Anda di halaman 1dari 9

KOROSI

Mata Pelajaran Kimia

Nama : Nazly S.J. Napu


Kelas : XII IPA
1. Pengertian Korosi
Korosi atau perkaratan merupakan kerusakan benda-benda yang berbentuk
logam akibat dari pengaruh lingkungan. Korosi dapat terjadi sebagai akibat adanya
interaksi logam dengan lingkungan yang bersifat korosif. Lingkungan yang bersifat
korosif ditandai dengan lingkungan yang mengandung uap air (lembap) dan diinduksi
dengan adanya gas-gas, khususnya oksigen.

Korosi ini dapat mengubah struktur dan sifat-sifat logam sehingga korosi
dipandang sebagai proses yang merugikan. Secara umum semua logam kecuali emas
memiliki potensi untuk mengalami korosi. Hal ini dapat dilihat dari nilai potensial
reduksi standarnya yang lebih rendah dari potensial reduksi standar oksigen.

Berdasarkan paparan tersebut, maka korosi (perkaratan) ini akan terjadi jika
adanya interaksi antara logam (khusunya logam yang mudah mengalami oksidasi)
dengan lingkungan yang korosif, seperti tingkat kelembapan tinggi (kadar uap air tinggi)
dan terdapat gas, seperti oksigen.

2. Mekanisme Proses Korosi


Korosi merupakan proses elektrokimia yang melibatkan reaksi oksidasi dan
reaksi reduksi. Berikut gambaran mekanisme proses terjadinya korosi:

Pada gambar tersebut terlihat bahwa permukaan logam (dalam hal ini logam
besi) yang tidak rata merupakan daerah yang memiliki potensi tinggi untuk mengalami
perkaratan. Akibat permukaan yang tidak rata, maka akan memudahkan air
terperangkap pada permukaan logam tersebut. Pada kondisi tersebut akan terjadi
oksidasi logam Fe atau pelarutan atom-atom besi disertai dengan pelepasan elektron.
Adapun reaksinya adalah : Fe (s) → Fe2+ (aq) + 2e.
Elektron yang dilepaskan pada proses pelarutan logam besi (reaksi oksidasi di
anoda) akan mengalir melalui logam besi. Proses ini sama dengan proses yang terjadi
pada sel volta, dimana elektron mengalir melalui rangkaian luar pada sel volta menuju
daerah katoda sehingga terjadi reaksi reduksi gas oksigen dari udara. Adapun reaksi
reduksinya adalah sebagai berikut: O2 (g) + 2H2O (g) + 2e à 4OH– (aq).

Sementara itu, Ion Fe2+ yang larut dalam tetesan air (hasil reaksi oksidasi) akan
mengalami pergerakan menuju daerah katoda. Jika dikaitkan dengan proses pada sel
volta, pergerakan ion besi ini sama dengan pergerakan ion sebagaimana ion-ion
melewati jembatan garam dalam sel volta. Ino Fe 2+ yang bergerak akan bereaksi dengan
ion-ion OH– membentuk oksida basa yaitu Fe(OH)2. Adapun reaksinya adalah: Fe2+ (aq)
+ 4OH– (aq) → Fe(OH)2 (s).

Fe(OH)2 yang sudah terbentuk akan dioksidasi oleh oksigen sehingga terbentuk
karat, reaksinya adalah: 2Fe(OH)2 (s) + O2 (g) → Fe2O3 .nH2O (s). Berdasarkan hal
tersebut, maka rumus karat dari besi adalah Fe 2O3 .nH2O. huruf ‘n’ pada molekul air
menunjukkan banyaknya molekul air yang terlibat dan terperangkap pada proses korosi.

Secara sederhana reaksi perkaratan atau proses korosi dapat dituliskan dengan
persamaan reaksi berikut ini: 4Fe (s) + 3O2 (g) + nH2O (l) → 2Fe2O3.nH2O (s).

3. Bentuk-Bentuk Korosi
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi
sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik
(corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced
hydrogen), korosi intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.

a. Korosi Merata
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan
logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi
pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat
korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan
pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang
mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa
penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).

b. Korosi Galvanik
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan
berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi,
sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami
korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak
mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.

c. Korosi Sumuran
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka
akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan
pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan
elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-
lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi
sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam,
sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.

d. Korosi Celah
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen.
Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan
didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat
oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak,
akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan
permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang
terkorosi.

e. Korosi retak tegang (stress corrosion cracking)


Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion
fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen)
adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh
lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami
tegangan tarik statis dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan
terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon
rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan
korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi
hidrogen kedalam kisi paduan.

f. Korosi Intergranular
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat
terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada
baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 –
815oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom
dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan
menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
g. Selective leaching
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena
pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada
paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan
terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang
potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih
rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut.

Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan
sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan
menyebabkan paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.

Korosi logam Fe dan berubah menjadi oksidanya

4. Faktor yang Mempercepat Korosi

Proses korosi dapat mengalami percepatan karena ada berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Adapun faktor yang dapat mempercepat korosi adalah sebagai
berikut:
 Air dan Kelembapan Udara
Air merupakan salah satu faktor penting dalam proses korosi, tanpa air
tidak akan ada pelarutan logam yang menghasilkan ion logam dan elektron.
Sementara itu kelembapan udara yang tinggi menunjukkan kadar uap air yang
tinggi pula. Oleh karena itu tingkat kelembapan akan berpengaruh terhadap
proses korosi. Semakin lembap lingkungan, maka akan semakin mempercepat
proses korosi.

 Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit yang dapat mempercepat proses korosi yaitu asam dan
garam. Asam dan garam merupakan larutan elektrolit yang menjadi dapat media
paling baik dalam mempercepat terjadinya transfer muatan (elektron). Kondisi
tersebut akan memudahkan oksigen di udara dalam mengikat elektron. Contoh
dari larutan elektrolit alami yang dapat mempercepat terjadinya korosi
diantaranya air hujan dan air laut.

Pada air hujan banyak mengandung asam sehingga air hujan biasanya
menjadi faktor utama yang dapat menyebabkan korosi pada benda-benda di
sekitar rumah, seperi pagar rumah, atap rumah yang terbuat dari seng dan benda
lainnya. Sementara itu, air laut banyak mengandung garam sehingga menjadi
media yang baik untuk proses korosi pada kapal laut.

 Permukaan Logam yang tidak Rata


Permukaan logam yang tidak rata akan memudahkan air terperangkap
pada logam tersebut, sehingga molekul air akan mudah menempel pada
permukaan logam. Selain itu, permukaan logam yang tidak rata juga akan
memudahkan terbentuknya kutub-kutub muatan yang akan berperan sebagai
anoda dan katoda tempat terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi. Dengan
demikian, permukaan logam yang tidak rata akan mempercepat pembentukan
karat (memudahkan proses korosi).

Sebaliknya permukaan logam yang licin, rata, dan bersih akan


menyebabkan air sulit terperangkap, selain itu pada logam yang rata pun akan
sulit membentuk kutub-kutub muatan sebagai tempat terjadinya reaksi oksidasi
dan reduksi.

 Terbentuknya Sel Elektrokimia


Sel elektrokimia dapat terjadi secara langsung jika ada dua logam yang
memiliki beda potensial bersinggungan pada kondisi lingkungan yang berair atau
lembap. Logam yang memiliki nilai potensial standar reduksi lebih rendah akan
mudah mengalami oksidasi dengan oksigen di udara dan melepaskan elektron.

Kondisi tersebut akan menyebabkan logam yang memiliki potensial


reduksi standar lebih rendah akan mudah mengalami kerusakan atau korosi.
Sementara logam yang memiliki potensial reduksi standar lebih tinggi akan lebih
awet dan tahan lama dari kerusakan (korosi).

5. Cara Mencegah Korosi

Selain terdapat faktor yang dapat mempercepat korosi, proses korosi pun bisa
dicegah dengan beberapa cara. Upaya yang dilakukan merupakan proses pengendalian
agar kerusakan pada logam tidak mudah terjadi. Adapun cara pencegahan korosi adalah
sebagai berikut:

a) Metode Pelapisan
Metode pelapisan merupakan cara pencegahan korosi dengan mengendalikan
dan menghambat proses interaksi antara logam dengan faktor-faktor yang dapat
mempercepat korosi, seperti udara dan uap air. Metode pelapisan yang biasa dilakukan
diantaranya:

 Pengecatan: Dapat menghambat dan memperkecil peluang interaksi antara


logam dengan udara dan uap air. Pada pengecatan ini, logam akan dilapisi oleh
cat. Contoh dari penerapan metode ini diantaranya adalah pengecatan pagar
rumah, pengecatan beberapa bagian kapal, dan lainnya.

 Galvanisasi: Adalah proses perlindungan logam besi dan baja agar tidak
mengalami perkaratan dengan cara memberi lapisan seng. Pada proses
galvanisasi ini tidak membentuk oksida, melainkan seng akan berkorban menjadi
pelindung bagi besi. Hal ini dikarenakan logam seng lebih reaktif dari pada besi
sebagaimana nilai potensial reduksi standar berikut ini:

Zn2+ (aq) + 2e → Zn (s) E0 = -0,44 V

Fe2+ (aq) + 2e → Fe (s) E0 = -0,76 V

 Elektroplating: Merupakan metode pelapisan logam dengan logam lain melalu


prinsip elektrolisis.

 Pelapisan dengan pembentukan pasivasi: Proses ini dilakukan dengan cara


melapisi besi dengan logam krom atau timah. Logam krom dan timah akan
membentuk lapisan oksida yang memiliki sifat tahan terhadap karat atau sering
disebut dengan istilah pasivasi. Pasivasi sendiri merupakan proses pembentukan
lapisan permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi
sehingga dapat mencegah terjadinya korosi pada logam-logam yang mudah
mengalami korosi.

 Paduan logam: Paduan logam merupakan upaya pengendalian korosi dengan


cara memadukan atau mencampurkan logam satu dengan logam lainnya. Contoh
dari paduan logam diantaranya, perunggu yang merupakan paduan dari logam
tembaga dengan logam lain seperti timah, mangan, alumunium atau silikon.

b) Perlindungan Katodik
Perlindungan katodik merupakan metode pencegahan korosi yang sering
digunakan dalam mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa
air ledeng, pipa perusahaan pertamina, dan tanki penyimpan bahan bakar minyak
(BBM).

Logam yang memiliki sifat reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa
besi. Pada prosesnya, karena logam Mg merupakan reduktor dan lebih reaktif daripada
logam besi, maka Mg akan mengalami oksidasi terlebih dahulu. Namun jika semua
logam Mg sudah menjadi oksida maka lambat laun besinya pun akan mengalami korosi.
Oleh karena itu pada proses ini perlu penggantian logam Mg secara berkala agar besi
tetap terjaga dan tidak mengalami kerusakan atau korosi.

Berikut gambaran proses perlindungan katodik pada pipa besi dengan


menggunakan logam Magnesium):

sumber: Buku Mudah dan Aktif Belajar Kimia Kelas XII


c) Pemberian Inhibitor
Inhibitor merupakan zat kimia yang dapat ditambahkan pada suatu lingkungan
korosif untuk menghambat dan mengendalikan terjadinya proses korosi. Inhibitor
pencegah korosi ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

 Inhibitor Anodik: zat kimia yang ditambahkan untuk mengendalikan korosi


dengan cara menghambat proses pelepasan ion-ion logam ke dalam air (proses
pelarutan ion dalam air).

 Inhibitor Katodik: zat kimia yang dapat ditambahkan untuk menghambat dan
mengendalikan proses korosi (perkaratan) dengan cara menghambat salah satu
tahap pada proses katodik.

 Inhibitor Campuran: zat kimia yang ditambahkan untuk mengendalikan korosi


dengan cara menghambat proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Jadi
pada proses ini inhibitor ditambahkan pada anoda dan katoda.

 Inhibitor teradsorpsi: secara umum merupakan senyawa organik yang dapat


mengisolasi dan melindungi permukaan logam dari lingkungan korosif. Prinsip
kerja inhibitor teradsorpsi ini adalah dengan cara membentuk film tipis yang
teradsorpsi pada permukaan logam yang akan menghambat dan mengendalikan
korosi.

Anda mungkin juga menyukai