Anda di halaman 1dari 13

A.

Pengertian Korosi

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-
senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.

Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)


mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus
kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.

Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena
logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain
yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari
bijihmineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk
senyawabesi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan
besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja
tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi
senyawa besi oksida).

Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial
terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

B. Proses Terjadinya Korosi

Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan


logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan
logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang
paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan
demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian.

Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion
dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang
mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik biasanya
merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh
korosi logam besi dalam udara lembab,misalnya proses reaksinya dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Proses reaksinya :

Anode {Fe(s)→ Fe2(aq)+ 2 e}

x2

Katode O2(g)+ 4H(aq)+ 4 e → 2 H2O(l)

Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)

Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses
korosi ini, ,yaituE0sel = +1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimana ion H+
sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk
H2CO3. Ion Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh
oksigen membentuk besi (III) oksida :

4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)

Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrik dipacu
oleh migrasi elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam.

Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang
terjadi, yaitu :

O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)

Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini
sehingga sulit berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera
ditangkap oleh garam kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks
stabil biru. Lingkungan basa tersedia karena kompleks kalium heksasianoferat (III).

Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa
besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara
maupun air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih
negatif ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil
oksidasi Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam
yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.
C. Faktor Penyebab Korosi

Pada umumnya ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya percepatan korosi,
yaitu:
a. Uap air

Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor
penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air
(lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.

b. Oksigen

Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya korosi.
Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks.
Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi
apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan
mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam
tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom logam
dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C
sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air
sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa
korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak denan permukaan
logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.
Perhatikan animasi. berikut: animasi korosi besi.
c. Larutan garam

Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan
transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat oleh
oksigen di udara. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut banyak
mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan korosi yang utama.

Larutan garam menyerang lapisan mild stell dan lapisan stainless stell selain itu dapat
menyebabkan terjadinya pitting (kebocoran), crevice (retek / celah), korosi, dan juga
pecahnya alooys (paduan logam yang bersifat tahan karat). Larutan ini biasanya
ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi yang tinggi yang akan
menyebabkan proses korosi. Proses ini disebabkan oleh kenaikan konduktivitas larutan
garam dimana larutan garam lebih konduktif sehingga menyebabkan laju korosi juga
akan lebih tinggi. Sedangkan pada kondisi kelautan garam dapat mempercepat laju
korosi logam karena larutan garamnya lebih konduktif, sama halnya dengan kecepatan
alir dari air laut yang sebanding dengan peningkatan laju korosi, akibatnya terjadi
gesekan, tegangan dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.

d. Permukaan logam yang tidak rata

Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang
akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan
bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang
akan bertindak sebagai anode dan katode.

e. Keberadaan Zat Pengotor

Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi


tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya
tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu
mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian
peristiwa korosi semakin dipercepat.

f. Kontak dengan Elektrolit

Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi
dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang
besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.
g. Temperatur

Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara


umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik
partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks
semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek
korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-
perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat
gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin
kendaraan bermotor).
h. pH

Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena
adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam
yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
i. Metalurgi

• Permukaan logam

Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam yang kasar
cenderung mengalami korosi

• Efek Galvanic Coupling

Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang
terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling ,
yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E°
antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam
dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui
peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.

j. Mikroba

Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi
pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam
melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya.
Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan
oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus
thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.

D. Bentuk-Bentuk Korosi

Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi


sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak
fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion
induced hydrogen), korosi intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.

1. Korosi merata

Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan
logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi
pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat
korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan
pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang
mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa
penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).

2. Korosi galvanik

Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan
berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi,
sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang
mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah dan logam
yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.

3. Korosi sumuran

Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka
akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan
pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan
elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara
perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi
sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil
tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.

4. Korosi celah

Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua
komponen. Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata
diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada
suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah
masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar
menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga
terbentuk celah yang terkorosi.

5. Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosionfatique

cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion inducedhydrogen)

Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosionfatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion inducedhydrogen) adalah
bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibatpengaruh lingkungannya.
Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan
klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap
nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif.
Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi
hidrogen kedalam kisi paduan.

6. Korosi intergranular

Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam
akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang
terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada
temperatur 425 – 815oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir.
Dengan kandungan krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut akan
mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.

7. Selective leaching

Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena
pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada
paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan
terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang
potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih
rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut.
Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai
pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan
paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
pecah pada pipa.

E. Bakteri Penyebab Korosi

Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari


bakteri. Jenis-jenis bakteri yang berkembang yaitu :

1. Bakteri reduksi sulfat

Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas


oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk
larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung
metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada
daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.

Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya
kadar H2S atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi
sebagai fermenter menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk
memproduksi asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim
hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.

2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida

Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari
oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi
asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. bakteriThiobaccilus umumnya ditemukan di
deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.

3. Bakteri besi mangan oksida

Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit


berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle
(gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja.
Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang.

F. Dampak Dari Korosi

Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang


mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan
berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah
yang diberikan terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum
istilah karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material
(khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan
lingkungannya.

Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau
dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya
sehingga memperlambat proses perusakannya.

ilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer


elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan
elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang
terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom
logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam
tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan
mendekati logam dan menangkap elektron- elektron yang tertinggal pada logam.

Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman


pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian
korosi sebesar 80 hingga 126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu
saja biaya yang ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun
rupiah. Nilai tersebut memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang
ditimbulkan korosi dan nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum
terlaksananya pengendalian korosi secara baik bidang indusri. Dampak yang
ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung.
Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan
atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktifitas
produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, terjadinya
kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar atau
jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada
alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan
panasnya, dan lain sebagainya.

G. Korosi dan Cara Pencegahannya

Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam
yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi,
yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.
Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi
akan habis menjadi karat.

Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah
keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa
di antara kita tidak kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos
karena korosi. Pasti tidak ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang
apa korosi itu, sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi.

Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan


/ reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku
sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai
kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda,
sehingga terjadilah peristiwa korosi

Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi
(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O.

Dari reaksi terlihat bahwa korosi melibatkan adanya gas oksigen dan air.
Karena itu, besi yang disimpan dalam udara yang kering akan lebih awet bila
dibandingkan ditempat yang lembab. Korosi pada besi ternyata dipercepat oleh
beberapa faktor, seperti tingkat keasaman, kontak dengan elektrolit, kontak dengan
pengotor, kontak dengan logam lain yang kurang aktif (logam nikel, timah, tembaga),
serta keadaan logam besi itu sendiri (kerapatan atau kasar halusnya permukaan).

Pencegahan korosi

Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya mencegah terjadinya korosi,
yaitu:
a. Cara pelapisan (coating)

Pelapisan adalah cara umum dan paling banyak di terapkan dalam istilah tonase baja,
untuk mengendalikan korosi, untuk melindungi/isolasi paduan logam dari lingkungan
yang korosif. Akan tetapi dalam prakteknya timbul banyak problem dan biasanya
kurang perhatian tentang masalah itu. Tersedia banyak sekali macam pelapis dan yang
paling umum adalah cat. Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat
menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink
(seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.

Kontak antara besi dengan oksigen dan air dapat dicegah dengan melapisi besi
dengan cat atau dengan logam lain. Hal ini dikarenakan jika besi dilapisi dengan cat
atau logam lain yang lebih sukar teroksidasi (logam yang mempunyai Enol lebih besar).
Yang akan bereaksi dengan udara adalah lapisan luarnya saja sehingga logam tersebut
bisa dilindungi oleh logam tersebut.

Jika logam seperti seng dan timah mengalami korosi, senyawa yang terbentuk akan
melindungi logam di bawahnya dari korosi selanjutnya. Seng, Zn dan timah dapat
digunakan sebagai logam pelapis untuk melindungi besi dan korosi.

Namun perlu diperhatikan potensial elektrode standar seng dan timah terhadap
besi.

Fe2+ (aq) + 2e → Fe(s) EO = - 0,44 volt


Zn2+ (aq) + 2e → Zn(s) EO =- 0,76 volt

Sn2+ (aq) + 2e → Sn(s) EO =- 0,14 volt

Seng lebih mudah di oksidasi daripada besi. Jika besi dilapisi dengan seng, besi
tidak akan berkarat walaupun lapisan seng tersebut berlubang sekalipun. Besi lebih
mudah dioksidasi daripada timah. Jika besi dilapisi dengan timah, besi tidak akan
berkarat.
b. Cara proteksi katodik (katode pelindung)

Cara ini digunakan terutama untuk logam besi yang di tanam di dalam tanah.
Prinsipnya adalah logam besi di hubungkan denga logam lain yang bertindak sebagai
anode dan besi sebagai katode. Jadi, logam yang digunakan untuk melindungi besi
harus yang lebih mudah teroksidasi daripada logam besi, yaitu memiliki potensial
reduksi yang lebih negatif daripada besi. Umumnya digunakan logam Magnesium (Mg).
Logam alkali tidak dapat di gunakan karena reaktif.Logam alumunium(Al) dan seng
(Zn) tidak dapat digunakan karena oksida logam tersebut (Al2O3 atau ZnO) akan
menghambat proses oksidasi berikutnya dengan cara menutupi permukaan logam.

Pipa besi misalnya untuk air atau minyak yang ditanam di dalam tanah harus
dilindungi. Untuk mencegah korosi pada pipa-pipa ini batang logam yang lebih aktif,
seperti batang Magnesium (Mg) atau seng (Zn) ditanam di dekat pipa dan di hubungkan
dengan kawat, batang magnesium akan mengalami oksidasi dan Mg yang rusak dapat
diganti dalam jangka waktu tertentu sehingga dengan demikian pipa yang terbuat dari
besi itu terlindung dari korosi. Korosi besi ini juga dapat dicegah dengan
menghubungkan besi tersebut dengan kutub negatif sumber listrik.

Proteksi katodik juga merupakan teknik penanggulangan korosi komponen baja


jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja yang berada dalam
lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian tersebut relatif sulit dilakukan
teknik penanggulangan korosi dengan teknik yang lebih murah yaitu pengecatan.
Pada prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran elektron dari bagian tiang
pancang pipa baja (anoda) yang diikuti dengan perubahan logam menjadi ion logam
(karat) ke bagian tiang pancang pipa baja lain yang karena kualitas baja atau kondisi
lingkungannya menjadi katoda. Pada proteksi katodik, terjadinya kerusakan baja
akibat aliran elektron dari anoda ke katoda ditanggulangi dengan memberikan pasokan
elektron secukupnya pada seluruh struktur baja yang dilindungi atau dengan kata lain
menjadikan seluruh struktur baja tersebut menjadi katoda yang kaya akan elektron.
Dilihat dari cara memasok elektron, proteksi katodik terbagi dalam dua cara, yaitu:
a) Metoda arus terpasang (impressed current) yaitu pasokan elektron dilakukan
dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan katoda pada suatu
sumber listrik. Metoda ini menggunakan sumber arus searah dari luar, misalnya
Transformer Rectifier, DC Generator, dan lain-lain. Arus listrik pada sistem ini
dialirkan ke permukaan logam yang diproteksi melalui anoda pembantu, misalnya
Anoda Graphite, Baja, Platina, dan Besi Tuang. Keuntungan besar dari metoda arus
terpasang adalah bahwa sistem ini dapat menggunakan anoda inert atau anoda yang
tahan karat seperti platina dan karbon.
b) Metoda anoda korban (sucricifial anoda)

Yaitu pasokan elektron dilakukan dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa
baja dengan logam lain sebagai anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah.
Pada cara ini terjadi aliran elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah ke
tiang pancang pipa baja yang potensialnya lebih tinggi.

Dengan demikian maka tiang pancang pipa baja akan terlindung dari korosi namun
sebagai konsekwensinya logam anoda dalam waktu tertentu akan rusak/habis dan
selanjutnya dapat diganti atau diperbaharui. Mengganti anoda lebih ringan secara
teknik maupun ekonomis dibanding mengganti tiang pancang pipa baja.
c. Perancangan

Dari segi korosi, perancangan dianggap berkaitan dengan perencanaan yang baik dan
pembangunan proyek. Ia meliputi pemilihan material dan pemilihan cara
pengendaliannya dalam batas perancangan keseluruhan. Perencanaan dan
perancangan cara pengendalian korosi adalah merupakan pemecahan masalah yang
baik terhadap persoalan-persoalan yang di hadapi.

d. Anoda karbon

Cara lain untuk mencegah korosi besi adalah dengan menggunakan anoda karbon.
Dengan membandingkan potensial reduksi standar besi dan magnesium.
Fe2+ + 2e → Fe(s) EO = -0,41 volt

Mg2+ + 2e → Mg(s) EO =-2,39 volt

Terlihat bahwa Mg2+ lebih sulit direduksi dibandingkan dengan Fe2+ atau
sebaliknya, Mg(s) lebih mudah dioksidasi daripada Fe(s). Sepotong Mg yang terhubung
dengan besi akan lebih cenderung dioksidasi dibandingkan dengan besi, dan sekali
terpakai oleh oksidasi harus diganti. Metode ini biasanya digunakan untuk melindungi
lambung kapal, jembatan, dan pompa air besi dari korosi. Pelat magnesium
dihubungkan dengan interval yang teratur sepanjang potongan pipa yang terkubur,
dan ini jauh lebih mudah untuk menggantikannya secara periodik dari pada mengganti
keseluruhan pipa.

e. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk

Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah
kontak dengan air.

f. Pembalutan dengan Plastik

Berbagai macam barang misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan
plastik. Plastic mencegah kontak dengan udara dan air.

I.Daftar Pustaka

Di kutip dari http://kimia-korosiku.blogspot.com/2012/05/korosi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai