Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA KESETIMBANGAN HOMOGEN

DAN KESETIMBANGAN HETEROGEN

Diajukan untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Proses Industri Kimia II

Dosen Pembimbing : Dr. Suryati, ST., MT


Disusun Oleh:
Kelompok 2 (A3)

M Syarief Hidayatullah NIM. 180140083


Jely Anjelika NIM. 180140084
Tata Tirani NIM. 180140093
Ava Komala Sari NIM. 180140101
Monika Ramazela NIM. 180140108
Nuwika Ruhayvina NIM. 180140109
Sri Widia Santika NIM. 180140117

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah “Proses Industri
Kimia II” tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai Kesetimbangan
Homogen dan Heterogen.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapati kesulitan dan hambatan


akan tetapi dengan berbagai bantuan kami bisa mengatasi permasalahan dan
kesulitan dengan baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga
bantuan yang sudah diberikan dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna baik dari
bentuk penyusunan maupun dari materi yang kami sampaikan. Maka dari itu,
kritik dan saran pembaca kami butuhkan untuk memperbaiki makalah kami
selanjutnya. Semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat bagi kita dan
pembaca.

Lhokseumawe, 20 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................. 2

BAB . II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Kesetimbangan Kimia ..................................................................... 3
2.2 Kesetimbangan Homogen dan Heterogen.......................................................... 4
2.3 Faktor Pergeseran Reaksi Kesetimbangan ........................................................ 6

BAB. III APLIKASI DALAM INDUSTRI


3.1 Pembuatan Asam Sulfat ...................................................................................... 8
3.2 Pembuatan Amonia ........................................................................................... 11
3.2 Pembuatan Asam Nitra ...................................................................................... 16

BAB. IV PENUTUP
3.1Kesimpulan ......................................................................................................... 23
3.2Saran.................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 25


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya, istilah kesetimbangan berhubungan dengan ”keseimbangan
kimia” akan tetapi, keseimbangan ini merupakan keseimbangan Mekanik. Dalam
keseimbangan mekanik, jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol,
sehingga sebuah benda dikatakan kesetimbangan mekanik jika benda tersebut
tidak sedang mengalami perubahan dalam gerakannya (percepatannya sama
dengan nol). Ketika suatu reaksi kimia berlangsung dalam sebuah bejana yang
mencegah masuk atau keluarnya zat-zat yang terlibat dalam reaksi tersebut. Maka
besaran-besaran (kuantitas-kuantitas) dari komponen-komponen reaksi tersebut
berubah ketika beberapa komponen tersebut digunakan dan komponen lainnya
terbentuk.

Reaksi pembakaran bahan bakar bensin menghasilkan energi untuk


menjalankan kendaraan. Reaksi perkaratan logam (misal besi) terjadi karena
reaksi antara logam dengan oksigen di udara. Amoniak merupakan hasil industri
kimia yang sangat penting. Reaksi kesetimbangan nitrogen dan hidrogen pada
kondisi standar (STP) menghasilkan amoniak dengan kualitas yang kurang baik.
Produk amoniak dikembangkan dengan menggunakan suhu dan tekanan tinggi.
Pada dasarnya, istilah kesetimbangan berhubungan dengan apa yang kita sebut
”keseimbangan kimia” akan tetapi, keseimbangan ini merupakan keseimbangan
Mekanik. Ketika suatu reaksi kimia berlangsung dalam sebuah bejana yang
mencegah masuk atau keluarnya zat-zat yang terlibat dalam reaksi tersebut. Maka
besaran-besaran (kuantitas-kuantitas) dari komponen-komponen reaksi tersebut
berubah ketika beberapa komponen tersebut digunakan dan komponen lainnya
terbentuk. Setelah komposisinya tetap selama sistem tersebut tidak terganggu,
sehingga sistem tersebut kemudian di katakan berada dalam keadan
kesetimbangan atau lebih sederhana ”berada dalam kesetimbangan” dengan kata
lain, sebuah reaksi kimia berada dalam kesetimbanagan ketika tidak ada

1
kecenderungan kuantitas-kuantitas zat-zat peraksi dan zat hasil reaksi untuk
berubah. Dalam keseimbangan mekanik, jika resultan gaya (net force) pada suatu
benda sama dengan nol, sehingga sebuah benda dikatakan kesetimbangan
mekanik jika benda tersebut tidak sedang mengalami perubahan dalam
gerakannya (percepatannya sama dengan nol).

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
memperoleh hasil yang diinginkan, maka penyusun mengemukakan beberapa
rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah:

1. Bagaimana konsep keadaan kesetimbangan kimia ?


2. Apa perbedaaan kesetimbangan homogen dan heterogen ?
3. Apa saja penerapan kesetimbangan homogen dan heterogen ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat dari
penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk menjelaskan keadaan kesetimbangan kimia.


2. Untuk mengetahui perbedaan kesetimbangan homogen dan heterogen dalam
suatu reaksi kimia.
3. Untuk mengetahui mengetahui penerapan reaksi kesetimbangan di industry.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesetimbangan Kimia


Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan
yang teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu kimia telah mencapai
keadaan kesetimbangan maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan
sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam sistem. Meskipun demikian,
aktivitas molekul tetap berjalan, molekul-molekul reaktan berubah mnjadi produk
secara terus-menerus sambil molekul-molekul produk berubah menjadi reaktan
kembali dengan kecepatan yang sama.

SSedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja, kebanyakan
adalah reaksi dapat balik. Pada awal reaksi dapat balik, reaksi berjalan ke arah
pembentukan produk. Sesaat setelah produk tersebut, pembentukan reaktan
produk juga mulai berjalan. Jika kecepatan reaksi maju dan reaksi balik adalah
sama, dan dikatakan bahwa kesetimbangan kimia telah dicapai. Harus diingat
bahwa kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai
reaktan dan produk. Kesetimbangan antara dua fase zat-zat yang sama disebut
kesetimbangan fisika, perubahan yang terjadi adalah proses fisika. Dalam
peristiwa ini, molekul air yang meninggalkan fase cair adalah sama dengan
jumlah molekul yang kembali ke fase cair. Keadaan kesetimbangan kimia
diperlihatkan pada contoh dibawah ini :

Ag+ + Fe2+ ↔ Ag + Fe3+

Tanda panah kedua arah yang berlawanan menunjukkan bahwa reaksi dapat
dibalik atau terjadi reaksi yang setimbang. Saat keadaan setimbang, tidak akan
terjadi perubahan secara makrokopis, artinya perubahan yang dapat diamati atau
diukur, tetapi reaksi terus berlangsung dalam dua arah dengan kecepatan yang
sama. Jadi kesetimbangan kimia bersifat dinamis, jika ion Ag+ dan Fe2+
dicampur, laju perubahan Ag+ dan Fe2+ setiap saat selalu berubah.
Jadi, kesetimbangan reaksi disebut juga dengan kesetimbangan dinamis.
Kesetimbangan dinamis adalah pada keadaan-keadaan setimbang reaksi tidak
diam (statis), tetapi terjadi dua reaksi berlawanan arah yang mempunyai laju
reaksi sama. Pada keadaan tidak setimbang ini tidak terjadi lagi perubahan bersih
dalam sistem reaksi. Misalnya kesetimbangan dinamis yang diasumsikan dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti pada air yang dipanaskan dalam wadah tertutup
sampai air menguap. Pada saat air menguap, uap air tertahan pada permukaan
tutup wadah. Selanjutnya, uap air tersebut akan mengalami kondensasi,yaitu uap
air menjadi cair kembali, kemudian jatuh ke dalam wadah. Pada wadah tersebut
terjadi dua proses yang berlawanan arah, yaitu proses penguapan yang arahnya ke
atas dan proses kondensasi yang arahnya ke bawah. Pada saat tertentu laju proses
penguapan dan laju proses kondensasi akan sama. Hal itu dapat kita lihat volume
air dalam wadah tersebut adalah tetap. Keadaan seperti itu disebut kesetimbangan
dinamis.

2.2. Kesetimbangan Homogen dan Kesetimbangan Heterogen


Keadaan setimbang artinya bahwa reaksi yang dapat berlangsung dalam dua
arah atau dapat disebut juga reaksi reversibel, reaksi yang dapat balik, yang
artinya reaksi berlangsung dengan kecepatan yang sama, kecepatan ke arah kanan
(hasil reaksi) maupun ke arah kiri (pereaksi). Sedangkan reaksi yang tidak dapat
balik dinamakan reaksi irreversible. Contoh Reaksi Setimbang:

A+B⇄C+D
Persamaan kimia untuk reaksi kesetimbangan dinyatakan dengan dua arah
anak panah. Reaksi kesetimbangan ada dua jenis yaitu kesetimbangan homogen
dan kesetimbangan heterogen.

2.2.1 Kesetimbangan Homogen

Kesetimbangan homogen adalah suatu kesetimbangan yang hanya terdiri


atas satu fasa atau reaksi dalam dimana semua spesies pereaksi ada dalam fase
yang sama . Salah satu contoh kesetimbangan homogen yaitu :
H2O + I2 ↔ 2HI 2SO2 + O2 ↔ 2SO3

Gas A dan B bereaksi membentuk C dan D. Pada saat setimbang, kecepatan


reaksi pembentuk gas C dan D adalah sama dengan pembentukan gas A dan B.
Reaksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan:

A(g) + B(g) ↔ C(g) + D(g)

V1 adalah kecepatan reaksi pembentukan gas C dan D. V2 adalah kecepatan


reaksi pembentukan gas A dan B. Pada saat setimbang :

K = [ ][ ]

[ ][ ]

Harga K adalah tetap pada temperatur tertentu yang sama. Untuk reaksi
pada temperatur tetap, secara umum dinyatakan dengan persamaan:

mA + nB ↔ pC + qD

Kc = [C]p[D]q
[A]m[B]n

a. Hubungan Kp dan Kc
Persamaan keadaan gas ideal dapat ditulis sebagai berikut :
P = n . RT
v
Karena ( n/V ) = konsentrasi (C), maka P = CRT
Untuk reaksi A(g) + B(g) ↔ C(g) + D(g)

Harga Kp menjadi: Kp = Kc x (RT)∆n

b. Prinsip Le Chatelier
Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, pada tahun 1884, Henri Le
Chatelier, menemukan bahwa ”jika reaksi kimia yang setimbang menerima
perubahaan keadaan (menerima aksi dari luar), reaksi tersebut akan menuju
pada kesetimbangan baru dengan suatu pergeseran tertentu untuk mengatasi
perubahan yang diterima (melakukan reaksi sebagai respon terhadap perubahan
yang diterima)”.

2.2.2 Kesetimbangan Heterogen


Sistem kesetimbangan heterogen adalah suatu sistem kesetimbangan yang
komponen zatnya mempunyai fasa berbeda atau lebih dari satu. Contoh :

CaCO3(p) ↔ CaO(p) + CO2(g)

2BaO2(g) ↔ 2BaO(p) + O2(g)

2.3 Faktor Pergeseran Reaksi Kesetimbangan


Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi kesetimbangan yaitu:

2.3.1 Pengaruh Konsentrasi


Jika konsentrasinya diperbesar pada salah satu zat maka reaksi bergeser
dari arah zat tersebut, sedangkan bila konsentrasinya diperkecil maka reaksi akan
bergeser ke arah zat tersebut.

2.3.2 Pengaruh Tekanan dan Volume


Perubahan tekanan hanya berpengaruh pada sistem gas, berdasarkan
hukum boyle bila tekanan gas diperbesar maka volumenya diperkecil, sedangkan
bila tekanan gas diperkecil maka volume gas diperbesar, berdasarkan persamaan
gas ideal :

PV = nRT

Hal ini bahwa tekanan berbanding lurus dengan jumlah mol gas. jika mol
gas bertambah maka tekanan akan membesar, sebaliknya bila jumlah mol gas
berkurang maka tekanan akan menjadi kecil. Dengan demikian jika tekanan
diperbesar maka reaksi akan bergeser ke arah jumlah mol gas yang lebih kecil
dan juga sebaliknya. Conto :
2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g)
Pada temperatur tetap, apabila tekanan dinaikkan, kesetimbangan akan
bergeseer ke arah hasil reaksi sehingga volume akan berkurang dan mengurangi
kenaikan tekanan. Bila tekanan diturunkan kesetimbangan bergeser ke arah
pereaksi atau ke arah jumlah molekul yang banyak.

2.3.3 Pengaruh Suhu


Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke arah reaksi endoterm,
sedangkan jika suhu diturunkan maka reaksi akan bergeser ke arah eksoterm.
Contoh :
N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g) H= - 92 kJ

Bila suhu diubah dari 500° menjadi 1200° maka kesetimbangan ke arah
endoterm atau ke kiri.

2.3.4 Katalis
Katalis hanya berfungsi untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan
kimia. Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan
reaksi maju dan reaksi balik dengan sam kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah
kuantitas relatif yang ada dalam kesetimbangan, nilai tetapan kesetimbangan
tidaklah berubah. Katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan
reaksi balik.
BAB III
APLIKASI DALAM INDUSTRI

3.1 Pembuatan Asam Sulfat atau Proses Kontak


Proses kontak merupakan metode industri modern menghasilkan asam
sulfat. Secara sederhana sulfur dioksida dan oksigen, melewati katalis panas,
bersatu untuk membentuk sulfur trioksida, yang pada gilirannya menggabungkan
dengan air untuk membuat asam sulfat. Semakin sederhana tipe proses kontak
menggunakan belerang yang terbakar, menggunakan belerang sebagai bahan
baku. Sulfur cair dibakar untuk membentuk sulfur dioksida, yang didinginkan,
kemudian dioksidasi, biasanya bahan mengandung silika berpori diresapi dengan
vanadium pentoksida dan senyawa kalium, membentuk sulfur trioksida pada
suhu yang cukup tinggi.
Jenis lain dari proses kontak menghasilkan sulfur dioksida, bahan sulfur-
bearing, seperti pirit. Pendinginan gas diperlukan untuk menghilangkan kotoran
dan untuk menyingkat dan menghapus bagian dari uap air, yang akan
mencairkan produk asam. Gas sulfur dioksida kemudian dikeringkan dengan
asam sulfat pekat. Sebagai hasil dari pemurnian, gas dalam proses ini dingin,
bukan panas seperti pada tanaman sulfur pembakaran, dan harus dipanaskan
sampai suhu di mana katalis mulai berfungsi. Beberapa kegunaan asam sulfat
sebagai berikut.
1. Sebagai bahan dasar pada industri cat, plastik, aki, tekstil, dan bahan
peledak.
2. Digunakan pada proses pemurnian minyak tanah.
3. Sebagai bahan dasar pupuk amonium sulfat (ZA) dan asam fosfat (H3PO4).
4. Untuk menghilangkan karat besi pada baja sebelum dilapisi seng atau
timah.
Asam sulfat juga digunakan pada industri baja untuk menghilangkan karat
besi sebelum baja dilapisi timah atau seng. Pada pembuatan zat warna, obat-
obatan; pada proses pemurnian logam dengan cara elektrolisis pada industri
tekstil, cat, plastik, akumulator, bahan peledak, dan lain-lain.
3.1.1 Bahan Baku Pembuatan Asam Sulfat
A. Katalis
Fungsi katalis dalam setiap reaksi katalitik adalah meningkatkan laju reaksi.
Katalis konversi sulfur dioksida ini biasanya terdiri dari tanah diatomea , yang
disusupi dengan lebih dari 7 % V2O5 katalis komersial mengandung garam
kalium (sulfat , pirosulfat dan sebagainya) disamping V2O5. Pada suhu operasi
pewaris aktif ialah garam lebur yang terdapat pori – pori pelet silika. Katalisator
yang dapat digunakan untuk reaksi pembentukan belerang trioksida antara lain Pt,
V2O5, Fe2O3, Cr2O3, Mn2O3 dan Mn3O4. Katalisator yang baik adalah Pt dan
V2O5, tapi yang paling banyak dipakai adalah Vanadium Pentaoksida, karena:

1. V2O5 lebih murah harganya.


2. Pt lebih sensitif terhadap racun.
3. V2O5 daya tahannya terhadap suhu tinggi lebih baik.
4. Konversi relatif lebih tinggi.

B. Sulfur
Belerang merupakan salah satu bahan dasar yang paling penting dalam
industri pengolahan kimia . Bahan ini terdapat di alam dalam wujud bebas dan
dalam keadaan senyawa pada bijih – bijih seperti pirit (FeS2), Sfalerit (ZnS) dan
Kalkopirit (CuFeS2). Bahan ini juga terdapat di dalam minyak dan gas bumi
(sebagai H2S). Penggunaannya yang terbesar adalah dalam pembuatan asam
sulfat. Sifat-sifat kimia sulfur yaitu dengan udara membentuk sulfur dioksida
reaksinya S + O2 → SO2. Dengan asam klorida dan katalis Fe akan menghasilkan
hidrogen sulfida.

C. Udara
1. Fase : gas
2. Komposisi : 20,9% O2 ; 79,1% N2
3. Kapasitas panas : 7,035 cal/gmol °C (32°C)
4. Berat molekul : 28,84 g/gmol
5. Berat jenis : 1,5.10-3 gr/cc (25°C)
D. Air Proses (H2O)

1. Fase : cair
2. Berat molekul : 18 g/gmol
3. Berat jenis : 1 gr/cc (25°C)
4. Kekentalan : 1 cp (25°C)

3.1.2 Diagram Alir Pembuatan Asam Sulfat / Proses Kontak

Gambar 3.1.2 Tahapan Pembuatan Asam Sulfat

Gambar 3.1.3 Diagram Alir

10
3.1.3 Uraian Proses Pembuatan Asam Sulfat / Proses Kontak
Salah satu cara pembuatan asam sulfat melalui proses industri dengan
produk yang cukup besar adalah dengan proses kontak. Bahan yang digunakan
pada proses ini adalah belerang dan melalui proses berikut.

1. Belerang dibakar di udara, sehingga bereaksi dengan oksigen dan


menghasilkan gas belerang dioksida. S(s) + O2(g) → SO2(g)
2. Belerang dioksida direaksikan dengan oksigen dan dihasilkan belerang
trioksida. SO2(g) + ½ O2(g) D SO3(g)
3. Reaksi ini berlangsung lambat, maka dipercepat dengan katalis vanadium
pentaoksida (V2O5) pada suhu ± 450 °C.
4. SO3 yang dihasilkan, kemudian dipisahkan, dan direaksikan dengan air
untuk menghasilkan asam sulfat. SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)
5. Reaksi tersebut berlangsung dan menghasilkan asam sulfat yang sangat
korosif. Untuk mengatasi hal ini, gas SO3 dialirkan melalui menara yang di
dalamnya terdapat aliran H2SO4 pekat, sehingga terbentuk asam pirosulfat
(H2S2O7) atau disebut “oleum”. Asam pirosulfat direaksikan dengan air
sampai menghasilkan asam sulfat.

SO3(g) + H2SO4(g) → H2S2O7(aq)

H2S2O7(aq) + H2O(l) → 2H2SO4(l)

3.2 Pembuatan Amonia atau Proses Haber


Pada tahun Fritz Haber (1868–1934) dari Jerman adalah orang yang
mula-mula berhasil mensintesis amonia dari gas-gas nitrogen dan hidrogen,
sehingga ia mendapat hadiah Nobel tahun 1918. Proses pembuatan amonia ini
lalu disempurnakan oleh rekan senegaranya, Karl Bosch (1874–1940), yang
juga meraih hadiah Nobel tahun 1931. Itulah sebabnya proses pembuatan amonia
dikenal sebagai proses Haber-Bosch.
Unsur nitrogen terdapat di atmosfer dan menyusun sebanyak 78% dari
volumenya, tetapi karena kelembaman nitrogen, senyawa-senyawa nitrogen tidak
banyak terdapat di alam. Metode untuk menyintesis senyawa-senyawa nitrogen
yang dikenal sebagai fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses industri yang
sangat penting. Metode utama adalah mereaksikan nitrogen dan hidrogen
membentuk amonia. Amonia selanjutnya diubah menjadi senyawa nitrogen
lainnya, seperti asam nitrat dan garam nitrat. Pupuk urea (CO(NH2)2)
merupakan bahan kimia yang terbentuk melalui reaksi NH3 dengan CO2.

Amonia juga digunakan dalam pembuatan bermacam-macam monomer


yang mengandung nitrogen untuk industri nilon, polimer-polimer akrilat, dan
busa poliutretan. Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang
menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah
suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat
lambat pada suhu rendah. Dipihak lain, karena reaksi ke kanan eksoterm,
penambahan suhu akan mengurangi rendemen. Usaha untuk meningkatkan
jumlah dengan kecepatan yang cukup dilakukan dengan mengatur tekanan dan
suhu dan menambahkan katalisator. Untuk proses yang optimal didapat dengan
mengatur suhu sebesar 500ºC dan dengan tekanan 350 atm, dengan kondisi ini
didapatkan produk amoniak sebesar 30%.

Proses Haber-Bosch merupakan proses yang cukup penting dalam dunia


industri, sebab amonia merupakan bahan utama dalam pembuatan berbagai
barang, misalnya pupuk urea, asam nitrat, dan senyawa-senyawa nitrogen
lainnya. Amonia juga sering dipakai sebagai pelarut, karena kepolaran amonia
cair hampir menyamai kepolaran air.

3.2.1 Kondisi Optimum Pembuatan Amonia

Kondisi
No Faktor Reaksi : N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H= -
Optimum
924 kJ
1. Reaksi bersifat eksoterm
2. Suhu rendah akan menggeser
1. Suhu 400-
kesetimbangan kekanan.
600oC
3. Kendala:Reaksi berjalan lambat
1. Jumlah mol pereaksi lebih besar dibanding
dengan jumlah mol produk.

2. Memperbesar tekanan akan menggeser


2. Tekan kesetimbangan kekanan. 150-300
an atm
3. Kendala Tekanan sistem dibatasi oleh
kemampuan alat dan faktor keselamatan.

Pengambilan NH3 secara terus menerus akan


3. Konsentra si _
menggeser kesetimbangan kearah kanan
Fe
Katalis tidak menggeser kesetimbangan dengan
4. Katalis kekanan, tetapi mempercepat laju reaksi secara campuran
keseluruhan Al2O3
KOH
dan garam
lainnya

3.2.2 Diagram Alir Pembuatan Amonia / Proses Haber

Gambar 3.2.2 Diagram Alir.


3.2.3 Uraian Proses Pembuatan Amonia / Proses Haber
a. Feed Treating Unit

Gas Alam yang masih mengandung kotoran (impurities), terutama


senyawa belerang sebelum masuk ke Reforming Unit harus dibersihkan dahulu di
unit ini, agar tidak menimbulkan keracunan pada katalisator di Reforming Unit.
Untuk menghilangkan senyawa belerang yang terkandung dalam gas alam, maka
gas alam tersebut dilewatkan dalam suatu bejana yang disebut Desulfurizer. Gas
alam yang bebas sulfur ini selanjutnya dikirim ke Reforming Unit.

b. Reforming Unit
Di reforming unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan uap air,
dipanaskan, kemudian direaksikan di Primary Reformer, hasil reaksi yang berupa
gas-gas hidrogen dan carbon dioxide dikirim ke Secondary Reformer dan
direaksikan dengan udara sehingga dihasilkan gas-gas sebagai berikut :

1. Hidrogen.
2. Nitrogen.
3. Karbon Dioksida Gas gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit purifikasi dan
Methanasi untuk dipisahkan gas karbon dioksidanya.

c. Purifikasi & Metanasi


Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi Reforming Unit
dipisahkan dahulu di Unit Purification, Karbon Dioksida yang telah dipisahkan
dikirim sebagai bahan baku Pabrik Urea. Sisa karbon dioksida yang terbawa
dalam gas proses, akan menimbulkan racun pada katalisator ammonia converter,
oleh karena itu sebelum gas proses ini dikirim ke Unit Synloop & Refrigeration
terlebih dahulu masuk ke Methanator.

d. Compression Synloop & Refrigeration Unit Gas


Proses yang keluar dari Methanator dengan perbandingan gas hidrogen :
nitrogen = 3 : 1, ditekan atau dimampatkan untuk mencapai tekanan yang
diinginkan oleh Ammonia Converter agar terjadi reaksi pembentukan, uap ini
kemudian masuk ke Unit Refrigerasi sehingga didapatkan amonia dalam fasa cair
yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan Urea. Hasil / produk
pada proses di atas adalah amonia cair yang beserta karbon dioksida digunakan
sebagai bahan baku pembuatan Urea. Reaksi pembuatan amonia merupakan reaksi
eksoterm, sehingga untuk menghasilkan amonia dalam jumlah besar, maka reaksi
tersebut harus dilakukan pada suhu yang rendah. Akan tetapi, pada suhu rendah
reaksi akan berlangsung lambat. Oleh karena itu, untuk mengimbanginya, maka
reaksi dalam pembuatan amonia dilakukan pada suhu tinggi (sekitar 500°C) dan
tekanan yang tinggi (200 – 400 atm). Suhu dan tekanan tersebut memungkinkan
reaksi pembuatan amonia dapat berlangsung cepat dan amonia yang dihasilkannya
dalam jumlah besar (reaksi bergeser ke kanan). Jadi, berdasarkan uraian di atas,
maka pada reaksi kesetimbangan dalam pembuatan amonia, suhu yang tinggi dan
katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi, sedangkan tekanan yang tinggi
berfungsi untuk menggeser reaksi ke arah hasil reaksi (dalam hal ini amonia).

Berikut tahapan beserta reaksi yang terjadi pada proses Haber-Bosch.


1. Tahapan pertama dalam proses Haber-Bosch menghilangkan senyawa
belerang dari bahan baku ammonia. Belerang perlu dipisahkan karena
bersifat antikatalis pada tahpan berikutnya. Penghapusan belerang dilakukan
degan hidrogenasi (menambahkan hidrogen) sehingga menghasilkan asam
sulfida.

H2 + RSH → RH + H2S

2. Asam sulfida yang terjadi kemudian diserap dan dihilangkan dengan


mengalirkannya melalui oksida dari logam seng sehingga terbentuk
senyawa Seng Sulfida (ZnS) dan uap air.

H2S + ZnO → ZnS + H2O

3. Setelah dihilangkan kandungan belerangnya senyawa karbon kemudian


direaksikan dengan katalis untuk menghasilkan senyawa karbon dioksidan
dan gas hidrogen.
4. Langkah berikutnya adalah mengkonversi CO menjadi hidrogen (dihasilkan
hidrogen lebih banyak) dan gas sisa karbondioksida

CO + H2O → CO2 + H2

5. Karbon Dioksida kemudian dipisahkan dengan penyerapan dalam larutan


etanolamin atau dengan penyerapan media absorbsi pada lainnya.

6. Langkah terakhir dalam memproduksi hidrogen adalah menggunakan katalis


methanation untuk menghilangkan residu karbon monoksida dan
karbondioksida yang masih tertinggal dalam hidrogen.

7. Untuk dapat menghasilkan amonia sebagai produk akhir, hidrogen yang


sudah dihasilkan kemudian direaksikan dengan nitrogen yang berasal dari
udara bebas menghasilkan amonia cair. Tahapan ini dikenal dengan loop
sintesis amonia yang juga dikenal dengan proses Haber-Bosch.

3H2 + N2 ↔ 2NH3

Reaksi di atas bersifat reversibel sehingga berdasarkan prinsip Le Chatelier,


kondisi tekan tinggi dan tempertur rendah diperlukan untuk mengarahkan reaksi
agar bergerak ke kanan (arah hasil amonia). pada temperatur rendah sebenarnya
dapat menghasilkan persentase pembentukan NH3 yang tinggi tetapi reaksi
tersebut berlangsung sangat lambat untuk dapat mencapai kesetimbangan. Oleh
karena itu dalam proses pemubatan aminia diperlukan adanya katalis. Pada
praktiknya, kondisi yang digunakan dalam proses Haber-Bosch adalah pada
tekanan 200 atm dan temperatur 380 – 460 º C dengan menggunakan katalis ion
besi (Fe3O4 dicampur dengan KOH) atau osmium.

3.3 Pembuatan Asam Nitrat


Asam nitrat (HNO3) adalah sejenis cairan korosif yang tak berwarna, dan
merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar. Larutan asam
nitrat dengan kandungan asam nitrat lebih dari 86% disebut sebagai asam nitrat
berasap, dan dapat dibagi menjadi dua jenis asam, yaitu asam nitrat berasap putih
dan asam nitrat berasap merah. Asam nitrat murni (100%) merupakan cairan tak
berwarna dengan berat jenis 1.522 kg/m³. Ia membeku pada suhu -42 °C,
membentuk kristal-kristal putih, dan mendidih pada 83 °C. Ketika mendidih pada
suhu kamar, terdapat dekomposisi (penguraian) sebagian dengan pembentukan
nitrogen dioksida sesudah reaksi:

4HNO3 → 2H2O + 4NO2 + O2 (72°C)

yang berarti bahwa asam nitrat anhidrat sebaiknya disimpan di bawah 0 °C untuk
menghindari penguraian. Nitrogen dioksida (NO2) tetap larut dalam asam nitrat
yang membuatnya berwarna kuning, atau merah pada suhu yang lebih tinggi.

Asam nitrat memiliki tetapan disosiasi asam (pKa) 1,4: dalam larutan akuatik,
asam nitrat hampir sepenuhnya (93% pada 0.1 mol/L) terionisasi menjadi ion
nitrat NO3 dan proton terhidrasi yang dikenal sebagai ion hidronium, H3O+.

HNO3 + H2O → H3O+ + NO3-

3.3.1 Proses Pembuatan Asam Sitrat


1. Oksidasi NH3 dengan udara

Proses pembuatan asam nitrat di industri dipelopori oleh Oswald (1901)


dengan mengkonversi ammonia menjadi asam nitrat dengan membakar ammonia
ditambah dengan katalis platina. Pada proses ini dibutuhkan suhu tinggi, NH3
dengan penambahan katalis diubah menjadi NO, yang kemudian didinginkan dan
dioksidasi oleh udara menghasilkan NO2. Nitrogen dioksida bereaksi dengan
H2O untuk memproduksi HNO3 dan sedikit NO. NO diproduksi pada tahap 3
kemudian direcycle ke tahap 2.

4NH3 (g) + 5O2 → 4NO(g) + 6H2O(g)

2NO(g) + O2(g) → 2NO2(g)

3NO2(g) + H2O(l) → 2 HNO3- + NO(g)


Udara dikompresikan menjadi 6,8 atm, disaring dan di panaskan
menjadi 300oC. Amonia diuapkan dalam penguap steam dan selanjutnya
dicampurkan dengan udara yang sudah dikompresi. Campuran antara udara dan
Amonia dimasukan ke dalam reaktor yang berisi katalisator Platina 2- 10%. Pada
reaksi ini konversi reaksi bahan untuk menjadi produk adalah 93 – 95%. Dari
reaktor akan di hasilkan Nitric Oksode (NO). Hasil Nitric Okside kemudian
direaksikan dengan oksigen supaya terbentuk Asam Nitrat yang
konsentrasinya 65%. Untuk memekatkan hasil, gas NO2 diserap dengan
menggunakan H2SO4 dalam absorber. Hasil akhir penyerapan berupa Asam
Nitrat dengan kadar 95%. Berikut cara kerja oksida NH3 dengan udara:

1. Udara tekan 100 psig melalui kompresor (dingin) menyerap panas dari
preheater dialirkan bersama-sama dengan NH3 gas ke dalam converter.

2. Suhu operasi = 900 oC dengan Katalisator Pt - Rh.

3. Gas panas segera dialirkan kedalam preheater untuk didinginkan dengan


menggunakan udara dingin dari kompresor. Selanjutnya dialirkan ke dalam
heater. Sisa panas dimanfaatkan oleh Wh.B. untuk steam dan akhirnya
untuk menguapkan NH3 di dalam evaporator. H2O di dalam tangki absorber
menghasilkan HNO3 60%.

4. Bila HNO3 berwarna coklat berarti NO2 lebih besar, dapat direduksi dengan
udara Bentuk Konverter dan Prinsip Kerjanya

- Campuran NH3 dan udara masuk dari puncak converter, turun kebawah
melalui lapisan katalisator. Gas hasil didinginkan dengan udara dingin dan
keluar gas outlet.

- Pada waktu starting penyalaan permulaan dengan nyala H2 melalui H


sampai suhu reaksi, lalu dimatikan

a. Pemekatan HNO3
- Larutan HNO3 dengan kadar 60% merupakan campuran azeotrop,
sehingga penyulingan hanya dapat dilakukan sampai kadar 68%.

- Dalam industri dibutuhkan HNO3 pekat, maka salah satu cara ialah
dengan pemekatan menggunakan H2SO4 pekat (karena mudah menyerap air)
yang dipanaskan dengan uap secara langsung atau tidak langsung.

2. Proses Retort
Dari Chili Salpoter direaksikan dengan H2SO4 menghasilkan HNO3. Cari
ini tidak digunakan lagi karena biaya pemeliharaan dan perbaikan alat sangat
mahal dan kurang efisien meskipun investasinya kecil. Reaksi :

NaNO3 + H2SO4 NaHSO4 + HNO3

Bahan baku Natrium Nitrat dan Asam Sulfat masuk reaktor tangki
berpengaduk. Reaktor di panaskan secara isotermal pada suhu 150oC selama
10 jam. Konversi pembentukan asam Nitrat adalah 97%.Selama waktu itu
NO2 dan air akan teruapkan. Uap Asam Nitrat di lewatkan di kondensor
parsial, kemudian di pisahkan antara gas dan cairanya dalam separator.
Cairan Asam Nitrat di dinginkan dengan menggunakan Cooler dan selanjutnya
di simpan sebagai hasil Asam Nitrat. Konsentarsi hasil adalah sebesar 90%.
Gas yang tidak terembunkan diserap dengan menggunakan air pada absorber.
Hasil bawah menghasilkan kadar Asam Nitrat 43%. Hasil samping reaktor berupa
campuran ”either cake”. Bahan ini dapat di jual pada industri baja dan dapat juga
di pakai sebagai bahan baku Asam Klorida bila di reaksikan dengan garam NaCl.
Cara kerja proses retort:

Natrium nitrat (NaNO3) padat dari gudang (G-1) dengan belt conveyor
(BE–1), selanjutnya dilewatkan Screw conveyor (SC-1) dan masuk ke rotary drier
(RD) untuk mengurangi kadar air. Suhu masuk rotary drier RD = 35oC dan keluar
pada 100oC, Selanjutnya dengan belt conveyor (BC–2) dan bucket elevator
(BE–1),Natrium nitrat diumpankan ke reaktor (R–1). Asam sulfat (H2SO4) 66oBe
(93%) dari tangki penyimpan (T–1) dipompa dan dilewatkan pemanas (HE–1)
untuk pemanasan pendahuluan dari 35oC menjadi 60oC dan kemudian masuk ke
reaktor (R–1).

Reaktor di panaskan dengan saturated steam pada suhu 200oF secara


isothermal, kondisi operasi reaktor pada 150oC (302oF), selama 10 jam. Gas hasil
reaksi dalam reaktor pada keadaan lewat jenuh dilewatkan (HE–1) untuk
didinginkan, dan dialirkan ke kondensor (CD–1) dengan menggunakan bowler

(B-3). Pada suhu 95oC dalam tekanan 1 atm, sebagian gas hasil reaksi akan
mengembun dan sebagian lagi tidak. Gas dan cairan ini selanjutnya dimasukan ke
sparator (S–1), dipisahkan antara gas dan cairan. Cairan dari sparator (S–1)
selanjutnya didinginkan dengan (HE-2) sampai suhu 40oC, kemudian masuk
dalam accumulator (AC–1), konentrasi asam nitrat hasil 76%. Gas yang tidak
terembun pada kondensor (CD–1) didinginkan dengan pendingin (HE–2)
menjadi 40oC dan di serap dengan air (H2O) pada 40oC dalam absorber (AB–1).
Pada absorber 1 terjadi absorbsi gas dengan reaksi kimia. Menara absorber
(AB–1) er pa menara “B le p” an erkerja pa a tekanan 1 Atm. Hasil arbsorbsi
berupa asam nitrat dengan kadar 65% yang selanjutnya dimasukan ke
accumulator (AC–1). Pada accumulator (AC–2) yang ditambahkan asam nitrat
dari hasil (AC–1) dengan kosentrasi 68% untuk menaikan konsentrasi hasil.
Selanjutnaya asam nitrat dipompakan ke tangki penyimpan T – 2. Hasil
samping berupa campuran antara NaHSO4, Na2SO4, NaCl yang berbentuk
slurry encer dipompa dan disimpan pada tangki T – 3.

20
Gambar 3.3.1 Diagram Alir Kuantitatif

21
Gambar 3.3.2 Diagram Alir Kuantitatif

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kesetimbangan kimia adalah reaksi yang terbentuk bila laju reaksi sama
besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring
berjalannya waktu. Berdasarkan wujud zat-zat dalam keadaan setimbang,
kesetimbangan kimia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu, Kesetimbangan
homogeny dan Kesetimbangan heterogen

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan antar


lain:

a. Pengaruh konsentrasi
b. Pengaruh suhu
c. Pengaruh tekanan
d. Pengaruh volume
e. Pengaruh katalis

3. Proses kontak merupakan metode industri modern menghasilkan asam


sulfat.

4. Proses Haber-Bosch merupakan proses yang cukup penting dalam dunia


industri, sebab amonia merupakan bahan utama dalam pembuatan berbagai
barang, misalnya pupuk urea, asam nitrat, dan senyawa-senyawa nitrogen
lainnya. Amonia juga sering dipakai sebagai pelarut, karena kepolaran
amonia cair hampir menyamai kepolaran air.

4.2 Saran

Demikianlah makalah kami tentang kesetimbangan kimia, semoga


makalah ini bisa bermanfaat bagi kita dan dapat menambah wawasan

23
keilmuan kita. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami sehingga makalah kami ini bisa selesai.
DAFTAR PUSTAKA

Budhijanto, Bahan Kuliah 1 Proses Industri Kimia. - Kobe, K.A., 1957, Inorganic

Process Industries, The MacMillan Company, New York.

Budianto. (n.d.). budhii. Retrieved 09 27, 2015, from http://www.budhi i.web.id /

2014/11/pembuatanamonia-dengan-proses-haber-bosch.html.

Junaidi, Robert, dkk. 2013. Modul Kimia Fisika.Palembang : Politeknik Negeri

Sriwijaya.

http://andellaforester.blogspot.com

Proses Kontak, diakses tanggal 4 September 2015, pukul 13.01 WIB - www.
petrokimia- gresik.com, Produksi Asam Sulfat, diakses tanggal 20
Februari 2020, pukul 11.54 WIB

http://velahumaira.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai