Anda di halaman 1dari 11

BAB III

TEORI DASAR

3.1 Definisi Emas


Emas merupakan unsur kimia dengan simbol Au bernomor atom 79 yang
terdapat dalam tabel periodik. Emas adalah logam dengan sifat yang mudah
ditempat dan lunak serta mempunyai kandungan logam lain yang berpadu
dengan emas. Emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue
minerals). Mineral-mineral tersebut umumnya seperti karbonat, turmalin, kuarsa
dan sejumlah kecil mineral non logam. Emas melebur dalam bentuk cair pada
suhu kurang lebih 1000°C. Emas berasosasi pula dengan endapan sulfida yang
teroksidasi.

Sumber : Fhardi Suganda, 2015


Foto 3.1
Bijih Emas

3.2 Keterbentukan Emas


Emas berasal dari proses magmatisme di permukaan. Namun sebagian
emas dapat terbentuk dari metasomatisme kontak dan hidrothermal. Disisi lain
emas terkonsentrasi secara mekanis sehingga menghasilkan endapan placer.
Berdasarkan genesa emas, endapan emas terbentuk menjadi dua tipe sebagai
berikut :
1. Endapan Primer
Biasanya emas dijumpai dalam bentuk logam yang tersisipkan didalam
rekahan batuan kuarsa maupun dalam bentuk akibat proses magmatisme.

13
14

Beberapa endapan dapat terbentuk dari proses metasomatisme kontak dan


larutan hidrotermal. Emas dengan endapan primer memiliki bentuk sebaran
berupa urat (vein) pada batuan beku, kaya besi tinggi dan berasosiasi
dengan urat kuarsa.
2. Endapan Placer
Emas dapat ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang disebabkan oleh
proses pelapukan pada batuan induk yang didalamnya mengandung emas.
Pelapukan tersebut dibantu oleh media berupa sungai, dimana aliran sungai
akan mengikis batuan yang mengandung emas, kemudian akan
tertransportasikan melalui sungai dan terakumulasi di suatu tempat. Dengan
kata lain pengkonsentrasian dilakukan secara mekanis dengan cara
sedimentasi dan menghasilkan endapan emas aluvial (endapan placer).

3.3 Tahapan Pengolahan Bijih Emas


Emas umumnya diekstraksi melalui proses sianidasi dan amalgamasi.
Akan tetapi, proses tersebut memiliki dampak yang berbahaya terhadap
kesehatan maupun lingkungan sekitar, sehingga semakin jarang proses tersebut
diterapkan. Pengolahan bijih emas untuk menjadi bullion (emas murni berwujud
batang atau koin), dilakukan dengan beberapa tahapan meliputi :
1. Kominusi
Proses pengolahan bijih emas dimulai pada tahap kominusi atau pengecilan
ukuran yang dibantu oleh alat crushing atau peremuk serta grinding atau
penggiling. Tujuan dari kominusi yaitu membebaskan (meliberasi) emas dari
ikatan mineral lain (pengotor) yang terdapat dalam suatu bijih.
2. Pelindian
Proses pelindian atau leaching yang dibantu dengan leaching agent
menggunakan NaCN (Natrium Sianida). Tujuan dari pelindian yaitu untuk
melarutkan unsur emas secara selektif serta perak yang terkandung didalam
suatu bijih. Adapun reaksi yang akan berlangsung dalam proses pelindian
yaitu sebagai berikut :
4Au + 8NaCN + O2 + 2H2O  4NaAu(CN)2 + 4NaOH
Dari reaksi diatas, pada proses pelindian diperlukan unsur oksigen agar
emas teroksidasi menjadi kation (Au+) lalu membentuk senyawa kompleks
Au(CN)2- (Aurosianid) yang larut dan stabil.
15

3. Solid-Liquid Separation
Proses ini dilakukan setelah proses pelindian dengan cara counter current
decantation (CCD) atau pemisahan material padat (solid) berupa tailing
dengan larutan pengental. Air akan mengalir berlawanan arah dari material
padat. Produkta hasil pemisahan berupa slurry yang dihilangkan larutan
lumpur dan air yang digunakan kembali dalam tahapan pengolahan.

Sumber : David, 2017


Gambar 3.1
Variable Affecting Decantation Process
4. Vacuum Deareation
Proses deareasi merupakan tahapan dalam pengurangan kandungan
oksigen. Tahapan ini dilakukan dengan vacuum deareator untuk
menghilangkan oksigen yang terdapat pada larutan. Adapun tujuan dari
proses ini yaitu mencegah pelarutan kembali presipitat Au dan Ag, serta
pelarutan serbuk seng oleh oksigen (peningkatan konsumsi seng).

Sumber : Endro, 2017


Gambar 3.2
Prinsip Kerja Vacuum Deareator
16

5. Sementasi (Cemention)
Tahapan ini sering digunakan dalam industri pengolahan emas. Proses
sementasi dilakukan dengan menggunakan serbuk seng yang dilakukan
dalam larutan bening. Larutan bening bertujuan menghindari proses
menghindari proses pasiviasi (lapisan permukaan hasil oksida tahan korosi)
atau korosi lebih lanjut pada seng akibat tertutupi partikel padatan yang
tersuspensi dalam slurry yang mengakibatkan laju proses persipitasi menjadi
cepat. Berikut merupakan reaksi yang dihasilkan dari presipitasi logam emas
oleh serbuk seng :
2NaAu(CN)2 + Zn  Na2Zn((CN)4) + 2Au
2NaAg(CN)2 + Zn  Na2Zn((CN)4) + 2Ag
6. Filtration
Setelah proses sementasi dilakukan proses penyaringan presipita Au-Ag.
Larutan yang sudah dipisahkan dalam presipita Au-Ag (Barren Solution)
dapat digunakan kembali pada tahapan counter current decantation (CCD).
7. Smelting
Presipita Au dan Ag lalu dilebur menjadi logam murni yang siap dikirimkan
pada pabrik pemurnian.

3.4 Proses Ekstraksi Emas


Adapun proses dalam pemurnian emas dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu dengan :
1. Proses Sianidasi
Proses ini melibatkan pelarutan, dimana pelarut yang umumnya digunakan
dalam proses sianidasi yaitu NaCN, KCN, Ca(CN)2 maupun campuran
ketiganya. Pelarut yang paling mudah digunakan yaitu NaCN. Pelarut NaCN
tersebut mampu melarutkan emas relatif lebih baik dari pelarut lainnya.
Proses selanjutnya dengan pemisahan emas dari larutannya. Pada proses
pemisahan ini dilakukan dibantu dengan serbuk seng (Zinc precipitation).
Serbuk seng (Zinc) bertujuan untuk mengendapkan logam emas dan perak
pada larutan. Tidak hanya seng namun Cu dan Al dapat digunakan dalam
mendesak emas dan perak hanya saja harga logam tersebut relatif lebih
mahal dari logam Zn. Proses kedua tersebut dinamakan sebagai Merill
Crowe.
17

2. Proses Amalgamasi
Proses amalgamasi merupakan proses dengan penyelaputan partikel emas
oleh air raksa yang akan membentuk amalgam (Au-Hg). Amalgamasi
biasanya digunakan dalam mengekstraksi bijih emas dengan kadar tinggi
dan berukuran lebih besar dari 74 mikron untuk memperoleh emas murni.
Apabila amalgam dipanaskan maka akan terurai menjadi air raksa dan
bullion emas. Amalgam akan terurai akibat pemanasan dalam sebuah retort,
lalu air raksa akan menguap sedangkan Au-Ag akan tertinggal dalam retort.
3. Electro Winning
Electro winning (EW) digunakan dalam ekstrasi emas dan perak yang
terdapat di air kaya atau PLS (Pregnant Liquid Solution) yang melibatkan
larutan alkali sianida sebagai larutan elektrolit. Prinsip electro winning ini
yaitu menggunakan prinsip elektrolisis (reaksi redoks) dalam suatu larutan.
Metode ini dapat digunakan pada logam-logam yang mempunyai
kelektropositifan rendah seperti unsur Cu, Sn, Pb, Ag, Au, Zn, Cr, dan Ni.
Jadi metode ini dapat digunakan pada logam yang tidak bereaksi dengan air
dan dapat dioksidasi pada anoda serta mudah direduksi pada katoda.
Proses ini akan menghasilkan endapan lumpur logam (cake) pada kutub
katoda yang dapat langsung dilebur (smelting).

3.5 Rumus Yang Digunakan


Berikut adalah rumus yang digunakan dalam proses pengolahan emas,
yaitu:
1. Volume feed
V(feed) =pxlxt
2. Volume produkta
V(produkta) = p x l x t
3. Reduction Ratio
V feed
RR =
V produkta
4. Material Balance.
F=C+T
5. Metallurgical Balance.
F.f = C.C + T.t
18

6. Recovery
C.c
R = x100
F.f

7. Ratio of Concentration
F
K=
C
Keterangan :
V = Volume (cm3) C = Berat konsentrat
P = Panjang (cm) (gr)
L = Lebar (cm) c = Kadar konsentrat
T = Tinggi (cm) (%)
RR = Reduction Ratio T = Berat tailling (gr)
F = Berat feed (gr) t = Kadar tailling (%)
f = Kadar feed (%)

3.6 Sluice Box


Sluice box pada dasarnya merupakan suatu pengolahan bahan galian
yang mempergunakan air dalam pencucian, biasanya terdiri dari penampang
persegi panjang, dimana material akan melaluinya dalam berbagai ukuran umpan
yang panjang adalah pencuci oleh volume air yang relatif besar, adaun bagian
bawah kotak pintu air terdapat serangkaian riffles yang terdiri dari berbagai jenis
yang mengakibatkan mineral menjad teruari untuk memberikan beberapa gaya
berupa turbulensi antara setiap riffle, memungkinkan konsentrasi dari pemukul
untuk terjadi.

Sumber :Ahmad, 2017


19

Foto 3.2
Sluice Box
Sluice box adalah alat pengolahan konsentrat yang umumnya digunakan
dengan berprinsip terhadap gravity concentration ataupun berat jenis suatu
material sampel, dimana mineral yang mempunyai berat jenis yang tinggi maka
akan mengendap dan terakumulasi (terperangkap) pada riffle sedangkan mineral
pengotor yang mempunyai berat jenis yang lebih ringan atau rendah akan
terbawa mengikuti arus air yang diberikan. Sluice box yang digunakan umumnya
memiliki dimensi panjang kurang dari tiga meter yang diletakan sedemikian rupa
sehingga memiliki kemiringan tertentu dan memungkinkan air dapat mengalir
dengan mudah. Adapun feeder dan riffle yang terdapat dalam sluice box yang
difungsikan untuk tempat dimana masuknya air serta material yang
dikonsentrasikan, akan tetapi riffle (penghalang) adalah komponen pendukung
dalam sluice box yang digunakan untuk menangkap partikel – partikel dengan
densitas yang relatif tinggi. Riffle terdiri dari beberapa macam yang umumnya
dipakai dalam industri maupun laboratorium yaitu berupa rock riffle, plan block
riffle, hungarian riffle, quarter round riffle.

Sumber : Dutch Shaver, 2015


Gambar 3.3
Sketsa Sluice Box Disertai Arus Air
Adapun gaya yang terjadi pada alat sluice box yaitu seperti gaya dorong
alir serta gaya gesek. Gaya dorong alir adalah laju relatif aliran air serta partikel.
Pada pemrosesanya, partikel dapat berpindah dengan kecepatan yang
dipengaruhi kedalaman air. Adapun gaya gesek yang terjadi pada alat ini yaitu
20

bergesekan dengan riffle (penghalang) yang dipengaruhi oleh jumlah debit air,
sifat bijih, serta ukuran feed.

Sumber : Dave McCracken, 2013


Gambar 3.4
Gaya Turbulance & Flow
Adapun tahapan – tahapan dalam sluicing, antara lain :
1. Dimulai dengan memasukkan umpan
2. Washing atau pencucian
3. Memperoleh konsentrat
Tahapan permisahan yang terjadi saat pengoperasian sluice box yaitu
awalnya feed yang sudah terliberasi misalnya emas, pasir besi, timah
dimasukkan kedalam sluice box. Kemudian material yang berukuran besar
dipisahkan terlebih dahulu, jika pada ujung alat terdapat mineral berat hal
tersebut mendakan bahwa pada alat lounder tersebut diberishkan dengan cara
mengalirkan air pembersih serta terjadi pemisahan partikel berat terhadap
partikel ringan. Adapun partikel berat yang akan terakumulasi pada bagian
belakang bawah riffle ataupun menempel pada karpet yang disebut sebagai
konsentrat. Untuk memperoleh mineral yang menempel pada karpet, cara yang
umumnya dilakukan adalah dengan dibakar.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi jalannya percobaan pada alat
sluice box, faktor – faktor ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang optimal
dengan cara memperhitungkan faktor dibawah ini :
1. Kecepatan serta ketebalan aliran fluida
Material yang akan tertahan oleh riffle dapat meloncat keluar atau tidak
tertahan kembali oleh riffle jika laju serta ketebalan aliran yang sangat tinggi
21

sehingga akan mengurangi material berharga maupun pengotornya yang


akan terbawa oleh arus turbulen air yang diterimanya.
2. Densitas
Untuk menstabilkan derasnya arus air yang mengalir pada alat sluice box
maka diperlukan densitas material yang cukup tinggi agar material tersebut
dapat terendapkan dan tertahan oleh riffle. Jika partikel material memiliki
berat jenis yang kecil, maka akan ikut terbawa oleh arus air.
3. Jumlah fluida
Aliran air yang mengalir harus diperhitungkan karena debit air dapat
berpengaruh terhadap jalannya percobaan, dimana debit air yang kecil maka
percobaan berjalan tidak efektif dengan kata lain material tidak akan
terpisahkan sehingga menghasilkan mineral yang heterogen.
4. Ketinggian penghalang (riffle)
Riffle atau penghalang memiliki standar dengan dimensi sebandin dengan
ketebalan aliran fluida. Umumnya berupa tidak lebih dari 0,5 cm dari
permukaan riffle.
5. Dimensi Box
Jika dimensi panjang box semakin panjang maka dapat berpeluang parktikel
akan terhalang oleh riffle sehingga sluice box akan berjalan secara efektif.
Untuk memperoleh konsentrat maka hal yang harus dilakukan adalah
dengan mengangkat riffle kemudian buka dan semprot dengan air sehingga
material yang dikehendaki dapat diperoleh dari sluice box tersebut. Dalam dunia
pertambangan, sluice box dimanfaatkan pada tambang semprot pada lapisan
alluvial (penyemprotan fluida bertekanan tinggi). Adapun hasil dari tambang
semprot tersebut berupa butiran material berharga kemudian material tersebut
aliran lumpur alluvial tersebut disemprotkan pada sluice box sebagai tahapan
pemisahan awal. Umumnya objek yang diperoleh berupa bijih emas dan timah.

3.7 XRF (X-Ray Fluorescence)


XRF adalah alat untuk menganalisis dengan tidak merusak material yang
digunakan untuk menentukan komposisi elemen pada suatu material. Analisis
XRF menentukan kandungan kimia pada sampel dengan metode spektometri.
Alat ini umumnya digunakan untuk menganalisis suatu unsur dalam mineral
maupun batuan yang dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Tiap eleme-
22

elemen yang terkandung dalam sampel akan tersajikan melalui alat ini. Analisis
yang dilakukan PT Graha Makmur Coalindo yaitu berupa sampel loose powders
(pasir).

Sumber : Esa Nummi, 2015


Gambar 3.5
Hand-Held XRF (Portable)
Prinsip kerja dari alat ini yaitu mengidentifikasi suatu komposisi elemen–
elemen berdasarkan pencacahan karakteristik sinar-X yang terjadi akibat efek
fotolistrik. Efek tersebut disebabkan elektron dalam atom target yang terdapat
dalam sampel terkena sinar berenergi tinggi (radiasi gamma, sinar-X). Sehingga
akan menghasilkan nilai komposisi dalam satuan PPM. Saat alat bekerja,
usahakan menjauh dalam radius 1 m, terutama material mengandung logam.

Sumber : Afshari, 2009


Gambar 3.6
Skema Alat XRF
Berikut merupakan cara kerja dari analisis XRF :
1. Elektron kulit K keluar dari atom karena efek radiasi sinar X yang datang,
sehingga terdapat kekosongan elektron pada orbital.
23

2. Elektron kulit L atau M akan turun mengisi kekosongan tersebut yang disertai
dengan emisi sinar X khas, lalu meninggalkan vakansi lain di kulit L atau M.
3. Pada saat vakansi tersebut terbentuk di kulit L, elektron kulit M atau N akan
turun mengisi kekosongan atau vakansi tersebut dengan melepaskan sinar X.
4. Spektometri XRF memanfaatkan sinar X yang dipancarkan oleh sampel lalu
ditangkap oleh detektor agar dapat dianalisis kandungan unsur dalam
sampel.

Sumber : Afshari, 2009


Gambar 3.7
Prinsip Kerja Analisis XRF
Adapun Kelebihan dan kekurangan dari alat XRF ini antara lain sebagai
berikut :
1. Sederhana dan mudah digunakan dengan sampel berupa padat, cair atau
butiran dan tidak merusak sampel (utuh) serta dapat digunakan berulang.
2. Relatif banyak unsur yang dapat dianalisis sekaligus.
3. Hasil konsentrasi berupa PPM hingga 100%.

Sumber : Feriyanto, 2018


Foto 3.3
Contoh Komposisi Sampel Hasil Pengujian
Namun alat ini memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menentukan
senyawa apa yang telah dibentuk oleh unsur-unsur terkandung dalam material
yang akan diteliti.

Anda mungkin juga menyukai