1. Pengertian korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang
tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi
yang paling lazim adalah perkaratan besi.
a. Uap air
Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor penting
untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air
(lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
b. Oksigen
Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya korosi.
Korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O 2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah
murni, melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata
dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara
atom logam dengan atom karbon (C).
Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen
dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi
sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin
banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak dengan permukaan logam, maka
semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.
c. Larutan Garam
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan
transfer muatan. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut banyak
mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan korosi yang utama.
d. Permukaan logam
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang
akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan
bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang
akan bertindak sebagai anode dan katode.
g. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara
umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik
partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks
semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek
korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-
perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat
gesekan atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).
i. Metalurgi
· Permukaan logam.
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan
memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam
yang kasar cenderung mengalami korosi.
· Efek galvanic coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain
yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic
Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat
perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada
permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada
permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.
j. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan
korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi
logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan
hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri
besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida.
a. Korosi Merata
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh
karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang
relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan
material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi
dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung,
antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive
maintenance).
b. Korosi Atmosfer
Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda padat khususnya metal
besi yang berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udara terbuka.
Jumlah zat pencemar di udara (debu, gas), butir-butir arang, oksida metal,
Suhu
Kelembapan kritis
Radiasi matahari
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat
pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan lapisan
pasif dipermukaannya, pada antar muka lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan pH,
sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif
pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi
terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur
patah mendadak.
Korosi pelarutan selektif ini menyangkut larutnya suatu komponen dari zat paduan yang
biasa disebut pelarutan selektif (Selective Dissolution) atau partino / de alloying. Zat
komponen yang larut selalu bersifat anodic terhadap komponen yang lain. Walaupun secara
visual tampak perubahan warna pada permukaaan paduan namun tidak tampak adanya
kehilangan materi berupa takik, perubahan dimensi, retak atau alur. Bentuk permukaan
tampaknya tetap tidak berubah termasuk tingkat kehalusan/kekasarannya. Namun sebenarnya
berat bagian yang terkena jenis karat ini menjadi berkurang, berpori-pori dan yang terpenting
adalah kehilangan sifat mekanisnya menjadi getas dan mempunyai kekuatan tarik sangat
rendah.
Karat ini biasa terjadi melalui struktur logam dalam dua macam :
Logam antara (unsur antara) unsur ini biasa bersifat anoda atau katoda terhadap
logam utama.
Senyawa (unsur-unsur bukan logam) unsur ini bersifat katoda terhadap ferit.
e. Korosi celah
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen. Mekanisme
terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam celah,
sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam
celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak, akibatnya permukaan logam
yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam
celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
f. Korosi Erosi
Korosi erosi ialah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh aliran
fluida yang sangat cepat. Korosi erosi dapat dibedakan pada 3 kondisi, yaitu :
Adanya produk korosi atau endapan lain yang dapat mengganggu aliran laminer
g. Korosi Retak
Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen) adalah
bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibatpengaruh lingkungannya.
Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan
klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap
nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif.
Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi
hidrogen kedalam kisi paduan.
h. Korosi Arus Liar
Korosi arus liar ialah merasuknya arus searah secara liar tidak disengajapada suatu konstruksi
baja, yang kemudian meninggalkannnya kembali menujusumber arus. Prinsip serangan karat
arus liar ini adalah merasuknya arus searahsecara liar tidak disengaja pada suatu konstruksi
baja, kemudianmeninggalkannnya kembali menuju sumber arus. Pada titik dimana arus
meninggalkan konstruksi, akan terjadi serangan karat yang cukup serius sehingga dapat
merusak konstruksi tersebut.
Seperti arus liarpada kereta apilistrik, yang melaju disamping atau berdekatan dengan pipaair
minum di dalam tanah yang terbuat dari baja bergalvanis atau bajaberlapis beton sebelah
dalam dan berbalut (wrapped) sebelah luar. Karatakan terjadi pada daerah keluarnya arus luar
yang berasal dari rel keretalistrik tersebut.
Seperti sel perlindungan katodik pada pipa bawah tanah. Arus berasal dari sumber arus listrik
searah menuju elektroda dan melalui tanah arus mengalir dari elektroda ke pipa sehingga
pipa menjadi katoda yang tidak berkarat. Selanjutnya arus kembali ke sumber (rectifier).
i. Korosi Intergranular
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat terjadinya
reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan karat
austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 – 815oC karbida krom
(Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %, didaerah
pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan karat
tersebut.
j. Selective Leaching
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan
salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan
tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi
pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya
lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan
larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut. Contoh lain
selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa
pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan
tersebut menjadi poros dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah
pada pipa.
Karat titik embun ini disebabkan oleh factor kelembaban yang menyebabkan titik embun
(dew point) atau kondensasi. Tanpa adanya unsur kelembaban relative, segala macam
kontaminan (zat pencemar) tidak akan atau sedikit sekali menyebabkan pengkaratan. Titik
embun ini sangat korosif terutama di daerah dekat pantai dimana banyak partikel air asin
yang terhembus dan mengenai permukaan metal, atau di daerah kawasan industry yang kaya
dengan zat pencemar udara.
Saat jarang jatuh hujan, maka zat pencemar di permukaan metal tidak terganggu, sehingga
sewaktu terjadi kondensasi di permukaan dengan factor cuaca yang relative dingin dan factor
kelembaban relative cukup tinggi ( di atas 80%), maka air embun tersebut tercampur dengan
zat pencemar yang ada menjadi larutan elektrolit yang sangat baik, sehingga mempercepat
proses pengkaratan atmosfer. Tingkat pengkaratan akan sangat ganas apabila di samping
keberadaan zat pengkarat (corrodent) yang tinggi, kelembaban yang tinggi juga suhu yang
bersifat cyclic (baik turun secara teratur).
Dengan suhu yang relative hangat dan terlarut di dalam embun yang cukup banyak maka
akan tercipta larutan asam belerang yang sangat reaksif.
Contoh, pada puncak cerobong suhu udara cukup rendah sehingga berada di bawah suhu
kondensasi (titik embun).
l. Korosi Regangan
Korosi ini terjadi karena pemberian tarikan atau kompresi yang melebihi batas ketentuannya.
Kegagalan ini sering disebut Retak Karat Regangan (RKR) atau stress corrosion cracking.
Sifat retak jenis ini sangat spontan (tiba-tiba terjadinya/spontaneous), regangan biasanya
bersifat internal yang disebabkan oleh perlakuan yang diterapkan seperti bentukan dingin
atau merupakan sisa hasil pengerjaan (residual) seperti pengelingan, pengepresan dan lain-
lain.
Untuk material kuningan jenis RKR disebut Season Cracking, dan pada material Low
Carbon Steel disebut Caustic Embrittlement (kerapuhan basa), karat ini terjadi sangat cepat
dalam ukuran menit, yakni jika semua persyaratan untuk terjadinya karat regangan ini telah
terpenuhi pada suatu moment tertentu yakni adanya regangan internal dan terciptanya kondisi
korosif yang berhubungan dengan konsentrasi zat karat (Corrodent) dan suhu lingkungan.
Zat penyebab karat dan kondisi lingkungan penyebab RKR pada berbagai sistem paduan.
Udara laut
Amine
Asam politionik
Metal alcohol
Contoh sebuah paku dimasukan dalam air asin/air laut maka paku tersebut akan berkarat
yang diawali dari bagian kepala dan bagian yang runcing. Bagian kepala dan bagian runcing
paku dibentuk secara paksa dengan sistem Cold Forming (pembentukan dingin). Di dalam
pengerjaan Cold Forming selalu dihasilkan regangan sisa, akibatnya bagian tersebut akan
menjadi anodic terhadap bagian paku lainnya apabila dihubungkan melalui elektrolit.
m. Korosi Galvanis
Korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam metal yang berbeda
potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana elektron mengalir
dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik),
akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif karena
kehilangan elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion negative yang berada
di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda
kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur-sumur karat (Surface Attack) atau
serangan karat permukaan.
Sel galvanic tidak berhubungan langsung walaupun keduanya berada di dalam elektrolit yang
sama (Open Circuit). Standar electromotive ini dapat berubah akibat pengaruh perubahan
suhu, perubahan konsentrasi zat-zat yang terlarut, kondisi permukaan elektroda,
kotoran/sampah pada elektroda dan lain-lain.
Contoh, suatu tube sheet atau sebuah alat penukar kalori (tube sheet terbuat dari karbon
steel/baja karbon) dan tubenya dari paduan tembaga (Aluminium bronze), kalau ditinjau pada
electromotive series jelas bahwa baja (ferrum) lebih tinggi letaknya daripada tembaga, jadi
baja dalam kondisi ini menjadi lebih anodic terhadap paduan tembaga, karenanya terjadilah
sel karat galvanic dan akibatnya tube sheet baja tersebut berkarat dan kehilangan metal pada
permukaannya.
Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique cracking)
dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen) adalah bentuk korosi
dimana material mengalami keretakan akibatpengaruh lingkungannya. Korosi retak tegang
terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis dilingkungan tertentu,
seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan
dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatik terjadi akibat
tegangan berulang dilingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidrogen terjadi
karena berlangsungnya difusi hidrogen kedalam kisi paduan.
Besi (II) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi atau oksida besi
(III) terhidrasi. Reaksinya :
Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0= + 1,23 volt
Anode : 2Fe2+ → 2Fe3+ + 2e- E0= - 0,77 volt
Reaksi sel : 2Fe2+ +½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O E0= + 0,46 volt
Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :
2Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+
Fe2O3.x H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H + yang dihasilkan dapat
mempercepat reaksi korosi selanjutnya. Ion Fe di dalam akan teroksidasi lagi
membentuk Fe2+ atau Fe3+ . Sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang ada
di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar
(SOx, NOx) yang dikenal dengan hujan asam.
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir
terbentuk Fe2O3.x(H2O).
Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses perkaratan, yaitu karat yang
dapat mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada umumnya logam-logam yang
mempunyai potensial elektroda negatif lebih mudah mengalami korosi. Logam mulia,
logam yang mempunyai potensial elektroda positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan
logam dalam deret potensial bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan korosi. Faktor
lain yang turut juga menentukan ialah lapisan pada permukaan logam. Alumunium dan
seng mudah dioksidasi dalam udara, akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang terbentuk
pada permukaan melindungi bagian bawahnya terhadap korosi selanjutnya.
Kedua logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang kurang sempurna di
udara jika dibandingkan dengan besi yang kurang aktif. Karat yang terbentuk di
permukaan besi merupakan lapisan tipis yang berpori sehingga bagian bawahnya mudah
mengalami korosi.
2. menurunnya efisiensi
Prinsip sederhananya adalah ”menutup” jalan masuk dan kontak antara permukaan besi dengan
air dan udara. Caranya bisa bermacam-macam, misal dengan cara pengecatan, dan melapisi besi
dengan bahan lain misal chrom, nekel (misal pada pelg roda sepeda kamu), penyepuhan atau
galvanisasi. Ada juga logam yang dibentuk dari campuran besi sedemikian rupa namun tetap
kuat yang disebut dengan STAINLESS STELL atau baja tahan karat, biasanya digunakan untuk
pisau, alat dapur atau alat-alat kedokteran/kesehatan. Cara lainnya adalah dengan apa ayang
disebut dengan PROTEKSI KATODIK, yaitu menlindungi benda
besi dari karat dengan menjadikannya benda itu sebagai KATODA, secara sederhana bisa
dijelaskan bahwa sebatang besi akan lebih mudah terkena karat dibandingkan tembaga, maka
dengan “menempelkan” besi pada sebuah tembaga, maka karat yang muncul akan “terserap”
menuju besi, bukannya tembaga. Cara ini biasanya digunakan untuk jalur pipa yang panjang,
menara tinggi, dan juga mulai dikembangkan dalam teknologi pencegah karat di kendaraan
mobil. misalnya menara menara antena, terbuat dari besi kan. Lalu kenapa mereka tidak bisa
berkarat? Itu disebabkan karena setiap beberapa waktu selalu di cat ulang, tidak menyisakan
tempat bagi udara dan air bertemu dengan permukaan besi membentuk karat.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak
dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan
korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain yang kurang aktif
(timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah.
Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.
3. Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi
dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).
4. Pengecatan.
Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat
yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi
terhadap korosi.
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan
air.
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik.
Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara
elektrolisis, yang disebuttin plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi,
lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah
ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal
itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang
dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode.
Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan,
sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah,
zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena
suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih
positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia
dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami
oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan
karat.
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang
mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis.
Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada
yang rusak.
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika
logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak.
Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut.
Secara periodik, batang magnesium harus diganti.