan air
dalam lingkungan yang mengandung karbon dioksida. Seng karbonat
yang terbentuk berfungsi melindungi seng itu sendiri dari korosi. Cara
perlindungan logam seperti ini disebut cara proteksi katodik. Selain
seng (Zn), logam magnesium (Mg) yang termasuk alkali tanah, banyak
digunakan untuk keperluan ini.
4. Cara pelapisan atau penyepuhan
Jika logam besi dilapisi tembaga atau timah, besi akan terlindung dari
korosi. Sebab logam Cu dan Sn memiliki potensi reduksi yang lebih
positif daripada besi. Namun, bila lapisan ini bocor yang menyebabkan
lapisan tembaga atau timah terbuka, besi akan mengalami korosi lebih
cepat. Selain dengan tembaga dan timah, besi juga dapat dilapisi
dengan logam lain yang sulit teroksidasi. Logam yang dapat digunakan
adalah yang memiliki potensial reduksi lebih positif dibandingkan besi,
seperti perak, emas, nikel, timah, tembaga, dan platina. Selain senyawa
logam, pelapisan dapat pula menggunakan senyawa nonlogam. Akan
tetapi, roses pelapisan yang tidak sempurna dapat lebih berbahaya
dibandingkan besi tanpa pelapis. Pengaratan dapat terjadi pada bagian
yang tertutup sehingga tidak terdeteksi.

2.4 Elektrolisis
Elektrolisis adalah proses penguraian suatu elektrolit dengan arus listrik,
dimana energi listrik tersebut akan diubah menjadi suatu reaksi kimia
melalui elektroda-elektrodanya. Elektroda yang menerima elektron dari
sumber arus listrik adalah katoda yang akan mengalami reaksi reduksi
dimana elektrodanya bermuatan negatif (-), sedangkan elektroda yang
mengalirkan elektron kembali ke sumber arus adalah anoda yang akan
mengalami reaksi oksidasi dimana elektrodanya bermuatan positif (+).
Proses elektrolisis dimulai dengan dialirkan arus listrik searah dari sumber
tegangan listrik.Sebagai contoh pada larutan NaCl. Elektron dari kutub
negatif akan mengalir menuju ke katoda. Akibatnya, ion-ion positif Na+
dalam lelehan NaCl akan tertarik ke katode dan menyerap elektron untuk
tereduksi menjadi Na yang netral. Sementara itu ion-ion negatif Cl − dalam
lelehan akan tertarik ke anode di kutub positif. Ion-ion Cl − akan teroksidasi
menjadi gas Cl2 yang netral dengan melepas elektron. Elektron tesebut
kemudian dialirkan anode dan diteruskan ke kutub positif sumber tegangan
listrik.
2.5 Hubungan Penyepuhan dengan Elektrolisis
Sebelumnya telah dijelaskan bagaimana proses penyepuhan untuk
mencegah terbentuknya korosi. Sebagai permisalan yaitu penyepuhan
perak yang umumnya dilakukan pada peralatan rumah tangga. Logam
yang akan disepuh atau dilapisi ditempatkan sebagai katoda dan akan
diberi muatan negatif dari arus listrik. Karena akan dilapisi dengan perak,
maka anoda yang digunakan berupa perak dan elektrolit yang digunakan
adalah larutan perak nitrat. Ketika arus listrik dialirkan, maka akan terjadi
reaksi sebagai berikut :
Anoda : Ag  Ag+ + e
Katoda : Ag+ + e  Ag
Dan pada katoda tersebutlah akan menghasilkan Ag yang akan melapisi
elektroda tersebut.

III. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 3.1 Alat

No Nama Alat Jumlah


1 Spidol 1 buah
2 Plastik 1 buah

Tabel 3.2 Bahan

No Nama Bahan Jumlah


1 Gelas plastik 6 buah
2 Paku kayu 6 buah
3 Larutan NaCl 125 mL
4 Larutan HCl 125 mL
5 Air 125 mL
6 Minyak kelapa 125 mL
7 Kapas 2 lembar
8 Karet 3 buah
IV. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Memberi identitas pada tiap gelas plastik dengan keterangan nomor 1 sampai
nomor 6.
3. Membalut salah satu paku kayu menggunakan kapas kemudian diikat dengan
karet gelang dan diletakkan pada gelas dengan keterangan nomor 1 lalu
ditutup menggunakan plastik.
4. Meletakkan salah satu paku kayu di gelas plastik dengan keterangan nomor 2
dengan kondisi dibiarkan terbuka.
5. Menuangkan air sebanyak 125 mL pada gelas plastik dengan keterangan
nomor 3 dan meletakkan satu buah paku ke dalamnya.
6. Menuangkan larutan NaCl sebanyak 125 mL pada gelas plastik dengan
keterangan nomor 4 dan meletakkan satu buah paku ke dalamnya.
7. Menuangkan larutan HCl sebanyak 125 mL pada gelas plastik dengan
keterangan nomor 5 dan meletakkan satu buah paku ke dalamnya.
8. Menuangkan minyak kelapa sebanyak 125 mL pada gelas plastik dengan
keterangan nomor 6 dan meletakkan satu buah paku ke dalamnya.
9. Meletakkan gelas-gelas tersebut di tempat yang kondusif.
10. Mengamati dan mencatat setiap perubahan yang terjadi selama 5 hari.

V. Hasil
Setelah dilakukannya pengamatan dan pencatatan pada masing-masing perlakuan,
maka didapatkan data sebagai berikut

Tabel 5.1. Hasil Pengamatan

Identitas
Perubahan yang Terjadi
Gelas
Hari -1 Hari-2 Hari-3 Hari-4 Hari-5
Keadaan Keadaan Keadaan Keadaan Tidak terjadi
Gelas 1 paku masih paku masih paku masih paku masih korosi pada
(Tertutup) terbungkus terbungkus terbungkus terbungkus paku.
rapat. rapat. rapat. rapat.
Belum Belum Belum Belum Tidak terjadi
Gelas 2 terjadi terjadi terjadi terjadi korosi pada
(Terbuka) perubahan. perubahan. perubahan. perubahan. paku.
Belum Terjadi Karat mulai Karat Permukaan
terjadi perubahan, menyebar semakin paku telah
Gelas 3 perubahan terdapat dan warna menyebar diselimuti
(Air) sedikit karat air sedikit dan warna karat dan
pada paku. mengeruh. air semakin warna air
keruh. keruh.
Belum Terjadi Karat mulai Karat Permukaan
terjadi perubahan, menyebar semakin paku telah
perubahan terdapat dan karat menyebar diselimuti
namun sedikit karat yang dan karat karat dan
terdapat dan terdapat terlepas yang pada dasar
Gelas 4 gelembung karat yang semakin terlepas gelas banyak
(NaCl) yang terlepas. banyak. juga ditemukan
menempel semakin karat yang
permukaan banyak terlepas yang
paku. menyebabkan
warna larutan
keruh.
Belum Terjadi Warna Warna Permukaan
terjadi perubahan, hitam paku hitam paku paku
perubahan. paku mulai mulai semakin berwarna
berwarna menyebar, menyebar, hitam dengan
kehitaman tidak ada dan terjadi warna larutan
kemudian perubahan perubahan menjadi
terdapat warna pada warna pada kuning
Gelas 5 gelembung larutan larutan keruh. Pada
(HCl) menempel menjadi bagian yang
permukaan warna tidak
paku. kuning terendam
mengalami
perkaratan
dalam waktu
singkat.
Gelas 6 Belum Belum Belum Belum Tidak terjadi
(Minyak terjadi terjadi terjadi terjadi korosi pada
kelapa) perubahan. perubahan. perubahan. perubahan. paku.

VI. Pembahasan
Setelah dilakukannya pengamatan, ditemukan bahwasanya perlakuan yang paling
cepat mengalami korosi terdapat pada gelas dengan keterangan nomor 3 yang
berisi air dan gelas dengan keterangan nomor 4 yang berisi NaCl. Pada paku yang
diletakkan pada gelas nomor 5 yang berisi larutan HCl juga mengalami korosi
menjadi warna kehitaman. Sedangkan pada gelas dengan keterangan nomor 1, 2
dan 6 tidak mengalami korosi sama sekali dalam jangka waktu tersebut. Pada
praktikum, walaupun waktu mulai pelaksanaan dilakukan secara bersamaan serta
tempat pelaksanaan berada di tempat dengan keadaan dan suhu yang sama, tetapi
peristiwa korosi yang terjadi tiap paku berbeda. Hal ini dikarenakan adanya
berbagai faktor yang menjadi penyebab dalam terjadinya korosi.
 Pada gelas dengan keterangan nomor 1, paku diletakkan dalam keadaan
yang terbungkus rapat sehingga tidak memiliki kontak secara langsung
dengan udara lingkungan. Otomatis paku tidak terpapar langsung dengan
oksigen yang menyebabkan tidak timbulnya reaksi redoks antar logam
dengan oksigen sehingga paku tidak mengalami korosi.
 Pada gelas dengan keterangan nomor 2, paku diletakkan langsung di dalam
gelas dan dibiarkan terbuka. Paku yang terpapar langsung dengan udara
nantinya juga akan mengalami korosi namun dalam jangka waktu yang
lama. Hal ini disebabkan tidak ada faktor pendukung lainnya yang
mempercepat terjadinya korosi.
 Pada gelas dengan keterangan nomor 3, paku direndam bersamaan dengan
air mempercepat terjadinya peristiwa korosi dikarenakan selain mengalami
kontak langsung dengan oksigen yang berasal dari udara, paku juga
melakukan kontak langsung dengan oksigen yang terdapat dalam air
(H2O). Seperti yang telah dijelaskan juga, korosi terjadi akibatnya adanya
reaksi antara logam dengan oksigen. Hal ini menunjukkan bahwa
kombinasi antara air dan oksigen akan lebih memberi efek yang signifikan
dibandingkan keberadaan O2 atau H2O saja.
 Pada gelas dengan keterangan nomor 4, paku direndam bersamaan dengan
larutan NaCl juga mengalami peristiwa korosi. Hal ini disebabkan pada
larutan NaCl yang merupakan larutan garam yang dimana seperti yang
telah dijelaskan pula bahwa salah satu faktor terjadinya korosi adalah
elektrolit karena electron dalam garam lebih mudah berikatan dengan
oksigen sehingga peristiwa korosi pada paku dapat terjadi. Terlebih lagi
elektrolit memberi pengaruh yang kuat terhadap peristiwa korosi itu
sendiri yang menyebabkan beberapa serbuk kawat terlepas.
 Pada gelas dengan keterangan nomor 5, paku direndam bersamaan dengan
larutan HCl akan berwarna kehitaman. Larutan HCl yang bersifat asam
mengikis permukaan besi sehingga menjadikannya berwarna hitam akan
tetapi tidak langsung menimbulkan karat. Akan tetapi setelah terdapat
pengurangan volume larutan akibat larutan menguap, bagian paku yang
tidak terendam larutan langsung mengalami korosi dalam waktu yang
singkat. Hal ini membuktikan bahwa pH juga mempengaruhi terjadinya
peristiwa korosi dengan catatan bahwa logam juga harus mengalami
kontak langsung dengan oksigen.
 Pada gelas dengan keterangan nomor 6, paku direndam bersamaan dengan
minyak kelapa tidak timbul peristiwa korosi. Hal ini disebabkan karena
minyak memiliki tingkat kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan air
sehingga minyak mampu menghalangi kontak antara logam pada paku
dengan oksigen yang ada di udara.

VII. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa korosi merupakan salah satu peristiwa elektrokimia
yang terjadi di lingkungan sekitar akibat adanya reaksi redoks antara logam
dengan oksigen. Korosi itu sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
air, kelembapan udara, elektrolit, pH atau derajat keasaman hingga permukaan
logam yang tidak merata. Hal ini dibuktikkan dari hasil praktikum yang
menyatakan bahwa korosi terjadi pada paku yang direndam dalam air, paku yang
direndam pada larutan NaCl yang merupakan larutan elektrolit dan paku yang
direndam dalam HCl yang bersifat asam. Sedangkan korosi tidak terjadi pada
paku yang tertutup rapat, paku yang dibiarkan pada udara terbuka dan paku yang
direndam minyak kelapa. Cara mencegah terjadi korosi itu sendiri dapat dilakukan
dengan menerapkan proses elektrolisis yaitu melakukan pelapisan atau
pengepuhan serta proteksi katodik.
BAB II

REAKSI ELEKTROLISIS

I. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum kimia ini adalah :
1. Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada peristiwa elektrolisis terutama
pada larutan tembaga sulfat (CuSO4) dan Kalium Iodida (KI).
2. Untuk mengetahui zat yang berada di anoda sebagai hasil dari elektrolisis.
3. Untuk mengetahui ion yang berada di katoda setelah peristiwa elektrolisis.

II. Landasan Teori


II.1Elektrolisis
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh
arus listrik. Berbeda dengan sel volta yang dimana reaksi oksidasi reduksi
berlangsung secara spontan dengan energi kimia yang menyertai reaksi kimia
yang diubah menjadi energi listrik, elektrolisis merupakan reaksi kebalikan
dari sel volta yang potensial selnya negatif atau dengan kata lain dalam
keadaan normal tidak terjadi reaksi dan dapat terjadi bila diinduksi dengan
energi listrik dari luar. Sel elektrolisis tersusun atas elektroda positif yang
disebut dengan anoda . Pada sel elektrolisis, sumber eksternal tegangan
didapat dari luar sehingga anoda bermuatan positif apabila dihubungkan
dengan katoda. Dengan demikian ion-ion bermuatan negatif mengalir ke
anoda dan mengalami reaksi oksidasi. Sedangkan elektroda negativenya
adalah katoda yang dimana ion-ion bermuatan positf mengalir ke elektroda
dan mengalami reaksi reduksi.  Ada dua tipe elektroda, yakni elektroda inert
dan reaktif.  Apabila anoda berupa elektroda inert, reaksi oksidasi sangat
bergantung pada jenis anion yang ada dalam larutan, sebaliknya bila anoda
berupa elektroda reaktif maka elektroda itu akan larut. Sebagai contoh cara
kerja elektrolisis pada Natrium klorida cair (NaCl) yang dapat dielektrolisis
dengan bantuan sel elektrolitik. Terdapat dua elektroda inert dicelupkan ke
dalam lelehan natrium klorida yaitu yang mengandung kation Na + dan Cl –
anion terdisosiasi. Saat arus listrik mengalir ke sirkuit percobaan, katoda akan
memiliki elektron melimpah dan mengembangkan muatan negatif. Kemudian
Kation natrium bermuatan positif akan tertarik ke arah katoda bermuatan
negatif. Proses ini akan menghasilkan pembentukan logam natrium di katoda.
Secara bersamaan, atom klorin tertarik ke arah katoda bermuatan positif
hingga menghasilkan pembentukan gas klorin (Cl 2) di anoda. Arus ini disertai
dengan pembebasan 2 elektron yang menyelesaikan rangkaian.
Adapun persamaan reaksi yang dihasilkan pada peristiwa elektrolisis dapat
dituliskan sebagai berikut.
Katoda : Na+ + e- Na
Anoda : 2Cl  Cl2 + 2e-
------------------------------------------- +
Reaksi sel : 2NaCl  2NaCl + Cl2

II.2Larutan Tembaga Sulfat (CuSO4)


Tembaga(II) sulfat adalah senyawa kimia dengan rumus molekul CuSO4
dengan kederajatan hidrasi yang berbeda-beda. Bentuk anhidratnya berbentuk
bubuk hijau pucat atau abu-abu putih, sedangkan bentuk pentahidratnya
berwarna biru terang. Adapun sifat dari senyawa ini ialah tembaga(II) sulfat
pentahidrat akan terdekomposisi sebelum mencair pada 150 °C kemudian akan
kehilangan dua molekul airnya pada suhu 63 °C, diikuti 2 molekul lagi pada
suhu 109 °C dan molekul air terakhir pada suhu 200 °C. CuSO4 kerap
digunakan sebagai bahan herbisida, fungisida, dan pestisida. Dengan begitu
dapat diketahui bahwa tembaga sulfat memberi efek racun dikarenakan
bersifat mengiritasi. Apabila terdapat kontak dengan kulit akan
menyebabkan eksem. Sedangkan apabila terdapat kontak dengan mata dapat
menyebabkan konjungtivitis dan radang pada kelopak mata dan kornea.

II.3Larutan Kalium Iodida (KI)


Kalium iodida adalah suatu senyawa kimia yang kerap digunakan sebagai
obat-obatan, dan suplemen makanan yang digunakan pada
penyakit hipertiroidisme dalam radiasi darurat, dan untuk melindungi kelenjar
tiroid ketika beberapa jenis radiofarmaka digunakan. Kalium iodida
bersifat ionik, yakni K+I− dan mengkristal dalam struktur natrium klorida.
Karena ion iodida adalah suatu agen pereduksi yang tidak terlalu
kuat, I− dengan mudah teroksidasi sehingga terbentuk  I2 apabila terdapat suatu
agen pengoksidasi yang kuat seperti klorin dengan persamaan :
2 KI(aq) + Cl2(aq) → 2 KCl(aq) + I2(aq)
Reaksi ini digunakan dalam isolasi iodin dari sumber alami. Udara akan
mengoksidasi iodida, dibuktikan dari teramatinya ekstrak ungu ketika sampel
KI dibilas dengan diklorometana. Ketika terbentuk pada kondisi asam, asam
iodida (HI) adalah suatu agen pereduksi yang kuat.

II.4Elektroda pada Baterai


Pada baterai kering disusun oleh batang karbon dan seng yang dimanfaatkan
sebagai penerima dan pelepas elektron. Jika dibandingkan dengan batang
karbon, maka seng dapat melepaskan elektron dengan mudah. Oleh karena itu,
ketika rangkaian listrik dihubungkan dengan baterai, maka terjadi aliran
elektron dari karbon melalui kabel menuju rangkaian sampai kembali lagi ke
baterai pada akhirnya dan dapat menggapai batang karbonnya. Sehingga dapat
diketahui bahwa katoda dengan kutub negatif dalam baterai adalah seng
sedangkan anoda dengan kutub positif adalah batang karbon. Pada dasarnya
anoda akan terjadi proses aliran arus listrik menuju katoda. Kemudian aliran
elektronnya mengalir dari kutub negatif menuju kutub positif. Elektron
dihasilkan oleh reaksi kimia dalam baterai yang dimana banyaknya elektron
dalam proses tersebut memiliki kecepatan tertentu ketika mengalir diantara
kedua kutubnya. Dari baterai ini terdapat aliran elektron yang menuju kabel,
sehingga ketika sedang berlangsung reaksi kimia terdapat gerakan dari kutub
negatif menuju kutub positif.

III. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 3.1 Alat

No Nama Alat Jumlah


1 Tabung U 1 buah
2 Gelas kimia 2 buah
3 Corong 1 buah
4 Tang 1 buah
5 Klem dan Statif 1 buah
Tabel 3.2 Bahan

No Nama Bahan Jumlah


1 Baterai 9 volt 1 buah
2 Baterai 1,5 volt 2 buah
3 Kabel 0,5 meter
4 Larutan CuSO4 50 mL
5 Larutan KI 50 mL
6 Fenolftalein 5 tetes
7 Larutan amilum 5 tetes
8 Kertas lakmus 1 lembar
IV. Prosedur Kerja
1. Memisahkan karbon yang terdapat dalam baterai 1,5 volt.
2. Memasang kawat tembaga kabel di kedua elektroda karbon dan
menyambungkan dengan baterai 9 volt yang berfungsi sebagai sumber listrik.
3. Membuat rangkaian alat percobaan elektrolisis.
4. Elektrolisis larutan CuSO4.
a. Mengambil 50 mL larutan CuSO4 menggunakan gelas kimia 100 mL.
b. Menuangkan larutan ke dalam tabung U sampai 1,5 cm dari mulut lubang.
c. Memasukkan elektroda karbon ke dalam masing-masing kaki tabung U.
d. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi selama 10 menit.
e. Mengeluarkan kedua elektroda dari tabung U dengan hati-hati.
f. Memasukkan setengah bagian kertas lakmus ke dalam larutan CuSO4.
5. Elektrolisis larutan KI.
a. Mengambil 50 mL larutan KI menggunakan gelas kimia 100mL.
b. Menuangkan larutan ke dalam tabung U sampai 1,5 cm dari mulut lubang.
c. Memasukkan elektroda karbon ke dalam masing-masing kaki tabung U.
d. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi selama 10 menit.
e. Mengeluarkan kedua elektroda dari tabung U dengan hati-hati.
f. Menghirup aroma yang dikeluarkan larutan dan mencatat hasilnya.
g. Meneteskan 5 tetes fenolftalein pada ruang katoda.
h. Meneteskan 5 tetes larutan amilum pada ruang anoda.
i. Mencatat perubahan yang terjadi pada larutan.
Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Elektrolisis

V. Hasil
Setelah dilakukannya pengamatan dan pencatatan pada masing-masing perlakuan,
maka didapatkan data sebagai berikut

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Elektrolisis CuSO4

Perubahan selama Perubahan setelah


Cairan di Sebelum elektrolisis
proses elektrolisis dielektrolisis
Larutan berwarna biru Terjadi reduksi Muncul logam Cu
Katoda
bening Cu2+Cu (tembaga)

Larutan berwarna biru Terjadi oksidasi pada Muncul gelembung


Anoda
bening H2O O2

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Elektrolisis KI

Perubahan
Perubahan selama
Perubahan selama setelah
Cairan di Bau elektroda ditambah
elektrolisis ditambah
Fenolftalein
Amilum

Muncul warna
Katoda Muncul gelembung O2 - merah muda -
keunguan

Terjadi reaksi
Aroma Muncul warna
Anoda perubahan warna -
betadine kehitaman
menjadi warna kuning

VI. Pembahasan
1. Pada percobaan di larutan CuSO4 terjadi reaksi ionisasi berupa CuSO 4Cu2+
aq) + SO42-(aq) dan didapatkan hasil berupa terbentuknya logam tembaga
(

yang menempel di permukaan katoda dikarenakan menyesuaikan dengan deret


volta, Cu memiliki beda potensial (E0) lebih besar dibanding H2O yang
menyebabkan Cu lebih mudah mengalami reduksi. Sehingga didapatkan
bahwa kation yang berada di katoda adalah Cu dengan reaksi reduksinya
adalah Cu2+(aq) + 2e  Cu dan terbentuklah logam tembaga di ruang katoda.
Selain dari itu timbul pula gelembung O2 pada permukaan anoda yang
disebabkan oleh teroksidasinya air sedangkan sisa asam oksidasi yakni SO 42-
tidak mengalami oksidasi yang kemudian diketahui bahwa anion yang berada
pada anoda adalah H2O dengan reaksi oksidanya adalah 2H2O 4H+ + O2 +
4e. Dengan reaksi oksidasi tersebut, tercipta suasana asam pada larutan setelah
dielektrolisis yang dibuktikan ketika mencelupkan kertas lakmus berwarna
biru, kertas lakmus berubah warna menjadi warna merah. Reaksi larutan
CuSO4 dapat ditulis sebagai berikut.

Ionisasi : CuSO4Cu2+(aq) + SO42-(aq)


Katoda : 2Cu2+(aq) + 2e  2Cu
Anoda : 2H2O  4H+ + O2 + 4e
---------------------------------------------------------- +
2Cu2+ + 2H2O  2Cu + 4H+ + O2
CuSO4(aq) + 2H2O  2Cu(s) + O2 + 4H+ + 2SO42-
2. Pada percobaan di larutan KI terjadi reaksi ionisasi berupa KI K+ + I- dan
didapatkan hasil berupa munculnya gelembung O2 yang menempel di
permukaan katoda. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan nilai beda potensial
(E0) dari air lebih besar dibandingkan dengan K+ itu sendiri sehingga air
mengalami oksidasi dan menjadi kation yang terdapat dalam katoda dengan
reaksi reduksinya adalah 2H2O + 2e  H2 + 2OH-. Kemudian terjadi pula
reaksi perubahan warna yang kuat pada ruang anoda. Perubahan warna yang
didapatkan menjadi warna kuning yang dimana sebelumnya larutan tidak
berwarna. Hal tersebut disebabkan terjadi reaksi oksidasi 2I -  I2 + 2e yang
dimana batang karbon juga tidak mengalami reaksi dikarenakan termasuk ke
dalam elektroda inert. Selain dari itu, dikarenakan I- memiliki potensial
reduksi yang lebih rendah menyebabkan I- menjadi anion yang berada dalam
anoda. Hasil lainnya yang didapat ialah tercium bau seperti obat merah
betadine pada anoda yang seperti telah diketahui komposisi dari betadine
adalah iodine dan pada larutan terjadi reaksi pada I- yang merupakan iodine itu
sendiri. Tercipta pula suasana basa yang dibuktikan dengan perubahan warna
pada anoda ketika diteteskan fenolftalein larutan yang tidak berwarna menjadi
warna merah muda keunguan. Kemudian larutan juga mencapai titik akhir
titrasi yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi kehitaman
ketika ditetesi larutan amilum . Reaksi larutan KI dapat ditulis sebagai berikut.

Ionisasi : 2KI(aq)  2K+ + 2I-


Katoda : 2H2O + 2e  H2 + 2OH-
Anoda : 2I-  I2 + 2e
------------------------------------------------------------------ +
2KI(aq) + 2H2O  2KOH+ + I2 + H2

VII. Kesimpulan
1. Dapat disimpulkan bahwa proses elektrolisis pada larutan CuSO4
menghasilkan logam tembaga serta gelembung O2 dengan suasana asam yang
disebabkan oleh Cu yang berperan sebagai kation karena memiliki beda
potensial lebih besar dibanding H2O serta H2O yang berperan sebagai anion
dikarenakan SO42- tidak teroksidasi yang menyebabkan H2O teroksidasi.
2. Dapat disimpulkan bahwa proses elektrolisis pada larutan KI menghasilkan
gelembung O2 dan terjadi perubahan warna menjadi warna kuning dengan
suasana basa dan mencapai akhir titrasi dikarenakan H 2O yang berperan
sebagai kation akibat beda potensialnya yang lebih besar dibanding K+.
Kemudian terjadi perubahan 2I- menjadi I- terlebih lagi potensial reduksi I-
lebih rendah menyebabkan I- teroksidasi dan berperan sebagai anion.
DAFTAR PUSTAKA

Edra, Rabia. 2017. Pengertian Korosi dan Faktor Penyebabnya. Tersedia pada :
https://www.ruangguru.com/blog/pengertian-korosi-dan-faktor-penyebabnya. Diakses pada 1
Oktober 2022. Pukul 19.07 WITA.

Anonim. 2022. Korosi. Tersedia pada : https://id.wikipedia.org/wiki/Korosi. Diakses pada 1


Oktober 2022. Pukul 19.23 WITA

Anonim. 2022. Rumus Kimia Karat Besi dan Pengertian Korosi. Tersedia pada :
https://kumparan.com/berita-terkini/rumus-kimia-karat-besi-dan-pengertian-korosi-
1yYc09p9lRe/full. Diakses pada 1 Oktober 2022. Pukul 20.19 WITA.

Pangestu, Aji. 2022. Pengertian Sel Elektrolisis, Cara Kerja, dan Contohnya. Tersedia pada :
https://www.pakarkimia.com/sel-elektrolisis/. Diakses pada 1 Oktober 2022. Pukul 22.53
WITA.

Karimah, Dindi. Sel Elektrolisis – Materi Kimia Kelas XII. Tersedia pada :
https://e.phydu.com/sel-elektrolisis-materi-kimia-kelas-xii/. Diakses pada 2 Oktober 2022.
Pukul 14.35 WITA.

Anonim. Copper(II) Sulfate. Tersedia pada : https://en.wikipedia.org/wiki/Copper(II)_sulfate.


Diakses pada 2 Oktober 2022. Pukul 15.11 WITA.

Anonim. Potassium Iodide. Tersedia pada : https://en.wikipedia.org/wiki/Potassium_iodide.


Diakses pada 2 Oktober 2022. Pukul 22.12 WITA.

Kahfi, Bilal. 2020. Bagian-Bagian Baterai Kering Beserta Fungsi dan Cara Kerja
Terlengkap. Tersedia pada : http://www.antotunggal.com/2020/06/bagian-fungsi-cara-kerja-
baterai-kering.html. Diakses pada 2 Oktober 2022. Pukul 23.41 WITA.
LAMPIRAN

Tabel 1. Dokumentasi Praktikum Korosi

Id Hari-1 Hari-2 Hari-3 Hari-4 Hari-5

1 - - -

5
6

Tabel Gambar 2. Dokumentasi Praktikum Reaksi Elektrolisis

Larutan Perubahan yang Terjadi

CuSO4

(Terbentuknya gelembung O2) (Terbentuknya logam Cu)

KI

(Perubahan warna menjadi kuning) (Perubahan warna setelah ditetesi


amilum dan fenolftalein)

Anda mungkin juga menyukai