Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita akan sering menjumpai logam.

Logam yang berumur lama akan identik dengan perkaratan. Istilah lain dalam

perkaratan adalah adalah korosi. Proses korosi terjadi hampir pada semua

material terutama logam. Korosi dapat menyebabkan suatu material

mempunyai keterbatasan umur pemakaian, dimana material yang diperkirakan

untuk pemakain dalam waktu lama ternyata mempunyai umur yang lebih

singkat dari umur pemakaian rata-ratanya.

Korosi atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan

berbagai zat di lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak

dikehendaki. Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi

merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang

dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat

kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.

Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata

adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari

besi lainnya. Untuk itu kita harus mengetahui lebih lanjut tentang korosi. Baik

itu pengertian, faktor-faktor yang menyebabkan sampai pada cara

pencegahannya.

1
2. RUMUSAN MASALAH

Dengan adanya makalah ini, ada beberapa masalah yang akan dibahas antara

lain:

a. Bagaimana proses terjadinya korosi ?

b. Bagaiman cara pencegahan agar tidak terjadi korosi?

3. TUJUAN

Dari rumusan masalah dapat diketahui tujuan dari disusunnya makalah ini

yaitu:

a. Mengetahui proses terjadinya korosi

b. Mengetahui cara pencegahan korosi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOROSI

Kata korosi berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya

pengrusakan logam atau perkaratan. Korosi adalah peristiwa rusaknya logam

karena reaksi dengan lingkungannya (Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah

korosi merupakan rusaknya logam karena adanya zat penyebab korosi, korosi

adalah fenomena elektrokimia dan hanya menyerang logam (Gunaltun, 2003).

Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut dengan perkaratan.

Korosi atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan

berbagai zat di lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak

dikehendaki. Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi

merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang

dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat

kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KOROSI

1. Uap air

Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu

faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak

mengandung uap air (lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses

korosi.

3
2. Oksigen

Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan

terjadinya korosi. Korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air

(H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran

karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut.

Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom logam

dengan atom karbon (C).

Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai

katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi,

sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya

reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O

yang mengalami kontak dengan permukaan logam, maka semakin cepat

berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.

3. Larutan Garam

Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk

melangsungkan transfer muatan. Air hujan banyak mengandung asam,

dan air laut banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut

merupakan korosi yang utama.

4. Permukaan logam

Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub

muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode.

4
Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar

terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai

anode dan katode.

5. Keberadaan zat pengotor

Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi

reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi.

Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran

BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas

oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi

semakin dipercepat.

6. Kontak dengan elektrolit

Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat

laju korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan

konsentrasi elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron

sehingga korosi meningkat.

7. Temperatur

Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa

korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat

terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur

maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan

terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan

5
demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek korosi yang

disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-

perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan

panas akibat gesekan atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin

kendaraan bermotor).

8. Tingkat keasaman (pH)

Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin

besar, karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada

katode yaitu:

2H+(aq) + 2e- → H2

Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak

atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam

semakin besar.

9. Metalurgi

 Permukaan logam.

Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial

dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang

terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung mengalami korosi.

 Efek galvanic coupling

6
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom

unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu

terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan

potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom

unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan

kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam

melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.

10. Mikroba

Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan

peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba

tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk

memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang

mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan

oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida.

C. BENTUK-BENTUK KOROSI

1. Korosi Merata (Uniform Attack) : Yaitu korosi yang terjadi pada

permukaan logamyang berbentuk pengikisan permukaan logam secara

merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat permukaan

terkonvensi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada peralatan-

peralatan terbuka, misalnya permukaan luar pipa.

7
2. Korosi Galvanik (Galvanic corrosion) : Bentuk korosi ini terjadi bila dua

(atau lebih) logam yang berbeda secara listrik berhubungan satu sama

lainnya berada dalam lingkungan korosif yang sama. Dalam kasus

demikian, logam yang berpotensial paling negatif (dalam keadaan tidak

berhubungan) akan terkorosi, sebaliknya logam lain (logam mulia dengan

potensial tinggi akan kurang terkorosi). Korosi galvanik cenderung

terlokalisir ke arah pembentukan sumuran, dan dalam sistem pipa akan

terjadi kebocoran-kebocoran. Ini hanyalah merupakan masalah

perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa dan rangka banyak

melibatkan pemakaian lebih dari satu macam metal. Oleh karena itu harus

diusahakan pemakaian paduan logam yang berbeda-beda, agar tidak

sampai menimbulkan masalah korosi.

3. Korosi Sumuran (Pitting) : Korosi sumuran termasuk korosi setempat

dimana daerah kecil dari permukaan metal, terkorosi membentuk

sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari diameternya.

Mekanisme terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit

diduga, sungguhpun demikian ada situasi tertentu dimana korosi sumuran

dapat diantisipasi :

 Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup

(air laut) akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja hingga

pecahnya mill scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda besar.

8
 Pada paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan

korosinya seperti stainless steel. Dari segi praktis korosi sumuran

terbentuk di dalam air mengandung chloride, oleh karena itu sering

terjadi pada kodisi dilingkungan laut.

4. Korosi Erosi : Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat

menimbulkan aksi mekanis misalnya erosi (pengikisan). Immpingement

attack dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe korosi ini. Korosi

erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari

permukaan metal oleh aksi partikel abrasive yang ada di dalam air.

Umumnya laju serangan korosi membesar dengan membesarnya

kecepatan. Ada lagi bentuk erosi atau mekanisme lain, misalnya korosi

lembaran baja yang terpancang di pantai, dipengaruhi oleh aksi abrasive

dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin. Pada kasus ini lapis

protektif dihilangkan.

5. Impingement Attack : Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika

larutan menimpa dengan kecepatan cukup besar pada permukaan metal.

Hal ini dapat terjadi pada sistem pipa dimana perubahan arah tiba-tiba

dari aliran pada lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan bagian lain

dari pipa tidak terpengaruh. Bentuk korosi ini akan terjadi pada setiap

situasi dimana ada impingement (timpa,bentur,tekan) air yang biasanya

mengandung gelembung udara pada kecepatan serendah 1 m/s.

9
6. Perusakan Cavitasi : Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh

terbentuk dan pecahnya gelembung di dalam air laut, pada permukaan

metal. Kondisi pada kecepatan tinggi dan perubahan tekanan cenderung

menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya terlokalisir dan terjadi di

daerah tekanan rendah, air bergejolak (boil) dan terbentuk dari partikel

vacumm. Bila air kembali ke tekanan normal, cavity pecah, dengan

membebaskan energi. Hal ini mengarah pada perusakan permukaan

paduan logam.

7. Korosi Celah (Crevice Corrosion) : Korosi ini terbentuk apabila

terbentuk celah antara dua permukaan dengan bagian dalam celah lebih

anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi celah timbul dari

formasi differensial aeration cell, dimana metal yang terexpose di luar

crevice lebih katodic terhadap metal di dalam celah. Arus katodic yang

besar bekerja pada daerah anodic yang kecil menghasilkan serangan

korosi yang intensif.

D. PROSES TERJADINYA KOROSI PADA BESI

Proses tejadinya korosi pada besi melalui siklus berikut:

1. Logam besi yang kontak dengan udara dioksidasi menjadi ion Fe2+

2. Ion Fe2+ larut dalam air dan bergerak ke katode melalui tetesan air

10
3. Elektron bergerak ke katode melalui logam.

4. Elektron mereduksi oksigen dari udara dan menghasilkan air.

5. Sebagian oksigen yang larut dalam air mengoksidasi Fe2+ menjadi

Fe3+ yang membentuk karat pada besi

Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektrokimia (redoks). Pada permukaan besi

(Fe) bisa terbentuk bagian anoda dan katoda yang disebabkan oleh dua hal :

1. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi

 Tetesan air pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi

oksigen terlarut. Pada bagian pinggir mengandung lebih oksigen

terlarut, sehingga di bagian ini bertindak sebagai katoda (reaksi

reduksi). Pada bagian tengah tetesan oksigen terlarut relatif sedikit

sehingga bagian ini bertindak sebagai anoda (reaksi oksidasi).

Fe → Fe2+ + 2e-

 Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+

/ besi (III) dalam senyawa besi (III) oksida terhidrat. Dengan adanya

garam (oksida asam) atau zat elektrolit akan mempercepat reaksi

perkaratan.

11
2. Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai E0 reduksi

lebih besar dari besi

Karena E0 reduksi besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan

teroksidasi (anoda), hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau

menghasilkan karatan besi. Secara keseluruhan perkaratan besi adalah

sebagai berikut :

Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni

oksida-kosida berikut akan terjadi :

Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O

Reaksi setengah redoksnya :

Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0= + 1,23

volt

Anode : Fe →Fe2+ + 2e- E0=

+ 0,44 volt

Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O

E0=+1,67 volt

Reaksi di atas berlangsung spontan

Besi (II) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi

atau oksida besi (III) terhidrasi. Reaksinya :

Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0=

+ 1,23 volt

12
Anode : 2Fe2+ → 2Fe3+ + 2e- E0= - 0,77

volt

Reaksi sel : 2Fe2+ +½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O E0= + 0,46

volt

Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :

2Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+

Fe2O3.x H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang

dihasilkan dapat mempercepat reaksi korosi selanjutnya. Ion Fe di dalam

akan teroksidasi lagi membentuk Fe2+ atau Fe3+ . Sedangkan ion OH

akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan

ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx)

yang dikenal dengan hujan asam.

Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil

reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).

Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses perkaratan, yaitu

karat yang dapat mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada

umumnya logam-logam yang mempunyai potensial elektroda negatif

lebih mudah mengalami korosi. Logam mulia, logam yang mempunyai

potensial elektroda positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan logam

dalam deret potensial bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan

korosi. Faktor lain yang turut juga menentukan ialah lapisan pada

permukaan logam. Alumunium dan seng mudah dioksidasi dalam udara,

13
akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang terbentuk pada permukaan

melindungi bagian bawahnya terhadap korosi selanjutnya.

Kedua logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang kurang

sempurna di udara jika dibandingkan dengan besi yang kurang aktif.

Karat yang terbentuk di permukaan besi merupakan lapisan tipis yang

berpori sehingga bagian bawahnya mudah mengalami korosi.

E. CARA-CARA PENCEGAHAN KOROSI

Korosi menimbulkan banyak kerugian Karena menguraikan umur

berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja.

Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja

tahan karat (stainless steel).akan tetapi, proses ini terlalu mahal untuk

kebanyakan penggunaan besi.

Kita ketahui bahwa korosi besi memerlukan oksigen dan air.

Kemudian, kita ketahui pula bahwa berbagai jenis logam dapat

melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang

akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.

1. Mengecat

Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak

besi dengan udara dan air.

2. Melumuri dengan oli dan gemuk

14
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk

mencegah kontak besi dengan air.

3. Dibalut denagn plastik

Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda

dibalut dengan pelastik. Pelastik mencegah kontak besi dengan udara dan

air.

4. Tin plating (pelapisan dengan timah)

Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah.

Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. timah

tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak

mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan

air. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu

utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak,misalnya

tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu

terjadi karena potensial reduksi besi lebih negativ dari pada timah (EO Fe

= -0,44 volt; E0 Sn = -0,14 volt). Oleh karena itu, besi yang dilapisi

dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi

sebagai anode. Denagan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan

tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat

hancur.

5. Cromium plating (pelapisan dengan kromium)

15
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi

lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil.

Chromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink,

kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada

yang rusak.

6. Zink Plating

Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua

logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat

(pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi adalah

pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi

yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut.

Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng

tidak membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan

berkorban demi besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif dari besi,

seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi oksidasinya:

Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e–

Eo = –0,44 V

Fe(s) → Fe2+(g) + 2e–

Eo = –0,76 V

16
Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika

pelapis seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari

keadaan normal (tanpa seng). Paduan logam juga merupakan metode

untuk mengendalikan korosi. Baja stainless steel terdiri atas baja karbon

yang mengandung sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua logam tersebut

membentuk lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi baja

menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak terkorosi.

7. Proteksi katodik

Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk

mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa

ledeng, pipa pertamina, dan tanki penyimpan BBM. Logam reaktif seperti

magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh karena logam Mg

merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi

terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi

akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada Gambar 3.

Proses katodik

Proses katodik dengan menggunakan logam Mg.

Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut.

17
Anode

2Mg(s) → 2Mg2+(aq) + 4e–

Katode

O2(g) + 2H2O(l) + 4e– → 4OH–(aq)

Reaksi

2Mg(s) + O2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s)

Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru

dan selalu diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah menjadi

hidroksidanya.

8. Penambahan Inhibitor

Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan

korosif dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan

korosi. Inhibitor korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme

pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor

campuran, dan inhibitor teradsorpsi.

 Inhibitor anodic

18
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi

dengan cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh

inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat dan

senyawa molibdat.

 Inhibitor katodik

 Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi

dengan cara menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya

penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion

hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam

sulfit.

 Inhibitor campuran

 Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat

proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor

komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik.

Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan fosfat.

 Inhibitor teradsorpsi

 Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi

permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film

tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini

adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.

19
 Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses

(perubahan / reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian

tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda),

sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif,

katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah

peristiwa korosi.

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni

oksida-kosida berikut akan terjadi :

Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O

Ion Fe teroksidasi membentuk Fe2+ atau Fe3+ sedangkan ion OH akan

bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan ion

H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx).

Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil

reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).

20
2. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

setiap pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk lebih kreatif

dalam penyusunan makalah selanjutnya

21

Anda mungkin juga menyukai